• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tingkat Capaian Kebijakan dan S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Tingkat Capaian Kebijakan dan S"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

I Made Wahyu Wijaya

Mata Kuliah:

Strategi Pembangunan Sektoral — RE

Magister Teknik Sanitasi Lingkungan

Jurusan Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ANALISIS TINGKAT CAPAIAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PEMBANGUNAN SANITASI BIDANG AIR LIMBAH

(2)

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan data statistik wisatawan tahun 2014, kedatangan wisatawan mancanegara ke Pulau Bali mengalami peningkatan yang cukup pesat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Peningkatan kunjungan terbesar wisatawan mancanegara ke Pulau Bali terjadi pada tahun 2014, yakni mencapai 14,89% dari tahun sebelumnya. Untuk menunjang sektor pariwisata, Kota Denpasar memiliki 29 unit hotel berbintang dan 257 unit akomodasi lainnya. Kota Denpasar merupakan destinasi wisata internasional yang memiliki beberapa objek wisata, berupa pantai, lokasi peninggalan sejarah, pasar seni tradisional, dan taman kota. Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan daerah, selain sektor pertanian dan jasa.

Seiring peningkatan jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara, maka perlu diikuti dengan pemeliharaan lingkungan untuk menjaga kenyamanan wisatawan. Berdasarkan hal tersebut, peningkatan kualitas lingkungan menjadi salah satu prioritas pembangunan di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Berdasarkan kondisi eksisting, banyak terjadi pencemaran lingkungan terutama pada wilayah sungai, pantai, dan sumur penduduk yang disebabkan oleh air limbah. Kegiatan penggunaan air oleh penduduk lokal maupun wisatawan akan meningkatkan produksi air limbah yang umumnya dibuang secara langsung ke saluran drainase ataupun sungai tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Adanya bahan pencemar yang terkandung dalam air limbah, seperti zat organik, nutrien, partikel padat, atau senyawa berbahaya lainnya dapat mencemari ekosistem air. Air limbah yang dibuang ke sungai atau saluran drainase akan terbawa ke laut dan berpotensi mencemari ekosistem laut.

(3)

Dalam Peraturan tersebut diatur 5 (lima) kebijakan yaitu:

Kebijakan 1: Peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah baik sistem on site maupun off site di perkotaan dan perdesaan untuk perbaikan kesehatan masyarakat Kebijakan 2: Peningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan

pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman.

Kebijakan 3: Pengembangan perangkat peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman

Kebijakan 4: Penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas personil pengelolaan air limbah permukiman.

Kebijakan 5: Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah pemukiman.

Kota Denpasar merupakan tujuan wisata internasional, sehingga pengelolaan lingkungan, khususnya sanitasi menjadi salah satu prioritas utama bagi pemerintah. Selain berasal dari kegiatan penduduk di permukiman, penyediaan akomodasi bagi para wisatawan juga menimbulkan peningkatan produksi air limbah domestik. Air limbah domestik yang dibuang langsung ke badan air dapat mencemari badan air dan menurunkan kualitas air. Upaya pencegahan masuknya air limbah domestik yang tidak teroleh telah dilakukan oleh pemerintah melalui Sanitasi berbasis Masyarakat (Sanimas) untuk pengolahan skala komunal dan Denpasar Sewerage Development Project (DSDP) sebagai pengolahan air limbah domestik terpusat skala kawasan, serta Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Suwung untuk pengolahan lumpur tinja.

(4)

