• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tipe Konflik pada Remaja Lesbian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tipe Konflik pada Remaja Lesbian"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konflik

1. Pengertian Konflik

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Kurt Lewin (dalam Hall, Lindzey, Loehlin, Locke, 1985) mendefinisikan konflik adalah suatu keadaan yang mana manusia memiliki dorongan yang saling bertentangan dan keduanya memiliki kekuatan yang sama. Konflik sangat dekat hubungannya dengan frustasi. Menurut Lahey (2007) konflik terjadi ketika motif dua orang atau lebih tidak dapat terpenuhi karena kedua belah pihak saling bertentangan.

Menurut Webster (1966) istilah conflict di dalam bahasa aslinya berarti suatu “perkelahian, peperangan, atau perjuangan” yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Menurut Kamus Psikologi (2010) konflik adalah sebuah istilah yang sangat luas digunakan untuk mengacu situasi apapun yang di dalamnya terdapat kejadian atau peristiwa, motif, tujuan atau maksud, perilaku, impuls atau dorongan dan sebagainya, yang sama-sama antogonistiknya.

(2)

atau ketika sumber daya yang ada terbatas, atau bahkan ketika adanya pihak yang menggagalkan pihak lain.

2. Tipe Konflik

Kurt Lewin (Hall, Lindzey, Loehlin, Locke, 1985) , seorang ahli psikologi menggunakan istilah approach dan avoidance di dalam membahas konflik. Menurut Kurt Lewin (dalam Hall, Lindzey, Loehlin, Locke, 1985) terdapat empat tipe konflik, yaitu:

1. Approach- approach conflict

(3)

2. Avoidance-avoidance conflict

Tipe ini menggambarkan konflik yang mana individu harus memilih antara dua pilihan yang sama-sama memiliki nilai yang negatif. Ibarat seseorang yang menderita sakit gigi. Konflik tipe avoidance-avoidance conflict ini terjadi ketika dia diberi pilihan antara menahankan rasa sakit pada gigi tersebut terus menerus atau pergi ke rumah sakit untuk mengobati namun dalam proses pengobatannya akan sakit juga.

3. Approach-avoidance conflict

Konflik tipe ini terjadi ketika sesuatu yang sebenarnya tujuannya positif namun memiliki dampak lain yang negatif. Contohnya, seseorang yang mendapat beasiswa kuliah ke luar negeri yang mana ini merupakan impiannya sejak dahulu namun di sisi lain dia sadar bahwa dia akan jauh dari keluarganya.

4. Multiple Approach-avoidance conflict

(4)

pelatih dan pemainnya sangat menyenangkan namun memiliki citra yang memalukan di turnamen nasional.

3. Jenis Konflik

Terdapat 2 jenis konflik yang dikemukakan oleh Hunt dan Metcalf pada tahun 1996, yaitu:

1. Intrapersonal conflict

Sumber konflik intrapersonal adalah diri sendiri. konflik intrapersonal terjadi dalam diri individu tersebut dan bersifat psikologis, misalnya saat individu menyakini hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang terdapat di masyarakat. Ketika seseorang tidak mampu mengatasi konflik ini maka dapat mengganggu kesehatan psikologisnya.

2. Interpersonal conflict

Sumber konflik interpersonal adalah lingkungan sosial seperti keluarga, kelompok teman sebaya, sekolah, masyarakat atau bahkan negara. Konflik interpersonal ini terjadi antara satu individu dengan individu-individu lainnya.

4. Dampak Konflik

(5)

1. Konflik dapat menyebabkan stres yang tinggi di antara kedua pihak yang terlibat

2. Menurunkan produktivitas

3. Menurunkan hubungan interpersonal dan dukungan antar mereka serta mulai memberikan stereotype antar satu dan lainnya

4. Status dan ego menjadi hal yang lebih penting daripada alasan dan kenyataan

5. Waktu yang dihabiskan di dalam memecahkan masalah habis terbuang

6. Membuat keputusan yang tidak pantas

B. Remaja

1. Definisi Remaja

Setiap manusia memiliki jalan yang berbeda-beda pada kehidupannya, namun satu hal yang pasti setiap manusia mengalami perkembangan. Konsep perkembangan yang merupakan proses seumur hidup, yang dapat dipelajari secara ilmiah disebut dengan life span development. Perjalanan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan

(6)

Adolescere berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental, seksual, emosional dan fisik (Hurlock,1980).

Masa remaja merupakan peralihan masa perkembangan yang berlangsung sejak usia sekitar 10 atau 11, atau bahkan lebih sampai masa remaja akhir atau usia dua puluhan awal, serta melibatkan perubahan besar dalam aspek fisik, kognitif, dan psikososial yang saling berkaitan (Papalia, Old, Fielman, 2009). Secara umum, masa remaja ditandai dengan munculnya pubertas. Pubertas merupakan proses yang harus dilewati seseorang untuk mencapai kematangan seksual hingga akhirnya mampu untuk melakukan reproduksi ( Papalia, Old, Fielman, 2009).

