• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESENJANGAN DIGITAL di KALANGAN GURU SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESENJANGAN DIGITAL di KALANGAN GURU SMP"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KESENJANGAN DIGITAL di KALANGAN GURU SMP

(Studi Deskriptif Mengenai Kesenjangan Aksesibilitas dan Kapabilitas

Teknologi Informasi di Kalangan Guru SMP Kecamatan Krian)

Oleh : Muhammad Zulham (071016074) FISIP – Universitas Airlangga Surabaya

2014

Abstrak

Teknologi informasi berkembang sangat cepat. Berbagai macam produk teknologi informasi makin banyak bermunculan di kalangan masyarakat. Sayangnya, tidak semua kalangan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi tersebut, sehingga terdapat beberapa kalangan yang mengalami kesenjangan digital. Kesenjangan digital yang terjadi akan berdampak terhadap penguasaan teknologi informasi oleh masyarakat. Sehingga memunculkan istilah gagal teknologi (gaptek). Selain itu, kesenjangan digital juga berdampak pada informasi yang dapat diakses dan diterima. Kesenjangan digital menyasar setiap lapisan masyarakat. Tak terkecuali kalangan profesi misalnya guru. Penelitian ini akan melihat bagaimanma kesenjangan digital yang terjadi dikalangan tersebut. Terutama guru SMP yang berada di Kecamatan Krian. Penelitian ini dikaji berdasarkan pendapat dan teori dari beberapa ahli mengenai kesenjangan digital yang telah terjadi. Mulai dari faktor aksesibilitas dan kapabilitas teknologi informasi, serta faktor ekonomi dan inovasi yang juga berhubungan dengan kesenjangan digital yang terjadi. Selain itu, juga dikaji mengenai hubungan antara keempat hal di atas dan kategori adopter inovasi dikalangan guru yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kesenjangan digital yang terjadi adalah dalam hal kapabilitas teknologi informasi oleh guru. Dalam hal aksesibilitas, ekonomi, dan inovasi, kesenjangan yang terjadi tidak begitu signifikan perbedaannya. Hal ini dikarenakan adanya faktor – faktor lain yang

(2)

mempengaruhinya. Namun, dalam hal kapabilitas, terjadi perbedaan dalam hal pengoperasian teknologi informasi, penggunaan internet, serta hal lain yang berkaitan dengan teknologi informasi.

Kata kunci : kesenjangan digital, aksesibilitas, kapabilitas, ekonomi, inovasi, guru, teknologi informasi.

(3)

Abstract

Today, information technology growing rapidly. Many kind of information technology appear in our community. Unfortunately, not all of the community can adapt with that. So, there are few community who get digital divide. Digital divide have impact to innovation adopter by community. So make some new word which usually call “gaptek”. Besides that, digital divide have an impact to the information which can be acces or received.

Digital divide can take place in every community. Even in profession, for example teacher. This research will be explain how digital divide in that profession. Especially teacher in Junior High Scholl in Krian city.

This research examine based on argument and theory from some expert about digital divide. Just like accessibility and capability factor, and economic and innovation factor. Beside that, this research will examine about the correlation from those factors. The last, will be examine based on theory the categories of adopter innovation.

The result of this research show that the digital divide in this profession is the capability to use information technology by the teacher. In accessibility, economic, and innovation, the digital divide which take place is not show significant different. This is because there are some factors which influence it. Yet, in capability case, there are significant different in how to operate information technology, internet used, and the other things which have a correlation with information technology.

Keywords : digital divide, accessibility, capability, economic, innovation, teacher, information technology.

(4)

1. Pendahuluan

Di era saat ini, kondisi masyarakat makin menuju kearah masyarakat informasi. Kondisi ini dapat dilihat dari makin banyaknya kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan berbagai teknologi informasi. Teknologi informasi pun juga berkembang secara cepat. Perkembangan teknologi informasi ini seharusnya diimbangi dengan tingkat adaptasi individu terhadap teknologi informasi tersebut. Sayangnya, yang terjadi justru ada sebagian masyarakat yang tidak mampu melakukan hal tersebut. Sehingga mereka mengalai apa yang dinamakan kesenjangan digital. kesenjangan digital dapat terjadi di setiap lapisan masyarakat. Termasuk dikalangan profesi seperti guru. Dimana, saat ini teknologi informasi juga sudah masuk ke dalam ranah pendidikan. Teknologi informasi digunakan sebagai media untuk membantu kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Namun, tidak semua guru mampu menintegrasikan teknologi informasi ke dalam proses belajar mengajarnya. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki kapabilitas untuk mengoperasikannya.

