• Tidak ada hasil yang ditemukan

BA B II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BA B II LANDASAN TEORI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BA B II

LANDASAN TEORI

II.1 Sistem Pengendalian Internal

II.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal

Pengen dalian intern merupakan hal yang pentin g bagi perusahaan baik perusah an kecil, menengah maup un perusahaan besar. Pengendalian intern yang ditetapkan dalam perusah aan dapat mencegah terjadinya k esalah an y an g disen gaja dan k ecuran gan yan g terjadi sehin gga dapat dikoreksi.

Terdapat beberapa pen gertian men genai sistem pengen dalian intern. Men urut Messier, Glover, dan Prawitt yang diterjemahkan o leh Budi, Sum iharti (2005:250) mendefin isikan, “Pen gendalian internal adalah suatu proses yan g dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personal entitas lainnya yan g didesain untuk memberikan key akinan memadai tentang pencapaian tujuan”

Menurut SPAP (2007:319), Pen gertian internal adalah suat u proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel entitas lainnya yang didesain unt uk memberikan k eyakin an memadai tentan g pen capaian tiga golon gan tujuan berik ut ini :

a. Kean dalan p elaporan keuan gan

Manajemen bertan ggung jawab dalam menyediak an laporan keuan gan bagi investor, kreditor, dan pen gguna lainnya. Dan manajemen mempunyai kewajiban untuk menjamin bah wa informasi yan g ada sesuai den gan standar p elaporan.

(2)

b. Efektifitas dan efisiensi op erasi

Pelaksanaan pengen dalian intern dalam suatu organ isasi dilak ukan agar operasi perusah aan dap at berjalan den gan efisien dan efektif. Dalam pen gertian lain, dapat terjadi pen ghematan sumber daya dengan hasil y ang optimal dan tercapainya tujuan perusahaan dalam batas waktu y an g telah ditentuk an.

c. Kepatuhan terhadap huk um dan peraturan yan g berlak u

Dalam menjalankan operasinya, perusahaan harus mematuhi h ukum dan peraturan y ang berkaitan dengan ak untan si yan g berlaku.

Dalam COSO yan g dik utip oleh Amin Widjaya, mendefinisikan bah wa Pengen dalian Internal adalah :

“A process, effected by an entity’s board of directors, m anagem ent, and other

personel, designed to pro vide reasonable assurance rega rding the achievem ent of objectives in the following categories :

a. Effectiveness and efficiency of operations b. Reliablity of financial reporting

c. Com pliance with applicable la ws and regu lation s”

Berdasarkan defin isi sistem pengendalian intern tersebut maka, dapat ditarik kesimp ulan bah wa sistem pengen dalian intern merup akan suatu proses pen gen dalian yang dirancan g dan diterapkan untuk memperoleh keyakinan yang memadai berk enaan dengan pen capaian terhadap t ujuan usaha yan g spesifik.

II.1.2 Kom ponen Sistem Pengendalian Intern

Pengen dalian internal menurut COSO mencak up lima unsur y ang saling berk aitan. Unsur-unsur ini berasal dari cara manajemen menjalankan usaha dan terintegrasi den gan proses manajemen. Un sur-un sur tersebut adalah sebagai berikut: a. Lin gkun gan Pen gen dalian (Control En vironm ent)

Menetapkan suasana suatu organisasi yan g mempengaruhi kesadaran akan pengen daliandari oran g-orangnya. Lin gk ungan pen gen dalian merupakan fon dasi

(3)

dari semua komponen pen gen dalian internal lainnya, y ang menyediakan disiplin dan struktur

b. Penilaian Resiko (Risk Assessm ent)

Merupkan p en gidentifikasian dan analisis entitas mengenai resiko yan g relevan terhadap pencapaian tujuan entitas, yan g membentuk suatu dasar mengenai bagaimana resiko h arus dikelo la.

c. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Merupak an kebijakan dan pro sedur y ang membantu meyakinkan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan

d. Informasi dan Komunik asi (Inform ation and Communication)

Merupak an pen gidentifikasian, penangkapan dan pert ukaran informasi dalam suatu bentuk dan kerangk a wakt u yang membuat oran g mampu melaksanakan tanggun g jawabnya.

e. Pemantauan (Monitoring)

Merupak an suatu pro ses yan g memilik i kualitas k inerja pen gen dalian internal pada suatu wakt u. Pemantauan melibatkan pen ilaian ran can gan dan pen gop erasian pengen dalian den gan dasar waktu dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.

