• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA

SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH

Oleh :

Syelvia Ikramatunnafsiah

F14050932

2009

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA

SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

Pada Departemen Teknik Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Syelvia Ikramatunnafsiah

F14050932

2009

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(3)
(4)

Syelvia Ikramatunnafsiah. F14050932. Mempelajari Model Rancangan

Hidrolika Sub Unit Irigasi Curah dengan Tekanan Rendah. Di bawah

bimbingan: Prastowo. 2008

RINGKASAN

Faktor penting dalam keberhasilan penerapan sistem irigasi curah adalah

perancangan yang tepat dan efisiensi operasional dari sistem yang dirancang.

Desain irigasi curah dilakukan dengan beberapa tahapan. Perhitungan rancangan

hidrolika sub unit merupakan tahapan kunci dalam proses desain irigasi curah.

Persyaratan hidrolika jaringan perpipaan harus dipenuhi untuk mendapatkan

penyiraman yang seragam.

Jumlah dan spesifikasi sprinkler (pencurah) maupun jenis dan diameter

pipa yang beredar di pasaran sangat beragam. Tahapan rancangan hidrolika sub

unit biasa dilakukan dengan metoda coba-ralat (trial-error method). Hal ini cukup

rumit dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Maka dibutuhkan suatu metoda

perhitungan rancangan hidrolika sub unit yang sederhana sehingga memudahkan

dan meminimalkan kesalahan dalam perancangan irigasi curah.

Saat ini telah dibangun suatu software untuk rancangan hidrolika sub unit

irigasi tetes oleh Prastowo, et al (2007) yang dikembangkan dengan teknik

komputasi Newton-Raphson dan Jaringan Syaraf Tiruan (JST). Namun belum ada

software sejenis untuk perancangan hidrolika sub unit irigasi curah. Oleh karena

itu diperlukan suatu pengujian terhadap validitas software tersebut untuk

mengetahui kemampuan software tersebut bila diaplikasikan pula pada

perancangan hidrolika sub unit irigasi curah. Bila software tersebut diketahui

valid maka dibuat tabel dan nomogram sebagai model karakteristik rancangan

hidrolika sub unit irigasi curah. Pada penelitian ini, nilai tekanan kerja sub unit

dibatasi untuk tekanan rendah yaitu 1-2 Bar.

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder. Data

diperoleh dengan melakukan telaah pustaka baik pada buku-buku literatur, karya

tulis ilmiah, internet, maupun sumber informasi lainnya. Data yang diperoleh

dianalisis dengan metode coba-ralat berdasarkan teori teknik irigasi curah

sehingga diperoleh suatu rancangan hidrolika sub unit irigasi curah. Proses uji

validasi software dilakukan dengan tiga cara, yaitu : a) Membandingkan hasil

perhitungan dengan metode coba-ralat dengan hasil pengolahan data dari software

tersebut; b) Melakukan pembuktian besarnya kehilangan tekanan yang terjadi

dengan menggunakan output pengolahan data dari software sebagai panjang pipa

lateral dan manifold-nya; dan c) Melakukan statistik uji terhadap perbedaan hasil

perhitungan data.

Dari pencarian data yang dilakukan, diperoleh data spesifikasi pencurah

sebanyak 215 buah. Data spesifikasi pencurah yang dicari adalah debit

operasional rata-rata (qa, L/s), tekanan operasional (Ha, m), serta jarak spasi

pemasangan pencurah (y, m). ). Setelah dilakukan substitusi

persamaan-persamaan yang dibutuhkan, didapatkan persamaan-persamaan untuk menghitung panjang

pipa lateral yang dibutuhkan yaitu

×

×

×

×

=

+

+

y

q

D

Ha

N

N

N

7 1.75 75 . 4 75 . 0 75 . 1 75 . 2

10

89

.

7

11

1443

.

0

5

.

0

3636

.

0

(5)

dan persamaan untuk menghitung panjang pipa manifold yang dibutuhkan yaitu

×

×

×

×

=

+

+

y

q

D

Ha

N

N

N

7 1.75 75 . 4 75 . 0 75 . 1 75 . 2

10

89

.

7

9

1443

.

0

5

.

0

3636

.

0

dengan D = diameter pipa (mm) dan N = jumlah pencurah/lateral atau jumlah

lateral/manifold.

Setelah dilakukan perhitungan dengan metode coba-ralat, terdapat

beberapa data spesifikasi teknis pencurah yang memiliki nilai N < 1. Hal ini

karena diameter pipa tersebut terlalu kecil sehingga kehilangan tekanan yang

terjadi pada pipa melebihi batas yang diijinkan. Terdapat pula hasil perhitungan

untuk panjang pipa yang mencapai nilai lebih dari 6000 m karena debit pencurah

kecil sedangkan tekanan operasionalnya cukup tinggi.

Software Aplikasi Irigasi Tetes dengan Metode JST tidak dapat digunakan

untuk perancangan hidrolika sub-unit irigasi curah tekanan rendah. Hal ini karena

terdapat interval nilai tertentu pada 4 unit lapis masukan (input layer) metode JST

tersebut, yaitu : debit penetes (l/jam), tekanan kerja penetes (m), jarak penetes

(m), dan jarak antar pipa lateral (m).

Setelah dilakukan validasi terhadap software Aplikasi Irigasi Tetes Metode

Newton-Raphson dapat disimpulkan bahwa metode tersebut valid dan dapat

digunakan untuk perancangan hidrolika sub unit irigasi curah dengan tekanan

rendah. Sehingga telah dibangun model rancangan hidrolika sub unit irigasi curah

degan tekanan rendah dalam bentuk tabel dan nomogram. Namun untuk pencurah

dengan jarak spasi lebih besar dari 30 m, metode ini tidak dapat digunakan. Baik

untuk Metode Newton-Raphson maupun JST, masih diperlukan beberapa

perbaikan untuk membangun software serupa untuk perancangan hidrolika sub

unit irigasi curah.

(6)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

MEMPELAJARI MODEL RANCANGAN HIDROLIKA

SUB UNIT IRIGASI CURAH DENGAN TEKANAN RENDAH

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

Pada Departemen Teknik Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Syelvia Ikramatunnafsiah

F14050932

Dilahirkan pada tanggal 8 Agustus 1989

di Sukabumi

Lulus pada tanggal _______________

Menyetujui,

Bogor, September 2009

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Prastowo, M.Eng

Dr. Satyanto K. Saptomo, S.TP, MSi.

Mengetahui

Ketua Departemen Teknik Pertanian

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Syelvia Ikramatunnafsiah. Dilahirkan pada

tanggal 8 Agustus 1989 di Kota Sukabumi. Penulis merupakan anak kedua dari

empat bersaudara dari pasangan Drs. Uding Hoerudin, HM. dan Dra. Elih Yuliah,

M.Ag. Penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN Kebonjati 1 Kota Sukabumi

pada tahun 2001 kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Kota Sukabumi dan tamat

pada tahun 2003. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMAN 3 Kota Sukabumi dan

pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi di Departemen Teknik Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor melaluji jalur Ujian Seleksi

Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah menjadi asisten mata

kuliah Mekanika Fluida pada tahun 2007 dan 2008 serta Pendidikan Agama Islam

pada tahun ajaran 2007-2008, dan pada semester genap tahun ajaran 2008-2009.

