• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat Dr. Djoko Jiwa Delirium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat Dr. Djoko Jiwa Delirium"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

REFERAT REFERAT

DELIRIUM

DELIRIUM

Oleh: Oleh:

Aisya Fikritama Aditya Aisya Fikritama Aditya

G99141150 G99141150 em!im!i"#: em!im!i"#: D$%k% &'(it%) dr*) D$%k% &'(it%) dr*)

&+,-,EA.ITERAA. ,LI.I, ILMU ,EDO,TERA. -I/A ,EA.ITERAA. ,LI.I, ILMU ,EDO,TERA. -I/A

FA,ULTA& ,EDO,TERA. U.&  R&UD DR* MOE/ARDI FA,ULTA& ,EDO,TERA. U.&  R&UD DR* MOE/ARDI

&URA,ARTA &URA,ARTA

(2)

015 015 BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 1.. LLaattaar r BBeellaakkaanngg Set

Setiap iap gangangguagguan n kognkognitiitif f dapadapat t menymenyebabebabkan kan kebikebingunngungangan, , mismisalnyalnyaa  berkurangnya kejelasan dan

 berkurangnya kejelasan dan koherensi fikiran, persepsi, pengertian, atau tindakan.koherensi fikiran, persepsi, pengertian, atau tindakan. Bingung merupakan gambaran pertama dari gangguan kognitif yang diperhatikan Bingung merupakan gambaran pertama dari gangguan kognitif yang diperhatikan oleh anggota keluarga atau pemeriksa. Keadaan bingung akut adalah sindroma oleh anggota keluarga atau pemeriksa. Keadaan bingung akut adalah sindroma umum yang terdiri dari gangguan global dari fungsi kognitif yang disertai dengan umum yang terdiri dari gangguan global dari fungsi kognitif yang disertai dengan deficit perhatian dan kesadaran. Gangguan kognitif biasanya meliputi orientasi deficit perhatian dan kesadaran. Gangguan kognitif biasanya meliputi orientasi  berubah, persepsi abnormal, penalaran yang terganggu dan ingatan yang lemah.  berubah, persepsi abnormal, penalaran yang terganggu dan ingatan yang lemah.

Delir

Delirium adalah suatu ium adalah suatu keadaakeadaan n mental yang abnormal yang mental yang abnormal yang dicirdicirikan olehikan oleh ada

adanya nya disdisorioriententasiasi, , ketketakutakutan an iriiritabtabiliilitastas, , salsalah ah perpersepsepsi si terterhadahadap p stistimulmulasiasi sensorik dan sering kali disertai dengan halusinasi visual. Tingkah laku yang sensorik dan sering kali disertai dengan halusinasi visual. Tingkah laku yang demikian biasanya menempatkan penderita disuatu alam yang tak berhubungan demikian biasanya menempatkan penderita disuatu alam yang tak berhubungan den

dengan gan linlingkungkunganyganya, a, bahbahkan kan kadakadang ng paspasien ien sulsulit it menmengenagenali li dirdirinyinya a sensendirdiri.i. Bia

Biasanysanya a deldeliriirium um menmenimbimbulkulkan an deldelusi usi sepseperterti i alam alam mimmimpi pi yanyang g komkomplepleks,ks, si

siststemematatis is sesertrta a beberlrlananjujut t sesehihingngga ga tataka ka da da kokontntak ak sasama ma sesekakali li dedengnganan lingkunganya serta secara psikologis tidak mungkin dicapai

lingkunganya serta secara psikologis tidak mungkin dicapai oleh pemeriksaanya.oleh pemeriksaanya. enderita umumnya menjadi talkative, bicaranya keras, offensive, curiga, enderita umumnya menjadi talkative, bicaranya keras, offensive, curiga, agitatif. Keadaan ini timbulnya cepat dan jarang berlangsung lebihh dari !"# hari agitatif. Keadaan ini timbulnya cepat dan jarang berlangsung lebihh dari !"# hari namun salah persepsi dan halusinasinya dapat berlangsung sampai berminggu" namun salah persepsi dan halusinasinya dapat berlangsung sampai berminggu" mingg

minggu u terutterutama ama pada penderita alkoholik atau pada penderita alkoholik atau penderpenderita yang ita yang berkaiberkaitan tan dengandengan  penyakit

 penyakit vaskuler vaskuler kolagen. kolagen. Keadaan Keadaan delirium delirium biasanya biasanya tampil tampil pada pada gangguangangguan to

toksksik ik dadan n memetatabobolilic c susususunanan n sasararaf f seseperperti ti kerkeracacunaunan n atatroropipine ne yayang ng akakutut,, sindroma putus obat, gagal hati akut,

sindroma putus obat, gagal hati akut, ensefalitis, penyakit vaskuler kolagen.ensefalitis, penyakit vaskuler kolagen. Da

Dalalam m dedeliliririum um seseseseororanang g inindidivividu du memengngalalamami i kekesusulilitatan n dadalalamm men

menggerggerakkakkan, an, memmemusausatkatkan, n, menmengalgalihkihkan an dan dan memmemperpertahatahankankan n perperhathatianian.. Be

(3)

gangguan perseptual, pembicaraan tidak koheran, insomnia atau mengantuk pada siang hari, aktivitas psikomotor meningkat atau menurun, dan disorientasi dan gangguan ingatan $ Sarason % Sarason, &''()

Delirium merupakan penyakit yang umum dan ditemukan pada lebih dari &*+ pasien berusia - tahun yang dirujuk ke rumah sakit. Delirium dapat terjadi sebagai akibat kondisi otak yang akut atau kronis. da empat penyebab delirium yaitu penyakit otak, penyakit atau infeksi dari bagian tubuh lain yang mempengaruhi otak, intoksikasi, putus dari /at yang menjadi ketergantungan individu. Kejadian delirium sangat tinggi pada orang"orang yang sudah tua dan tidak diketahui apa sebabnya mereka mengalami delirium yang sangat tinggi selain hanya di ketahui bah0a frekuensi penyakit otak organic dan penyakit sistemik meningkat pada usia tua.