II.1.3 Tujuan Pengendalian Intern

Tujuan Pen gen dalian Intern men urut Warren, Reeve dan Fees, (2005:184) di dalam bukunya “Acco untin g” , yaitu :

“The Objective o f Internal Con tro l are to p rovide reasonable assurance that :

a. Assets a re safegua rded and used for bu sin ess pu rposes b. Busin ess Inform ation is accurate

(4)

c. Employees com ply with la ws and regu lations” II.1.4 Pengujian Terhada p Pengendalian Intern

Pengujian terhadap pen gen dalian intern merupakan pro sedur unt uk men guji efektivitas pengen dalian yang men duk ung p en guran gan penilaian resiko pengen dalian. Men urut Arens an d Lo ebbeck e yang diterjemahkan oleh Amir Abdi Jusuf (2003:284-286) terdapat empat jenis pro sedur yan g digunak an untuk menduk ung pen gen dalian intern yaitu :

a. Tanya Jawab dengan Pegawai Suat u Usah a yang Tepat

Walaup un tanya jawab bukan merupakan sumber bukti yan g kuat mengenai pelak sanaan pengendalian yang efektif dari p engendalian, tetapi hal tersebut cuk up untuk digunakan sebagai bukti

b. Pemeriksaan Dokumen, Catatan, dan Laporan

Bany ak kegiatan dan prosedur yan g berkaitan den gan pen gen dalian menin ggalkan jejak bahan bukti dok umenter yang jelas. Peneliti memeriksan dok umen dan memastikan bah wa dok umen tersebut telah len gkap dan diotoriasasi sesuai den gan yang diperlukan

c. Pengamatan Aktivitas Berkaitan dengan Pengendalian

Untuk pengendalian yang tidak meninggalkan bahan bukti dok umenter, peneliti biasanya mengamati penerapannya pada berbagai aktivitas selama tahun berjalan II.1.5 Attribute Sampling untuk Pengujian Pengendalian Intern

Attribute sampling atau disebut pula propo rtional sam pling digunakan

terutama unt uk men guji efektivitas pen gen dalian intern. Men urut M ulyadi (2002:253) “ Ada tiga model a ttribute sam pling:

(5)

Pengam bilan sampel den gan metode ini ditujukan untuk memperkirakan persentase terjadinya mut u tertentu dalam suat u populasi. Model ini terutama digun akan jika auditor melak ukan pengujian pen gen dalian terhadap suatu unsur pengen dalian intern, dan auditor tersebut memperkirakan akan menjumpai beberapa penyimpangan (kesalahan)

2. Stop or go sampling

Model pengambilan sampel ini sering disebut den gan decision attribute sampling. Model in i dapat mencegah auditor dari pengambilan sampel terlalu banyak, yaitu den gan cara mengh entikan pengujian sedini mun gkin. Model ini digunak an jika auditor yakin bahwa kesalahan yan g diperkirakan dalam pop ulasi san gat kecil.

3. Discovery sampling

Model pen gam bilan sampel ini cocok digunakan jika tingk at kesalahan yang diperkirakan dalam populasi san gat ren dah (mendekati nol). Dalam model ini auditor mengin gink an kem un gkinan tertentu unt uk menemukan paling tidak satu kesalahan, jika kenyataannya tingkat kesalahan sesun gguhnya lebih besar dari yang diharapk an. Discovery sam pling dipak ai oleh auditor unt uk menemukan kecuran gan, p elan ggaran yan g serius dari unsur pengendalian intern, dan ketidak beresan yan g lain.”