Penulis pernah menjadi anggota LDK DKM Al-Hurriyyah pada tahun 2005-2006,

menjadi Sekretaris Divisi Sosial Politik BEM Fateta Kabinet Totalitas Pengabdian

pada tahun 2006-2007, dan menjadi Ketua Divisi Keputrian Forum Bina Islami

Fateta (FBI-F) Kabinet Merah Saga pada tahun 2007-2008. Selain itu penulis juga

aktif di organisasi mahasiswa daerah Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Sukabumi

(IKAMASI) selama tahun 2005-2009.

Pada tahun 2008 penulis melaksanakan Praktek Lapangan di PTPN VIII

Goalpara Sukabumi dengan judul

Aspek Teknik Tanah dan Air di Kebun Teh

PTPN VIII Goalpara, Sukabumi dan menyelesaikan Tugas Akhir di bawah

bimbingan Dr. Ir. Prastowo, M.Eng dengan judul

Mempelajari Model

Rancangan Hidrolika Sub Unit Irigasi Curah dengan Tekanan Rendah

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan

ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini penulis susun

sebagai penyelesaian pelaksanaan Tugas Akhir guna memperoleh gelar sarjana

Teknologi Pertanian.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1.

Dr. Ir. Prastowo, M.Eng. selaku dosen Pembimbing Akademik atas arahan dan

bimbingannya dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

2.

Orang tua penulis, Teh Syalwa, De’ Gina dan De’ Fadli yang telah banyak

memberikan doa dan kasih sayang mereka kepada penulis.

3.

Dr. Satyanto K. Saptomo, S.TP, MSi. selaku dosen pembimbing kedua atas

bantuan dan bimbingannya dalam penyelesaian tugas akhir ini.

4.

Dr. Ir. Wawan Hermawan, M.S. selaku dosen penguji atas koreksi dan

masukan yang diberikan untuk memperbaiki skripsi ini.

5.

Teman-teman seperjuangan penulis, Mami Lisma, Abang Hadi, dan Indri yang

memberikan dorongan, pencerahan, serta menguatkan penulis dikala

mengalami kebuntuan.

6.

Sahabat-sahabat penulis di Wisma Tiara (Mba Vivi, Mba Dina, Mba Ryant,

Mba Fiya, Mba Nura, Mba Intan, Ega, Uliz, Afnie, Picil, Tati, Tata, dan Qoi)

atas dorongan semangat dan motivasi mereka pada penulis.

7.

My Group Of Heaven atas cinta, dukungan, dan perhatian pada penulis.

8.

Guru Kedewasaan penulis, atas inspirasi dan nasehat yang diberikan dalam

mengarungi samudera kehidupan.

9.

Papa Cecep, atas bantuannya dalam pengembangan software penelitian ini.

10.

Adik-adik penulis tersayang (Nadiyah, Chyntia, Eva, Lili, Hilda, Riska,

Yasmin, Fitri, Atiq, Mae, Santi, Rini, Putri, Venni, Dian, dll.) serta

kakak-kakak terkasih (Ka Chie, Ka Gema, Ka Eka, Bos Shafeeg, Choir, Anas, Lily,

Mba Denok, Fitrah, dll).

11.

Seluruh teman-teman Teknik Pertanian IPB angkatan 41, 42, 43, 44, dan 45

atas dorongan semangat yang telah diberikan.

(9)

12.

Saudara-saudara di Forum Bina Islami Fateta (FBI-F) kabinet Merah SAGA

dan kabinet Lingkar Cendekia, Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus

IPB (FSLDKI), dan Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA).

13.

Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas dukungan,

motivasi, dan dorongan semangat yang diberikan.

Penulis menyadari keterbatasan kemampuan dalam menyusun skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun

dengan harapan dapat memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat sebagaimana mestinya.

Bogor, September 2009

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...

i

DAFTAR ISI ...

iii

DAFTAR TABEL ...

v

DAFTAR GAMBAR ...

vi

DAFTAR LAMPIRAN ...

viii

I. PENDAHULUAN ...

1

1.1

Latar Belakang ………...…………

1

1.2

Permasalahan ………....………..

4

1.3

Tujuan Penelitian ………....………

4

1.4

Manfaat Penelitian ………....…………..

4

II. TINJAUAN PUSTAKA ...

5

2.1

Irigasi Curah ...

5

2.2

Rancangan Hidrolika Pipa Sub Unit ...

8

2.3

Pencurah ...

13

2.4

Sistem Pakar ...

15

III. METODE PENELITIAN ...

18

3.1

Waktu dan Tempat ...

18

3.2

Kerangka Pemikiran ...

18

3.3

Metode Pengumpulan Data ...

18

3.4

Metode Analisis Data ...

18

3.5

Bahan dan Alat ...

19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …...………...

21

(11)

4.2 Penggunaan Metode Jaringan Syaraf Tiruan ………...

26

4.3 Penggunaan Metode Numerik (Newton-Raphson) ...

27

4.4 Validasi software Aplikasi Irigasi Tetes untuk Irigasi Curah

27

V. PENUTUP ...

42

5.1

Kesimpulan ………....……….

42

5.2

Saran ………....……...

42

DAFTAR PUSTAKA ...

43

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.

Kriteria kesesuaian lokasi penerapan irigasi curah ...

6

Tabel 2.

Klasifikasi sistem irigasi curah berdasarkan tekanan

operasional pencurah ...

7

Tabel 3.

Koefesien Reduksi (F) untuk Pipa Multi Outlet ……….

11

Tabel 4.

Pedoman untuk menentukan diameter pipa ...

12

Tabel 5.

Spasi maksimum untuk pencurah bertekanan rendah

sampai medium ...

14

Tabel 6.

Karakteristik operasional beberapa tipe pencurah

bertekanan rendah ...

14

Tabel 7.

Interval nilai lapis masukan JST ...

26

Tabel 8.

Nilai regresi kuadrat (R

2

) pipa lateral ………

28

Tabel 9.

Nilai regresi kuadrat (R

2

) pipa manifold …………...

28

Tabel 10.

Z hitung untuk pipa lateral ………..

36

Tabel 11.

Z hitung untuk pipa manifold ...

37

Tabel 12.

Contoh tabel rancangan hidrolika sub unit irigasi curah

tekanan rendah ...

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.

Alur prosedur desain irigasi curah ...

3

Gambar 2.

Skema jaringan irigasi curah ...

7

Gambar 3.

Skema tata letak pipa sub unit ...

9

Gambar 4.

Tipe pencurah bertekanan rendah ...

15

Gambar 5.

Tampilan program desain hidrolika sub-unit dengan

metode

Newton-Raphson ...

17

Gambar 6.

Tampilan program desain hidrolika sub-unit dengan

metode

JST ...

17

Gambar 7.

Kerangka pemikiran penelitian ...

20

Gambar 8.

Grafik perbandingan hasil perhitungan metode

coba-ralat dan Newton-Raphson pipa lateral diameter 13

mm ...

29

Gambar 9.

Grafik perbandingan hasil perhitungan metode

coba-ralat dan Newton-Raphson pipa lateral diameter 19

mm ...

29

Gambar 10. Grafik perbandingan hasil perhitungan metode

coba-ralat dan Newton-Raphson pipa lateral diameter 25

mm ...

30

Gambar 11. Grafik perbandingan hasil perhitungan metode

coba-ralat dan Newton-Raphson pipa lateral diameter 32

mm ...

30

Gambar 12. Grafik perbandingan hasil perhitungan metode

coba-ralat dan Newton-Raphson pipa manifold diameter 25

mm ...