II.GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1 Kondisi Fisik Wilayah

Kota Denpasar merupakan salah satu kota di Provinsi Bali dengan luas wilayah 127,98 km2 atau 2,27% dari seluruh luas wilayah Provinsi Bali. Kota Denpasar dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1992 dan diresmikan tanggal 27 Pebruari 1992 merupakan peningkatan status dari Kota Administratif Denpasar. Kota Denpasar terletak pada daerah yang sangat strategis baik dari segi ekonomis maupun dari kepariwisataan karena merupakan titik sentral berbagai kegiatan sekaligus sebagai penghubung antar Kabupaten. Kota Denpasar terletak diantara 08044”49´LS dan 115016”27´BT. Ditinjau dari Topografi keadaan medan Kota Denpasar secara umum miring kearah selatan dengan ketinggian berkisar antara 0-75 m diatas permukaan laut. Morfologi landai dengan kemiringan lahan sebagian tepi kemiringan bisa mencapai 15%. Curah hujan rata-rata Kota Denpasar mencapai 100 mm per bulan. Temperature rata-rata pada tahun 2013 sebesar 25,40C-28,70C dengan rata-rata 270C. bulan terdingin terjadi pada bulan Agustus dengan temperature 25,70C, sedangkan bulan terpanas terjadi pada bulan Denpasar dengan rata-rata temperature 280C. Kelembaban udara rata-rata tahun 2013 berkisar antara 745-835 dengan rata-rata 76,8%. Sebesar 76,41% dari luas wilayah Kota Denpasar merupakan lahan bukan pertanian yang digunakan untuk jalan, permukiman, perkantoran, dan fasilitas umum lainnya. Sedangkan, sebesar 23,59% merupakan lahan pertanian yang meliputi lahan sawah dan lahan bukan sawah. Beberapa sungai yang melintasi wilayah Kota Denpasar, diantaranya Tukad Ayung, Tukad Badung, Tukad Mati, Tukad Penggawa, dan Tukad Abianbase dengan total luas daerah yang dialiri adalah 2.557 hektar.

(5)

Gambar 1. Peta wilayah Kota Denpasar

(6)

2.2 Kependudukan

Berdasarkan hasil data dari BPS Kota Denpasar, jumlah penduduk Kota Denpasar pada tahun 2014 adalah 863.600 jiwa yang terdiri dari 440.900 (51,05%) penduduk laki-laki, dan 422.700 perempuan (48,95%). Kota Denpasar merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi di Provinsi Bali, yakni mencapai 6.759 jiwa/ km2. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Denpasar Selatan, yakni 31,62% dan kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Denpasar Barat, yakni 10.409 jiwa/km2.

Gambar 3. Persentase jumlah penduduk per kecamatan di Kota Denpasar

2.3 Perekonomian

Dalam sektor ekonomi, perdagangan, hotel, dan retoran mampu menyerap tenaga kerja sebesar 39,55%. Sektor industri menyerap 13,29% tenaga kerja, sedangkan 24,02% untuk usaha jasa dan distribusi. Persentase penyerapan penduduk usia produktif pada sektor ekonomi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4. Persentase penyerapan tenaga kerja pada sektor ekonomi di Kota Denpasar

(7)

seluruh wilayah Kota Denpasar meliputi tempat-tempat yang dapat memikat kedatangan wisatawan ke Kota Denpasar. Sedangkan daya Tarik pariwisata, sebagaimana halnya dengan daya tarik Pulau Dewata lebih disebabkan karena keunikan dan budaya masyarakat. Hal inilah yang memberikan nuansa pada berbagai atraksi wisata yang ada di Kota Denpasar.

Sektor yang menjadi penggerak utama ekonomi Kota Denpasar masih bertumpu pada industri pariwisata yang menyebabkan kontribusi ekonomi Kota Denpasar masih didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (sektor tersier) disusul sektor jasa-jasa dan sektor pengangkutan dan komunikasi (sektor sekunder). Pada tahun 2012, kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 38,13% terus mengalami peningkatan dan pada tahun 2013 kontribusi sektor ini diperkirakan mencapai 38,20%. Kondisi yang berlawanan terjadi di sektor pertanian, dimana kontribusi ini selama kurun waktu 2012 hingga 2013 terus menunjukkan penurunan. Pada tahun 2012, kontribusi sektor pertanian sebesar 6,64% namun pada tahun 2013 kontribusi sektor pertanian diperkirakan menurun menjadi 6,35%

Selama tiga tahun terakhir PDRB Kota Denpasar terus mengalami peningkatan dilihat dari PDRB ADHK yang terus meningkat. Namun, laju pertumbuhan selama tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi. Lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum menjadi penyumbang utama PDRB Kota Denpasar tahun 2014, yakni sebesar 28,97%, sedangkan penyumbang terbesar kedua adalah usaha jasa pendidikan sebesar 10,41%. Berikut adalah data persentase persebaran PDRB menurut sektor di Kota Denpasar.