II.1.6 Keterbatasan Pengendalian Intern

Stan dar Profesional Akuntan Publik IAI (2001:319.6) menyebutkan bah wa terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya, pengendalian intern hanya dap at memberikan keyakinan yan g memadai bagi manajemen dan dewan direksi berk aitan den gan pencap aian t ujuan p en gen dalian intern entitas. Keterbatasan pengen dalian dapat terjadi karena :

(6)

a. Kesalahan man usia

Pertimbangan manusia dalam mengambil kep utusan dapat salah dan pengambilan intern dapat rusak karena kegagalan yan g bersifat manusiawi tersebut, sep erti kekeliruan atau kesalahan yan g sifatnya sederhana

b. Kolusi

Pengen dalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi diantara dua oran g atau lebih atau manajemen mengesampingkan p en gen dalian intern

c. Biaya

Biaya p engendalian intern entitas tidak boleh melebihi manfaat yang dih arapkan dari pengen dalian intern tersebut. Meskipun berh ubun gan manfaat biaya merupakan kriteria utama yan g harus dip ertimbangkan dalam pendesainan pengen dalian intern, p engukuran yang tepat dan manfaat um umnya tidak mungkin dilak ukan. Oleh k arena itu, manajemen melakukan estimasi kualitatif serta pertimbangan dalam menilai h ubun gan biaya-manfaat tersebut.

II.1.7 Hubungan Sistem Pengendalian Internal dengan Auditing

Menurut pen dap at Aren s dan Lo ebbecke yan g diterjemahkan oleh Jusuf.A.A (2003:766), mengatakan h ubungan antara sistem pengendalian intern den gan audit adalah sistem pen gen dalian internal dibentuk untuk membantu mencapai sasaran perusah aan, dan sasaran pentin g semua organisasi adalah efisien si dan efektifitas.

Salah satu syarat unt uk dapat melaksanakan audit adalah pemeriksaan yang cuk up terhadap sistem pengen dalian internal perusahaan, k arena dalam pen gen dalian internal terdapat prosedur yan g berh ubungan dengan p en gambilan keput usan yang mengarah p ada dikeluarkannya otorisasi manajemen dalam pencapaian tujuan organ isasi.

(7)

Tujuan manajemen membentuk struktur p engendalian intern adalah untuk membantu dalam mencapai sasaran perusahaan den gan efisien dan efektif. Tujuan utama evaluasi atas pen gen dalian intern pada audit operasion al adalah untuk mengevaluasi efisiensi dan efektifitas pen gen dalian intern dan membuat rekomendasi kepada manajemen

II.2 Penjualan

II.2.1 Pengertian Penjualan

Menurut Aren s dan Loebbecke (2003:356), yan g diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf, menyatakan bah wa “Penjualan merupakan proses yan g diperlukan untuk mengahlikan kepemilikan atas baran g dan jasa yan g tersedia unt uk dijual kepada pelan ggan”

IAI (Ikatan Ak untan Indonesia) memberikan definisi penjualan dalam SAK, yaitu Penjualan baran g melip uti barang yan g diproduksi perusahaan untuk dijual kembali, seperti baran g dagang yan g dibeli untuk dijual kembali, sep erti barang dagang yan g dibeli pen gecer atau tanah dan property lain yan g dibeli untuk dijual kembali. Penjualan jasa biasanya menyangk ut pelak san aan t ugas secara kontraktor telah disepak ati untuk dilaksanakan selama suat u periode wakt u yan g telah disepak ati perusah aan (IAI, 2004:23)

Penjualan berdasarkan definisi di atas adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengemban gkan rencana-rencana strategis yan g diarahkan pada usaha pemenuhan kebut uhan dan k ein gin an pembeli, gun a menghasilkan laba.

Fun gsi yan g terkait dalam sistem penjualan, terutama penjualan kredit adalah : a. Fun gsi kredit

Dalam transak si p enjualan secara kredit, fun gsi ini bertan ggun g jawab atas pemberian kredit kepada pelan ggan yang meminta persetujuan kredit.

(8)

b. Fun gsi penjualan

Dalam sistem penjualan, fun gsi ini bertan ggung jawab melayani kebutuhan pelan ggan. Fun gsi ini mengisi fakt ur penjualan untuk memungk inkan fun gsi gudang dan fungsi pen giriman melak sanakan penyerah an baran g keplada pelan ggan.

c. Fun gsi gudang

Fun gsi ini menyediakan baran g yan g diperlukan oleh pelanggan sesuai den gan yang tercantum dalam tembusan faktur penjualan.

d. Fun gsi pengiriman

Fun gsi ini bertanggun g jawab menyerahkan baran g yang k ualitas, mutu, dan spesifik asinya sesuai den gan y an g tercantum dalam tembusan faktur penjualan yang diterima dari fungsi penjualan.

e. Fun gsi akuntansi

Fun gsi ini bertanggun g jawab untuk mencatat transaksi bertambahnya piutang kepada p elanggan ke dalam kart u piutang berdasarkan faktur penjualan yang diterima dari fun gsi pen giriman.