31

Gambar 13. Grafik perbandingan hasil perhitungan metode

coba-ralat dan Newton-Raphson pipa manifold diameter 40

mm ...

31

Gambar 14. Grafik perbandingan hasil perhitungan metode

coba-ralat dan Newton-Raphson pipa manifold diameter 50

mm ...

(14)

Gambar 15. Grafik perbandingan hasil perhitungan metode

coba-ralat dan Newton-Raphson pipa manifold diameter 60

mm ...

32

Gambar 16. Grafik perbandingan hasil perhitungan metode

coba-ralat dan Newton-Raphson pipa manifold diameter 75

mm ...

33

Gambar 17. Grafik perbandingan hasil perhitungan metode

coba-ralat dan Newton-Raphson pipa manifold diameter 90

mm ...

33

Gambar 18. Contoh nomogram rancangan hidrolika sub unit irigasi

curah tekanan rendah untuk pipa lateral ...

40

Gambar 19. Contoh nomogram rancangan hidrolika sub unit irigasi

curah tekanan rendah untuk pipa manifold ...

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Contoh brosur spesifikasi pencurah ...

44

Lampiran 2. Hasil perhitungan metode coba-ralat dan

Newton-Raphson untuk pipa lateral ...

45

Lampiran 3. Hasil perhitungan metode coba-ralat dan

Newton-Raphson untuk pipa manifold diameter 25 mm ...

50

Lampiran 4. Hasil perhitungan metode coba-ralat dan

Newton-Raphson untuk pipa manifold diameter 40 mm ...

55

Lampiran 5. Hasil perhitungan metode coba-ralat dan

Newton-Raphson untuk pipa manifold diameter 50 mm ...

60

Lampiran 6. Hasil perhitungan metode coba-ralat dan

Newton-Raphson untuk pipa manifold diameter 60 mm ...

65

Lampiran 7. Hasil perhitungan metode coba-ralat dan

Newton-Raphson untuk pipa manifold diameter 75 mm ...

70

Lampiran 8. Hasil perhitungan metode coba-ralat dan

Newton-Raphson untuk pipa manifold diameter 90 mm ...

75

Lampiran 9. Grafik perbandingan hasil dan persamaan regresi pipa

lateral dan manifold ...

(16)

I.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Irigasi secara umum didefinisikan sebagai pemberian air ke dalam tanah

untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman

(Hansen, et al., 1979). Pemberian irigasi bertujuan untuk menambah kekurangan

air dari pasokan hujan untuk pertumbuhan tanaman yang optimum. Selain itu,

irigasi juga bertujan untuk menyediakan perlindungan bagi tanaman terhadap

kekeringan sesaat, untuk mengurangi resiko pembekuan, untuk mencuci garam

dalam tanah, serta membuat lingkungan pertumbuhan menjadi lebih nyaman

dengan mendinginkan tanah dan atmosfir di sekitarnya.

Hansen, et al. (1979) menyebutkan pemberian air irigasi untuk tanaman

secara umum terbagi menjadi empat metoda, yaitu: (a) irigasi permukaan (surface

irrigation), (b) irigasi bawah-permukaan tanah (sub-surface irrigation), (c) irigasi

curah (sprinkle irrigation), dan (d) irigasi tetes (drip atau trickle irrigation).

Pemilihan metoda irigasi tersebut bergantung pada air yang tersedia, iklim, tanah,

topografi, kebiasaan, serta jenis dan nilai ekonomis tanaman.

Irigasi curah dan tetes disebut juga irigasi bertekanan (pressurized

irrigation). Metoda irigasi curah mulai dikembangkan pada tahun 1900-an.

Penerapan sistem irigasi curah untuk lahan pertanian pertama kali adalah pada

penyiraman halaman rumput kota. Sebelum tahun 1920, irigasi curah terbatas

hanya untuk tanaman perkebunan, kebun bibit, dan kebun buah-buahan (Hansen,

et al., 1979). Kini, baik metoda irigasi curah maupun irigasi tetes banyak

digunakan di perusahaan agro-industri. Irigasi curah banyak diterapkan oleh

perkebunan tebu, kopi, nanas, bawang, dan jagung, sedangkan irigasi tetes banyak

diterapkan pada pertanian rumah kaca untuk melon, cabai, bunga krisan, dan

sayuran.

Pada awalnya dibutuhkan biaya investasi cukup tinggi untuk menerapkan

metoda irigasi bertekanan. Namun dengan perhitungan dan penentuan desain yang

akurat, didukung oleh operasional dan pemeliharaan yang tepat, maka penerapan

irigasi bertekanan akan mampu mengurangi biaya pokok budidaya. Hal ini karena

(17)

secara teori, efisiensi dari metoda irigasi bertekanan lebih tinggi dibandingkan

irigasi permukaan maupun bawah permukaan.

Menurut Prastowo (2002), sistem irigasi curah lebih efisien dari sistem

irigasi permukaan karena dapat mengurangi kehilangan air berupa perkolasi dan

limpasan (run off). Sistem irigasi tetes lebih efisien dari sistem irigasi curah

karena hanya memberikan air pada daerah perakaran. Sistem irigasi tetes dapat

mengurangi kehilangan air irigasi pada bagian lahan yang tidak efektif untuk

pertumbuhan tanaman. Namun dalam aplikasinya di lapangan, nilai efisiensi

irigasi bertekanan tersebut hanya dapat tercapai bila jaringan irigasi yag dibangun

dapat memberikan air secara seragam dan pengoperasian jaringan irigasi

dilakukan dengan jadwal yang tepat.

Hansen, et al. (1979) menyebutkan faktor penting dalam keberhasilan

penerapan sistem irigasi curah adalah perancangan yang tepat dan efisiensi

operasional dari sistem yang dirancang. Desain irigasi curah dilakukan dengan

beberapa tahapan. Diagram alir prosedur desain disajikan pada Gambar 1. Adapun

faktor-faktor rancangan yang dibutuhkan meliputi sifat fisik tanah, air tanah

tersedia, laju infiltrasi, evapotranspirasi tanaman, curah hujan efektif, dan

kebutuhan air irigasi.

Perhitungan rancangan hidrolika sub unit merupakan tahapan kunci dalam

proses desain irigasi curah. Persyaratan hidrolika jaringan perpipaan harus

dipenuhi untuk mendapatkan penyiraman yang seragam. Pada metoda irigasi

curah, koefisien keseragaman (coefficient of uniformity) harus lebih besar dari

85%. Hal ini karena koefisien keseragaman merupakan parameter yang umum

digunakan untuk mengevaluasi keseragaman penyebaran air. Semakin tinggi

keseragaman penyebaran air maka efisiensi sistem irigasi curah tersebut dapat

dikatakan semakin tinggi. Rancangan dan tata letak sistem irigasi curah harus

teliti agar mendapatkan tingkat efisiensi yang tinggi.

