• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PERAN KEPEMIMPINAN WIRAUSAHA DENGAN FOKUS INTERNAL PADA WIRAUSAHAWAN PELAKU BISNIS KULINER DI JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PERAN KEPEMIMPINAN WIRAUSAHA DENGAN FOKUS INTERNAL PADA WIRAUSAHAWAN PELAKU BISNIS KULINER DI JAKARTA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

195

TINJAUAN PERAN KEPEMIMPINAN WIRAUSAHA DENGAN

FOKUS INTERNAL PADA WIRAUSAHAWAN PELAKU BISNIS

KULINER DI JAKARTA

Aristo Surya Gunawan

Program Studi Administrasi Bisnis Unika Atma Jaya, Jakarta, aristosurya@gmail.com

ABSTRAK:

Data Badan Pusat Statistik memperlihatkan pasca krisis ekonomi tahun 1997-1998 jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) meningkat. Sampai tahun 2014 jumlah UMKM di Indonesia mencapai 57,9 juta pelaku usaha dengan total kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 58,92% dan penyerapan tenaga kerja sebesar 97,3%. Peranan UMKM ini sangat penting bagi perekonomian nasional Indonesia. UMKM kelompok usaha perdagangan, hotel dan restoran (termasuk jasa pangan atau kuliner) memiliki proporsi sebanyak 28,3% dari total jumlah UMKM dan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memberikan sumbangan besar terhadap PDB. Kepemimpinan wirausaha (entrepreneurial leadership) yang dikemukakan oleh Thornberry (2006) membagi berdasarkan fokus internal dan eksternal. Kepemimpinan wirausaha dengan fokus internal terdiri atas peran sebagai aktivis dan katalis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran kepemimpinan wirausaha dengan fokus internal tersebut dalam diri para wirausahawan pelaku bisnis kuliner di Jakarta. Studi ini merupakan penelitian deskriptif dengan data kuantitatif yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner terhadap 150 orang responden wirausahawan pelaku bisnis kuliner di Jakarta. Analisis yang dilakukan adalah dengan nilai rata-rata (mean score). Hasil penelitian menyimpulkan peranan kepemimpinan wirausaha yang menonjol adalah pada peran sebagai miner dengan aspek kreatif dalam mengelola bisnis serta mendukung pada perubahan-perubahan pada organisasi bisnis agar lebih baik serta memprioritaskan pelanggan.

Kata Kunci: Kewirausahaan, Kepemimpinan wirausaha, Bisnis kuliner

ABSTRACT:

Data from Central Bureau of Statistics shows that after the 1997-1998 economic crisis,, the number of Micro Small and Medium Enterprises (MSMEs) increased. Until 2014, the number of MSMEs in Indonesia reached 57.9 million businesses with the total contribution to the Gross Domestic Product (GDP) amounted at 58.92% and the employment rate amounted at 97.3%. The role of MSMEs is very important for the national Indonesian economy. MSMEs business groups of trade, hotel and restaurant (including food or culinary) have a proportion of 28.3% to the total number of MSMEs and this group is one of the economic sectors that contribute significantly to GDP. Entrepreneurial leadership according to Thornberry (2006) divides by internal and external focus. Entrepreneurial leadership with an internal focus consists of the role of activist and catalyst. This study aims to observe the role of entrepreneurial leadership with internal focus among the entrepreneurs in culinary business in Jakarta. This study is a descriptive study with quantitative data obtained through distributing questionnaires to 150 respondents. The analysis is using mean score technique. The results of this study conclude that the prominent role of entrepreneurial leadership is miner, which means creatively managing the business by encouraging business organization to adapt the changes in order to perform better and more prioritize customer.