II.2.2 Pengendalian Intern atas Penjualan

Pengen dalian intern atas fungsi penjualan antara lain :

1. Adanya pemisah an fun gsi antara bagian y an g melak ukan p enjualan, bagian yang mencatat penjualan, bagian y ang melak ukan persetujuan kredit, dan pihak yang menerima pembayaran atas penjualan.

2. Pejabat yang berwenan g harus melak san akan pemerik saan atas penjualan agar data pen jualan yan g ada ak urat

3. Seluruh transaksi penjualan dilakukan sesuai dengan pro sedur yan g telah ditetapkan oleh perusahaan

(9)

II.2.3 Tujuan Audit Atas Fungsi Penjualan

Menurut Dan, Wayne, dan W inters yang diterjemahkan Paul, AA (2003:55) menyatakan, “Tujuan menyeluruh dari audit atas penjualan adalah untuk menentukan bah wa penjualan yang dilaporkan dalam rugi laba telah disajik an secara layak sesuai den gan prinsip ak untansi yan g diterima umum. Den gan kata lain, auditor perlu mengumpulk an bukti bah wa tidak ada salah saji yang material dalam laporan keuangan untuk penjualan”

Aren s dan Loebbecke y ang diterjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003:363) menyatakan, “Tujuan audit yang terkait den gan fun gsi penjualan, antara lain untuk memastikan bah wa :

1. Penjualan y ang tercatat adalah untuk pen giriman aktual yang dilakukan k epada pelan ggan non fiktif (keberadaan)

2. Penjualan y ang ada telah dicatat (kelen gkapan)

3. Penjualan yang dicatat adalah untuk jumlah baran g y an g dikirim dan ditagih serta dicatat dengan benar (p enilaian)

4. Transaksi penjualan diklarifikasi dengan pantas (klarifikasi) 5. Penjualan dicatat dalam waktu yan g tepat (tepat waktu)

6. Transaksi pen jualan dimasukkan den gan pantas dalam berkas induk dan diikhtisarkan dengan benar (po sting dan pengikhtisaran)”

II.3 Pengelolaan Persediaan Barang II.3.1 Pengertian Persediaan

Menurut IAI (Ikatan Ak untan Indonesia), definisi persediaan yaitu : “Persediaan adalah aktiva :

1. Tersedia unt uk dijual dalam kegiatan usaha normal. 2. Dalam proses produksi dan atau dalam penjualan

(10)

3. Dalam bent uk bahan baku kelengk apan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa” (IAI, SAK 2007:14.1)

Kiesso, Weygan dt, dan Warfield (2004:368) men definisikan

“Inventories are a sset item s held for sale in the o rdinary cou rse of

business or good s will b e used or consum ed in the produ ction o f goods to be so ld”

Persediaan berdasark an definisi diatas adalah barang yan g disediakan perusah aan untuk digunakan baik sebagai baran g dagan g untuk p erusahaan dagang maup un unt uk berupa bahan baku, bah an penolon g, barang dalam proses, dan barang jadi untuk p erusahaan man ufakt ur.

Penentuan besarny a persediaan baran g merupakan masalah yan g pentin g bagi perusah aan karena akan berpengaruh dalam menjamin kelancaran kegiatan operasi perusah aan dan berhubun gan lan gsung den gan perolehan keuntungan p erusahaan. Namun jik a persediaan baran g y ang terlalu besar berarti perusah aan menan amkan investasi yang besar dan juga dapat menin gkatkan biay a untuk menyimpan barang tersebut. Jik a persediaan baran g terlalu kecil juga dapat menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi p erusahaan untuk menjual baran g dalam jumlah besar. Maka perusah aan memerluk an pertimbangan yan g matang dalam menentukan besarnya persediaan baran g yan g dibutuhkan dalam kegiatan operasional perusahaan.