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai kesenjangan digital yang terjadi di kalangan guru SMP di Kecamatan Krian. Dengan begitu, pihak – pihak terkait dapat menemukan solusi untuk mengurangi masalah ini. Sehingga kesenjangan digital yang terjadi dapat teratasi.

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi kesenjangan digital

Menurut Dewan dkk (2005), kesenjangan digital adalah ketidakmampuan individu dalam merasakan manfaat dari tekologi informasi karena kurangnya aksesibilitas dan kemampuan dalam menggunakan teknologi informasi tersebut (Dewan, 2005 : 1). Sedangkan menurut OECD atau Organisation for Economic Coorperation and Development, kesenjangan digital adalah kesenjangan diantara individu, rumah tangga, bisnis, dan area geografis pada level perbedaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan kesempatan untuk mengakses informasi dan TI serta penggunaan internet untuk berbagai aktivitas sehari – hari (OECD, 2001).

Berbagai dampak negatif dari kesenjangan digital antara lain berhubungan dengan tingkat peguasaan teknologi informasi dan perbedaan informasi yang didapatkan oleh individu. Individu

(5)

yang mengalami kesenjangan digital tentu tidak akan mampu menggunakan teknologi informasi secara maksimal. Akibatnya, dalam hal informasi yang didapat juga akan terjadi perbedaan. Selain itu, dampak lain yang dapat terjadi adalah kurangnya akses informasi (lack of information

access), ketidakmerataan informasi (information inequality), kemiskinan informasi (information poverity), dan kesenjangan informasi (information divide).

2. 2 Faktor kesenjangan digital

Beberapa faktor dapat menjadi penyebab terjadinya kesenjangan digital di masyarakat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Arief Rahman dan Muhammad Quaddus, faktor – faktor tersebut antara lain :

1. Kesenjangan aksesibilitas : perbedaan antar individu dalam hal pengaksesan teknologi informasi.

2. Kesenjangan kapabilitas : perbedaan kemampuan individu dalam menggunakan teknologi informasi.

3. Kesenjangan ekonomi : perbedaan tingkat ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk menyediakan berbagai teknologi informasi.

4. Kesenjangan inovasi : perbedaaan keinginan individu untuk mencoba berbagai teknologi informasi baru yang belum dicoba sebelumnya.

Masing – masing faktor di atas dapat saling berkaitan dalam menyebabkan kesenjangan digital dimasyarakat. Beberapa pendapat dari para ahli juga menunjukkan demikian. Misalnya Tiene yang mengatakan bahwa akses teknologi informasi berkaitan dengan kesenjangan digital dalam hal tingkat kekayaan individu (Tiene, 2002 : 211). Kadiman juga menyatakan bahwa kesenjangan digital terjadi karena terbatasnya akses terhadap teknologi informasi. Hal ini dikarenakan biaya peralatan dan operasionalnya yang tidak murah (Kadiman, 2006 : 44). Dewan juga menambahkan bahwa tingkat ekonomi individu berkaitan dengan kesempatan mengakses teknologi informasi (Dewan dan Riggins, 2005: 3).

Kondisi ekonomi juga dapat berkaitan dengan tingkat penggunaan teknologi informasi (Agarwal et. al. 2009; Mossberger et. al. 2006; dan Schleife 2010 dalam Rahman). Individu

(6)

dengan tingkat ekonomi yang baik tentu memiliki kesempatan lebih besar dalam untuk mengakses teknologi informasi.

3. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik nonprobability sampling, dimana dalam teknik ini tidak memberikan peluang yang sama kepada setiap populasi untuk dipilih menjadi sampel pada penelitian. Sedangkan untuk menentukan sampelnya, digunakan sistem sampling insidental. Sampling insidental adalah teknik menentukan sampel dengan berdasarkan pada kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti, maka akan digunakan sebagai sampel jika dirasa orang tersebut cocok untuk dijadikan sebagai sumber data (Sugiyono, 67 : 2007).