(8)

III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Prasarana dan Sarana Sanitasi Bidang Air Limbah di Kota Denpasar

Salah satu sasaran dari Millennium Development Goals (MDGs) adalah peningkatan akses masyarakat terhadap sanitasi yang layak. Hasil identifikasi menunjukkan kawasan-kawasan wisata sekitar Sanur dan Kuta di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung telah terjadi pencemaran lingkungan terutama pada sungai, laut (pantai) dan sumur penduduk yang diakibatkan oleh air limbah. Kota Denpasar sebagai Kota Inti dari Kawasan Metropolitan Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) membutuhkan koordinasi dan integrasi pengembangan sistem prasarana kota, khususnya dalam hal pembangunan sanitasi, yakni pembangunan IPAL Komunal, IPAL terpusat dan IPLT. Berdasarkan data dari Strategi Sanitasi Kota (SSK) Denpasar, limbah tinja dari masyarakat umumnya dikelola secara onsite dengan menggunakan tanki septik. Prosentase penggunaan jamban dengan tanki septik sebesar 56%, jamban dengan leaching pit 42%, dan 2% tidak memiliki fasilitas jamban. Prosentase pembuangan air limbah domestik ke saluran drainase dan sungai sebesar 62%, pembuangan melalui tanki septik/leaching pit sebesar 26%, dan sebesar 12% dibuang ke lingkungan sekitar. Cakupan layanan sanitasi air limbah dapat dilihat pada gambar berikut.

(9)

Dalam penanganan air limbah domestik dari industri pariwisata, terdapat 30 – 40% hotel berbintang dan 10% hotel Melati yang mempunyai STP (SewerageTreatment Plant). Beberapa hotel dan tempat penyedia akomodasi lainnya masih menggunakan tanki septik. Mengingat bahwa IPLT Pesanggaran di Suwung masih dalam tahap perbaikan, maka selama kurang lebih tiga bulan sejak IPLT Pesanggaran tersebut ditutup sementara, lumpur tinja diolah di IPAL BTDC Nusa Dua. Kegiatan tersebut didukung oleh pihak swasta dengan menyediakan jasa penyedotan lumpur tinja. Keberadaan IPLT masih sangat dibutuhkan, oleh karena sistem penanganan limbah domestik yang sebagian besar masih mengandalkan septik tank, yang pada gilirannya akan membutuhkan IPLT untuk mengolah lumpur tinja.

Dalam sektor air limbah, RTRW Kota Denpasar telah mengatur tentang sistem pengelolaan air limbah kota yang meliputi sistem pengelolaan air limbah terpusat (off site) skala kota dan sistem pengelolaan air limbah setempat (on site) secara individual. Pengembangan sistem pembuangan air limbah melalui perpipaan terpusat dilakukan melalui pendayagunaan dan pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Suwung di Denpasar Selatan. IPAL tersebut melayani Kawasan Pusat Kota Denpasar, Denpasar Selatan, Kawasan Sanur, serta Kawasan Kuta. Pada kawasan yang tidak terlayani jaringan air limbah perpipaan terpusat skala kota, dikembangkan jaringan air limbah komunal setempat (on site) dalam bentuk program Sanitasi Berbasis masyarakat (Sanimas) yang dikelola masyarakat atau kerjasama dengan pihak lain.

Gambar 7. IPAL terpusat skala kawasan (DSDP) di Kota Denpasar

(10)

masyarakat di lingkungan permukiman juga turut serta menjadi sumber air limbah domestik dari kegiatan penggunaan air sehari-hari. Oleh karena itu, pemerintah mendorong pemilik usaha pariwisata atau akomodasi lainnya, dan juga masyarakat untuk memanfaatkan layanan DSDP untuk menyalurkan air limbah domestik yang dihasilkan.

Area pelayanan IPAL terpusat DSDP meliputi kawasan permukiman serta kawasan pariwisata. Kawasan pariwisata meliputi area Sanur, Seminyak, Legian, dan Kuta. Pada area tersebut, terdapat banyak fasilitas akomodasi pariwisata berupa hotel, homestay, restoran, dan lainnya yang sangat berpotensi menghasilkan air limbah domestik. Target total cakupan pelayanan DSDP mencapai 250.000 jiwa yang terbagi ke dalam 3 daerah pelayanan, yakni area Denpasar 44,4%, area Sanur 19,4%, dan area Kuta 36,2%. Area yang tidak dilayani DSDP diupayakan menggunakan fasilitas IPAL komunal. Beberapa isu strategis yang terjadi pada sektor sanitasi bidang air limbah adalah sebagai berikut:

1. Belum adanya lembaga yang bertanggungjawab untuk pengelolaan air limbah setempat (onsite)

2. Alokasi dana untuk pengelolaan air limbah masih sangat minim jika dibandingkan sektor pembangunan lain

3. Masyarakat Kota Denpasar belum sepenuhnya menyadari pentingnya mengolah air limbah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air

4. Pembuangan limbah melalui tangki septik dan sumur resapan serta pembuangan air bekas mandi, cuci dan dapur masih banyak dilakukan secara langsung ke sungai dan pantai

5. Pemeliharaan fasilitas masih belum jelas

6. Peningkatan pencemaran di badan air akibat peningkatan jumlah penduduk dan ekonomi yang mempengaruhi kandungan air limbah

7. Pelayanan penyaluran air limbah yang belum merata akibat kondisi topografi

(11)

Gambar 8. Peta area beresiko air limbah di Kota Denpasar

3.2 Rencana Pembangunan Sanitasi Bidang Air Limbah di Kota Denpasar

Dalam upaya peningkatan akses sanitasi khususnya bidang air limbah, pemerintah Kota Denpasar telah menerapkan visi misi sanitasi.

Visi Sanitasi Kota Denpasar:

“Terwujudnya Sanitasi Kota Denpasar sebagai Kota Berwawasan Budaya yang Bersih,

Sehat, Nyaman, dan Harmonis dalam Keseimbangan secara Berkelanjutan pada Tahun 2033” Misi Sanitasi Bidang Air Limbah:

 Meningkatkan layanan dan pengelolaan air limbah domestik melalui penyediaan sarana dan prasarana air limbah dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat dan kemitraan dengan swasta

 Mewujudkan pembangunan lingkungan Kota Denpasar berkelanjutan yang berwawasan budaya

 Menumbuh kembangkan kemampuan masyarakat Kota Denpasar dalam mengelola lingkungan yang berwawasan budaya

(12)

Sesuai dengan RPJMN 2010-2015, Pemerintah Kota Denpasar dibawah pembinaan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) berkomitmen mendukung kebijakan penanganan permukiman di perkotaan yang layak huni dan berkelanjutan dengan penetapan target RPJMN Bidang Cipta Karya 2010-2015 menuju 100-0-100 (target 100% akses air minum, 0% kawasan permukiman kumuh dan 100% akses sanitasi layak). Sasaran dari RPJMD Kota Denpasar 2010-2015 dalam bidang pengelolaan air limbah adalah terwujudnya pelayanan air limbah dan pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air limbah serta berkurangnya pencemaran sungai akibat pembuangan tinja. Arah kebijakan berupa mempersiapkan sumber daya manusia pengelola pelayanan air limbah melalui uji kompetensi, pendidikan, pelatihan, dan perbaikan pelayanan kesehatan. Indikator infrastuktur tata ruang dan bangunan gedung bidang sanitasi meliputi prosentase penyediaan instalasi pengolahan air limbah individu (septik tank dan sumur resapan), komunal (Sanimas), dan terpusat (DSDP dan IPLT). Prioritas pembangunan dan pengelolaan air limbah Kota Denpasar meliputi:

1. Pengembangan prasarana dan sarana sistem air limbah terpusat (offsite) maupun komunal 2. Peningkatan pengelolaan sistem air limbah setempat (onsite)

3. Penanganan air limbah berbasis masyarakat tanpa subsidi

Pembangunan IPAL sebagai implementasi dari kebijakan pengelolaan air limbah secara

(13)
(14)
(15)

3.3 Analisis Capaian Kebijakan dan Strategi Pembangunan Sanitasi Bidang Air Limbah Kota Denpasar

Berdasarkan kebijakan dan strategi nasional untuk pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman, tingkat capaian masing-masing kebijakan dapat diketahui dari evaluasi rencana pembangunan, evaluasi rencana kerja pemerintah, ataupun strategi sanitasi kota. Analisis capaian diperoleh berdasarkan target dan realisasi rencana pembangunan sanitasi bidang air limbah.

