• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERPINDAHAN KALOR MELALUI METODE DEMONSTRASI SERTA EKSPERIMEN. Kholidin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERPINDAHAN KALOR MELALUI METODE DEMONSTRASI SERTA EKSPERIMEN. Kholidin"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERPINDAHAN KALOR MELALUI METODE DEMONSTRASI SERTA EKSPERIMEN

Kholidin 1

Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 6, No. 1, Januari – April 2021

ISSN 2477-2240 (Media Cetak).

2477-3921 (Media Online)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERPINDAHAN

KALOR MELALUI METODE DEMONSTRASI SERTA EKSPERIMEN

Kholidin

SD Negeri Karangjati 01, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah Abstract

Students' ability in achieving science learning is still low. This, as evidenced by several tests, only 5 out of 19 students in class V reached a level of understanding of the material by 26.32%. The average daily test results from 19 students were only 68.4, still far below the KKM, namely 75. The purpose of this study was generally to determine the implementation of science learning with demonstration and experimental methods and to improve learning achievement, while the specific objective was to improve learning outcomes, especially in heat transfer material. Data analysis in research using qualitative data and descriptive data analysis. The results showed that in cycle I, the average result of daily repetitions increased from 73.37, there was an increase of 4.97%, and in the second cycle of action, it increased very significantly, with an average value of repetitions to 81, an increase of 7.3%. The practical benefits of research for students of demonstration and experimental methods can improve student achievement in science subjects and provide opportunities for students to build and discover their own knowledge. For teachers as useful input for efforts to improve student achievement and improve the quality of the teaching and learning process. For schools to provide input and guidance to teachers to improve science learning achievement in schools.

Keywords: Natural Science Learning; Demonstration Method; Experimental Method.

Abstrak

Kemampuan siswa dalam mencapai pembelajaran IPA masih rendah. Hal tersebut, dibuktikan dengan beberapa kali ulangan, hanya 5 siswa dari 19 siswa di kelas V yang mencapai tingkat pemahaman materi sebesar 26,32% . Hasil ulangan harian rata-rata dari 19 siswa hanya 68,4 masih jauh di bawah KKM yaitu 75. Tujuan penelitian ini secara umum untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi serta eksperimen dan meningkatkan prestasi belajar, sedangkan tujuan secara khusus untuk meningkatkan hasil belajar terutama pada materi perpindahan kalor. Analisis data dalam penelitian menggunakan data kualitatif dan analisis data deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan tindakan siklus I hasil rata-rata ulangan harian meningkat dari 73,37 terjadi peningkatan 4,97%, dan pada tindakan siklus II meningkat sangat signifikan dengan rata-rata nilai ulangan menjadi 81 terjadi peningkatan 7,3%. Manfaat penelitian secara praktis bagi siswa metode demonstrasi serta eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun serta menemukan sendiri pengetahuannya. Bagi guru sebagai masukan yang berguna untuk upaya peningkatan prestasi belajar siswa dan perbaikan kualitas proses belajar mengajar. Bagi sekolah memberikan masukan dan pembinaan pada guru untuk meningkatkan prestasi belajar IPA di sekolah.

© 2021 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia Kata Kunci: Pembelajaran IPA; Metode Demonstrasi; Metode Eksperimen.

(2)

PENDAHULUAN

Salah satu muatan pembelajaran yang ada pada kurikulum 2013 adalah IPA. Pembelajaran tersebut bukan hanya sekadar penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep, atau prinsip IPA, tetapi juga berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis atau proses untuk menemukan pengetahuan tentang alam. Salah satu materi yang dipelajari yaitu perpindahan kalor. Berdasarkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang tidak menyukai mata pelajaran IPA tentang perpindahan kalor. Mereka menganggap mata pelajaran tersebut sukar dan sulit untuk dimengerti. Selain itu, pola pembelajaran yang dilaksanakan tidak pernah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba menemukan konsep dan menerapkannya, hal tersebut dibuktikan dengan beberapa kali ulangan, hanya 5 siswa dari 19 siswa di kelas V yang mencapai tingkat pemahaman materi sebesar 26,32 %. Hasil ulangan harian rata-rata dari 19 siswa hanya 68,4 masih jauh di bawah KKM yaitu 75. Padahal Pengetahuan tentang alam hendaknya dibangun melalui kegiatan nyata mengamati maupun mengalami langsung fenomena-fenomena yang terjadi di alam sehingga siswa mampu memahami dan menguasai konsep-konsep IPA.