Data yang didapatkan kemudian diolah dengan menggunakan SPSS. Kemudian dianalisis dengan menggunakan metode cross tab. Selain itu, untuk memperdalam analisis yang dilakukan, juga dilakukan perbandingan dengan teori, konsep, dan penelitian lain mengenai kesenjangan digital.

4. Hasil dan Pembahasan

Dari hasil yang didapatkan di lapangan, diketahui bahwa kesenjangan digital yang terjadi adalah dalam hal kapabilitas dalam penggunaan teknologi informasi. Faktor – faktor lain seperti aksesibilitas, ekonomi, dan inovasi tidak begitu berpengaruh terhadap kesenjangan digital yang terjadi.

Dalam hal kapabilitas mengoperasikan teknologi informasi, misalnya komputer, laptop, internet, dan lainnya, juga masih menunjukkan gejala ketidakmampuan dari responden. Misalnya dalam hal mengoperasikan teknologi informasi yang dimiliki di rumah, responden masih didominasi oleh mereka yang kurang mampu mengoperasikannya dengan baik (64 responden) dan bahkan masih dalam tahap belajar (11 responden). Teknologi informasi tersebut antara lain komputer, laptop, berbagai macam gadget, serta wifi dan modem sebagai koneksi internet.

Sedangkan untuk kapabilitas pengoperasian teknologi informasi yang ada di sekolah, dimana di setiap sekolah tersedia laptop, komputer, LCD, dan wifi, juga menunjukkan hasil yang

(7)

hampir sama. Dimana sebanyak 64 dari 100 responden juga masih belum mampu mengoperasikannya dengan baik.

Untuk pengoperasian hardware seperti mouse, keyboard, CPU, menunjukkan hasil yang bervariatif. Dimana untuk mouse dan CPU responden masih didominasi oleh mereka yang mampu mengoperasikannya dengan baik (masing – masing 84 dan 82 responden). Mereka juga mengetahui fungsi tombol yang ada. Sedangkan untuk keyboard, masih didominasi responden yang belum mampu mengoperasikannya dengan baik (52 responden). Misalnya untuk mengetik dan mengaktifkan fitur – fitur tertentu dengan menggunakan keyboard.

Meskipun status ekonomi responden dalam penelitian ini bervariasi, namun hal tersebut tidak begitu berdampak pada kesenjangan digital yang terjadi. Memang dalam penelitian ini didominasi oleh responden yang memiliki pendapatan 1 juta – 2 juta tiap bulannya (68 responden). Namun, hal tersebut tidak mempengaruhi kemampuan mereka dalam hal penyediaan berbagai teknologi informasi di rumah. Hal ini dapat terlihat dari berbagai teknologi informasi yang mereka miliki di rumah. Secara garis besar, kesemua responden paling tidak memiliki paling tidak komputer dan atau laptop di rumah. Selain itu, mereka juga memiliki berbagai macam gadget serta koneksi internet baik dari wifi (39 responden) atau modem (93 responden).

Hal ini dapat dikarenakan responden memiliki pendapatan lain selain dari mengajar dan penerimaan tunjangan. Untuk pendapatan lain selain dari mengajar, masih didominasi responden yang menerima pendapatan lain dari suami atau istri mereka yang juga bekerja (32 responden). Sedangkan responden yang menerima tunjangan mencapai 76 responden. Kedua hal ini bisa menjadi penyebab kenaikan tingkat ekonomi responden, sehingga berdampak pada kemampuan mereka dalam menyediakan berbagai teknologi informasi di rumah.

Begitu juga dengan faktor aksesibilitas teknologi informasi oleh responden. Responden dalam penelitian ini memiliki akses teknologi informasi yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan berbagai teknologi informasi, baik di rumah seperti yang dijelaskan sebelumnya, maupun yang disediakan di sekolah. Dimana semua sekolah memiliki kompuetr, laptop, dan koneksi internet melalui wifi.

Di sekolah tempat responden mengajar juga telah dilaksanakan pelatihan mengenai teknologi informasi. Namun, jika dilihat dari hasil yang didapat dari penelitian ini, sepertinya

(8)

pelatihan tersebut kurang maksimal. Hal ini dikarenakan kapabilitas responden terhadap teknologi informasi masih kurang.