Tanda utama dari delirium adalah suatu gangguan kesadaran, biasanya terlihat bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif secara global. Kelainan mood, persepsi, dan perilaku adalah gejala psikiatrik yang umum. Tremor, nistagmus, inkoordinasi dan inkontinensia urin merupakan gejala neurologis yang umum. Biasanya, delirium mempunyai onset yang mendadak $beberapa jam atau hari), perjalanan yang singkat dan berfluktuasi, dan perbaikan yang cepat jika faktor penyebab diidentifikasi dan dihilangkan. Tetapi, masing"masing dari ciri karakteristikk tersebut dapat bervariasi pada pasien individual. Delirium merupakan suatu sindrom, bukan suatu penyakit. Delirium diketahui mempunyai  banyak sebab, semuanya menyebabkan pola gejala yang sama yang berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien dan gangguan kognitif. Sebagian besar penyebab delirium terletak di luar sistem saraf pusat" contoh, gagal ginjal atau hati.

Delirium tetap merupakan gangguan klinis yang kurang dikenali dan kurang didiagnosis. Bagian dari masalah adalah bah0a sindrom disebut dengan  berbagai nama lain" sebagai contoh, keadaan konfusional akut, sindrom otak akut,

(4)

Kepentingan untuk mengenali delirium adalah $&) kebutuhan klinis untuk  mengidentifiaksi dan mengobati penyebab dasar dan $1) kebutuhan untuk  mencegah perkembangan komplikasi yang berhubungan dengan delirium. Komplikasi tersebut adalah cedera kecelakaan karena kesadaran pasien yang  berkabut atau gangguan koordinasi atau penggunaan pengekangan yang tidak di  perlukan. Kekacauan rutin bangsal adalah merupakan masalah yang terutama mengganggu pada unit nonpsikiatrik, seperti pada unit pera0atan intensif dan  bangsal medis dan bedah umum.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi

Delirium adalah sindrom neuropsikiatrik yang sering dialami oleh pasien ra0at inap paliatif. 2sia lanjut adalah factor risiko untuk perkembangan delirium. Kira"kira (* sampai !* persen pasien ra0at di rumah sakit yang berusia lebih dari - tahun mempunyai suatu episode delirium. 3aktor predisposisi lainnya untuk   perkembangan delirium adalah cedera otak yang telah ada sebelumnya, ri0ayat

delirium, ketergantungan alkohol, diabetes, kanker, gangguan sensoris dan malnutrisi. danya delirium merupakan tanda prognostik yang buruk.

2.2 Deini!i

Delirium adalah gangguan kognitif dan kesadaran dengan onset akut. Kata delirium berasal dari bahasa 4atin 5de lira6 yang berarti 5keluar dari parit6 atau keluar dari jalurnya. Dalam karyanya $1), 7ngel dan 8omano menyebut delirium sebagai 5suatu sindrom insufisiensi serebral6. Keduanya menganggap delirium  bsebagai sindrom terkait dengan insufisiensi organ lain 9 Ginjal, jantung, hepar 

dan paru"paru. Sebagai perbandingan, 4ipo0sky dalam 5Delirium 9 cute Brain 3ailure :n ;an6, mengemukakan bah0a berkurangnya ke0aspadaan terhadap lingkungan dapat diasosiasikan dengan gangguan memori, disorientasi, gangguan  bahasa dan gangguan kognitif tipe lainnya. Beragam pasien mempunyai  pengalaman disorientasi yang berbeda seperti salah identifikasi, ilusi, halusinasi,

dan 0aham. Dengan onset yang mendadak dan durasi yang pendek, delirium terjadi dari jam sampai hari dan berfluktiatif. Kebiasaan pasien menunjukkan variasi dengan adanya agitasi yang menonjol pada beberapa individu, dan hipoaktif pada pasien lainnya, dan pada individu yang sama pun akan menunjukkan variasi berbeda dari 0aktu ke 0aktu. Delirium harus dibedakan

(6)

dari demensia, kondisi kronis kemerosotan fungsi kognitif yang merupakan faktor risiko terjadinya delirium.

Diagnostic Statisitical ;anual of ;ental Disorders $DS;":<) mendefinisikan delirium sebagai gangguan kesadaran dan perubahan kognitif  yang terjai secara cepat dalam 0aktu yang singkat $, &''!). Gejala a0al delirium biasanya muncul tiba"tiba dan durasinya singkat $misal & minggu,  jarang lebih dari & bulan). Gangguan ini hilang sama sekali jika pasien p ulih dari determinan penyebab. Bila kondisi yang menyebabkan delirium menetap, delirium berubah perlahan menjadi sindrom demensia atau berkembang menjadi koma. Kemudian individu penderita mengalami pemulihan, menjadi vegetative kronis, atau meninggal.