Untuk itu, guru harus bisa menciptakan kondisi dan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi siswa agar memperoleh tujuan yang diharapkan. Salah satunya yaitu pemilihan metode yang tepat. Melihat proses pembelajaran IPA yang menekankan pemberian pengalaman langsung pada siswa melalui penyelidikan sederhana agar mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk menemukan, memahami, dan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan alam sekitarnya, maka metode yang tepat diterapkan yaitu metode demonstrasi serta eksperimen.

Sundari dkk (2016, h.3) menjelaskan beberapa kelebihan jika metode demonstrasi dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran antara lain membuat anak lebih paham pada kegiatan yang diberikan sehingga anak mudah melakukan kegiatan tersebut, anak dapat mengikuti kegiatan sesuai dengan tahapannya, dan anak dapat membandingkan antara teori dengan kenyataannya. Selain itu, metode ini juga memiliki beberapa kekurangan, maka dalam penerapannya ada beberapa hal yang haru disiapkan untuk mengatasi kekurangan tersebut yaitu mempersiapkan segala kebutuhan dengan matang, memaksimalkan alat dan bahan yang digunakan, dan memberikan pelatihan terhadap guru agar mudah memahami serta mudah mengaplikasikannya dalam kegiatan pembelajaran.

Sedangkan metode eksperimen Sugihartono dalam (Pantas dan Sumadi, 2017, h.2) menjelaskan metode eksperimen merupakan pola pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan belajar dengan cara melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari dan dalam pelaksanaannya metode ini menuntut siswa berpartisipasi aktif, siswa diberi banyak kesempatan untuk menemukan, menganalisa, membuktikan, dan mengalami sendiri objeknya. Metode ini memberikan keleluasaan dalam pelaksana proses belajar mengajar lebih terarah. Selain itu, Harningsih (2019, h.4) menjelaskan kelebihan dalam menerapkan metode ini yaitu siswa memahami konsep-konsep ilmu pengetahuan alam dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam semesta.

Beberapa penelitian yang menggunakan penerapan metode demonstrasi dan eksperimen diantaranya Nahdi dkk (2018), Permana (2018), dan Puspita dkk. Nahdi dkk (2018) dalam penelitiannya menjelaskan cara menerapkan metode demonstrasi yaitu mulai dari tahap persiapan sampai tahap refleksi. Persiapan yang dilakukan guru sebelum pembelajaran dilaksanakan yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran mulai dari menyusun langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran metode demonstrasi, evaluasi, sumber belajar, media pembelajaran dan mempersiapkan alat dan bahan yang

(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERPINDAHAN KALOR MELALUI METODE DEMONSTRASI SERTA EKSPERIMEN

Kholidin 3

Permana (2018, h.3) dalam penelitiannya melaksanakan metode demonstrasi dengan diawali guru memperlihatkan kepada siswa sebuah gambar atau video melalui infokus tentang proses pernafasan manusia. Kemudian guru memfasilitasi siswa dalam berinteraksi antar siswa melalui teknik bertanya. Selanjutnya siswa diminta membaca buku-buku yang memuat uraian tentang proses pernafasan. Kemudian guru mengajak siswa melakukan percobaan tentang proses pernafasan manusia. Berikutnya siswa yang diminta oleh guru untuk mempraktikkan apa yang telah didemontrasikan oleh guru. Setelah itu, siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Berikutnya, guru membimbing siswa dalam berdiskusi dan menjawab LKS. Setelah berdiskusi, siswa diminta untuk menyampaikan laporan hasil diskusi kelompoknya. Kemudian, guru memberikan konfirmasi.

Puspita dkk (2017) dalam penelitiannya memadukan antara metode eksperimen dengan media konkret dan hasil penelitian yang diperoleh dapat meningkatkan pembelajaran IPA pada materi gaya. Selain itu, pelaksanaan dalam penelitian dilakukan tiga siklus dengan langkah-langkah tahap persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Dari tiga jenis penelitian yang sudah dilakukan, penelitian ini memiliki keberbedaan dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini meneliti pembelajaran IPA pada materi kalor dan pada pelaksanaannya memadukan dua jenis metode yaitu metode demonstrasi serta eksperimen.