Dalam hal kategori adopter inovasi, sebagian besar responden tergolong ke dalam early

majority. Ciri dari early majority adalah hanya sekedar mencoba – coba teknologi informasi.

Untuk menentukan apakah akan memakainya atau tidak, mereka memerlukan waktu untuk memikirkannya terlebih dahulu.

5. Kesimpulan

Kesenjangan digital yang terjadi di kalangan guru SMP Kecamatan Krian berkaitan dengan faktor kapabilitas, dimana responden masih belum mampu mengoperasikan berbagai teknologi informasi yang ada. Responden juga kurang mampu mengoperasikan fitur – fitur yang ada dalam teknologi informasi tersebut.

Aksesibilitas responden terhadap teknologi informasi cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya berbagai teknologi informasi yang mereka miliki di rumah dan yang tersedia di sekolah. Hanya saja, seperti yang dijelaskan sebelumnya, kemampuan responden dalam mengoperasikannya masih kurang. Responden masih didominasi oleh mereka yang kurang mampu mengoperasikannya dengan baik.

6. Saran

Aksesibilitas, ekonomi, dan inovasi sepertinya bukan menjadi penyebab terjadinya kesenjangan digital di kalangan guru SMP Kecamatan Krian. Kesenjangan digital yang terjadi lebih disebabkan karena ketidakmampuan mereka dalam mengoperasikan berbagai teknologi informasi yang ada. Karena itu, hal ini dapat diatasi dengan mengadakan pelatihan yang lebih intensif kepada mereka guna meningkatkan kemampuan mereka dalam mengoperasikan teknologi informasi. Program pelatihan ini perlu lebih diintensifkan karena program pelatihan yang telah ada sebelumnya sepertinya kurang memberikan hasil. Terbukti dari bagaimana kemampuan responden dalam mengoperasikan teknologi informasi yang ada. Jika hal ini dapat dilakukan, maka proses pengintegrasian teknologi informasi ke dalam proses belajar mengajar dapat berjaan dengan lancar.

(9)

Daftar Pustaka

A Nation Online, 2002 : How Americans Are Expanding Their Use of the Internet. USA : U. S Departement of Commerce.

Acilar, Ali. 2011 : Exploring the Aspects of Digital divide in a Developing Country. Bilecik University, Turkey.

Burhan, Bingin. 2005 : Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Prenada Media Grup.

Dewan, S and Riggins, F. J, 2005 : The Digital Divide : Current and Future Research

Directions. xxx : Journal of the Association for Information Systems.

Fuchs, C dan Horak, Eva. 2007 : Informational Capitalism and Digital Divide in Africa. Masaryk University : Journal of Law and Technology.

Hall, Bronwyn H dan Khan, Beethika. 2002 : Adoption New Technology. California : New Economy Handbook.

Kadiman, Kusmayanto. 2006 : Penelitian Pengembangan dan Penerapan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi 2005 – 2025.

Jakarta : Kementrian Negara Riset dan Teknologi.

Keniston, Kenneth dan Kumar, Depak. 2003 : The Four Digital Divide. New Delhi : Sage Publisher.

Kim, Yong Jin. 2003 : A Theory of Digital Divide : Who Gains and Loses from

Technology Changes ?. xxx : Journal of Economic Development.

 Nahon, Karine Barzilai, 2006 : GAPS AND BITS: CONCEPTUALIZING MEASUREMENTS FOR DIGITAL DIVIDE/S. Washington : The Information Society.

(10)

Nusantara, Toto. 2010 : Peran Teknologi Informasi dalam Pendidikan. Malang : Universitas Negeri Malang.

Nusantara, Toto. 2010 : Peran TI dalam Pembelajaran. Solo : Seminar Nasional Universitas Sebelas Maret Solo.

Prensky, Mark, 2001 : Digital Natives, Digital Immigrants. xxx : University Press.

Rahman, Arief dan Quaddus, Muhammed. 2012 : Qualitative Investigation of Digital

Divide in Indonesia (Toward to Comprehensive Framework). Geelong : Curtin Graduate

School of Business.

Rallis – Helen Morgan, 2009 : Digital Natives and Digital Immigrants : Exploring the

Intergenerational Digital Divide. xxx : UMD.