(2)

196

PENDAHULUAN

Data Badan Pusat Statistik memperlihatkan pasca krisis ekonomi tahun 1997-1998 jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) meningkat. Sampai tahun 2014 jumlah UMKM di Indonesia mencapai 57,9 juta pelaku usaha dengan total kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 58,92% dan penyerapan tenaga kerja sebesar 97,3%. Peranan UMKM ini sangat penting bagi perekonomian nasional Indonesia. Dikala krisis, seperti krisis moneter melanda Indonesia di tahun 1998, UMKM relatif lebih mampu bertahan dibandingkan perusahaan besar. Hal ini disebabkan mayoritas usaha berskala kecil dan menengah tidak terlalu tergantung pada modal besar atau pinjaman dalam mata uang asing. Dengan demikian ketika ada fluktuasi nilai tukar, perusahaan berskala besarlah yang secara umum paling berpotensi mengalami imbas krisis, bukan UMKM (Profil Bisnis UMKM : 2015)

Berdasarkan konsep ISIC (International Standard Classification of All Economic Activities), UMKM dikelompokan ke dalam 9 sektor sesuai jenis kegiatan ekonomi. Salah satu adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan Profil Bisnis UMKM (2015), usaha restoran disebut sebagai kegiatan penyediaan makan minum yang didefinisikan sebagai usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan permanen yang menjual dan menyajikan makan dan minuman untuk umum ditempat usahanya.

UMKM kelompok usaha perdagangan, hotel dan restoran (termasuk jasa pangan atau kuliner) memiliki proporsi sebanyak 28,3% dari total jumlah UMKM, atau kedua terbesar dibawah sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. Bila dilihat kontribusinya terhadap PDB (data tahun 2010-2011), maka sektor perdagangan, hotel dan restoran juga tercatat sebagai sektor kedua terbesar yang memberikan sumbangan terhadap PDB (Profil Bisnis UMKM : 2015).

Kuliner didefinisikan sebagai kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makan dan minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi dan/atau kearifan lokal sebagai elemen terpenting dalam meningkatkan citarasa dan nilai produk tersebut (Kemenparekraf : 2014). Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi Kreatif menjelaskan bahwa ekonomi kreatif terdiri atas 16 sub-sektor, dimana kuliner sebagai salah satu sub-sektornya. Berdasarkan Rencana Strategis 2015-2019 Kementrian Koordinator Perekonomian, ekonomi kreatif memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu sektor yang dapat mendukung perekonomian nasional. Pada tahun 2013, kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional sebesar 7.05 % (atau setara Rp.641,81 triliun). Sektor kuliner merupakan sektor yang menyumbang PDB terbesar dengan kontribusi sebesar 32,51 persen.

Menteri Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), A.A.G.N Puspayoga sebagaimana dikutip dari Swaonline (www.swa.co.id) menilai sektor kuliner sebagai bidang ekonomi kreatif yang mempunyai potensi besar. Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan Kementrian Pariwisata M.Ahman Sya, juga mengatakan bahwa kuliner adalah sebuah destinasi sekaligus penyedap destinasi. Kuliner mempunyai dampak positif dalam pengembangan pariwisata. Ahman juga menjelaskan bahwa sektor kuliner menyumbang pendapatan Rp.200 triliun, lebih besar dari sektor fashion dan kerajinan.

Untuk menumbuhkembangkan UMKM, dibutuhkan wirausahawan yang tangguh. Agar UMKM bisa terus bertahan dan sukses dibutuhkan kepribadian yang kuat dari para

(3)

197

wirausahawan. Kepemimpinan, bagi seorang kewirausahan, adalah modal penting untuk menyelaraskan sumber-sumber daya yang dimilikinya menjadi suatu usaha/bisnis yang berhasil. Tanpa kepemimpinan yang kuat, tidak ada visi besar yang dapat dibangun menjadi sebuah usaha besar. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan tinjauan atas peran kepemimpinan wirausaha dengan fokus internal pada wirausahawan pelaku bisnis kuliner di Jakarta agar didapatkan gambaran bagaimana para wirausahawan tersebut menjalankan fungsi sebagai pemimpin dalam mengelola bisnisnya.

TINJAUAN LITERATUR

Menurut Darling et.al (2007), entrepreneurial leadership merupakan suatu proses menghubungkan inovasi dan kemampuan untuk mengambil peluang. Goossen (2007) menambahkan bahwa entrepreneurial leadership merupakan proses penciptaan dan pengembangan budaya kewirausahaan melalui inisiatif baru yang brilian. Fernald et.al (2005) mengatakan proses perkembangan entrepreneurial leadership disebabkan oleh perubahan teknologi sistem informasi, pembaharuan bahan baku, dan perubahan bentuk organisasi. Karakteristik entrepreneurial leadership menurut Fernald et al. (2005): 1. Able to motivate: entrepreneurial leader tidak hanya dapat mengarahkan orang lain

untuk bekerja dengan benar, tetapi juga harus dapat memotivasi agar pekerjaan yang dikerjakan menjadi baik.