II.3.2 Jenis –Jenis Persediaan

Persediaan dalam perusahaan menurut Assauri (2000:171), dapat dibedakan menurut beberapa cara berdasarkan jenis dan posisi baran g di dalam urutan pengerjaan pro duk sebagai berikut :

1. Persediaan bah an baku (ra w m aterials)

Yait u persediaan baran g yang berwujud y an g digun akan dalam pro ses pro duk si. Bah an mentah dap at diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari pemasok

(11)

dan atau dibuat sen diri oleh p erusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya

2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts o r components stock) Yait u persediaan barang-barang yan g terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, yan g dap at secara lan gsun g dirak it den gan komponen lain tanpa melalu proses pro duk si sebelumnya.

3. Persediaan bah an pembantu atau peno lon g (supp lies stock)

Yait u persediaan baran g-baran g atau bahan-bah an yang diperlukan dalam proses produksi unt uk membant u berhasilnya produksi atau yang dipergunak an dalam bek erjanya suat u perusahaan, tetapi tidak ak an merupak an bagian atau komponen baran g jadi.

4. Persediaan barang dalam proses (work in p rocess or p rog ress sto ck)

Yait u persediaan baran g-baran g yan g telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik atau bahan yan g telah dio lah menjadi suatu bentuk, tetapi perlu diproses kembali untuk kem udian menjadi barang jadi.

5. Persediaan barang jadi (finished goods)

Yait u persediaan baran g-baran g yan g telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual maup un dikirim kepada pelanggan-pelanggan ataup un perusah aan lain.

II.3.3 Sistem Pencatatan Persediaan

Menurut Honrgren, Harrison, dan Bamber (2002) sistem pencatatan terbagi menjadi dua bagian, yaitu

(12)

1. Sistem persediaan perp etual (perpetua l inventory system)

Dalam sistem, ini perusahaan mencatat setiap mutasi yan g terjadi p ada persediaan, sehin gga ak un persediaan selalu mencerminkan nilai sisa persediaan yang paling akhir

2. Sistem persediaan perio dik (period ic in vento ry system )

Menurut sistem ini perusah aan tidak mencatat seluruh mutasi yan g terjadi dalam akun persediaan. Akibatnya pada akhir periode, perusahaan h arus mengadakan perhitun gan secara fisik untuk men getah ui jumlah barang yan g dimiliki, yang kemudian dikalikan den gan biaya per unit unt uk men dapatkan biaya persediaan di akhir periode.

II.3.4 Metode Penilaian Persediaan

Terdapat empat metode biaya yan g dapat digunakan dalam menentukan nilai persediaan, y aitu:

1. Metode harga pokok spesifik (spesific unit cost)

Metode ini disebut juga den gan metode identifikasi spesifik (spesific identification

method). Metode harga pokok spesifik ini didasarkan atas pen ilaian per sediaan

yang dipergunak an untuk menilai biaya dari suatu persediaan secara spesifik dapat kita identifikasikan.

2. Metode rata-rata tertimban g (weigh ted averag e co st)

Metode penilaian persediaan yang didasarkan pada harga pokok rata-rata persediaan dalam suatu periode tertentu. Harga pokok rata-rata tertimbang

(13)

diperoleh dengan membagi harga pokok barang y an g dapat dijual den gan jumlah baran g yan g dap at dijual. Meto de ini serin g juga disebut den gan metode rata-rata.

3. Metode masuk pertama keluar pertama atau FIFO (first in first ou t)

Metode unt uk menilai persediaan, dimana harga pokok dari barang yan g pertama kali masuk adalah yan g akan dibebankan pertama kali sebagai harga penjualan pokok. Persediaan akhir dinilai berdasarkan biaya dari pembelian yang dilakukan palin g akhir.

4. Metode masuk terakhir keluar p ertama atau LIFO (la st in first out)

Metode unt uk menilai persediaan, dimana biay a persediaan yan g palin g akhir adalah y an g pertama kali dibebankan sebagai harga pokok penjualan. Metode ini mengakibatkan biaya persediaan akhir dinilai berdasarkan harga beli persediaan yang paling awal.

II.3.5 Pengendalian Intern atas Fungsi Persediaan

Pengen dalian intern atas fungsi persediaan baran g antara lain:

1. Adanya pemisah an fun gsi antara bagian y an g melak ukan perhit un gan persediaan dan bagian y an g mencatat persediaan

2. Melakukan stock opname (perhitun gan fisik) secara perio dik

3. Seluruh pen gelo laan p ersediaan dilaksanakan sesuai den gan prosedur pemeriksaan yang telah ditetapkan.

II.3.6 Tujuan Audit atas Fungsi Pengelolaan Persediaan

Persediaan merupak an bagian dari asset perusahaan yan g memiliki nilai relatif tinggi, penyimpan gan yan g terjadi terhadap persediaan dap at berdampak besar bagi perusah aan. Untuk it u, diperlukan audit operasional dalam bidang pen gelolaaan persediaan.