Robinson, Les. 2009 : A Summary of Diffusion of Innovations. xxx : Enabling Change

Rogers, Everett M; Singhal, Arvind; dan Quinlan, Margaret M. xxx : Diffusion of

Innovation. New York : Routledge.

Sahin, Ismail. 2006 : Detailed Review of Rogers’ Diffusion of Innov ations Theory and

Educational Technology – Related Studies Based on Rogers’ Theory. Iowa : Iowa Stated

University – TOJET (The Turkish Online Journal of Educational Technology).

Selhofer, Hannes dan Husing, Tobias. The Digital Divide Index – A Measure of Social

Inequalities in the Adaption of ICT. Bonn :

Singarimbun, Masri. 1989 : Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3S.

Subagyo, Joko. 1991 : Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta : PT Trineka Cipta.

Sugiyono. 2008 : Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.

(11)

Suyanto, Bagong. 2007 : Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Kencana.

Tiene, Drew. 2002 : Addressing the Global Digital Divide and It’s Impact on

Educational Opportunity. Kent, USA : Routledge.

 Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang KIP (Keterbukaan Informasi Publik)

Warschuar, Mark. 2001 : A Literacy Approach to the Digital Devide. Malaga : Ediciones Aljibe

Windasari, Ike Pertiwi dan Suredro, Krisdanto. 2011 : Pengukuran Kesenjangan Digital

di Institusi Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pemerintah Kota Semarang). Semarang.

Jurnal Sistem Komputer.

Yulfitri, Alivia. 2008 : Pengukuran Kesenjangan Digital dalam Penguasaan TIK di

Lingkungan Pegawai Pemerintah. Bandung : Institut Teknologi Bandung.  http://www.pgri.ltim.in : Imbau Guru Tidak Panik.

Diakses pada 4 Maret 2013 pada pukul 13.00 WIB

 http://edukasi.kompas.com : Bu Pur Nyesek, Nilainya Nyaris Lulus UKG. Diakses pada 4 Maret 2013 pada pukul 13.00 WIB.

 http://www.pgri.ltim.in.

Diakses pada 4 Maret 2013 pada pukul 13.00 WIB.

 http://www.tribunnews.com : Kemendikbud Didesak Tunda Pelaksanaan UKG Bersertifikasi.

Diakses pada 4 Maret 2013 pada pukul 13.00 WIB.

(12)

Diakses pada 15 Maret 2013 pada pukul 18.00 WIB.

 http://ukg.kemdikbud.go.id

Diakses pada 15 Maret 2013 pada pukul 18.00 WIB.

 http://dprd-sidoarjokab.go.id/

Referensi

Dokumen terkait

pada suhu 200 °C sampai dengan 370 °C. Perbandingan spesifikasi fraksi pelarut P menggunakan dua rangkaian alat dapat dilihat pada Tabel 1. Warna tersebut kemungkinan

7. Mempunyai Tim inti yang terdiri atas Dokter, Perawat dan Bidan yang sudah dilatih PONED, bersertifikat dan mempunyai kompetensi PONED, serta tindakan mengatasi

Hasil dari perancangan ini adalah Sistem Informasi Pengelolaann Data Pemohon NUPTK Pada UPT Pendidikan Gebog Kudus yang berguna bagi admin untuk mengelola data sekolah,

Bagaimana perilaku anda dalam melayani nasabah dan membebaskan nasabah dalam memilih produk bank syariah sesuai dengan yang nasabah inginkan1. Sangat tidak pernah membebaskan

kehidupan rumah tangga untuk menyampaikan informasi dan bertukar informasi antara diri sendiri dan pasangan. Tingkat keakraban dalam hubungan suami istri

Tuhan Yesus yang baik, terimakasih untuk hari ini. Aku tidak mungkin mendapatkan apa yang aku punya sekarang jika aku tidak mengandalkan Engkau. Maka dari itu ajarilah aku untuk

Irisan antara SDGs dan Zakat di implementasikan oleh BAZNAS Jawa Barat Menjadi 5 program unggulan mereka yakni, (1) Jabar Peduli, (2) Jabar Sehat, (3) Jabar Mandiri,

pada diagnosa keperawatan sesuai dengan diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan intoleransi aktivitas,