3.3.1 Akses Prasarana dan Sarana Air Limbah Baik Sistem Onsite Maupun Offsite di

Perkotaan dan Perdesaan untuk Perbaikan Kesehatan Masyarakat

Prasarana dan sarana sanitasi air limbah yang terdapat di Kota Denpasar meliputi IPAL komunal, IPAL terpusat (DSDP) dan IPLT Suwung. Berdasarkan RPJMD Kota Denpasar 2010-2015, indikator kinerja program terkait akses prasarana dan sarana pengelolaan air limbah meliputi

1. Pembangunan sambungan rumah (SR) untuk IPAL terpusat sebanyak 5822 SR pada tahun 2015.

2. Panjang rehabilitasi/pemeliharaan sarana dan prasarana air limbah 6436 SR

Berdasarkan indikator tersebut, disusun target capaian setiap tahun sesuai periode RPJMD dan direalisasikan dan dievaluasi setiap tahunnya melalui Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Berdasarkan RKPD Kota Denpasar tahun 2016, realisasi pembangunan SR pada tahun 2014 adalah 1272 SR dari target pada tahun terrsebut adalah 1000 SR, sehingga prosentase realisasi pembangunan SR pada tahun 2014 mencapai 127,2%. Realisasi tersebut menunjukan bahwa target pembangunan 5822 SR pada tahun 2015 telah tercapai pada tahun 2014. Hubungan antara target dan realisasi pelaksanaan pembangunan sanitasi bidang air limbah dapat dilihat pada gambar berikut.

(16)

Hal serupa juga terjadi pada indikator perbaikan/pemeliharaan insfrastruktur SR yang telah beroperasi sebelumnya. Target dalam RPJMD Kota Denpasar 2010-2015 adalah sebanyak 6436 SR pada tahun 2015. Realisasi target kinerja tersebut pada tahun 2013 telah mencapai 100%. Hubungan antara target dan realisasi pelaksanaan pembangunan sanitasi bidang air limbah dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 12 Grafik target dan realisasi perbaikan/pemeliharaan SR

di Kota Denpasar periode 2010-2015

(17)

Bagi masyarakat yang belum atau tidak terjangkau oleh layanan sistem IPAL terpusat (DSDP), terdapat fasilitas IPAL komunal di beberapa lokasi di Kota Denpasar. Selain itu, terdapat juga masyarakat yang hanya menggunakan septik tank untuk menampung air limbah dan tinja. Berdasarkan laporan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Denpasar 2014-2018, jumlah IPAL komunal yang telah beroperasi hingga tahun 2013 adalah sebanyak 7 unit dengan total pelayanan sebanyak 817 KK atau sekitar 3268 jiwa. Penggunaan jamban oleh setiap masyarakat juga merupakan hal yang penting dalam upaya peningkatan akses sanitasi yang layak dan menurunkan angka Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Data SSK tahun 2013 menunjukan penggunaan jamban di Kota Denpasar rata-rata telah mencapai lebih dari 90%. Data penggunaan jamban di Kota Denpasar dapat dilihat pada tabel 1.

Gambar 14. Persentase penggunaan jamban di Kota Denpasar pada tahun

(18)
(19)

3.3.2 Peran Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta dalam Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman.

Penyelenggaraan DSDP membutuhkan kerjasama antara pemerintah sebagai pengelola, masyarakat dan pemilik usaha sebagai konsumen dalam mengoptimalkan pemanfaatan DSDP sebagai prasarana pengolahan air limbah terpusat. Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemilik usaha akan pentingnya melakukan pengolahan air limbah yang dihasilkan, maka perlu dilakukan sosialisasi terkait sistem pengelolaan air limbah dan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Dengan demikian, diharapakan setiap kegiatan yang menghasilkan air limbah baik dari permukiman maupun kegiatan usaha, dapat diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air.

Peran masyarakat dan swasta sangat penting dalam pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan sistem air limbah adalah melakukan program sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas). Pada program tersebut, pemerintah terkait akan mendampingi perencanaan dan pembangunan IPAL komunal di wilayah yang tidak terjangkau jaringan DSDP. Dalam konsep pembangunan yang berkelanjutan, maka diperlukan peran masyarakat sekitar lokasi pembangunan IPAL komunal untuk mengelola IPAL melalui kelompok swadaya masyarakat (KSM). KSM berfungsi untuk memonitoring operasional IPAL agar tetap dapat beroperasi dan pemerintah terkait bertugas untuk melakukan monitoring seraca rutin untuk mengetahui kondisi perkembangan IPAL yang telah dibangun. Selain itu, pemerintah terkait juga harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar tentang pentingnya pengelolaan air limbah dan ketersediaan IPAL komunal untuk pengolahan air limbah.