(14)

Adap un tujuan operasion al atas fungsi p engelo laan persediaan men urut pendapat Agoes (2004:220) adalah :

1. Untuk memeriksa apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang cuk up baik atas persediaan

2. Untuk memeriksa apakah persediaan yan g tercant um di neraca betul-bet ul ada dan dimiliki oleh perusahaan pada tan ggal neraca

3. Untuk memeriksa apak ah metode penilaian p ersediaan (valuation) sesuai den gan standar akuntansi keuan gan

4. Untuk memerik sa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan prin sip akuntan si yang berlaku secara umum

5. Untuk memeriksa apakah terdap at baran g-baran g rusak, k uran g laku di pasaran dan k etinggalan mo de (ab solen ce) sudah dibuat allowance yang cuk up

6. Untuk men getah ui apakah ada persediaan yan g dijadikan jaminan kredit

7. Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan den gan nilai pertanggun gan yang cuk up

8. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian atau penjualan persediaan (purcha se or sales comm itm ent) yang mempunyai pen garuh besar terhadap laporan keuangan

9. Untuk memerik sa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuan gan sudah sesuai dengan prin sip akuntansi y ang berlaku umum.

II.4 Auditing

(15)

William F. Messier, St even M. Glover dan Do uglas F. Prawitt yang diterjemahkan oleh Nuri, H (2005 :16) menulis “ Auditing adalah suatu proses sistematis mendap atkan dan men gevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubun gan den gan asersi atas tin dak an dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tin gkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan menetapkan kriteria serta mengkomunikasikan hasilnya kep ada pih ak-pihak yan g berkepentingan”

Sren s, Elder, dan Beasley (2005:11) men definisikan audit sebagai berik ut : “ Auditing is the accumulation and eva luation of evidence

about info rmation to determine and report on th e deg ree of correspondence between the on form ation and established criteria. Auditing should be done by competent, indep endent p erson”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bah wa pen gertian auditing adalah proses sistematis atau p en gumpulan serta pengevaluasian bukti secara objektif yang dilak ukan oleh oran g in depen den dan kompeten atas suatu informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari informasi tersebut den gan kriteria-kriteria yan g telah ditetapkan.

II.4.2 Taha pan Pelaksanaan Audit O perasional

Menurut Agoes, S (2004:12) “Tahapan-tahapan audit operasional terdiri dari empat tahapan, yaitu :

1. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey)

Survei p en dahuluan dimaksudkan unt uk mendapatkan gambaran mengenai bisnis perusah aan yan g dilak ukan melalui tanya jawab dengan manajemen dan staff perusah aan serta dengan questionnaires

2. Penelahaan dan pengujian atas sistem pen gen dalian manajemen (review and

(16)

Untuk men gev aluasi dan menguji efektifitas dari pengendalian manajemen yang terdapat di perusahaan biasanya men ggunak an interna l control questionna ires (ICQ), flowchart dan penjelasan n aratif serta dilakukan pen getesan atas beberapa transaksi (walk through the docum ents)

3. Pengujian terinci (deta iled examination)

Melakukan pemerik saan terhadap transak si p erusahaan untuk men getah ui apakah prosesnya sesuai dengan k ebijakan yang telah ditetapkan manajemen. Dalam hal ini auditor harus melak ukan o bservasi terhadap kegiatan dari fungsi-fungsi yang terdapat di perusah aan.