Berdasarkan permasalahan di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang metode demonstrasi serta eksperimen dalam pembelajaran IPA. Maka, judul dalam penelitian ini yaitu “Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Perpindahan Kalor Melalui Metode Demonstrasi Serta Eksperimen” dengan tujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPA dengan melalui metode demonstrasi serta eksperimen dan meningkatkan prestasi belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran melalui metode demonstrasi serta eksperimen. Sebagai catatan, artikel ini disusun berdasarkan laporan penelitian tindakan sekolah yang telah peneliti buat sebelumnya. Laporan tersebut berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Perpindahan Kalor Melalui Metode Demonstrasi Serta Eksperimen” METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dua siklus yang terdiri atas 4 langkah yaitu (1) tahap perencanaan, pada tahapan ini peneliti membuat rencana pembelajaran beserta skenario yang akan dilaksanakan skenario mencangkup langkah-langkah yang akan dilakukan guru dan siswa dalam kegiatan tindakan perbaikan, (2) pelaksanaan tindakan, pada tahapan ini diberikan solusi untuk menjawab permasalahan yang ada yaitu mengenai penerapan metode demonstrasi serta eksperimen, (3) Observasi terhadap tindakan perbaikan pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat yang berpedoman pada lembar pengamatan. Selanjutnya hasil pengamatan tersebut menjadi salah satu acuan dalam tindakan perbaikan pada siklus berikutnya, dan (4) refleksi, setiap selesai melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran penulis harus melakukan refleksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Apakah tindakan yang telah dilakukan berhasil dengan baik atau tidak.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Karangjati 01. Sekolah tersebut berakreditasi A dan proses pembelajaran menggunakan kurikulum 2013. Selain itu, sekolah tersebut juga memiliki 6 ruang kelas. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 3 bulan pada semester genap tahun ajaran 2018/2019.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang terdiri atas 19 siswa meliputi 8 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

(4)

4. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif dan analisis data deskriptif. analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung. Sedangkan analisis data deskriptif merupakan data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis Deskriptif. Analisis Deskriptif digunakan untuk mengetahui perkembangan pemahaman siswa.

5. Validasi Data

Validasi data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis triangulasi yaitu triangulasi sumber dan triangulasi waktu. Triangulasi sumber merupakan teknik pengumpulan data yang sejenis dari berbagai sumber data yang berbeda maksudnya data tersebut dilakukan ricek kebenarannya dari sumber lain yang dianggap paham dengan data. Triangulasi waktu artinya data tersebut dicek pada responden pertama pada waktu berbeda.

6. Langkah penelitian

Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dalam dua siklus. Rincian pertemuan sebagai berikut 1. Perencanaan

Sebelum melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran penulis membuat rencana pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan. Skenario mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan guru dan siswa dalam kegiatan tindakan perbaikan. Penulis juga menyiapkan berbagai bahan seperti tugas dan bahan belajar yang dibuat sesuai dengan hipotesis yang dipilih, alat peraga, dan buku referensi yang relevan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan terdiri atas 3 tahapan dan dilaksanakan pada setiap siklus. Langkah tahapan dimulai dari kegiatan awal berupa mempersiapkan siswa dalam keadaan siap belajar, kegiatan ini merupakan kegiatan pemberian perlakuan berupa metode demonstrasi serta eksperimen, 3. Observasi

Observasi terhadap tindakan perbaikan pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat yang berpedoman pada lembar pengamatan. Selanjutnya hasil pengamatan tersebut menjadi salah satu acuan dalam tindakan perbaikan pada siklus berikutnya.

4. Refleksi

Setiap selesai melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran penulis harus melakukan refleksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Apakah tindakan yang telah dilakukan berhasil dengan baik atau tidak. Yang menjadi bahan dalam merefleksi diri antara lain nilai hasil uji kompetensi, hasil pengamatan oleh observer, dan minat belajar siswa selama proses perbaikan berlangsung.

Setelah keempat langkah tindakan perbaikan pembelajaran tersebut dilakukan, maka refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana berikutnya. Jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memecahkan masalah, maka tindakan perbaikan pembelajaran akan dilakukan kembali melalui tahapan tersebut di atas. Demikian tindakan tersebut akan dilakukan sampai memperoleh hasil yang telah diterapkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I

Berdasarkan analisis data menunjukkan perbaikan pembelajaran pada siklus I belum berhasil karena dari hasil analisis data diketahui, tingkat ketuntasan klasikal siswa baru mencapai 47,37% yaitu hanya 9 siswa dan jumlah siswa keseluruhan 19 siswa. Jabaran nilai dapat dilihat pada tabel berikut.