Tabel 2. Kelompok swadaya masyarakat (KSM) pengelola IPAL Komunal di Kota

Denpasar

Batur, Kelurahan Ubung 250 250

KSM Kusuma Bangsa

Jl. Kusuma Bangsa V, Br. Mekar Manis,

Desa Pemecutan Kaja 200 160

KSM Sagina Sari

Jl. Segina VI, Br. Pekandelan, Desa

(20)

Kelompok Swadaya

KSM Bhuana Asri Jl. Gunung Abang, Desa Tegal Kertha 60 32

KSM Mekar Indah

Jl. Wibisana, Gg. Mekar, Br Mekar

Manis, Desa Pemecutan Kaja 200 62

KSM Tunggul Aji

Jl. Bung Tomo X, Tempekan Tunggul

Aji Br. Mertayasa, Desa Pemecutan Kaja 100 82

Dinas PU Kota

Denpasar, IPAL Sistem Rabic Pro

Jl. Gunung Agung, Gg. II Br Mertayasa,

Desa Pemecutan Kaja 200 21

Sumber: Laporan Strategi Sanitasi Kota Denpasar 2014-2018

3.3.3 Pengembangan Perangkat Peraturan Perundangan Penyelenggaraan Pengelolaan

Air Limbah Permukiman

Sesuai dengan Standard Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dalam Permen PU No. 14/PRT/M.2010, pemerintah Kota Denpasar telah berupaya menyediakan sistem pengelolaan air limbah yang memadai, baik untuk skala komunal maupun kawasan. Dalam perencanaan pembangunan dan operasional pengelolaan air limbah di Kota Denpasar telah diatur dalam peraturan perundangan. Peraturan perundangan yang mengatur tentang pengelolaan air limbah di Kota Denpasar adalah sebagai berikut:

 Peraturan Walikota Denpasar Nomor 27 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perizinan Lingkungan yang Berkaitan dengan Pembuangan Air Limbah ke Sumber Air dan Perizinan Lingkungan yang Berkaitan dengan Pemanfaatan Air Limbah ke Tanah untuk Aplikasi pada Tanah

 Peraturan Bersama Gubernur Bali, Bupati dan Walikota Denpasar No. 37 A tahun 2006, Nomor 1 tahun 2006, Nomor 36 A tahun 2006, tentang Pengelolaan Bersama Sistem Air Limbah Perpipaan

 Keputusan Gubernur Bali Nomor 404/04–f/HK/2007 Tanggal 8 Mei 2007 Tentang Penetapan Pelaksana Badan Layanan Umum Pengelola Air Limbah

(21)

 Peraturan Gubernur Nomor 8 Tahun 2007 Tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup

3.3.4 Penguatan Kelembagaan dan Peningkatan Kapasitas Personil Pengelolaan Air

Limbah Permukiman.

Institusi pengelola sistem pengelolaan air limbah secara off-site ini adalah Badan Layanan Umum Pelayanan Air Limbah (BLU-PAL), yang merupakan Pengelolaan Bersama Sistem Air Limbah Perpipaan mencakup dua wilayah administrasi yaitu Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Dalam operasionalnya, sistem pengolahan air limbah terpusat dikelola oleh Badan Layanan Umum Pengelola Air Limbah (BLUPAL) berdasarkan Peraturan Bersama Gubernur Bali, Bupati dan Walikota Denpasar No. 37 A tahun 2006, Nomor 1 tahun 2006, Nomor 36 A tahun 2006, tentang Pengelolaan Bersama Sistem Air Limbah Perpipaan dan Keputusan Gubernur Bali Nomer 404/04–f/HK/2007 Tanggal 8 Mei 2007 Tentang Penetapan Pelakasana Badan Layanan Umum Pengelola Air Limbah. Sesuai amanat Permendagri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah disebutkan bahwa yang dapat menerapkan PPK –BLUD adalah SKPD atau unit kerja pada SKPD yang dibentuk sesuai peraturan perundang undangan. Berdasarkan hal tersebut diatas dibentuklah Unit Pengelola Teknis Pengelolaan Air Limbah (UPT PAL) di bawah Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali berdasarkan Perda No 4 tahun 2011. Struktur organisasi UPT PAL disajikan pada gambar berikut.

(22)

Salah satu permasalahan dalam pengelolaan air limbah adalah belum adanya lembaga yang mengelola secara khusus terkait pengolahan air limbah setempat. Instansi pengelola air limbah yang ada saat ini hanya mengelola sistem pengelolaan air limbah terpusat (DSDP). Dengan demikian, diperlukan kajian lebih lanjut terkait pentingnya lembaga yang khusus mengelola IPAL komunal, mengingat masih banyak daerah yang belum terjangkau oleh jaringan pipa air limbah dari IPAL terpusat.

