• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Laporan Pendahuluan Ok Histerektomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. Laporan Pendahuluan Ok Histerektomi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN HISTEREKTOMY

DI OK SENTRAL/IBS RSUD ULIN

OLEH:

ADI SETIAWAN, S.KEP NIM : 14.NS.021

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN PROGRAM STUDI PROFESI NERS

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA MAHASISWA : ADI SETIAWAN, S.KEP

NPM : 14.NS.021

JUDUL LP : LAPORAN PENDAHULUAN HISTEREKTOMY

BANJARMASIN, 15 SEPTEMER 2014 ---... PRESEPTOR AKADEMIK ... PRESEPTOR KLINIK ...

(3)

LAPORAN PENDAHULUAN . HISTEREKTOMY

A. DEFINISI

Istilah histerektomi berasal dari bahasa latin histeria yang berarti kandungan, rahim, atau uterus, dan ectomi yang berarti memotong, jadi histerektomi adalah suatu prosedur pembedahan mengangkat rahimyang dilakukan oleh ahli kandungan.

Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim,uterus) pada seorang wanita, sehingga setelah menjalani ini dia tidak bisa lagi hamil dan mempunyai anak. Histerektomi biasanya disarankan oleh dokter untuk dilakukan karena berbagai alasan. Alasan utamanya dilakukan histerektomi adalah kanker mulut rahim atau kanker rahim.

B. JENIS-JENIS HISTEREKTOMI

1. Histerektomi parsial (subtotal). Pada histerektomi jenis ini, rahimn diangkat, tetapi mulut rahim (serviks) tetap dibiarkan. Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena kanker mulut rahim sehingga masih perlu pemeriksaan pap smear (pemeriksaan leher rahim) secara rutin.

2. Histerektomi total. Pada histerektomi ini, rahim dan mulut rahim diangkat secara keseluruhan.

3. Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral. Histerektomi ini mengangkat uterus, mulut rahim, kedua tuba falopii, dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium menyebabkan keadaan penderita seperti menopause meskipun usianya masih muda.

4. Histerektomi radikal, histerektomi ini mengangkat bagian atas vagina, jaringan dan kelenjar limfe disekitar kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada beberapa jenis kanker tertentu untuk bisa menyelamatkan nyawa penderita.

Histerektomi dapat dilakukan melalui 3 macam cara, yaitu abdominal, vaginal dan laparoskopik. Pilihan ini bergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit yang mendasari, dan berbagai pertimbangan lainnya. Histerektomi abdominal tetap merupakan pilihan jika uterus tidak dapat dikeluarkan dengan metode lain. Histerektomi vaginal awalnya hanya dilakukan untuk prolaps uteri tetapi saat ini juga dikerjakan pada kelainan menstruasi dengan ukuran uterus yang relatif normal. Histerektomi vaginal memiliki resiko invasive yang lebih rendah dibandingkan histerektomi abdominal. Pada histerektomi laparoskopik, ada bagian operasi yang dilakukan secara laparoskopi (garry, 1998)

(4)

Rahim atau uterus adalah organ reproduksi betina yang utama pada kebanyakan mamalia, termasuk manusia. Salah satu ujungnya adalah serviks, membuka ke dalam vagina, dan ujung satunya yang lebih luas, yang dianggap badan rahim, disambung di kedua pihak dengan tabung Fallopian. Rahim terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran di organisme yang berbeda. Pada manusia adalah berbentuk buah pir. Beberapa organisme seperti kelinci, kambing dan kuda mempunyai rahim bipartite atau "bertanduk".

Rahim ditempatkan di pelvis dan dorsal (dan biasanya agak kranial) ke kandung kemih dan ventral ke rektum. Rahim ditahan pada tempatnya oleh beberapa ligamen. Di luar kehamilan, ukuran garis tengahnya adalah beberapa sentimeter. Rahim kebanyakan terdiri dari otot. Lapisan permanen jaringan itu yang paling dalam disebut endometrium. Pada kebanyakan mamalia, termasuk manusia, endometrium membuat lapisan pada waktu-waktu tertentu yang, jika tak ada kehamilan terjadi, dilepaskan atau menyerap kembali.