(18)

Menyusun nilai faktor-faktor rancangan

Membuat skema lay-out dan menetapkan

luas sub unit dan blok irigasi

Hidrolika pipa:

Perhitungan rancangan

Spesifikasi sprinkler:

Nomogram

hidrolika sub unit :

qa

Hazen-William;

1. Lateral : panjang,

Ha

Faktor reduksi

jumlah spriknler

Radius penyiraman

(outlet);

per lateral

Laju penyiraman

K minor losses

2. Manifold : panjang,

Koef. keseragaman

jumlah lateral

Jarak spasi

per manifold

Modifikasi lay-out

H pada lateral

Tidak

Ubah diameter

11 % Ha

pipa

H pada manifold

Ganti spesifikasi

9 % Ha

sprinkler

Ya

Finalisasi lay-out (optimalisasi)

Perhitungan TDH dan kapasitas sistem (Qs)

Penentuan :

Jenis dan ukuran pompa

Jenis dan kekuatan tenaga

Penggerak

Pompa/mesin tersedia Tidak

di pasaran/lapangan

Ya

Selesai

(19)

1.2 Permasalahan

Jumlah dan spesifikasi sprinkler (pencurah) maupun jenis dan diameter

pipa yang beredar di pasaran sangat beragam. Tahapan rancangan hidrolika sub

unit biasa dilakukan dengan metoda coba-ralat (trial-error method). Hal ini cukup

rumit dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Kesalahan pada perhitungan

rancangan hidrolika sub unit akan membuat desain sistem menjadi tidak tepat dan

tentu akan mempengaruhi nilai koefisien keseragaman penyiraman serta efisiensi

sistem secara keseluruhan. Maka dibutuhkan suatu metoda perhitungan rancangan

hidrolika sub unit yang sederhana sehingga memudahkan dan meminimalkan

kesalahan perancangan.

Saat ini telah dibangun suatu software untuk rancangan hidrolika subunit

irigasi tetes oleh Prastowo, et al (2007). Software tersebut dikembangkan dengan

teknik komputasi Newton-Raphson dan jaringan syaraf tiruan. Namun belum ada

software sejenis untuk perancangan hidrolika sub unit irigasi curah. Oleh karena

itu diperlukan suatu pengujian terhadap validitas software tersebut untuk

mengetahui kemampuan software tersebut bila diaplikasikan pula pada

perancangan hidrolika sub unit irigasi curah. Bila software tersebut diketahui

valid maka dibuat tabel dan nomogram sebagai model karakteristik rancangan

hidrolika sub unit irigasi curah.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1.

Melakukan validasi software rancangan hidrolika sub unit irigasi tetes yang

telah ada untuk perancangan hidrolika sub unit irigasi curah.

2.

Membangun nomogram dan tabel sebagai suatu model karakteristik rancangan

hidrolika sub unit irigasi curah pada tekanan rendah (1-2 Bar).

1.4 Manfaat Penelitian

Untuk mendukung terciptanya irigasi curah yang efisien, diperlukan suatu

perhitungan rancangan hidrolika sub unit yang akurat. Penelitian ini dimaksudkan

untuk membantu memudahkan perhitungan rancangan hidrolika sub unit irigasi

curah pada tekanan rendah.

(20)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Irigasi Curah

Irigasi curah (sprinkle irrigation) disebut juga overhead irrigation karena

pemberian air dilakukan dari bagian atas tanaman terpancar menyerupai curah

hujan (Prastowo, 2002). Air disemprotkan dengan cara mengalirkan air

bertekanan melalui orifice kecil atau nozel. Tekanan biasanya didapatkan dengan

pemompaan. Untuk mendapatkan penyebaran air yang seragam diperlukan

pemilihan ukuran nozel, tekanan operasional, spasing pencurah dan laju infiltrasi

tanah yang sesuai.

Beberapa keuntungan irigasi curah dalam Prastowo (2002) antara lain:

1.

Efisiensi pemakaian air cukup tinggi

2.

Dapat digunakan untuk lahan dengan topografi bergelombang dan kedalaman

tanah (solum) yang dangkal, tanpa diperlukan perataan lahan (land grading).

3.

Cocok untuk tanah berpasir yang laju infiltrasi cukup tinggi.

4.

Aliran permukaan dapat dihindari sehingga memperkecil kemungkinan

terjadinya erosi.

5.

Pemupukan terlarut, herbisida dan fungisida dapat dilakukan bersama-sama

dengan air irigasi.

6.

Biaya tenaga kerja untuk operasi biasanya lebih kecil daripada irigasi

permukaan

7.

Dengan tidak diperlukannya saluran terbuka, maka tidak banyak lahan yang

tidak dapat ditanami, tidak mengganggu operasi alat dan mesin pertanian.

Sedangkan kelemahan sistem irigasi curah di antaranya memerlukan biaya

investasi dan biaya operasional yang tinggi, antara lain untuk operasi pompa air

dan tenaga pelaksana yang terampil. Selain itu, perancanan dan tata letaknya

harus teliti agar diperoleh tingkat efisiensi yang tinggi (Prastowo, 2002).

Sebelum melakukan perancangan sistem irigasi curah, dibutuhkan

informasi faktor-faktor rancangan. Faktor-faktor tersebut meliputi sifat fisik tanah,

air tanah tersedia, laju infiltrasi, evapotranspirasi tanaman, curah hujan efektif,

dan kebutuhan air irigasi.

(21)

Sistem irigasi curah dapat digunakan untuk hampir semua tanaman kecuali

padi dan yute, pada hampir semua jenis tanah. Akan tetapi tidak cocok untuk

tanah bertekstur liat halus, dimana laju infiltrasi kurang dari 4 mm/jam dan atau

kecepatan angin lebih besar dari 13 km/jam (Keller, 1990). Beberapa kriteria

kelayakan penerapan dan perencanaan irigasi curah disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria kesesuaian lokasi penerapan irigasi curah

(Prastowo, 2002)

Kriteria penerapan

Iklim

1. Zona Agroklimat E, D, C3

2. Arah angin tidak berubah-ubah

3. Kecepatan angin kurang dari 4.4 m/s

Lahan

1. Tekstur kasar, solum dangkal, laju infiltrasi tinggi, peka terhadap erosi

2. Jenis tanah Regosol, Rendzina, Litosol, Grumusol, dan Andosol

3. Laju infiltrasi lebih dari 4 mm/jam

4. Luas dan bentuk petakan lahan yang teratur

Sumber air

1. Air tanah, mata air, air permukaan (danau, embung, waduk)

2. Tersedia sumber air yang cukup sepanjang tahun

3. Kualitas air yang bebas kotoran dan tidak mengandung besi (Fe)

Tanaman

1. Jenis tanaman yang dibudidayakan bernilai ekonomis tinggi

Sosial

Ekonomi

1. Motivasi petani tinggi

2. Kemampuan teknis dan finansial petani memadai

3. Kelembagaan usaha tani yang siap

Komponen penyusun irigasi curah adalah (Prastowo, 2002):

1.

Sumber air irigasi, dapat berasal dari mata air, sumber air yang permanen

(sungai, danau, dan sebagainya), sumur, atau suatu sistem suplai regional.

2.

Sumber energi untuk pengairan, dapat berasal dari gravitasi, pemompaan pada

sumber air, atau penguatan tekanan dengan menggunakan pompa penguat

tekanan (booster pump).

3.

Jaringan pipa, terdiri dari:

a.

Lateral, yaitu pipa yang merupakan tempat diletakannya pencurah.

Pipa lateral biasanya tersedia di pasaran dengan ukuran panjang 5, 6 atau

12 meter setiap potongnya. Setiap potongan pipa dilengkapi dengan quick

coupling untuk mempermudah dan mempercepat proses menyambung dan

melepas pipa.

b.

Manifold, yaitu pipa yang merupakan tempat dihubungkannya pipa lateral.

c.

Valve line, yaitu pipa yang merupakan tempat diletakannya katup air.

(22)

Skema umum jaringan irigasi curah diperlihatkan pada Gambar 2.