2. Achievement orientated: entrepreneurial leader sebagai pemimpin yang tepat waktu, terampil, produktif, dan kompeten dalam membangun sebuah bisnis atau usahanya,

3. Persistent: entrepreneurial leader juga adalah seorang yang gigih dalam memperjuangkan apa yang menjadi impiannya, memiliki keteguhan, sikap ulet, dan tidak mudah menyerah apabila mengalami kegagalan.

4. Risk taking: entrepreneurial leader harus berani mengambil resiko, tidak takut mencoba sesuatu. Bukan semata berdasarkan insting atau naluri semata, tetapi semuanya telah diperhitungkan dan direncanakan dengan baik sebelumnya.

5. Visionary: entrepreneurial leader harus memiliki gambaran masa depan usahanya, sehingga ia dapat memiliki keyakinan dan dapat meyakinkan orang lain untuk bersama-sama mencapai tujuan masa depan.

Bila konsep gaya kepemimpinan ini dimasukan dalam konteks wirausahawan yaitu pemilik bisnis sebagai pemimpin, Thornberry (2006) mengemukakannya dengan konsep kepemimpinan wirausaha (entrepreneurial leadership). Thornberry mengemukakan dua prediktor yaitu entrepreneurial leadership focus dan entrepreneurial leadership roles untuk pengelompokan gaya kepemimpinan wirausaha. Pada entrepreneurial leadership focus terbagi atas internal dan eksternal, sementara entrepreneurial leadership roles terbagi atas activist dan catalyst.

Peran entrepreneur/wirausahawan sebagai aktivis berarti berorientasi pada penciptaan nilai, identifikasi, dan pengembangan untuk menangkap peluang bisnis yang baru. Wirausahawan mencoba memperoleh keunggulan kompetitif untuk mengembangkan bisnisnya. Sedangkan peran Peran entrepreneur/wirausahawan sebagai katalis berarti berorientasi pada inovasi, dengan berani mengambil resiko serta pembelajaran terus menerus demi pencapaian inovasi tersebut. Untuk peran entrepreneur sebagai aktivis dengan fokus internal disebut miners, sedangkan untuk peran entrepreneur sebagai katalis dengan fokus internal disebut accelerators.

(4)

198

Gambar 1

Entrepreneurial Leadership Focus Internal

Seorang miners berupaya senantiasa menata bisnis mereka untuk lebih baik lagi dengan tujuan menciptakan nilai baru bagi pelanggan, sehingga berdampak pada pertumbuhan bisnis. Miners berupaya mencari cara untuk mengidentifikasi dan menggali peluang pada kegiatan operasional bisnis dan prosesnya. Miners merupakan tipe pemimpin yang secara operasional berusaha mencari cara lebih murah atau efisien dalam menjalankan bisnis. Miners membuat bisnis berjalan lebih baik, oleh karenanya dia dianggap sebagai aktivitas yang berfokus kedalam (internal) perusahaan.

Seorang accelerators pada umumnya berupaya mempercepat inovasi di internal dengan mendorong dan menstimulasi para pekerja atau karyawannya melakukan proses pembelajaran, mempelajari keterampilan baru dan mencoba hal yang berbeda. Tujuan accelerators berusaha menciptakan manusia (pekerja atau karyawan) yang memiliki value sehingga dalam jangka panjang tercipta iklim inovasi dan kewirausahaan dalam bisnis/perusahaannya. Accelerators berperan sebagai instruktur bagi karyawannya dan memberikan kebebasan karyawan berkreatifitas dalam pekerjaan mereka.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah para wirausahawan kuliner di Jakarta. Metode pengumpulan data adalah dengan menyebarkan kuesioner melalui surat elektronik. Peneliti menggunakan teknik sampel snowball yaitu menyebarkan kuesioner dengan mengirimkan surat elektronik kepada komunitas wirausahawan pelaku bisnis kuliner di Jakarta yang dikenal penulis, yaiitu para alumni Prodi Administrasi Bisnis Unika Atma Jaya. Peneliti meminta untuk menyebarkan surat elektronik berisi kuesioner itu kepada rekan-rekan mereka. Selain dengan snowball sampling, peneliti juga menggunakan purposive sampling yaitu para wirausahawan yang memiliki bisnis kuliner berlokasi di Jakarta. Pada awalnya peneliti mengirimkan ke 10 orang saja. Periode pengumpulan data adalah Juli-September 2016. Total responden yang mengirimkan jawaban/kuesioner terisi ke peneliti sebanyak 21 orang.