Lepasnya lapisan endometrial pada manusia disebabkan oleh menstruasi (dikenal dengan istilah "datang bulan" seorang wanita) sepanjang tahun-tahun subur seorang wanita. Pada mamalia lain mungkin ada siklus yang panjang selama enam bulan atau sesering beberapa hari saja. Fungsi utama rahim menerima pembuahan ovum yang tertanam ke dalam endometrium, dan berasal makanan dari pembuluh darah yang berkembang secara khusus untuk maksud ini. Ovum yang dibuahi menjadi embrio, berkembang menjadi fetus dan gestates sampai kelahiran.

(5)

Karena rintangan anatomis seperti pelvis, rahim didorong sebagian ke dalam perut sampai perluasannya selama kehamilan. Di kehamilan pun rahim manusia beratnya hanya sekitar sekilogram (2.2 pon)

(6)

D. PATWAY HISTEREKTOMI

Fibroids (tumor jinak yang tumbuh di dalam dinding otot rahim)

Kanker serviks, rahim atau ovarium

Endometriosis, kondisi berupa pertumbuhan sel endometrium di bagian lain dari Rahim

Adenomyosis, kelainan di mana sel endometrium tumbuh hingga ke dalam dinding rahim (sering juga disebut endometriosis interna)

Prolapsis uterus, kondisi di mana rahim turun ke vagina karena ligamen yang kendur atau kerusakan pada otot panggul bawah

Inflamasi Pelvis karena infeksi HISTEREKTOMI General Anestesi Luka Insisi Defresi otot

Hilangnya Uterus/ ovarium

Malaise Perut kemung Peristaltik terganggu

Oksigen terganggu Ostruksi jalan nafas Secret menumpuk

Respon Batuk↓ Kerusakan

saraf

Resti nutrisi kurang dari keutuhan tuBuh Nafsu makan ↓ ↓ reflek Menelan Aspirasi Keersihan jalan nafas tidak efektif

Syok hipovolemik Gangguan rasa nyaman Gangguan aktifitas Nyeri Pendarahan Resiko infeksi Port de entri Gangguan keseimangan cairan kurang dari keButuhan tuBuh

Estrogen erkurang

Pola seksual terganggu produksi kewanitaan menurun

Peruahan fisik Infertile menstruasi

(7)

E. ETIOLOGI

Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri. Selain itu adanya perdarahan uterus abnormal, endometriosis, prolaps uteri (relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi. Hanya 10 % dari kasus histerektomi dilakukan pada pasien dengan karsinoma. Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak dilakukannya histerektomi. Leiomioma merupakan suatu perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus, namun etiologinya belum diketahui. Meskipun jinak dimana artinya tidak menyebabkan/berubah menjadi kanker, leiomioma ini dapat menyebabkan masalah secara medis, seperti perdarahan yang banyak, yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan histerektomi. Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan tindakan histerektomi. Pada kondisi ini wanita mengalami pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area pelvik. pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi kemampuan seksual. Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh bersin, batuk atau tertawa. Kehamilan mungkin melibatkan peningkatan resiko dari relaksasi pelvis, meskipun tidak ada alasan yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut.

Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma uteri/beberapa pre karsinoma (displasia). Histerektomi untuk karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat, dimana menghilangkan jaringan kanker dari tubuh. Prosedur ini merupakan prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus.

Untuk kasus-kasus nyeri pelvis, wanita biasanya tidak dianjurkan untuk di histerektomi. Namun penggunaan laparaskopi atau prosedur invasif lainnya digunakan untuk mencari penyebab dari nyeri tersebut. Pada kasus-kasus perdarahan abnormal uterus, bila dibutuhkan tindakan histerektomi, wanita/ pasien tersebut dibutuhkan suatu sample dari jaringan uterus (biopsi endometrium). Untuk mengetahui ada tidaknya jaringan karsinoma/ pre karsinoma dari uterus tersebut. Prosedur ini sering disebut sample endometriae. Pada wanita nyeri panggul/ perdarahan percobaan pemberian terapi secara medikamentosa sering diberikan sebelum dipikirkan dilaksanakan histerektomi.

Maka dari itu wanita pada stadium pre menopause (masih punya periode menstrual reguler) yang mempunyai leiomioma dan menyebabkan perdarahan namun tidak menyebabkan nyeri, terapi Hormonal lebih sering dianjurkan daripada tindakan histerektomi. Jika wanita tersebut mempunyai perdarahan yang banyak sehingga menyebabkan gangguan pada aktifitas sehari-hari, berlanjut menyebabkan anemia, dan tidak mempunyai kelainan

(8)

pada sampel endometriae, ia bisa dipertimbangkan untuk dilakukan histerektomi.