Klasifikasi Delirium berdasarkan DS;":< 9 &. Delirum akibat masalah medis umum

;asalah medis tertentu, seperti infeksi sistemik, gangguan metabolic, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, penyakit hati atau ginjal, ensefalopati, dan trauma kepala dapat menyebabkan gejala delirium.

1. Delirium akibat /at

Gejala delirium dapat disebabkan pajanan terhadap toksin atau ingesti obat, seperti anti konvulsan, neuroleptik, ansiolitik, anti depresan, obat kardiovaskular, anti neoplastik, dan hormone.

(. Delirium akibat intoksikasi /at

Gejala delirium dapat terjadi sebagai respons terhadap konsumsi kanabis,kokain, halusinogen, alcohol, ansiolitik atau narkotik dalam dosis tinggi. !. Delirium akibat putus /at

engurangan atau penghentian penggunaan /at jangka panjang dan dosis tiggi /at tertentu, seperti alcohol, sedative, hipnotik, atau ansiolitik, dapat menyebabkan delirium akibat putus /at.

-. Delirium akibat etiologi multiple

Gejala delirium dapat berhubungan dengan lebih dari satu masalah medis umum atau pengaruh kombinasi masalah medis umum dan penggunaan /at.

(7)

Selain klasifikasi di atas, delirium juga dapat dibagi menjadi sub tipe hiperaktif dan hipoaktif, tergantung dari aktivitas psikomotornya. Keduanya dapat terjadi bersamaan pada satu individu.

a. Delirium hiperaktif 

Delirium hiperaktif merupakan delirium yang paling sering terjadi. ada  pasien terjadi agitasi, psikosis, labilitas mood, penolakan untuk terapi medis, dan tindakan dispruptif lainnya. Kadang diperlukan penga0as karena pasien mungkin mencabut selang infus atau kathether, atau mencoba pergi dari tempat tidur. asien delirium karena intoksikasi, obat antikolinergik, dan alkohol 0ithdra0al  biasanya menunjukkan perilaku tersebut. Delirium hiperaktif juga didapatkan  pada pasien dengan gejala putus substansi antara lain= alkohol,amfetamin,lysergic

acid diethylamideatau 4SD.  b. Delirium hipoaktif 

dalah bentuk delirium yang paling sering, tapi sedikit dikenali oleh para klinisi. asien tampak bingung, lethargia, dan malas. >al itu mungkin sulit dibedakan dengan keadaan fatigue dan somnolen, bedanya pasien akan dengan mudah dibangunkan dan dalam berada dalam tingkat kesadaran yang normal. 8angsang yang kuat diperlukan untuk membangunkan , biasanya bangun tidak  komplet dan transient. enyakit yang mendasari adalah metabolit dan enchepalopati. 2." Etiologi 3actor predisposisi9 &. Demensia 1. ?bat"obatan multiple (. 2mur lanjut

!. Kecelakaan otak seperti stroke, penyakit arkinson -. Gangguan penglihatan dan pendengaran

. Ketidakmampuan fungsional #. >idup dalam institusi

@. Ketergantungan alcohol '. :solasi social

&*. Kondisi ko"morbid multiple &&. Depresi

&1. 8i0ayat delirium post"operative sebelumnya

(8)

3actor presipitasi9 . ;edikasi B. enyakit9 &. :nfeksi 1. ;etabolik (. Kelainan SS !. erubahan lingkungan

-. enurunan rangsang sensoris

. 4ainnya9 bedah, syok, demam, hipotermia, anemia

Delirium mempunyai berbagai macam penyebab. enyebabnya bisa berasal dari penyakit susunan saraf pusat, penyakit sistemik, intoksikasi akut $reaksi  putus obat) dan /at toksik. enyebab delirium terbanyak terletak diluar sistem saraf pusat, misalnya gagal ginjal dan hati. Secara lengkap dan lebih terperinci  penyebab delirium dapat dilihat pada tabel diba0ah ini.

Tabel &. enyebab Delirium

(9)
(10)
(11)

$am#ar 2.1 enyebab Delirium :ntrakranial dan 7kstrakranial

2.% Patoi!iologi

;ekanisme penyebab delirium masih belum dipahami secara seutuhnya. Delirium menyebabkan variasi yang luas terhadap gangguan structural dan fisiologik. Aeuropatologi dari delirium telah dipelajari pada pasien dengan

(12)

hepatic encephalopathy dan pada pasien dengan putus alcohol. >ipotesis utama yaitu gangguan metabolisme oksidatif yang reversibel dan abnormalitas dari multipel neurotransmiter.

 Aeurotransmiter utama yang berperan terhadap timbulnya delirium adalah asetilkolin dan daerah neuroanatomis utama adalah formasio retikularis. Beberapa penelitian telah melaporkan bah0a berbagai faktor yang menginduksi delirium diatas menyebabkan penurunan aktivitas asetilkolin di otak. ;ekanisme patofisiologi lain khususnya berkenaan dengan putus /atalkohol adalah hiperaktivitas lokus sereleus dan neuron non adrenergiknya. Aeurotransmiter lain yang juga berperan adalah serotonin dan glutamat.

a. ?bat dan Delirium

4ansia lebih sensitif terhadap efek obat atau dosis rendah dan secara khusus beresiko delirium pada saat lebih besardari obat yang digunakan. ?bat"obatan yang mele0ati sa0ar darah otak menyebabkan delirium. Delirium karena toksisitas obat juga disebabkan oleh obat"obatan dengan Cindeks terapi sempitC, meskipun beberapa obat seperti digoin dilaporkan menyebabkan delirium pada keadaan normal. asien dengan intoksikasi alkohol dapat menyebabkan delirium selama pera0atan meskipun withdrawal alkohol dapat menyebabkan delirium &"( hari setelah dira0at, seperti withdrawal  $ reaksi putus obat) hipnotik dan sedatif.