Operasionalisasi variabel yang dikemukakan dalam penelitian ini oleh peneliti adalah sesuai Entrepreneurial Leadership Questionnaires (Thornberry : 2006) sebagai berikut:

(5)

199 Miner:

 Berkomunikasi secara tegas dan jelas kepada karyawan  Kreatif dalam mengelola bisnis

 Memastikan bahwa pelanggan tetap menjadi prioritas utama  Mendorong karyawan untuk senantiasa kreatif

 Menganalisis cara kerja yang efektif dan efisien  Memecahkan masalah bisnis secara positif

 Mendukung terjadinya perubahan organisasi ke arah yang lebih baik Accelerators:

 Mendorong diri sendiri untuk memikirkan cara-cara baru dan lebih baik dalam bekerja

 Terbuka untuk menerima saran bagi kemajuan bisnis  Mendorong untuk melakukan perubahan

 Mendorong inovasi dalam menjalankan proses bisnis  Antusias untuk mempelajari hal baru

 Memiliki rencana alternatif bila menemui kegagalan  Mendorong karyawan agar memiliki inisiatif

 Memotivasi karyawan untuk melakukan terobosan dalam bekerja  Membantu karyawan untuk meningkatkan daya saing perusahaan

 Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif yang mendukung kreativitas karyawan

Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis berdasarkan skoring yang menunjukan peran kepemimpinan wirausaha rendah, sedang dan tinggi, dengan kriteria sebagai berikut:

Miner:

 Skor 26-35 : responden memiliki peran kepemimpinan wirausaha miner tinggi (high)

 Skor 18-25 : responden memiliki peran kepemimpinan wirausaha miner sedang (medium)

 Skor 17-24 : responden memiliki peran kepemimpinan wirausaha miner rendah (low)

Accelerators:

 Skor 42-55 : responden memiliki peran kepemimpinan wirausaha accelerators tinggi (high)

 Skor 31-41 : responden memiliki peran kepemimpinan wirausaha accelerators sedang (medium)

 Skor 11-30 : responden memiliki peran kepemimpinan wirausaha accelerators rendah (low)

Selain dianalisis dengan menggunakan skoring, hasil tabulasi data juga akan dianalisis dengan menggunakan metode rata-rata keseluruhan (overall mean score). Interpretasi terhadap nilai rata-rata keseluruhan adalah sebagai berikut

4.21 – 5.00 : Sangat Setuju 3.41 – 4.20 : Setuju

2.61 – 3.40 : Cukup Setuju 1.81 – 2.60 : Kurang Setuju 1.00 – 1.80 : Tidak Setuju

(6)

200

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berikut akan dijabarkan mengenai profil responden dalam penelitian ini dan pada tabel 1 dijabarkan mengenai hasil skoring peran kepemimpinan wirausaha sebagai miner dan accelerators.:

 Berdasarkan jenis kelamin: pria (48%) dan wanita (52%)

 Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir: berpendidikan minimal sarjana (57%) dan berpendidikan non-sarjana (43%)

 Bedasarkan usia: berusia ≤ 30 tahun (52%) dan berusia >30 tahun (48%)

 Berdasarkan status keluarga: belum berkeluarga (43%) dan sudah berkeluarga (57%). Untuk responden yang sudah berkeluarga, 42% memiliki pasangan yang berprofesi sebagai wirausahawan juga dan 58% memiliki pasangan yang berprofesi bukan sebagai wirausahawan.