Pada wanita menopause (yang tidak mengalami periode menstrual secara permanen) dimana ia tidak ditemukan kelainan pada sample endometriumnya namun ia mempunyai perdarahan abnormal yang persisten, setelah pemberian terapi hormonal dapat dipertimbangkan dilakukan histerektomi. Penyesuaian dosis/tipe dari hormon juga dibutuhkan saat diputuskan penggunaan terapi secara optimal pada beberapa wanita.

F. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI

Histerektomi memang sesuatu yang sangat tidak diharapkan, terutama bagi wanita yang masih mendambakan memiliki anak. Namun demikian, seringkali dokter tidak memiliki pilihan lain untuk menangani penyakit secara permanen selain dengan mengangkat rahim. Beberapa jenis penyakit yang mungkin mengharuskan histerektomi antara lain:

1. Fibroids (tumor jinak yang tumbuh di dalam dinding otot rahim) 2. Kanker serviks, rahim atau ovarium

3.

Endometriosis, kondisi berupa pertumbuhan sel endometrium di bagian lain dari Rahim

4. Adenomyosis, kelainan di mana sel endometrium tumbuh hingga ke dalam dinding rahim (sering juga disebut endometriosis interna)

5. Prolapsis uterus, kondisi di mana rahim turun ke vagina karena ligamen yang kendur atau kerusakan pada otot panggul bawah

6. Inflamasi Pelvis karena infeksi

Setelah menjalani histerektomi, seorang wanita tidak lagi mendapatkan ovulasi dan menstruasi. Hal ini juga berarti berkurangnya produksi hormon estrogen dan progesteron yang dapat menyebabkan kekeringan pada vagina, keringat berlebihan, dan gejala-gejala lain yang umumnya terjadi pada menopause normal. Wanita yang menjalani salpingo-oporektomi bilateral atau pengangkatan kedua ovarium biasanya juga diberi terapi pengganti hormon untuk menjaga tingkat hormon mereka

Untuk kasus-kasus nyeri pelvis, wanita biasanya tidak dianjurkan untuk di histerektomi. Namun penggunaan laparaskopi atau prosedur invasif lainnya digunakan untuk mencari penyebab dari nyeri tersebut. Pada kasus-kasus perdarahan abnormal uterus, bila dibutuhkan tindakan histerektomi, wanita/pasien tersebut dibutuhkan suatu sample dari jaringan uterus (biopsi endometrium). Untuk mengetahui ada tidaknya jaringan karsinoma/pre karsinoma dari uterus tersebut. Prosedur ini sering disebut sample endometriae. Pada wanita nyeri panggul/perdarahan percobaan pemberian terapi secara medikamentosa sering diberikan sebelum dipikirkan dilaksanakan histerektomi.

(9)

Maka dari itu wanita pada stadium pre menopause (masih punya periode menstrual reguler) yang mempunyai leiomioma dan menyebabkan perdarahan namun tidak menyebabkan nyeri, terapi Hormonal lebih sering dianjurkan daripada tindakan histerektomi. Jika wanita tersebut mempunyai perdarahan yang banyak sehingga menyebabkan gangguan pada aktifitas sehari-hari, berlanjut menyebabkan anemia, dan tidak mempunyai kelainan pada sampel endometriae, ia bisa dipertimbangkan untuk dilakukan histerektomi.

Pada wanita menopause (yang tidak mengalami periode menstrual secara permanen) dimana ia tidak ditemukan kelainan pada sample endometriumnya namun ia mempunyai perdarahan abnormal yang persisten, setelah pemberian terapi hormonal dapat dipertimbangkan dilakukan histerektomi. Penyesuaian dosis/tipe dari hormon juga dibutuhkan saat diputuskan penggunaan terapi secara optimal pada beberapa wanita.

G. PENATALAKSANAAN/JENIS-JENIS TINDAKAN

Histerektomi abdominal, dimana pengangkatan kandungan dilakukan melalui irisan pada perut, baik irisan vertikal maupun horisontal (Pfanenstiel). Keuntungan teknik ini adalah dokter yang melakukan operasi dapat melihat dengan leluasa uterus dan jaringan sekitarnya dan mempunyai cukup ruang untuk melakukan pengangkatan uterus. Cara ini biasanya dilakukan pada mioma yang berukuran besar atau terdapat kanker pada uterus. Kekurangannya, teknik ini biasanya menimbulkan rasa nyeri yang lebih berat, menyebabkan masa pemulihan yang lebih panjang, serta menimbulkan jaringan parut yang lebih banyak

Histerektomi vaginal, dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui irisan tersebut, uterus (dan mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan pembuluh darah di sekitarnya kemudian dikeluarkan melalui vagina. Prosedur ini biasanya digunakan pada prolapsus uteri. Kelebihan tindakan ini adalah kesembuhan lebih cepat, sedikit nyeri, dan tidak ada jaringan parut yang tampak.