Stasiun pompa

Hydrant

Pipa utama

Pencurah

Lateral

Gambar 2. Skema jaringan irigasi curah (

Prastowo, 2002).

Jenis pipa yang biasa digunakan baik sebagai pipa lateral, manifold,

maupun pipa utama antara lain GIP, PVC, PE, dan Alumunium. Dimensi pipa

yang diperhitungkan dalam perancangan irigasi curah adalah diameter dan

panjangnya. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis pipa

adalah ketebalan, Aw, diameter, dan kemampuan operasional pipa terhadap

tekanan yang bekerja.

Natural

Resources

Conservation

Service

(NRCS)

dari

Idaho

mengklasifikasikan sistem irigasi curah berdasarkan tekanan operasional

pencurah yang digunakan. Klasifikasi tersebut disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi sistem irigasi curah berdasarkan tekanan

operasional pencurah (

NRCS, 2004)

Sistem irigasi curah

Tekanan

(psi)

(Bar)

Tekanan rendah

2.00 – 35.00

0.13 – 2.33

Tekanan sedang

36.00 – 50.00

2.40 – 3.33

Tekanan menengah

51.00 – 75.00

3.40 – 5.00

Tekanan tinggi

> 75.00

> 5.00

Sistem irigasi curah menurut Keller (1990) terbagi menjadi set system

(pencurah memiliki posisi yang tetap) dan continuous-move system (pencurah

dapat dipindah-pindahkan). Tipe irigasi curah yang termasuk set system adalah

(23)

hand-move lateral, end-tow lateral, side-roll lateral, side-move lateral, gun and

boom sprinklers, perporated pipe, hose-fed sprinklers, dan orchard systems.

Sistem jenis ini ada yang dipindahkan secara periodik (periodic-move system) dan

ada yang tetap (fixed sprinkler system). Sedangkan yang termasuk

continuous-move system adalah traveling sprinkler, center pivot, dan linear-moving laterals.

Pada aplikasi irigasi curah untuk tanaman tahunan seperti buah-buahan,

seringkali jaringan pipa dan pencurah tetap di tempat dari musim ke musim.

Dalam kasus ini sistim tesebut disebut sebagai sistim permanen. Umumnya pada

sistim permanen jaringan perpipaan ditanam di bawah tanah untuk menghindari

kerusakan dari kendaraan pertanian yang lewat, atau dipasang permanen di atas

tanaman. Sistem irigasi curah yang dianggap paling dapat mereduksi pengaruh

angin, mengurangi biaya energi, dan meningkatkan efisiensi aplikasi adalah

sistem center pivot (Kranz, 2006).

2.2 Rancangan Hidrolika Pipa Sub Unit

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rancangan diartikan sebagai

sesuatu yang sudah dirancang atau hasil dari kegiatan merancang. Selain itu,

rancangan juga disetarakan pengetiannya dengan rencana atau program.

Hidrolika adalah salah satu cabang teknik sipil yang mempelajari perilaku

aliran air secara mikro maupun makro, pada aliran di saluran tertutup maupun

saluran terbuka atau sungai (http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrolika). Perilaku air

yang dipelajari adalah aliran pada saluran tertutup dan terbuka. Hidrolika

dibedakan dalam dua bidang, yaitu hidrostatika yang mempelajari zat cair

keadaan diam, dan hidrodinamika yang mempelajari zat cair bergerak.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa rancangan

hidrolika adalah suatu perancangan teknis mengenai perilaku aliran air secara

mikro maupun makro baik pada saluran tertutup maupun pada saluran terbuka.

Rancangan hidrolika pipa sub unit merupakan perancangan teknis hidrolika pipa

pada suatu sub unit. Artinya, perilaku air yang dianalisis akan mengasilkan

dimensi pipa yang sesuai untuk suatu sub unit.

Keller (1990) menyebutkan sub unit adalah area yang dialiri dari setiap

tekanan atau titik aliran yang telah diatur. Suatu area irigasi dapat terdiri atas

(24)

beberapa sub unit, bergantung pada desain tata letak area irigasi tersebut.

Contoh

skema tata letak pipa sub unit irigasi curah diperlihatkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Skema tata letak pipa sub unit.

Beberapa parameter yang diperhitungkan dalam perancangan hidrolika

pipa antara lain:

1.

Tekanan (Head)

Dalam pengertian umum, tekanan adalah pengukur energi yang

diperlukan untuk mengoperasikan sistem irigasi curah dan secara spesifik

didefinisikan sebagai gaya yang bekerja seragam pada suatu luasan tertentu

dengan satuan N/m

2

. Seringkali dinyatakan dalam kN/m

2

atau bar (1 bar = 100

kN/m

2

= 1 kgf/cm

2

= 14.5 lbf/in

2

). Satuan lainnya yang sering dipakai adalah

psi (pound per square inch atau lbf/in

2

) dalam unit Imperial, dan kilogram

gaya per cm

2

(kgf/cm

2

) dalam unit Eropa.

Tekanan dalam pipa dapat diukur dengan alat Bourdon gauge. Di dalam

alat ini terdapat suatu tabung lengkung berbentuk oval yang berusaha untuk

meregang jika di bawah tekanan. Tabung ini dihubungkan dengan skala

pengukur tekanan. Insinyur perencana sering menyatakan tekanan dalam

satuan tinggi air (head of water) karena lebih nyaman untuk digunakan. Jika

pengukur Bourdon digantikan dengan tabung vertikal, tekanan air

menyebabkan air dalam tabung akan naik. Tingginya kenaikan air ini

digunakan sebagai pengukur tekanan dalam pipa. Dalam SI unit: Head air (m)

(25)

= 0.1 x Tekanan (kN/m

2

), atau Head air (m) = 10 x Tekanan (bar). Pada

imperial units : Head air (ft) = 2.31 x Tekanan (psi).

2.

Hidrolika Nozel

Secara umum hubungan antara tekanan atau head dengan debit

pencurah atau nozel ditunjukkan pada persamaan berikut (Prastowo, 2002):

P

Kd

q

=

…... (1)

H

Kd

q

=

………... (2)

dimana :

q : debit pencurah (l/menit);

Kd : koefisien debit nozel sesuai dengan peralatan yang digunakan;

P : tekanan operasi pencurah (kPa);

H : head operasi pencurah (m).

Nilai debit dan tekanan operasi pencurah dapat diketahui dari data

spesifikasi teknis pencurah yang dibuat oleh setiap pabrikan pencurah.

3.

Aliran dalam Pipa

Debit adalah banyaknya air yang mengalir dalam suatu satuan waktu

(M/T). Pada sistem irigasi curah, variasi debit yang diijinkan adalah < 10

persen. Artinya, perbedaan debit yang terjadi sepanjang aliran dalam pipa

harus tidak lebih besar dari 10 persen nilai debit yang dirancang. Debit aliran

dalam pipa dapat diketahui dengan rumus:

N

q

Q

l

=

a

×

... (3)

N

q

Q

Q

m

=

l

=

lateral

×

... (4)

q

a

: debit pencurah (l/s);

Q

l

: debit pada pipa lateral (l/s);

Q

m

: debit pada pipa manifold (l/s);

N : banyaknya jumlah pencurah.

Jenis pipa dispesifikasikan dengan diameter-dalam (internal diameter)

atau diameter luar tergantung pada bahannya, dan tekanan aman (safe

pressure). Kehilangan tekanan dalam aliran pipa tergantung pada kekasaran

(26)

seiring tingkat keausan dan umur dari pipa tersebut. Kehilangan energi

gesekan pipa dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

a.