(5)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERPINDAHAN KALOR MELALUI METODE DEMONSTRASI SERTA EKSPERIMEN

Kholidin 5 Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Siklus I

No Uraian Nilai Ulangan

1 Nilai tertinggi 85

2 Nilai terendah 60

3 Nilai rata-rata 73,7

4 Ketuntasan 9

5 Belum Tuntas 10

Dari tabel 1.1 tersebut terlihat pada siklus I ketuntasan belajar siswa meningkat dari 5 siswa atau 26,32% dari jumlah 19 siswa menjadi 9 siswa atau 47,37%.. Berdasarkan persentase ketuntasan belajar siklus I setelah dilakukan tindakan tersebut dapat digambarkan dalam grafik berikut

Grafik 1.1 Balok Nilai Ulangan Siklus I

Setelah melakukan diskusi antara peneliti, supervisor dan observer yang terkait dengan hasil tes formatif maka perlu dilanjutkan pada siklus kedua.

Siklus II

Hasil analisis data siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan. Dari jumlah keseluruhan 19 siswa ternyata yang tuntas belajar berjumlah 18 siswa (94,74%) yang pada siklus pertama hanya 9 siswa tuntas belajar menjadi 18 siswa. Sehingga keberhasilan pada siklus kedua dikatakan sudah mencapai kriteria yang ditetapkan dengan KKM 75. Hal ini berarti upaya perbaikan pembelajaran materi Perpindahan Kalor telah tercapai. Namun refleksi masih tetap dilakukan terutama untuk mengetahui berbagai kelemahan sebagai pertimbangan agar pelaksanaan perbaikan yang lain tidak akan muncul. Jabaran nilai dapat dilihat pada tabel

Tabel. 1.2 Nilai Ulangan Harian Siklus II

No Uraian Nilai Ulangan

1 Nilai tertinggi 95

2 Nilai terendah 70

3 Nilai rata-rata 81

4 Ketuntasan 18

5 Belum tuntas 1

Dari tabel 1.2 tersebut terlihat pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat secara signifikan dari siklus I, 9 siswa atau 47,37% dari jumlah 19 siswa menjadi 18 siswa atau 94,74%. Berdasarkan persentase ketuntasan belajar siklus II setelah dilakukan tindakan tersebut dapat digambarkan dalam grafik berikut.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Nilai Tertinggi Nilai Terendah

Rata-rata Tuntas Belum

(6)

Grafik 1.2 Diagram Balok Nilai Ulangan Siklus II

Dalam kegiatan perbaikan pembelajaran IPA di kelas V siswa SD Negeri Karangjati 01 pada materi “Perpindahan Kalor” melalui metode demonstrasi dan eksperimen diperoleh nilai evaluasi tiap-tiap siklus seperti tampak pada tabel 4.4

Tabel 1.3 Rekapitulasi Nilai Ulangan harian IPA untuk Tiap-Tiap Siklus

No Uraian Per Siklus

Siklus I Siklus II 1 Nilai Tertinggi 85 95 2 Nilai Terendah 60 70 3 Nilai rata-rata 73,7 81 4 Ketuntasan 9 18 5 Belum Tuntas 10 1

Berdasarkan tabel 1.3 dapat dijelaskan sebagai pada siklus pertama siswa yang tuntas belajar sebenyak 9 siswa dari 19 siswa atau 47,37% dan pada siklus kedua siswa yang tuntas belajar sebanyak 18 siswa dari 19 siswa atau 94,74%.

Pembahasan

Melihat kondisi awal, guru mengajar secara konvensional namun hasil belajar peserta didik rendah. Kemudian melakukan tindakan yang sesuai dengan materi dan menerapkan alat peraga yang sesuai dengan materi melalui dua tahap. Tahap pertama yaitu, perencanaan, pelaksanaan tes, pengamatan terhadap terhadap peserta didik serta melakukan refleksi. Tahap kedua sama dengan tahap pertama dan hasil belajar peserta didik meningkat.