4. Pengem ban gan laporan (report development)

Dalam menyusun laporan pemerik saan auditor tidak memberikan opini mengenai kewajaran suatu laporan keuan gan perusahaan. Laporan y an g dibuat mirip den gan

management letter, karen a berisi audit find ings (temuan audit) mengenai

penyimpangan yan g terjadi terhadap kriteria (standa rd) yang berlak u yang menimbulkan inefisiensi, inefektifitas dan ketidakhematan (pem borosan) dan kelemahan dalam sistem pengendalian manajemen (management control system) yang terdap at di perusahaan ”

II.4.3 Tem uan H asil Pemeriksaan

Temuan (finding) merupakan kelemahan yan g men ggambarkan kondisi atau kegiatan yan g tidak seharusnya terjadi termasuk dalam sistem yang kuran g memadai dalam pencapaian tujuan p erusahaan yan g hen dak dicapai. Temuan kelemahan adalah penyimpanan dari norma atau standar yan g ditetapkan.

Menurut Agoes (2004:233) temuan yan g disusun den gan baik harus mencakup:

(17)

Bagaimana kon disi dan keadaan yang terjadi di p erusahaan tersebut 2. Kriteria (criteria)

Ukuran atau standar yan g harus diikuti atau kondisi yang seharusnya ada 3. Sebab (cause)

Apa penyebab terjadinya kondisi tersebut di perusahaan dan bagaiman terjadiny a 4. Akibat (effect)

Bagaimana akibat dari k enyataan yang terjadi di perusahaan baik efek yang negatif berupa penyimpan gan ataupun efek positif berupa hasil yang lebih baik dari stan dar yan g sudah ditentukan

5. Rekomendasi (recomm endation)

Rekomendasi menjelaskan ap a yan g harus dilak ukan untuk mengatasi k elemahan masalah yan g dikem ukakan dalam temuan

II.5 Penelitian Terdahulu

1. Ciuyono, Adhi C ( 2009 ) alumun s Bina Nusantara, Jakarta melak ukan pen elitian tentang “ Audit Operasional atas Fun gsi Pen gelo laan Persediaan Baran g “. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah masih terdapatnya persediaan barang jadi yan g men umpuk di gudan g barang jadi berup a baran g slo w moving dalam jumlah yan g cukup besar sehingga berakibat pada tingginy a biaya pemeliharaan serta pen ggunaan gudan g yang tidak efisien.

Metode yan g digunak an adalah metode data an alisa k ualitatif yaitu analisa yang menyangkut tentang p enerap an-penerapan teori-teori yan g ada dalam struktur pen gen dalian intern (lin gkun gan pengendalian, struktur pen gen dalian, prosedur pen gen dalian)

Kesimpulan dari “Audit Op erasional atas Fun gsi Pengelolaan Persediaan Barang “ bahwa fungsi pengelolaan persediaan baran g di perusahaan tersebut

(18)

masih belum cukup memadai dikaren akan perusahaan belum memiliki kebijakan dan prosedur secara tertulis, tidak adany a pemisahan tugas antara bagian penerimaan dan bagian penyimpanan, tidak adany a pemisahan terhadap barang

slow moving, akses keluar masuk gudan g tidak dilen gkapi den gan pos penjagaan

yang efektif.

Saran dari penulis tentang p enemuan tersebut maka pen ulis memberikan saran dan perbaikan yait u dibut uhkan kebijakan dan prosedur mengenai pengelo laan baran g yan g tertulis sehingga memperkecil terjadinya kesalahan pro sedur, perusah aan sebaiknya membuat kebijakan unt uk melakukan p emisah aan tugas antara bagian penerimaan dan penyimpanan barang sehin gga aktivitas pengen dalian menjadi lebih baik dan pen gelolaan yan g efektif dan efisien terhadap persediaan baran g terlak sana dengan baik, dip erlukan pemisahan antara baran g slo w moving den gan baran g jadi lainnya sehingga perusahaan dapat menggunakan gudang den gan lebih efektif dan efisien serta memudahkan dalam kegiatan stock opname, diperluk an sistem pencatatan persediaan secara terkomputerisasi dan terintegrasi baik di bagian gudan g maup un ak untansi sehin gga proses penelusuran selisih lebih cepat dan tepat serta tidak menggan ggu aktivitas pekerjaan dibagian gudan g dan akuntansi.

2. Darmayanti, Selv ia ( 2009 ) alumnus Bina Nusantara, Jakarta melakukan penelitian tentang “Audit Operasional atas Fun gsi Penjualan”. Pokok permasalahan dalam penelitian in i adalah spekulasi adanya kehilan gan baran g di gudang makany a tidak dapat melak ukan p enjualan.

Metode yan g digunakan adalah metode komparatif yaitu suatu metode yang membandin gkan antara teori p enjualan dan p elak san aannya.