Untuk pipa kecil (< 125 mm)

J = 7.89 x 10

7

x (Q

1.75

/D

4.75

) ... (5)

b.

Untuk pipa besar (> 125 mm)

J = 9.58 x 10

7

x (Q

1.83

/D

4.83

) ... (6)

- Tanpa outlet

Hf = J x (L/100) ... (7)

- Dengan multi outlet yang berjarak seragam

Hf = J x F x (L/100) ... (8)

- Untuk sambungan

Hl = Kr x 8.26 x 10

4

x (Q

2

/ D

4

) ... (9)

J: gradien kehilangan head (m/100 m);

hf: kehilangan head akibat gesekan (m);

hl: kehilangan head akibat adanya katup dan sambungan (m);

Q: debit sistem (l/s);

D: diameter dalam pipa (mm);

F: koefesien reduksi;

Kr: koefesien resistansi;

L: panjang pipa (m).

Tabel 3. Koefesien Reduksi (F) untuk Pipa Multi Outlet

(Prastowo, 2002)

Jumlah

Outlet

F

Jumlah

Outlet

F

Ujung

1)

Tengah

2)

Ujung

1)

Tengah

2)

1

1,00

1,00

8

0,42

0,38

2

0,64

0,52

9

0,41

0,37

3

0,54

0,44

10 - 11

0,40

0,37

4

0,49

0,41

12 - 15

0,39

0,37

5

0,46

0,40

16 - 20

0,38

0,36

6

0,44

0,39

21 - 30

0,37

0,36

7

0,43

0,38

30

0,36

0,36

1) Sprinkler pertama berjarak 1 interval dari pipa utama

2) Sprinkler pertama berjarak 1/2 interval dari pipa utama

(27)

Koefisien reduksi (F) juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus

(Prastowo dan Liyantono, 2002) :

2 5 . 0

6

)

1

(

2

1

1

1

N

b

N

b

F

+

+

+

=

... (10)

dengan b : koefisien debit aliran dalam pipa (untuk pipa PVC, b = 1.75).

Banyaknya pencurah dan panjang pipa yang diperlukan didapatkan dengan

persamaan :

y

N

L

=

×

... (11)

L : panjang pipa lateral atau pun manifold yang diperlukan (m);

N : banyaknya jumlah pencurah atau lateral;

y : spasi (interval atau jarak antar pencurah dan pipa lateral) (m)

Kehilangan tekanan pada debit tertentu akan lebih besar terjadi pada

diameter pipa yang lebih kecil. Kehilangan tekanan akan naik secara cepat

dengan bertambahnya debit aliran, khususnya pada dimeter pipa kecil.

Kehilangan tekanan bertambah secara linier dengan bertambah panjangnya

pipa, jika panjang pipa menjadi dua kali maka kehilangan tekanan juga

menjadi dua kali.

Diameter pipa ditentukan berdasarkan kehilangan tekanan yang

diijinkan, yaitu diameter yang memberikan kehilangan tekanan lebih kecil

pada debit aliran yang diinginan. Sebagai pegangan kasar untuk menentukan

diameter pipa pada berbagai debit dan panjang pipa dapat digunakan Tabel 4

yang didasarkan pada kecepatan aliran dalam pipa lebih kecil dari 1.5 m/S.

Tabel 4. Pedoman untuk menentukan diameter pipa

(Keller, 1990)

Debit

(m

3

/jam)

Panjang pipa (m)

< 250 250 - 500 > 500

Diameter pipa (mm)

5

50

50

10

75

75

25

75

75

50

100

100

60

100

125

150

70

100

125

150

80

125

150

150

(28)

Kehilangan head pada sub unit (

Ps) dibatasi tidak lebih dari 20% dari

tekanan operasi rata-rata sistem. Kehilangan head (hf) pada lateral harus

Hl, demikian juga halnya pada manifold (pembagi) kehilangan headnya (hf)

harus lebih kecil atau sama dengan

Hm. Kehilangan tekanan karena gesekan

di pipa utama maksimum sebesar 0.41 m/10 m. Tekanan inlet lateral yang

tertinggi diambil sebagai outlet manifold pada sub unit.

Ps = 20% x Ha ... (12)

Hl = 0,55

Ps ± Z lateral ... (13)

Hm = 0,45

Ps ± Z manifold ... (14)

Ps

: kehilangan head yang diijinkan pada sub unit (m),

Hl

: kehilangan head yang diijinkan pada lateral (m),

Ha

: tekanan operasi rata-rata pencurah (m),

Hm

: kehilangan head yang diijinkan pada manifold (m),

Z lateral

: perbedaan elevasi sepanjang lateral (m),

Z manifold : perbedaan elevasi sepanjang manifold (m),

-

: elevasi menurun,

+

: elevasi menaik

2.3 Pencurah

Pencurah (sprinkler) berfungsi untuk mengaplikasikan air secara seragam

ke atas permukaan tanah yang dapat digunakan oleh tanaman untuk menghasilkan

buah, biji, atau zat kering. Contohnya adalah tipe pencurah, tipe dan ukuran

orifice, posisi dan jarak spasi pemasangan serta tekanan operasi (Kranz, et al.,

2005). Terdapat dua tipe kepala pencurah untuk mendapatkan semprotan yang

baik, yaitu: a) Kepala pencurah berputar (Rotating head sprinkler), mempunyai

satu atau dua nozel dengan berbagai ukuran tergantung pada debit dan diameter

lingkaran basah yang diinginkan, dan b) Pipa dengan lubang-lubang sepanjang

atas dan sampingnya (sprayline).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pencurah menurut Keller (1990)

adalah angin, laju aplikasi, dan jumlah air irigasi yang diperlukan. Angin akan

mempengaruhi pola sebaran air yang dihasilkan. Untuk mengurangi pengaruh

(29)

angin, jarak spasi harus diperkecil dan lateral diletakkan tegak lurus arah angin.

Sebagai pegangan, dapat digunakan Tabel 5 untuk menentukan jarak spasi

berdasarkan kecepatan angin.

Tabel 5. Spasi maksimum untuk pencurah bertekanan rendah

sampai medium

(Keller, 1990)

Kecepatan angin

(km/jam)

Spasi dari diameter pembasahan

Spasi sepanjang lateral

Spasi sepanjang pipa utama

0

50 %

65 %

1-6

45 %

60 %

7-12

40 %

50 %

>12

30 %

30 %

Kranz (2006) menyebutkan beberapa tipe pencurah yang biasa digunakan

pada sistem irigasi curah bertekanan rendah, yaitu impact sprinklers, stationary

pad sprays, dan moving pad sprays (rotating and oscillating pad sprays). Gambar

dari masing-masing tipe pencurah diperlihatkan dalam Gambar 4. Pada Tabel 6,

diperlihatkan karakteristik operasional utama masing-masing tipe pencurah.

Tabel 6. Karakteristik operasional beberapa tipe pencurah

bertekanan rendah

(Kranz, 2006)

Tipe pencurah

Bahan

Lintasan

sudut

Ukuran

butiran air

Tekanan

operasi

(psi)

Radius

pembasahan

(ft)

Impact

Plastik /

kuningan

Tekanan rendah

Plastik

5

15

°

Sedang-Besar

20

40

55

80

Tekanan tinggi

Plastik

10

20

°

Sedang-Besar

40

80

60

150

Penyemprotan 360

°

Moving pads

Rotating pads

Plastik

-12

35

°

Sedang-Besar

15

45

40

75

Oscillating pads

Plastik

12

21

°

Sedang-Besar

10

40

35

60

Nozel

Penyemprotan 360

°

Stationary pads

Fix pad

Plastik

-5

15

°

Kecil-Sedang

5

30

10

40

(30)

Gambar 4. Tipe pencurah bertekanan rendah

(Kranz, 2006).