Berdasarkan kondisi awal nilai rata-rata ulangan siswa hanya 68,4 dan setelah dilaksanakan tindakan siklus I hasil rata-rata ulangan harian meningkat dari 73,7 terjadi peningkatan 4,97%, dan pada tindakan siklus II meningkat sangat signifikan dengan rata-rata nilai ulangan menjadi 81 terjadi peningkatan 7,3%, maka dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan metode demonstrasi dan eksperimen dapat meningkatkan hasil IPA tentang perpindahan

Pada siklus awal nilai tuntas belajar siswa hanya 26,32%, pada siklus pertama mencapai 47,37%. Dari data tersebut hasil perbaikan pembelajaran mengalami kenaikan sedikit lebih baik. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPA pada siklus kedua melalui alat peraga planetarium, ternyata dapat memperjelas penguasaan materi pelajaran. Terbukti hasil nilai mengalami kenaikan dari siklus I dengan ketuntasan belajar 47,37% pada siklus II meningkat signifikan menjadi 94,74%. Tidak hanya itu, penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Karni (2018), Yuliani dkk (2019), Harningsih (2019), dan Nurmardiah (2019).

Karni (2018) dalam penelitiannya mengenai penerapan metode demonstrasi menunjukkan melalui metode demonstrasi motivasi dan hasil belajar IPA bagi Siswa Kelas III SD Negeri 1 Termas Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan meningkat. Pada hasil belajar peningkatan tersebut

0 20 40 60 80 100 Nilai Tertinggi Nilai Terendah

Rata-rata Tuntas Belum

(7)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERPINDAHAN KALOR MELALUI METODE DEMONSTRASI SERTA EKSPERIMEN

Kholidin 7

meningkat 30 4) Nilai terendah prasiklus 40 pada tiga anak, siklus II 70 pada sembilan anak. Selain itu, banyak siswa tuntas, prasiklus 3 orang ( 13,63%), siklus II 22 orang (100 %) 6) Siswa belum tuntas pra siklus 19 orang (86,37 %) siklus tidak ada (0).

Yuliani dkk (2019) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa adanya pengaruh penerapan metode demonstrasi berbasis POE terhadap kemampuan metakognitif. Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan metakognitif siswa awal dan kemampuan metakognitif setelah perlakuan. Hal ini berarti bahwa siswa memiliki kemampuan untuk merencanakan, memantau, dan mengevaluasi melalui proses pembelajaran diri dan berpikir. Siswa dapat mencapai tugas-tugas mereka sepenuhnya dengan menggunakan proses berbicara, berdiskusi dan berbagi pengetahuan dengan teman sekelas mereka.

Harningsih (2019) dalam penelitiannya menunjukkan penggunaan metode eksperimen dengan alat peraga menjadi lebih efektif, membuat siswa lebih aktif, dan tertarik serta merasa mempunyai tanggung jawab, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Hasil belajar mata pelajaran IPA materi sifat-sifat benda meningkat. Ketuntasan belajar siswa kelas III SD Negeri Wonosekar pada kondisi awal yang tuntas belajar 43%, kemudian siklus I menjadi 67% dan siklus II menjadi 90%. Nilai rata-rata kelas semakin meningkat dari nilai 70 pada kondisi awal meningkat menjadi 80 pada perbaikan pembelajaran siklus I, serta semakin meningkat menjadi 88 pada akhir perbaikan pembelajaran siklus II. selain itu, kualitas proses pembelajaran berupa perilaku siswa dalam pembelajaran lebih berkualitas artinya siswa lebih aktif, kreatif, dan termotivasi untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

Nurmardiah (2019) dalam penelitiannya menyimpulkan Penggunaan metode eksperimen dalam proses pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I skor aktivitas guru hanya 2,8 dan pada siklus II meningkat menjadi 3,9. Sedangkan skor aktivitas siswa pada siklus I 2,6 dan pada siklus II 3,8. Selain itu, hasil belajar siswa meningkat pada kondisi awal nilai rata-rata siswa hanya 57,27 dengan ketuntasan klasikal hanya sebesar 36,36 %. Pada siklus I setelah menggunakan metode eksperimen nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 69,09 dengan ketuntasan klasikal 72,73 %.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui metode demonstrasi dan eksperimen materi “Perpindahan Kalor” dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan penguasaan materi lebih baik dari metode pembelajaran tradisional. Selain itu, kondisi awal nilai rata-rata ulangan siswa hanya 68,4 dan setelah dilaksanakan tindakan siklus I hasil rata-rata ulangan harian meningkat dari 73,37 terjadi peningkatan 4,97%, dan pada tindakan siklus II meningkat sangat signifikan dengan rata-rata nilai ulangan menjadi 81 terjadi peningkatan 7,3%, maka dapat disimpulkan bahwa melalui metode demonstrasi dan eksperimen dapat meningkatkan hasil IPA tentang Perpindahan Kalor pada siswa kelas V Semester 2, SDN Karangjati 01 Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2018/ 2019.