 Berdasarkan pengalaman: sudah berwirausaha selama ≥ 5 tahun (33%) dan berwirausaha < 5 tahun (67%)

 Berdasarkan jumlah karyawan: responden yang memiliki karyawan > 10 orang (38%) dan responden yang memiliki karyawan ≤ 10 orang (62%).

Tabel 1. Skoring Peran Kepemimpinan Wirausaha Responden

Resp

Miner Accelerators Nilai

Skor Interpretasi Skor Nilai Skor Interpretasi Skor

1 27 HIGH 39 MED 2 32 HIGH 39 MED 3 34 HIGH 47 HIGH 4 31 HIGH 36 MED 5 34 HIGH 49 HIGH 6 25 MED 37 MED 7 32 HIGH 38 MED 8 32 HIGH 46 HIGH 9 34 HIGH 49 HIGH 10 34 HIGH 47 HIGH 11 35 HIGH 46 HIGH 12 33 HIGH 42 HIGH 13 34 HIGH 49 HIGH 14 29 HIGH 41 MED 15 32 HIGH 46 HIGH 16 34 HIGH 46 HIGH 17 32 HIGH 42 HIGH 18 35 HIGH 43 HIGH 19 32 HIGH 43 HIGH 20 32 HIGH 43 HIGH 21 33 HIGH 45 HIGH

Sumber: hasil pengolahan data

Terlihat bahwa untuk peran sebagai miner hanya ada 1 orang responden yang memiliki skor sedang, sementara 20 orang responden menunjukan skor tinggi. Ini

(7)

201

menunjukan bahwa responden sudah menjalankan peran miner di dalam mengelola bisnisnya, yaitu menata proses bisnis atau kegiatan operasionalnya dengan berupaya memperbaikinya berkesinambungan untuk mencapai kepuasan pelanggan sehingga bisnisnya bisa bertumbuh. Ini dapat dipahami melihat profil responden secara latar belakang pendidikan dimana dominan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi sehingga mereka memiliki keterampilan yang cukup untuk melakukan analisis perbaikan proses bisnis apa yang diperlukan. Selain itu profil responden secara usia dimana masih berusia muda ≤ 30 tahun, yang artinya berjiwa dinamis sehingga senantiasa terus berupaya melakukan perbaikan maupun penataan pada proses kegiatan operasional bisnisnya lebih baik lagi.

Sedangkan untuk peran sebagai accelerators terlihat bahwa ada 6 orang responden yang memiliki skor sedang, sementara 15 orang lainnya menunjukan skor tinggi. Ini menunjukan bahwa responden sudah membangun budaya organisasi dengan mendorong karyawannya untuk mempelajari atau menerapkan sesuatu hal yang baru. Walaupun demikian terlihat bahwa peran kepemimpinan wirausaha sebagai miner lebih dominan ketimbang accelerators. Ini dapat dipahami jika melihat profil responden secara pengalaman serta jumlah karyawan. Dengan dominasi responden yang memiliki pengalaman berwirausaha < 5 tahun serta memiliki karyawan ≤ 10 orang, dapat dikatakan bahwa responden masih dalam tahap merintis bisnisnya, sehingga belum terlalu fokus (atau masih dalam tahap awal) dalam upaya menciptakan iklim inovasi dalam organisasi bisnisnya.

Lebih jauh pada tabel 2 dan tabel 3 akan dijabarkan mengenai nilai rata-rata untuk tiap pertanyaan yang mewakili sub-variabel pada peran sebagai kepemimpinan wirausaha miner dan accelerators yang diujikan

Tabel 2. Nilai Rata-Rata Untuk Peran Kepemimpinan Wirausaha Sebagai Miner

No Sub-Variabel Nilai

Rata-Rata

Interpretasi

1 Berkomunikasi secara tegas dan jelas kepada karyawan 4.57 Sangat Penting

2 Kreatif dalam mengelola bisnis 4.71 Sangat Penting

3 Memastikan bahwa pelanggan tetap menjadi prioritas

utama 4.71 Sangat Penting

4 Mendorong karyawan untuk senantiasa kreatif 4.14 Penting 5 Menganalisis cara kerja yang efektif dan efisien 4.67 Sangat Penting 6 Memecahkan masalah bisnis secara positif 4.67 Sangat Penting 7 Mendukung terjadinya perubahan organisasi ke arah yang

lebih baik 4.71 Sangat Penting

Nilai Rata-Rata Keseluruhan (OMS) 4.60 Sangat Penting Sumber: hasil pengolahan data