Salah satu upaya pemerintah Kota Denpasar dalam menyebarkan informasi secara luas tentag penyelenggaraan pengelolaan air limbah, UPT PAL telah memiliki website yang bias selalu diakses oleh masyarakat. Melalui website http://www.uptpal-provbali.com/ , masyarakat dapat memperoleh informasi terkait pelayanan IPAL terpusat DSDP, seperti cara pembuatan sambungan baru, deskripsi DSDP, dan menyampaikan keluhan. Tampilan website UPT PAL Provinsi Bali dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 16 Tampilan website UPT PAL Provinsi Bali

(23)

pelatihan, dan perbaikan pelayanan kesehatan. Arahan tersebut diimplementasikan dalam program pengembangan kinerja air limbah, yakni frekuensi fasilitas pembinaan teknik pengolahan air limbah serta frekuensi monitoring, evaluasi dan pelaporan. Target capaian kinerja untuk indikator tersebut adalah 11 kali untuk fasilitasi pembinaan dan 5 lokasi untuk dilakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan. Realisasi kedua rencana program tersebut pada tahun 2014 telah mencapai 100% sehingga target telah tercapai sebelum 2015.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tingkat capaian kebijakan pembangunan sanitasi bidang air limbah, diperoleh beberapa kesimpulan, yakni sebagai berikut:

1. Capaian pembangunan akses prasarana dan sarana air limbah di Kota Denpasar pada periode RPJMD 2010-2015 telah tercapai pada tahun 2014, yakni pembangunan 5822 SR untuk IPAL terpusat, serta rehabilitasi/pemeliharaan 6436 SR.

2. Peran aktif masyarakat Kota Denpasar dalam pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman diwujudkan dari terbentuknya KSM yang mengelola IPAL komunal di beberapa daerah

3. Pemerintah Kota Denpasar telah memiliki peraturan perundangan terkait pembangunan sistem pengelolaan air limbah permukiman, badan pengelola, retribusi pengolahan air limbah, serta standard baku mutu kualitas air limbah

4. Sistem pengolahan air limbah terpusat dikelola oleh UPT PAL di bawah Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali, namun untuk IPAL komunal belum terdapat lembaga pemerintah yang mengelola secara khusus. Target fasilitasi pembinaan teknik pengolahan air limbah, evaluasi, monitoring, dan pelaporan telah teralisasi 100% pada tahun 2014.

REFERENSI

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Denpasar Tahun 2010-2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Denpasar Tahun 2015

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Denpasar Tahun 2016

Gambar

Gambar 2.  Persentase pembagian wilayah kecamatan di Kota Denpasar
Gambar 3. Persentase jumlah penduduk per kecamatan di Kota Denpasar
Gambar 5.  Kontribusi sektor dalam PDRB Kota Denpasar tahun 2011-2014
Gambar 6.  Peta persentase cakupan akses pengolahan air limbah di Kota Denpasar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uji statistik t test untuk aktivitas optimisme dengan menggunakan subjective happiness scale dan psychologycal well-being, didapatkan nilai signifikansi yang lebih

mengungkapkan status tindak pidana pembajakan di laut yang dilakukan di luar teritorial menurut Konvensi Hukum Laut 1982 dalam sistem hukum pidana Indonesia, dan

Berdasarkan hasil uji hipotesis, menurut nasabah Bank BTPN telah memiliki bukti fisik dalam suatu kualitas layanan dan rasa kepuasan dari suatu layanan dengan bukti fisik

Namun demikian, kendati asumsi teoretik dan pilihan-pilihan metodologisnya berbeda-beda, berbagai disiplin yang disebutkan tersebut memiliki alasan yang sama dalam

Realitas lapangan yang terjadi di Gampong Rukoh bertolak belakang dengan konsep yang seharusnya berlaku yang dijelaskan dalam milk al-daulah dalam fikih muamalah.

Dalam literature review yang dipublikasikan oleh University of Northern Iowa (2008) terungkap bahwa riset telah membuktikan bahwa motivasi menjadi faktor penting

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil uji fitokimia ekstrak methanol daun sukun kering (Artocarpus altilis) mengandung alkaloid, flavonoid, tannin, fenol dan