?bat paling sering menyebabkan delirium adalah sedatif dan hipnotik, antikolinergik dan narkotik. enggunaan preparat ini sebaiknya berhati"hati  pada lansia, khususnya pada gangguan kognitif sebelumnya. Eika obat ini harus dipakai sebaiknya dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan. ?bat hipoglikemi, khususnya kerja sedang dapat menyebabkan hipoglikemi yang  juga bermanifestasi konfusio.

$&) setilkolin

Data studi mendukung hipotesis bah0a asetilkolin adalah salah satu dari neurotransmiter yang penting dari pathogenesis terjadinya delirium. >al yang mendukung teori ini adalah bah0a obat antikolinergik diketahui sebagai

(13)

 penyebab keadaan bingung. pada pasien dengan transmisi kolinergik yang terganggu juga muncul gejala ini. ada pasien post operatif, delirium serum antikolinergik juga meningkat.

$1) Dopamine

ada otak,hubungan muncul antara aktivitas kolinergik dan dopaminergik. ada delirium muncul aktivitas berlebih dari dopaminergik. engobatan simptomatis muncul pada pemberian obat antipsikosis seperti haloperidol dan obat penghambat dopamine.

 b. Aeurotransmitter lainnya

Serotonin = terdapat peningkatan serotonin pada pasien dengan encephalopati hepatikum. GB $Gamma"minobutyric acid)= pada pasien dengan hepatic encephalopati, peningkatan inhibitor GB juga ditemukan. eningkatan level ammonia terjadi pada pasien hepatic encephalopati, yang menyebabkan peningkatan pada asam amino glutamat dan glutamine $kedua asam amino inimerupakan precursor GB). enurunan level GB pada susunan saraf pusat juga ditemukan pada pasien yang mengalami gejala putus  ben/odia/epine dan alkohol.

c. ;ekanisme peradanganinflamasi

Studi terkini menyatakan bah0a peran sitokin, seperti interleukin"& dan interleukin",dapat menyebabkan delirium. ;engikuti setelah terjadinya infeksi yang luas dan paparan toksik, bahan pirogen endogen seperti interleukin"& dilepaskan dari sel. Trauma kepala dan iskemia, yang sering dihubungkan dengan delirium, terdapat hubungan respon otak yang dimediasi oleh interleukin"& dan interleukin .

d. ;ekanisme reaksi stress

Stress psikososial dan gangguan tidur mempermudah terjadinya delirium. e. ;ekanisme struktural

ada pembelajaran terhadap ;8: terdapat data yang mendukung hipotesis  bah0a jalur anatomi tertentu memainkan peranan yang lebih penting daripada anatomi yang lainnya. 3ormatio reticularis dan jalurnya memainkan peranan  penting dari bangkitan delirium. Ealur tegmentum dorsal diproyeksikan dari

(14)

formation retikularis mesensephalon ke tectum dan thalamus adalah struktur  yang terlibat pada delirium.

Kerusakan pada sa0ar darah otak juga dapat menyebabkan delirium, mekanismenya karena dapat menyebabkan agen neurotoksik dan sel"sel  peradangan $sitokin) untuk menembus otak.

2. & Diagno!i!

erbandingan kriteria diagnosis delirium DS;"- dan DS;":<

Kriteria Diagnostik untuk Delirium utus Fat

a. Gangguan kesadaran $yaitu penurunan kejernihan kesadaran tehadap lingkungan) dengan  penurunan kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan atau mengalihkan  perhatian.

 b. erubahan kognisi $seperti defisit daya ingat, disorientasi, gangguan bahasa) atau  perkembangan gangguan persepsi yang tidak lebih baik diterangkan demensia yang telah

(15)

ada sebelumnya, yang telah ditegakkan atau yang sedang timbul.

c. Gangguan timbul setelah suatu periode 0aktu yang singkat dan cendrung berfluktiasi selama perjalanan hari.

d. Terdapt bukti"bukti dari ri0ayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium  bah0a gejala dalam kriteria a dan b berkembang selama, atau segera setelah suatu

sindrom pututs.

Kriteria Diagnostik untuk Delirium yang Tidak Ditentukan

Kategori ini harus digunakan untuk mendiagnosis suatu delirium yang itdak memenuhi kriteria salah satu tipe delirium yang dijelaskan dalam bagian ini.

a. Suatu gambaran klinis delirium yang dicuriagai karena kondisi karena kondisi media umum atau pemakaian /at tetapi di mana tidak terdapat cukup bukti untuk menegakkan suatu penyebab spesifik 

 b. Delirium karena penyebab yang tidak dituliskan dalam bagian ini missal pemutusan sensorik 

emeriksaan"pemeriksaan yang dilakukan adalah 9

a. namnesa terutama ri0ayat medis menyeluruh, termasuk penggunaan obat" obatan atau medikasi.

 b. emeriksaan fisik lengkap terutama dilakukan secara rutin pada pasien yang ra0at inap.

c. emeriksaan neurologis, termasuk status mental, tes perasaan $sensasi),  berpikir $fungsi kognitif), dan fungsi motorik. emeriksaan status kognitif 

mencakup 9

(16)

1) Kemampuan berbahasa () ;emori

!) praksia

-) gnosia dan gangguan citra tubuh d. emeriksaan penunjang berupa 9 &) 2ji darah

Tujuannya untuk memeriksa adanya gangguan organik, memeriksa komplikasi fisik akibat gangguan psikiatri untuk menemukan gangguan metabolik. 2ji darah serologis, biokimia, endokrin dan hematologis yang harus dilakukan termasuk 9

• emeriksaan darah lengkap

• 2rea dan elektrolit

• 2ji fungsi tiroid

• 2ji fungsi hati

• Kadar vitamin B&1 dan asam folat

• Serologi sifilis

(17)

Skrining obat terlarang dalam urine perlu dilaksanakan untuk memeriksa  penyalahgunaan /at psikoaktif yang samar.