Pada tabel 2 terlihat bahwa untuk peran kepemimpinan wirausaha sebagai miner menghasilkan nilai rata-rata keseluruhan pada skala “Sangat Penting”. Dari 7 pertanyaan yang diujikan ada 6 pertanyaan yang menghasilkan skala “Sangat Penting” dan hanya ada 1 pertanyaan yang menghasilkan skala “Penting” yaitu: terkait mendorong karyawan untuk kreatif.

(8)

202

Tabel 3. Nilai Rata-Rata Untuk Peran Kepemimpinan Wirausaha Sebagai

Accelerators

No Sub-Variabel Nilai

Rata-Rata Interpretasi

1 Mendorong diri sendiri untuk memikirkan cara-cara baru

dan lebih baik dalam bekerja 4.52 Sangat Penting

2 Terbuka untuk menerima saran bagi kemajuan bisnis 4.62 Sangat Penting

3 Mendorong untuk melakukan perubahan 4.24 Sangat Penting

4 Mendorong inovasi dalam menjalankan proses bisnis 4.48 Sangat Penting 5 Antusias untuk mempelajari hal baru 4.52 Sangat Penting 6 Memiliki rencana alternatif bila menemui kegagalan 4.48 Sangat Penting 7 Mendorong karyawan agar memiliki inisiatif 4.38 Sangat Penting 8 Memotivasi karyawan untuk melakukan terobosan dalam

bekerja 4.00 Penting

9 Membantu karyawan untuk meningkatkan daya saing

perusahaan 4.19 Penting

10 Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif yang

mendukung kreativitas karyawan 4.29 Sangat Penting

Nilai Rata-Rata (OMS) 4.37 Sangat Penting

Sumber: hasil pengolahan data

Pada tabel 3 terlihat bahwa untuk peran kepemimpinan wirausaha sebagai accelerators menghasilkan nilai rata-rata keseluruhan pada skala “Sangat Penting”. Dari 10 pertanyaan yang diujikan ada 8 pertanyaan yang menghasilkan skala “Sangat Penting” dan hanya ada 2 pertanyaan yang menghasilkan skala “Penting” yaitu: terkait mendorong karyawan untuk melakukan terobosan dalam bekerja dan mendorong karyawan untuk meningkatkan daya saing perusahaan.

Dengan membandingkan hasil pada tabel 2 dan tabel 3 terlihat bahwa kendati peran kepemimpinan wirausaha sebagai miner dan accelerators sama-sama menghasilkan nilai rata-rata pada skala “Sangat Penting”, namun peran miner lebih menonjol dibandingkan peran sebagai accelerators pada responden yang diteliti. Hasil ini senada dengan tabel 1. Melihat profil responden secara usia, pengalaman serta jumlah karyawan tampak bahwa peran kepemimpinan wirausahawan yang dijalankan oleh responden baru pada tahap activist dengan mengidentifikasi peluang-peluang bisnis baru, untuk mencapai pertumbuhan bisnis melalaui perbaikan/penataan kegiatan proses bisnis operasionalnya. Responden masih dalam tahap awal (belum terlalu fokus) pada tahap catalyst dengan menciptakan/mendorong iklim inovasi dalam organisasi bisnisnya.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Peran kepemimpinan wirausaha dengan fokus internal pada responden yang diteliti yaitu wirausahawan pelaku bisnis kuliner di Jakarta menunjukan dominan skala tinggi baik untuk peran miner dan peran accelerators. Begitu juga dengan nilai rata-rata yang dihasilkan juga menunjukan skala “Sangat Penting” baik untuk peran miner maupun peran accelerators. Namun demikian tampak bahwa peran miner lebih dominan

(9)

203

dibandingkan peran accelerators pada responden yang diteliti. Ini berarti fokus internal yang dijalankan oleh responden adalah sebagai activist ketimbang catalyst.