2.4 Sistem Pakar

Oxman (1985) dalam Marimin (2005) menyebutkan bahwa sistem pakar

adalah perangkat lunak komputer (software) yang menggunakan pengetahuan

(aturan-aturan tentang sifat dari unsur suatu masalah), fakta dan teknik inferensi

untuk masalah yang biasanya membutuhkan kemampuan seorang ahli.

Pengetahuan yang digunakan pada sistem pakar terdiri dari kaidah-kaidah (rules)

atau informasi dari pengalaman tentang tingkah laku suatu unur dari suatu gugus

persoalan. Tujuan perancangan sistem pakar adalah untuk mempermudah kerja

atau bahkan mengganti tenaga ahli, penggabungan ilmu dan pengalaman dari

beberapa tenaga ahli, training tenaga ahli baru, penyediaan keahlian yang

diperlukan oleh suatu proyek yang tidak ada atau tidak mampu membayar tenaga

(31)

ahli (Marimin, 2005). Karakteristik sistem pakar menurut Waterman (1986) dalam

Marimin (2005) adalah (a) Memiliki domain persoalan yang terbatas; (b)

Memiliki kemampuan memberikan penalaran; (c) Memiliki kemampuan

mengolah data yang mengandung ketidakpastian; (d) Memisahkan mekanisme

inferensi dengan basis pengetahuan; (e) Dirancang untuk dikembangkan secara

bertahap (modular); (f) Keluarannya bersifat anjuran; dan (g) Basis pengetahuan

didasarkan pada kaidah.

Sistem

pakar

semakin

berkembang,

salah

satunya

adalah

dikembangkannya sistem Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neuran Network).

Marimin (2005) menyebutkan bahwa Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah suatu

sistem

pemrosesan

informasi

yang

memiliki

karakteristik-karakteristik

menyerupai jaringan syaraf biologi, yaitu hubungan antar neuron (arsitektur),

metode penentuan bobot pada saluran penghubung (training/learning algorithm),

dan fungsi aktivasi yang digunakan.

Software Aplikasi Sub Unit Irigasi Tetes yang telah ada dibangun dengan

metode Newton-Raphson (Newton-Raphson Method) dan JST dengan tujuan

memudahkan perhitungan secara cepat dan relatif mudah pada perancangan

hidrolika sub unit irigasi tetes. Software Aplikasi Sub Unit Irigasi Tetes tersebut

dibangun dengan program delphi.

Metode Newton-Raphson merupakan salah satu metode penyelesaian

akar-akar persamaan non linier f(x)

, dengan menentukan satu nilai tebakan awal

dari akar yaitu x

n

. Persamaan dasar metode Newton-Raphson adalah :

)

(x

f'

)

f(x

x

x

n n n 1 n+

=

... (15)

Nilai x yang dicari didapatkan dengan melakukan iterasi atas turunan persamaan

non linier tersebut. Iterasi dihentikan jika dua iterasi yang berurutan menghasilkan

hampiran akar yang sama

Pada metode Newton-Raphson, masukan (input) yang diperlukan adalah

debit penetes (l/jam), tekanan kerja penetes (m), jarak penetes (m), dan jarak antar

pipa lateral (m). Keluaran (output) yang dihasilkan adalah panjang maksimum

pipa lateral (m) dan panjang maksimum pipa manifold (m).

(32)

Gambar 5. Tampilan program desain hidrolika sub-unit dengan metode

Newton-Raphson.

Sedangkan pada metode JST lapis masukan (input layer) terdiri atas 6 unit

yaitu debit penetes (l/jam), tekanan kerja penetes (m), jarak penetes (m), dan jarak

antar pipa lateral (m), diameter pipa manifold (mm), dan diameter pipa lateral

(mm). Lapis keluaran (output layer) dalam model ini terdiri atas 2 unit, yaitu

panjang maksimum lateral dan manifold (m). Jumlah unit pada lapis tersembunyi

(hidden layer) sebanyak 12 unit, sehingga terdapat 96 pembobot.

(33)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan penelitian akan diadakan pada Bulan Juni-Juli 2009. Adapun

tempat pelaksanaannya adalah di Kampus IPB Dramaga Bogor.

3.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dari penelitian ini diperlihatkan pada Gambar 7.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder. Data

diperoleh dengan melakukan telaah pustaka baik pada buku-buku literatur, karya

tulis ilmiah, internet, maupun sumber informasi lainnya.

3.4 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan metode coba-ralat berdasarkan

rumus (3) hingga (14) sehingga diperoleh suatu rancangan hidrolika sub unit

irigasi curah. Selain itu, data-data spesifikasi teknis berbagai pencurah yang

diperoleh dianalisis pula dengan menggunakan software Aplikasi Rancangan

Hidrolika Sub-unit Irigasi Tetes yang dikembangkan oleh Prastowo, et. al. (2007).

Hasil analisis data dengan metode coba-ralat tersebut kemudian dibandingkan

dengan hasil analisis data dengan menggunakan software. Proses inilah yang

dinamakan uji validasi software.

Apabila hasil analisis dengan kedua metode tersebut sesuai maka dapat

dikatakan bahwa software tersebut valid untuk digunakan pada perancangan

hidrolika sub unit irigasi curah pada tekanan rendah. Selanjutnya akan dibangun

suatu tabel dan nomogram sebagai model rancangan hidrolika sub unit irigasi

curah dengan tekanan rendah. Namun apabila hasil analisis dengan kedua metode

tersebut tidak atau kurang sesuai maka dapat dikatakan software tersebut tidak

valid untuk digunakan pada perancangan hidrolika sub unit irigasi curah pada

tekanan rendah. Selanjutnya akan dibuat suatu rekomendasi untuk perbaikan

(34)

software tersebut sehingga dapat digunakan untuk perancangan hidrolika sub unit

irigasi curah pada tekanan rendah.

3.5 Bahan dan Alat

Adapun bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1.

Seperangkat komputer yang dilengkapi software Microsoft Excel.

2.

Alat tulis

3.

Data spesifikasi teknis pencurah yang ada di pasaran.

4.

Software Aplikasi Irigasi Tetes.

(35)

Pengumpulan Data dan Perangkat Analisis

Analisis Data

Interpretasi Hasil Analisis Data

Ya

Tidak

Gambar 7. Kerangka pemikiran penelitian

Debit manifold (l/jam)

Jarak spasi pencurah (m)

Ukuran blok sub

unit (m x m)

Panjang pipa lateral (m)

Panjang pipa manifold (m)

Tabel

Model

rancangan

hidrolika sub

unit irigasi curah

dengan tekanan

rendah

Nomogram

Jarak spasi lateral (m)

Uji validasi

Jumlah pencurah/lateral

Jumlah lateral/manifold

Kehilangan tekanan di

lateral yang diijinkan (m)

Kehilangan tekanan

karena gesekan (m)

Kehilangan tekanan di pipa

manifold yang diijinkan (m)

Tekanan operasi

rata-rata pencurah (m)

Perangkat analisis:

-

Metode coba-ralat

-

Software irigasi tetes

Debit pencurah (l/jam)

Debit lateral (l/jam)

Rekomendasi untuk

modifikasi model

rancanan hidrolika sub

unit irigasi curah

dengan tekanan rendah

φ

pipa manifold (mm)

(36)
(37)
(38)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari pencarian data yang dilakukan, diperoleh data spesifikasi pencurah

sebanyak 215 buah. Data tersebut diperoleh dari penelusuran informasi tentang

pencurah untuk irigasi curah baik dari internet maupun perusahaan tertentu. Jenis

pencurah yang banyak didapat adalah impact sprinkler, rotator sprinkler, big gun,

dan micro sprinkler dengan beragam bentuk nozel dan kemampuan penyiraman.