() 7lektroensefalogram $77G) !) "ray dada

-) HT scan kepala ) ;8: scan Kepala

#) nalisis cairan serebrospinal $HS3) @) Kadar obat, alkohol $toksikologi) ') 2ji genetik  

enggolongan kariotipe merupakan pemeriksaan penunjang klinik kedua yang  bisa memastikan adanya gangguan akibat kelainan kromosom. 2ji ini terutama berguna untuk menyelidiki orang dengan disabilitas belajar  $retardasi mental).

emeriksaan fisik dan 4aboratorium

Delirium biasanya didiagnosis pada sisi tempat tidur dan ditandai oleh onset gejala yang tiba"tiba. enggunaan status pemeriksaan mental bedside seperti";ini ;ental State 7amination $;;S7) pemeriksaan fisik sering kali mengungkapkan  petunjuk adanya penyebab delirium. danya penyakit fisik yang diketahui atau

ri0ayat trauma kepala atau ketergantungan alkohol atau /at lain meningkatkan kemungkinan diagnosis.

emeriksaan laboratorium untuk seorang pasien dengan delirium harus termasuk tes"tes standar dan pemeriksaan tambahan yang diindikasikan oleh situasi

(18)

klinis. 77G pada delirium secara karakteristik menunjukkan perlambatan umum pada aktivitas dan dapat berguna dalam membedakan delirium dari depresi atau psikosis. 77G dari seorang pasien yang delirium sering kali menunjukkan daerah fokal hiperaktivitas. asa kasus yang jarang, mungkin sulit membedakan delirium yang  berhubungan dengan epilepsi dari delirium yang berhubungan dengan pen yebab lain.

2. ' $am#aran Klini!

Gambaran kunci dari delirium adalah suatu gangguan kesadaran, keadaan delirium mungkin didahului selama beberapa hari oleh perkembangan kecemasan, mengantuk, insomnia, halusinasi transien, mimpi menakutkan di malam hari, dan kegelisahan. Selain itu. asien yang pernah mengalami episode rekuren di ba0ah kondisi yang sama.

&. Kesadaran $rousal)

Dua pola umum kelainan kesadaran telah ditemukan pada pasien dengan delirium. Satu pola ditandai oleh hiperaktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kesiagaan. ola lain ditandai oleh penurunan kesiagaan. asien dengan delirium yang berhubungan dengan putus /at sering kali mempunyai delirium yang hiperaktif, yang juga dapat disertai dengan tanda otonomik, seperti kemerahan, kulit pucat, berkeringat, takikardia, pupil  berdilatasi, mual muntahdan hipertermia. asien dengan gejala hipoaktif 

kadang"kadang diklasifikasikan sebagai depresi, katatonik, atau mengalami demensia. asien dengan pola gejala campuran hipoaktivitas dan hiperaktivitas juga ditemukan dalam klinis.

1. ?rientasi

Terhadap 0aktu, tempat, dan orang harus diuji pada pasien dengan delirium. ?rientasi terhadap 0aktu seringkali hilang, bahkan pada kasus delirium yang ringan. ?rientasi terhadap tempat dan kemampuan untuk  mengenali orang lain mungkin juga terganggu pada kasus yang berat. asein delirium jarang kehilangan orientasi terhadap dirinya sendiri.

(19)

(. Bahasa dan kognisi

asien dengan delirium sering kali mempunyai kelainan dalam bahasa. Kelainan dapat berupa bicara yang ngelantur, tidak relevan, atau membingungkan $inkoheren) dan gangguan untuk mengerti pembicaraan.

3ungsi kognitif lainnya yang mungkin terganggu pada pasien delirium adah fungsi ingatan dan kognitif umum. Kemampuan untuk menyusun, mempertahankan, dan mengingat kenangan mungkin terganggu, 0alaupun ingatan kenangan yang jauh mungkin dipertahankan. asien delirium juga mempunyai gangguan kemampuan memecahkan masalah dan mungkin mempunyai 0aham yang tidak sistematik, kadang paranoid.

!. ersepsi

asien dengan delirium seringkali mempunyai ketidakmampuan umum untuk membedakan stimuli sensorik dan untuk mengintegrasikan  persepsi sekarang dengan pengalaman masa lalu mereka, akibatnya pasien sering kali tertarik oleh stimuli yang yang tidak relevan atau menjadi teragitasi  jika dihadapkan denga informasi baru. >alusinasi juga relative sering pada  pasein delirium. >alusinansi yang paling sering adalah visual dan auditoris, 0alaupun halusinansi dapat juga taktil atau olfaktoris. >alusinasi visual dapat terentang dari gambar geometric sederhana atau pola ber0arna orang yang  berbentuk lengkap dengan pemandangan. :lusi visual dan auditoris adalah

sering pada delirium. -. ;ood

asien dengan delirium juga mempunyai kelainan dalam pengaturan mood. Gejala yang paling sering adalah kemarahan, kegusaran, dan rasa takut yang tidak beralasan. Kelainan mood lain yang sering ditemukan pada pasien delirium adalah apatis, depresi, dan euphoria. Beberapa pasien dengan cepat  berpindah di antara emosi tersebut dalam perjalanan sehari.