Penelitian ini perlu diperluas dengan penelitian lanjutan pada komunitas yang sama namun dengan jumlah responden yang lebih banyak agar didapatkan hasil yang lebih akurat. Disamping itu penelitian ini juga dapat diperdalam dengan penelitian lanjutan secara kualitatif, yaitu melalui wawancara mendalam terhadap responden untuk menggali lebih dalam mengenai implementasi dari peran miner dan accelerators dalam menjalankan bisnis mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Darling, J., Keeffe, M., & Ross, J. 2007. Entrepreneurial Leadership Strategies and Values: Keys to Operational Excellence, Journal of Small Business and Entrepreneurship. 16(2), 108-109

Fernald, L. W. Jr., G. T. Solomon and A. Tarabishy, 2005, A New Paradigm: Entrepreneurial Leadership, Southern Business Review, vol.30, no. 2, 2005, pp. 1– 10.

Goossen, Richard J., 2007, Entrepreneurial Leaders: Reflection on Faith at Work, Trinity Western University Publishing Vancouver.

Gunawan, Aristo Surya, Ati Cahayani, Rusminto Wibowo, 2016, Tinjauan Atas Kepemimpinan Wirausaha Pada Wirausahawan Pelaku Ekonomi Kreatif di DKI Jakarta, penelitian internal belum dipublikasikan.

Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2015, Rencana Strategis 2015-2019, https://ekon.go.id/publikasi/download/2053/1500/renstra-d4-2015-2019.pdf,

diakses pada 11 September 2017

Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2014, Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025, Jakarta.

Swaonline, 2015, Ekonomi Melambat, UKM Kuliner Terus Melaju, https://swa.co.id/swa/profile/profile-entrepreneur/ekonomi-melambat-ukm-kuliner-terus-melaju, diakses pada 11 September 2017

Thornberry, N. 2006. Lead Like an Entrepreneur. New York: McGraw-Hill.

Tim Bank Indonesia dan Tim LPPI, 2015, Profil Bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), kerjasama Bank Indonesia dengan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia.

BIODATA

Aristo Surya Gunawan meraih gelar Sarjana Ekonomi Prodi Akuntansi dan Magister Manajemen dari Unika Atma Jaya Jakarta. Sejak tahun 2003 hingga sekarang menjadi staf pengajar kewirausahaan, keuangan dan akuntansi di Prodi Administrasi Bisnis Unika Atma Jaya. Memiliki minat penelitian dan menulis buku dalam bidang kewirausahaan khususnya wirausahawan muda dan kreatif, serta keuangan.

Gambar

Tabel 1. Skoring Peran Kepemimpinan Wirausaha Responden
Tabel 2. Nilai Rata-Rata Untuk Peran Kepemimpinan Wirausaha Sebagai Miner
Tabel 3. Nilai Rata-Rata Untuk Peran Kepemimpinan Wirausaha Sebagai  Accelerators

Referensi

Dokumen terkait

Komite Audit dibentuk oleh Dewan Komisaris untuk membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Komisaris dengan memberikan pendapat profesional dan independen kepada Dewan

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mengembangkan karakter rasa ingin tahu siswa pada pembelajaran

Perancangan aplikasi sistem manajemen SQLite ini nantinya akan dijalankan di smartphone berbasis android. Pada awal perangkat lunak dijalankan, maka akan langsung mucul

Sehubungan dengan adanya keterbatasan dari penelitian ini, maka pada penelitian yang akan datang baik yang dilaksanakan oleh peneliti sendiri maupun peneliti lain

Dari hasil pengujian untuk pengaruh kualitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, sistem pengendalian intern, pengawasan keuangan daerah dan komitmen

Jacobus merinci ide pokok dalam teori konflik menjadi tiga yakni : Pertama, bahwa masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai dengan adanya

Dari hasil penelitian, persepsi pasien luka diabetik tentang perawatan luka lembab di ASRI Wound Care Center mayoritas berada dalam kategori persepsi baik yaitu sebesar 83,3% &amp;

Idea 2 : Wujudnya hubungan yang lebih baik dari segi politik, ekonomi dan sosial  Hubungan diplomatik antara negara yang terlibat dalam bidang sukan.