Histerektomi laparoskopi. Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi vagina yang dibantu laparoskop (laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH) dan histerektomi supraservikal laparoskopi (laparoscopic supracervical hysterectomy, LSH). LAVH mirip dengan histerektomi vagnal, hanya saja dibantu oleh laparoskop yang dimasukkan melalui irisan kecil di perut untuk melihat uterus dan jaringan sekitarnya serta untuk membebaskan uterus dari jaringan sekitarnya. LSH tidak menggunakan irisan pada bagian atas vagina, tetapi hanya irisan pada

(10)

perut. Melalui irisan tersebut laparoskop dimasukkan. Uterus kemudian dipotong-potong menjadi bagian kecil agar dapat keluar melalui lubang laparoskop. Kedua teknik ini hanya menimbulkan sedikit nyeri, pemulihan yang lebih cepat, serta sedikit jaringan parut

Setelah histerektomi, siklus haid atau menstruasi akan berhenti dan wanita tidak dapat lagi hamil. Jika pada histerektomi juga dilakukan pengangkatan ovarium (indung telur), maka dapat timbul menopause dini.

Pada umumnya tindakan pengangkatan rahim ini dilakukan menggunakan teknik open surgery, dengan membuat sayatan sekitar 15 cm pada dinding perut.

Namun saat ini tindakan tersebut dapat dilakukan dengan cara yang lebih baik, yakni melalui vagina atau menggunakan laparoskopi. Kedua tindakan ini lebih baik dibandingkan dengan open surgery karena waktu penyembuhan yang lebih cepat, nyeri pasca operasi lebih ringan, serta tidak meninggalkan jaringan parut (bekas luka) besar di peut. Pada operasi pengangkatan rahim melalui vagina bahkan tidak ada luka sama sekali di perut. Laparoskopi memberi keuntungan dapat melihat keadaan organ di sekitar rahim sehingga apabila didapatkan perlengketan atau kelainan pada organ di sekitar rahim, lebih mudah untuk melakukan tindakan untuk memperbaikinya.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. USG : untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan

endometrium dan keadaan adnexa dalam rongg apelvis. Mioma juga dapat

dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu

lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya

leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya

dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnose jaringan.

2. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai masaa di rongga

pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter

3. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa

disertai dengan infertilitas.

4. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis

5. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati,

ureum, kreatinin darah.

6. Tes kehamilan

7. D/K (dilatasi dan kuretase) pada penderita yang disertai perdarahan untuk

menyingkirkan kemungkinan patologi pada rahim (hyperplasia atau

adenokarsinoma endometrium).

(11)

I. DAFTAR PUSTAKA

Dey, S. K., Lim, H., Das, S. K., Reesee, J., Paria, B.C., Daikoku, T., and Wang, H. 2003. Molecular Cues to Implantation. Endocrine Reviews. 95, 7191-7196. Hakimi, M. 1996. Fisiolgi dan Patologi Persalinan. Yayasan Essentia Medica.

Jakarta.

Manuaba, I. 1998. Ilmu kebidana dan Penyakit Kandungan. EGC. Jakarta.

Sylvia, W. C., James, C., Page, M and Korach, K.S. 1999. Disruption of estrogen signaling does not prevent progesterone action in the estrogen receptor knockout mouse uterus. J. Biochemistry Vol. 96 3646-3651.

Abercrombie. 1993. Kamus Lengkap Biologi. Erlangga. Jakarta.

Bibhas, C., Paria., Ma, W., Tan, J., Raja, S., Sonjoy, K., Sudhansu, K., Dey. Brigid, L., M., Hogan. 2000. Cellular and molecular responses of the uterus to embryo implantation can be elicited by locally applied growth factors. J. Dev. Bio. 98, 1047-1052. Internet : WikiPedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Hysterectomy MecineNet: http://www.medicinenet.com/hysterectomy/article.htm WomensHealth: http://www.womenshealth.gov/faq/hysterectomy.cfm WomensHealthChannel: http://www.womenshealthchannel.com/hysterectomy/index.shtml

Referensi

Dokumen terkait