(20)

Tidur pada pasien delirium secara karakteristik adalah terganggu. asien sering kali mengantuk selama siang hari dan dapat ditemukan tertidur sekejap. Tetapi tidur pada pasien delirium hampir selalu singkat dan terputus"putus. Sering kali keseluruhan siklus tidur bangun pasien dengan delirium semata"mata terbalik. asien sering kali mengalami eksaserbasi gejala delirium tepat sebelum tidur situasi klinis yang dikenal luas sebagai sundowning . Kadang pasien dengan delirium mendapat mimpi buruk yang terus berlangsung ke keadaan terjaga sebagai pengalaman halusinasi.

Gejala neurologis. asien dengan delirium sering kali mempunyai gejala neurologis yang menyertai, termasuk disfasia, tremor, asteriksis, inkoordinasi dan inkontinensia urin. Tanda neurologis fokal juga ditemukan sebagai bagian pola gejala  pasien dengan delirium.

2. + Diagno!i! Banding

&. Delirium vs demensia

enting untuk membedakan delirium dari demensia, dan sejumlah gambaran klinis membantu membedakannya. Berbeda dengan onset delirium yang tiba"tiba, onset demensia biasanya perlahan"lahan. Ialaupun kedua kondisi melibatkan gangguan kognitif, perubahan dementia adalah lebih stabil dengan berjalannya 0aktu dan tidak berfluktuasi selama perjalanan sehari. Sebagai contoh seorang pasien dengan demensia biasanya siaga= seorang pasien dengan delirium mempunyai episode  penurunan kesadaran. Kadang"kadang delirium terjadi pada pasien yang menderita demensia, suatu keadaan yang dikenal sebagai pengaburan demensia $beclouded  dementia). Suatu diagnosis delirium dapat dibuat jika terdapat ri0ayat definitif  tentang demensia yang ada sebelumnya.

Ta#el 2.2 3rekuensi Gambaran Klinis Delirium dibandingkan Demensia

(21)

$am#aran Deliri,m Demen!ia

8i0ayat enyakit akut enyakit kronik  

0al Hepat 4ambatlaun

Sebab Terdapat penyakit lain $infeksi, dehidrasi, gunaputus obat

Biasanya penyakit otak kronik $spt l/heimer, demensia vaskular) 4amanya Ber"hari"minggu Ber"bulan"tahun

erjalanan sakit Aaik turun Kronik progresif   Taraf kesadaran Aaik turun Aormal

?rientasi Terganggu, periodic :ntak pada a0alnya fek Hemas dan iritabel 4abil tapi tak cemas lam pikiran Sering terganggu Turun jumlahnya

Bahasa 4amban, inkoheren, inadekuat Sulit menemukan istilah tepat

Daya ingat Eangka pendek terganggu nyata Eangka pendek % panjang terganggu ersepsi >alusinasi $visual) >alusinasi jarang kecuali sundo0ning sikomotor 8etardasi, agitasi, campuran Aormal

Tidur Terganggu siklusnya Sedikit terganggu siklus tidurnya tensi % kesadaran mat terganggu Sedikit terganggu

8eversibilitas Sering reversible 2mumnya tak reversibel enanganan Segera erlu tapi tak segera

-atatan pasien dengan demensia amat rentan terhadap delirium, dan delirium yang bertumpang tindih dengan demensia adalah umum.

1. Delirium vs sikosis atau Depresi

Delirium juga harus dibedakan dengan ski/ofrenia dan gangguan depresif. asien dengan gangguan buatan mungkin berusaha untuk mensimulasi gejala delirium= tetapi mereka biasanya mengungkapkan sifat berpura"pura dari gejalanya dengan inkonsistensi pada pemeriksaan status mentalnya, dan 77G dapat secara mudah memisahkan kedua diagnosis. Beberapa pasien dengan gangguan psikotik, biasanya ski/ofrenia, atau episode manik mungkin mempunyai episode perilaku yang sangat terdisorganisasi yang mungkin sulit dibedakan dari delirium. Tetapi pada umumnya, halusinasi dan 0aham pada ski/ofrenik biasanya tidak mengalami perubahan dalam tingkat kesadaran atau orientasinya. asien dengan gejala hipoaktif dari delirium

(22)

mungkin tampak agak mirip dengan pasien yang depresi berat tapi dapat dibedakan atas dasar 77G. Diagnosis psikiatrik lain yang dapat dipertimbangkan dalam diagnosis banding delirium adalah gangguan psikotik singkat, gejala ski/ofreniform, dan gangguan disosiatif.

2. / Per)alanan dan Progno!i!