(19)

Kesimpulan dari “Audit Operasional atas Fun gsi Penjualan” bah wa sistem pengen dalian internal perusahaan tersebut masih perlu dip erbaik i seperti tidak dibatasinya akses ke gudan g, harga produk diketah ui oleh bagian gudang, pelanggan yan g memilik i limit kredit ak an tetap melakukan pembelian karena persetujuan berdasarkan kepercayaan dan tidak terdapat dalam manual kebijak an penjualan, pelunasan piutang melebihi tan ggal jatuh tempo namun tidak diberik an sank si

Saran dari penulis tentang p enemuan tersebut maka pen ulis memberikan saran dan perbaikan yaitu pem batasan akses ke gudang, invoice tidak diberik an ke gudang, membuat manual kebijakan kredit, pemberian sank si keterlambatan pembayaran.

II.6 Kerangka Pemikiran

Pada tahap awal k egiatan penelitian dilakukan persiap an pemerik saan untuk memahami bisnis atau usaha perusah aan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi umum dan latar belakan g perusahaan mengenai semua aspek dari organ isasi, kegiatan, dan program atau sistem agar dapat dipero leh pen getahuan atau gam baran y ang memadai mengenai o bjek pen elitian.

Setelah dilakuk an persiap an pemerik saan, maka dipero leh beberapa pokok permasalahan yang menggan ggu sik lus pen jualan dan persediaan dalam perusahaan yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan perusahaan y an g efektif, efisien, dan ekonomis. Pokok permasalahan yang dipero leh diantaranya adalah penjualan menurun dan adanya keterlambatan penerimaan baran g

Selanjutnya pen ulis melak ukan pen gumpulan data baik y ang dip eroleh melalui riset kep ustakaan maup un riset lapan gan. Riset lapangan dilak sanakan dengan cara melakuk an pemerik saan secara lan gsun g k epada perusahaan yang bersan gkutan,

(20)

seperti melakukan pen gamatan langsung ke lap angan terhadap kegiatan operasional perusah aan kh ususnya terhadap aktivitas penjualan. Setelah itu dilakukan proses wawancara den gan manajemen perusahaan mengenai permasalahan yan g dibah as. Disamping melak ukan wawancara penulis juga membuat kuesioner yang berh ubun gan dengan perusahaan agar dap at dijawab lan gsung oleh manajemen perusah aan.

Setelah seluruh data yang menunjan g permasalahan dip eroleh, maka pen ulis melakuk an penelaahan dan pengujian terinci atas Sistem Pengen dalian Intern dan kemudian dilak ukan tahap pelaporan. Setelah h asil-hasil diperooleh makan dibuat kesimp ulan-kesimpulan mengenai pen elitian yan g dilak uk an oleh saran-saran yang akan diberik an kepada perusahaan untuk perbaikan k inerja operasi agar lebih efektif, efisien dan ekonomi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan beberapa persoalan di atas, maka RPJM menetapkan langkah-langkah pembangunan Aceh yang dimulai dengan visi pembangunan Aceh ialah mewujudkan perubahan yang fundamental

20 Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm KeuDa, Perangkat Daerah, Kepegawaian. Organisasi

Sedikit mengutip pendapat Muhammad Abduh, kepercayaan kepada kekuatan akal adalah dasar peradaban suatu bangsa. Sebab akal terlepas dari ikatan tradisi akan membawa

Malah boleh dikatakan disebabkan oleh sistem pela tersebut, pertentangan atau konflik antara Muslim dan Kristian jarang berlaku, hal mana sangat berbeza dengan keadaan

Adapun yang menjadi pembahasan dalam tugas sarjana ini adalah mengenai “Analisa Aliran pada Hydrocyclone dengan Metode Numerik menggunakan Program Komputer CFD” .Berbagai ilmu

mereka yang ikut serta dalam sedekah bumi muncul dari berbagai keompok, pertama dari golongan muda yang memaknai sedekah bumi sebagai momentum untuk menjaga dan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: “Apakah terdapat hubungan antara Self esteem dengan Self

Pada hari ini, senin tanggal tiga puluh bulan juni tahun dua ribu empat belas, kami yang bertanda tangan dibawah ini kelompok kerja (POKJA) 1 unit layanan pengadaan