SARAN

Pada pembelajaran mata pelajaran teori sebaiknya guru menggunakan metode pembelajaran yang sesuai sehingga proses belajar mengajar di kelas lebih efektif dengan cara mengajar guru yang lebih bervariasi. Selain itu, penggunaan metode demonstrasi dan eksperimen dapat memberikan rangsangan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar di kelas dan menumbuhkan partisipasi belajar dan keaktifan siswa untuk mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir. Selain itu, pada proses belajar mengajar di kelas guru harus selalu berinteraksi dengan siswa, karena dengan komunikasi yang baik tersebut dapat mencairkan suasana yang tegang. Siswa bisa lebih terbuka kepada guru ketika

(8)

menghadapi kesulitan dalam proses belajar mengajar dan sebaliknya guru juga bisa menanyakan kepada siswa mengenai isi materi yang telah diajarkan.

Pada pelaksanaan penelitian ini guru harus memberikan bimbingan dengan intensif untuk memotivasi partisipasi belajar siswa dan dalam penggunaan metode demonstrasi dan eksperimen dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan kelas agar siswa dapat belajar dengan lancar dan mendapatkan suasana yang berbeda dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Harningsih, E. T. (2019). Peningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Sifat-Sifat Benda Melalui Metode Eksperimen pada Siswa Kelas Iii SD Negeri Wonosekar Tahun 2017/2018. Elementary School: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran ke-SD-an, 6(2), 125-132.

Karni, K. (2018). Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Metode Demonstrasi Bagi Siswa Kelas Iii SD Negeri 1 Termas Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan pada Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurnal Pendidikan Dasar, 6(2).

Nurmardiah.(2019). Peningkatan Hasil Belajar Ipa Materi Sumber- Sumber Energi Melalui Metode Eksperimen. Jurnal Pendidikan MI/SD Jurnal Pendidikan MI/SD

Nahdi, D. S., Yonanda, D. A., & Agustin, N. F. (2018). Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Melalui Penerapan Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran IPA. Jurnal Cakrawala Pendas, 4(2), 9-16. Puspita, I. D., Suhartono, S., & Joharman, J. (2017). Penerapan Metode Eksperimen dengan Media Konkret

untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Gaya pada Siswa Kelas Iv SDN 4 Bumirejo Kebumen Tahun Ajaran 2016/2017. Kalam Cendekia PGSD Kebumen, 5(3.1).

Pantas, E. F., & Sumadi, S. (2017). Pengaruh Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi Terhadap Prestasi Belajar Fisika Pokok Bahasan Listrik Dinamis. Compton: Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 3(1).

Permana, R. Pembelajaran IPA Menggunakan Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas V Sdn 40 Kedondong. Jurnal Kajian Pembelajaran dan Keilmuan, 2(2), 36-40.

Sundari, L. A., Suarni, N. K., & Antara, P. A. (2016). Penerapan Permainan Tradisional Dengkleng dengan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Keseimbangan Tubuh pada Anak Kelompok A Semester Ii Tahun Ajaran 2015/2016 di TK Kartika Viii-3 Singaraja. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha, 4(2). Yuliani, Y., Nurjhani, M., & Suhara, S. (2019). Pengaruh Metode Demonstrasi Berbasis Predict-Observe-Explain (POE) terhadap Kemampuan Metakognitif Siswa pada Materi Pemanasan Global. Bioeduscience, 3(1), 41-47.

Gambar

Grafik 1.2 Diagram Balok Nilai Ulangan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel yang baik adalah self- successful dalam berwirausaha, toleransi terhadap risiko, dan keinginan untuk merasakan kerja

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran dengan menggunakan kartu indeks merupakan suatu strategi pembelajaran yang efektif

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan rahmat-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi segala persyaratan

Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa kinerja Kepala Desa dalam penyelengaraan pemerintahan di Desa Bandar Tengah pada prinsipnya merupakan keterlibatan

IMPLEMENTASI BUSINESS PROCESS RE-ENGINEERING (BPR) DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN) KOTA MALANG..

Instalasi pengolahan air payau dengan menggunakan sistem osmosa balik ini sangat dipengaruhi oleh kualitas air baku yang akan diolah, apabila air baku tidak

3 Tahun 2016 Tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa, citra satelit Pleiades 1A hasil orthorektifikasi baik metode RPC maupun Rigorious layak untuk

Terdapatnya perbedaan peningkatan pemahaman konsep matematika antara siswa yang memperoleh pembelajaran eksploratif dengan siswa yang memperoleh pembelajaran