Ialaupun onset delirium biasanya mendadak, gejala prodromal $sebagai contoh, kegelisahan dan ketakutan) dapat terjadi pada hari sebelum onset gejala yang  jelas. Gejala delirium biasanya berlangsung selama faktor penyebab yang relevan ditemukan , 0alaupun delirium biasanya berlangsung kurang dari satu mingggu. Setelah identifkasi dan menghilangkan faktor penyebab, gejala delirium biasanya menghilang dalam periode tiga sampai tujuh hari, 0alaupun beberapa gejala mungkin memerlukan 0aktu sampai dua minggu untuk menghilang secara lengkap. Semakin lanjut usia pasien, dan semakin lama pasien mengalami delirium, semakin lama 0aktu yang diperlukan bagi delirium untuk menghilang. :ngatan tentang apa yang di alami selama delirium, jika delirium telah berlalu, biasanya hilang timbul, dan pasien mungkin menganggapnya sebagai mimpi buruk atau pengalaman yang mengerikan yang hanya di ingat samar"samar. Terjadinya delirium berhubungan dengan angka mortalitas yang tinggi pada tahun selanjutnya, terutama disebabkan oleh sifat serius dari kondisi medis penyerta yang menyebabkan delirium.

pakah delirium berkembang menjadi demensia belum ditunjukkan dalam  penelitian terkontrol yang cermat. Tetapi, suatu observasi klinis yang telah disahkan oleh suatu penelitian, adalah bah0a periode delirium kadang"kadang diikuti oleh depresi atau gangguan stress pasca traumatic.

2. 10 Pengo#atan

Tujuan utama adalah untuk mengobati gangguan dasar yang menyebabkan delirium. Eika kondisinya dalah toksisitas antikolinergik, penggunaan physostigmine salicylate $ntrilirium) &" 1 mg intravena $:<) atau intramuscular $:;) dengan dosis

(23)

ulang dalam &- sampai (* menit, dapat diindikasikan. Tujuan pengobatan yang  penting lainnya dalah memberikan bantuan fisik, sensorik, dan lingkungan. Bantuan fisik adalah diperlukan sehingga pasien delirium tidak masuk ke dalam situasi dimana mereka mungkin mengalami kecelakaan. asien dengan delirium tidak boleh dalam lingkungan tanpa stimulasi sensorik atau dengan stimulasi yang berlebihan. Biasanya  pasien delirium dibantu dengan meminta teman atau sanak keluarga di dalam ruangan atau oleh adanya penunggu yang teratur. Gambar dan dekorasi yang akrab, adanya sebuah jam atau kalender, dan orientasi yang teratur terhadap orang, tempat, dan 0aktu membantu pasien delirium menjadi nyata. Delirium kadang dapat terjadi pada  pasien lanjut usia dengan penutup mata setelah pembedahan katarak. $black"patch

delirium). asien tersebut dapat dibantu dengan menempatkan sebuah lubang kecil  pada penutup mata untuk membiarkan masuknya suatu stimuli atau dengan kadang"

kadang melepaskan satu penutup pada suatu 0aktu selama pemulihan.

2. 11 Pengo#atan armakologi!

Dua gejala utama dari delirium yang mungkin memerlukan pengobatan farmakologis adalah psikosis dan insomnia. ?bat yang terpilih dari psikosis adalah haloperidol $>aldol), suatu obat antipsikotik golongan butyrophenone. Tergantung  pada usia, berat badan, dan kondisi fisik pasien, dosis a0al dapat terentang antara 1 sampai &* mg :;, dapat diulang dalam satu jam jika pasien tetap teragitasi. Segera setelah pasien tenang, medikasi oral dalam cairan konsentrat atau bentuk tablet dapat dimulai. Dua dosis oral harian harus mencukupi, dengan dua pertiga dosis diberikan sebelum tidur. 2ntuk mencapai efek terapeutik yang sama, dosis oral harus kira"kira &,- kali lebih tinggi dari dosis parenteral. Dosis harian efektif total dari haloperidol mugnkin terentang dari - sampai -* mg untuk sebagian besar pasien delirium.

Droperidol $:napsine) adalah suatu butyrophenone yang tersedia sebagai suatu formula intravena alternatif, 0alaupun monitoring elektrokardiogram adalah sangat  penting dalam pengobatan ini. Golongan phenothia/ine harus dihindari pada pasien

(24)

:nsomnia paling baik diobati dengan golongan ben/odia/epine dengan 0aktu  paruh pendek atau dengan hydroy/ine 1- sampai &** mg. Golongan ben/odia/epine

dengan 0aktu paruh panjang dan barbiturate harus dihindari kecuali obat tersebut telah digunakan sebagai bagian dari pengobatan untuk gangguan dasar $sebagai contohnya, putus alkohol).

2. 12 Penatalak!anaan Klini!

ertama, kondisi medis diperbaiki seoptimal mungkin. Sampai kondisi baik,  pemantauan harus tetap dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan keselamatan  pasien, termasuk observasi rutin, pera0atan konsisten, menenangkan dengan  penjelasan sederhana secara berulang. ;engurangi ketegangan ji0a diperlukan oleh  pasien dengan agitasi tinggi meskipun pengalaman menunjukkan bah0a pada  beberapa pasien cenderung mengalami peningkatan agitasi. 8angsangan eksternal diperkecil. Karena bayangan atau kegelapan mungkin menakuti mereka. asien delirium sangat sensitif terhadap efek samping obat, jadi pengobatan yang tidak perlu harus dihentikan termasuk golongan hipnotik"sedatif $contoh ben/odia/epin). asien dengan agitasi tinggi ditenangkan dengan dosis rendah obat antipsikotik potensi tinggi $contoh 9 haloperidol, thiothiene). ?bat dengan efek antikolinergik seperti klorpoma/ine, tiorida/in di hindari karena dapat memperburuk atau memperpanjang delirium. Kenyataannya, tingkat antikolinergik plasma yang memicu delirium ditemukan pada pasien"pasien bedah. Bila sedasi diperlukan gunakan dosis rendah  ben/odia/epin dengan kerja singkat seperti oa/epam, lora/epam.