Beberapa pabrikan pencurah antara lain QIM, Grupo Chamartin, Nelson, Jain

Irrigation Systems Ltd., Hunter Industries, Orbit, Rain Bird, Toro, Netafim, dan

K-Rain.

Data spesifikasi pencurah yang dicari adalah debit operasional rata-rata

(qa), tekanan operasional (Ha), serta jarak spasi pemasangan pencurah. Untuk

jarak spasi, tidak semua pabrikan mencantumkan informasi tersebut. Ada

beberapa pabrikan yang mencantumkan diameter pembasahan pencurah.

Asumsi-asumsi yang digunakan pada penelitian ini antara lain kecepatan angin dianggap 0

km/jam. Pada kondisi tersebut (berdasarkan Tabel 5) diketahui bahwa jarak spasi

yang aman bagi pemasangan pencurah adalah 50 persen dari diameter

pembasahannya. Oleh karena itu, untuk pencurah yang tidak diketahui jarak

spasinya, radius pembasahan (setengah dari diameter pembasahannya) dianggap

sebagai jarak spasinya.

4.1 Perhitungan dengan Metode Coba-Ralat

Selain kecepatan angin dianggap 0 km/jam, asumsi lain yang digunakan

pada perhitungan dengan metode coba-ralat adalah :

a.

Pipa yang digunakan adalah PVC.

b.

Diameter pipa yang digunakan sesuai dengan pipa yang beredar di pasaran,

yakni 13 mm (0.5 inci), 19 mm (0.75 inci), 25 mm (1 inci), 32 mm (1.25 inci),

40 mm (1.5 inci), 50 mm (2 inci), 60 mm (2.4 inci), 75 mm (3 inci), dan 90 mm

(3.5 inci). Seluruh pipa merupakan pipa kecil, yakni berdiameter kurang dari

125 mm.

c.

Elevasi pipa lateral dan manifold terhadap datum dianggap nol (Z = 0).

d.

Jarak spasi pencurah dalam lateral dan spasi lateral dalam manifold seragam.

(39)

Berikut adalah perhitungan metode coba-ralat rancangan hidrolika sub unit

irigasi curah dengan tekanan rendah :

Dengan asumsi kedua, gradien kehilangan head (J dalam m/100 m) untuk

pipa kecil (< 125 mm), didapatkan dengan menggunakan persamaan (5). Bila pipa

tersebut multi outlet dengan jarak spasi seragam, maka hf (kehilangan head akibat

gesekan, m) diperoleh dari persamaan (8).

Nilai F berdasarkan persamaan (10) dihitung dengan:

2 5 . 0

6

)

1

(

2

1

1

1

N

b

N

b

F

+

+

+

=

dengan b : koefisien debit aliran dalam pipa (untuk pipa PVC, b = 1.75).

F =

2 5 . 0

6

)

1

75

.

1

(

2

1

1

75

.

1

1

N

N

+

+

+

=

2

1443

.

0

5

.

0

3636

.

0

N

N

+

+

... (15)

Berdasarkan persamaan (11), panjang pipa lateral atau pun manifold yang

diperlukan (L, m) merupakan hasil perkalian antara jumlah pencurah atau lateral

(N) dengan jarak spasi antar pencurah dan pipa lateral (y, m).

Untuk memperoleh nilai kehilangan head yang diijinkan baik pada sub

unit (

Ps), pada lateral (

Hl), maupun pada manifold (

Hm), terdapat batasan

berikut seperti yang disebutkan pada persamaan (12), (13), dan (14).

Ps = 20% x Ha

Hl = 0,55

Ps ± Z lateral = 0.55

×

0.2 Ha = 0.11 Ha …... (16)

Hm = 0,45

Ps ± Z manifold = 0.45

×

0.2 Ha = 0.9 Ha ... (17)

1. Perhitungan Panjang Pipa Lateral

Hl = h

f

sepanjang pipa lateral

Substitusi persamaan (16) ke persamaan (5)

L

F

Ha

L

F

Ha

L

F

h

J

f

×

=

×

×

=

×

×

=

100

0

.

11

100

11

... (18)

Substitusi persamaan (8) ke persamaan (18)





×

×

=

×

4.75 75 . 1 7

10

89

.

7

11

D

Q

L

F

Ha

... (19)

(40)

(

)

×

×

×

=

×

×

4.75 75 . 1 7

10

89

.

7

11

D

N

q

y

N

F

Ha

... (20)

Substitusi persamaan (15) kemudian variabel N disatukan pada sisi kiri

F

y

N

q

D

Ha

×

4.75

=

7

.

89

×

10

7

×

1.75

×

2.75

×

×

11

y

q

D

Ha

F

N

×

×

×

×

=

×

2.75 7 14..7575

10

89

.

7

11

y

q

D

Ha

N

N

N

×

×

×

×

=

+

+

×

2.75 2 7 14..7575

10

89

.

7

11

1443

.

0

5

.

0

3636

.

0

y

q

D

Ha

N

N

N

×

×

×

×

=

+

+

2.75 1.75 0.75 7 41..7575

10

89

.

7

11

1443

.

0

5

.

0

3636

.

0

...(21)

Contoh :

Diketahui untuk pencurah tipe Rain Bird R13-18H, tekanan kerjanya adalah

14 m dengan debit operasi 150 L/jam dan jarak spasi 4 m. Bila diameter

lateral yang digunakan adalah 13 mm, maka :

Ha = 14 m

D = 13 mm

q = 150 l/jam = 0.04167 l/s

y = 4 m

y

q

D

Ha

N

N

N

×

×

×

×

=

+

+

1.75 0.75 7 14..7575 75 . 2

10

89

.

7

11

1443

.

0

5

.

0

3636

.

0

( ) ( )

(

0

.

04167

)

( )

4

10

89

.

7

13

14

11

1443

.

0

5

.

0

3636

.

0

1.75 7 75 . 4 75 . 0 75 . 1 75 . 2

×

×

×

×

=

+

+

N

N

N

8304

.

24

1443

.

0

5

.

0

3636

.

0

2.75

+

1.75

+

0.75

=

N

N

N

Dengan metode coba-ralat, didapatkan N = 4.1

4 buah.

L = N x y = 4 x 4 = 16 m.

Jadi, banyaknya pencurah yang perlu digunakan adalah 4 buah dan panjang

pipa lateral yag dibutuhkan adalah 16 m.

Gambar

Gambar 1. Alur prosedur desain irigasi curah ( Prastowo, 2002).
Tabel 1. Kriteria kesesuaian lokasi penerapan irigasi curah  (Prastowo, 2002)  Kriteria penerapan
Gambar 2. Skema jaringan irigasi curah ( Prastowo, 2002).
Gambar 3. Skema tata letak pipa sub unit.
+7

Referensi

Dokumen terkait