Rekomendasi untuk penatalaksanaan Delirium

Lingkungan rumah sakit yang tenang, penerangan yang baik adalah terapi yang baik untuk pasien.

(25)

2. Secara rutin pasien dilatih mengingat hari, tanggal, waktu dan situasi dalam ruangan pasien

3. Pengobatan untuk penatalaksanaan tingkah laku harus di batasi

 Hanya obat-obatan yang penting diberikan pada pasien, poliarmasi harus dihindari

 Hipnotik-sedati dan ansiolitik harus dihindari

 !ingkah laku yang sulit dikoreksi diberikan neuroleptik dosis rendah, ben"odia"epin dengan ker#a singkat

2. 12 Progno!i!

?nset delirium biasanya mendadak, gejala prodromal $kegelisahan dan ketakutan) dapat terjadi pada hari sebelum onset gejala yang jelas. Gejala delirium  biasanya berlangsung selama faktor penyebab yang relevan ditemukan, 0alaupun delirium biasanya berlangsung kurang dari & minggu setelah menghilangnya faktor   penyebab, gejala delirium menghilang dalam periode ( " # hari, 0alaupun beberapa

gejala mungkin memerlukan 0aktu 1 minggu untuk menghilang secara lengkap. Semakin lanjut usia pasien dan semakin lama pasien mengalami delirium, semakin lama 0aktu yang diperlukan bagi delirium untuk menghilang. Beberapa pada lanjut usia susah untuk diobati dan bisa melanjut jadi kronik. ;orbiditas dan mortalitas lebih tinggi pada pasien yang masuk sudah dengan delirium dibandingkan dengan  pasien yang menjadi delirium setelah di 8umah Sakit. Beberapa penyebab delirium seperti hipoglikemia, intoikasi, infeksi, faktor iatrogenik, toisitas obat, gangguan keseimbangan elektrolit biasanya cepat membaik dengan pengobatan.

(26)
(27)

BAB III PENUTUP ". 1 Simp,lan

Delirium adalah gangguan kognitif dan kesadaran dengan onset akut. Dengan onset yang mendadak dan durasi yang pendek, delirium terjadi dari jam sampai hari dan berfluktiatif. Delirium dapat disebabkan oleh berbagai penyakit susunan saraf   pusat, penyakit sistemik, intoksikasi akut $reaksi putus obat) dan /at toksik.

Delirium hampir selalu merupakan kondisi sementara yang sembuh apabila  penyebab yang mendasarinya berhasil diatasi. kan tetapi, pada beberapa kasus yang  penyebab deliriumnya, seperti cedera kepala atau ensefalitis, dapat menyebabkan klien mengalami gangguan kognitif, perilaku, atau emosional, bahkan setelah  penyebab yang mendasarinya diatasi.

(28)

DATA PUSTAKA

merican sychriatric ssociation. >ighlight of Hhanges from DS; :< T8 to DS; <. merican sychriatric ublishing.

Gu/e, Barry dkk. &''#. Buku Saku Psikiatri. Eakarta 9 7GH.

Kaplan. >. :, Sadock B.E. Homprehensive Tetbook of sychiatry. @th 7d

Kurt E. :sselbacher, &'''. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.Vol I. Edisi !. Eakarta9 7GH.

Sadock, Benjamin Eames= Sadock, <irginia lcott. Delirium, dementia, amnestic and cognitive disorders. Kaplan % SadockCs Synopsis of sychiatry9 Behavioral SciencesHlinical sychiatry, &*th 7dition. 4ippincott Iilliams % Iilkins. Satyanegara, et. al. 1*&*.  Ilmu Bedah Sara" Satyanegara Edisi V. Eakarta9 T

Gramedia ustaka 2tama.

Soejono H>. Sindrom delirium. Buku ajar ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran :ndonesia. Eilid ( edisi -. 1**'.

Referensi

Dokumen terkait

O, doğrusu istenirse, bütün ömrünce bundan korkmuş, bir gün insanlar ve eşya ile olan münasebetlerinin, ihsasların sathi planından çok daha derin ve çok

Aplikasi ini memiliki tombol TAMBAH untuk menambah data, EDIT untuk koreksi data, SIMPAN untuk merekam data, dan tombol KELUAR untuk keluar dari aplikasi... 41.. Panel data

Jika nilai kejelasan, Menjalankan Tugas Secara professional dan Tidak Berpihak, menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama, mengutamakan pencapaian hasil, meningkatkan

Dalam penyusunan klasifikasi kemampuan lahan pulau dan pesisir untuk pengembangan wisata alam di daerah penelitian, digunakan metode observasi dengan menggunakan

Puji syukur kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Strategi Komunikasi Bakrie Amanah Dalam

Aktifitas ini ditunjukkan oleh mulai terbentuknya struktur sesar yang memiliki orientasi berarah Barat Laut – Tenggara, dimana struktur – struktur

Memberikan pembebasan sepenuhnya (acquit et de charge) kepada Dewan Komisari s Perseroan untuk tugas pengawasan dan Direksi Perseroan untuk tugas pengurusan dalam tahun 2020,

Dengan berbagai alasan dan pandangan masyarakat itu maka dapat dilihat bahwa yang melatarbelakangi judi togel tetap bertahan di Kecamatan Tobelo diantaranya yaitu