Masa remaja merupakan masa konstruksi sosial, anak-anak dalam budaya barat memasuki masa dewasa saat mereka matang secara fisik atau saat mereka mulai bekerja. Saat ini persiapan menuju kedewasaan membutuhkan waktu lebih panjang dan tidak memiliki batasan yang jelas. Pubertas mulai lebih awal dibandingkan masa sebelumnya namun proses memasuki dunia kerja cenderung terjadi lebih lambat pada masyarakat yang kompleks, yang membutuhkan periode pendidikan atau pelatihan kerja lebih panjang untuk mempersiapkan tanggungjawab sebagai orang dewasa.

(7)

baik itu segi kognitif, dan sosial, otonomi, harga diri dan keintiman. Namun sebagian remaja mengalami masalah dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi secara bersamaan dan membutuhkan bantuan dalam mengatasi bahaya saat menjalani masa ini.

2. Tahapan Perkembangan Pada Masa Remaja

Menurut erikson remaja berada ditahapan identity versus identity confusion. Tugas utama dari masa remaja adalah menghadapi krisis dari tahapan ini untuk menjadi orang dewasa yang memiliki keunikan tersendiri serta memiliki pernanan yang bernilai di masyarakat. Identitas yang terbentuk saat remaja berkaitan dengan 3 hal yaitu, pilihan pekerjaan, pemilihan nilai-nilai untuk diterapkan dalam hidup dan perkembangan identitas seksual yang memuaskan. Krisis remaja jarang terselesaikan di masa remaja sepenuhnya, isu-isu berkaitan identitas tersebut akan muncul berulang kali di masa dewasa juga.

3. Karakteristik Pemikiran Remaja Menurut Elkind

Menurut Elkind (1998) ketidakmatangan cara berpikir pada masa remaja setidaknya terjadi dalam enam ciri berikut:

1. Idealisme dan mudah mengkritik

(8)

2. Sifat argumentatif

Remaja terus menerus mencari kesempatan untuk mematahkan pendapat orang tua mereka dengan menggunakan fakta yang ada disertai dengan logika berpikir mereka.

3. Sulit untuk memutuskan sesuatu

Remaja memiliki alternatif dalam setiap permasalahan namun mereka cenderung tidak memiliki kemampuan atau keyakinan untuk memutuskan satu cara yang tepat untuk menyelesaikan sesuatu.

4. Kemunafikan yang tampak nyata

Remaja tidak mampu untuk mengekspresikan sesuatu dengan ideal.

5. Kesadaran diri

Remaja sering kali beranggapan bahwa orang lain memiliki pemikiran yang sama akan dirinya. Remaja menganggap bahwa orang lain akan terus memperhatikan dirinya.

6. Keistimewaan dan kekuatan

(9)

4. Ciri-ciri Masa Remaja

Masa remaja merupakan periode dalam rentang kehidupan yang memiliki ciri tertentu. Adapun ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Remaja dikatakan masa yang penting sebab memberikan dampak yang besar pada sikap dan perilaku jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu pada masa ini mempengaruhi fisik dan psikologis seseorang. b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Pada periode ini status individu masih belum jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukannya. Pada masa ini, individu bukanlah anak-anak namun juga bukan orang dewasa.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

(10)

d. Masa remasa sebagai usia bermasalah

Remaja biasanya sulit mengatasi masalah yang terjadi, hal ini dikarenakan sepanjang masa kanak-kanak masalah yang terjadi pada mereka diselesaikan oleh orangtua ataupun orang terdekatnya ataupun karena penyelesaian masalah yang mereka lakukan tidak sesuai dengan harapan mereka.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting, namun lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas dengan menjadi sama dengan teman-teman.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Stereotype yang muncul pada masa ini (remaja tidak

rapi, cenderung merusak dll) mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

(11)

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah para remaja menjadi semakin gelisah karena akan meninggalkan usia belasan.

5. Tugas Perkembangan Remaja

Setiap kelompok budaya mengharapkan seseorang memiliki keterampilan dan pola perilaku yang disetujui pada berbagai usia sepanjang rentang kehidupan. Havighurst (1972) menamakan hal tersebut dengan tugas-tugas dalam perkembangan. Havighurst (dalam Hurlock, 1990) mengemukakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1990) masa remaja memiliki tugas-tugas sebagai berikut:

1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

2. Mencapai peran sosial pria, dan wanita.

(12)

4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab.

5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

6. Mempersiapkan karir ekonomi.

7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.

C. Lesbian

1. Sejarah Lesbian

(13)

Menurut Agustina (2005) lesbian adalah sebutan bagi wanita yang orientasi seksualnya mengarah pada wanita juga atau wanita yang mencintai sesama wanita baik secara fisik, seksual, emosional ataupun spiritual.

2. Tahapan Pembentukan Identitas Homoseksual

Cass (1984) mengungkapkan bahwa identitas sebagai homoseksual (lesbian atau gay) melalui suatu proses. Menurut Cass (1984) dalam proses penetapan ini seseorang dapat memilih untuk tidak mengembangkan lebih jauh kemungkinan akan identitas homoseksual dirinya. Cass (1984) mengungkapkan enam tahapan pembentukan identitas laki-laki dan perempuan homoseksual :

1. Identity confusion

(14)

Ketika pertanyaan itu muncul individu mulai mencari jawabannya. Terdapat tiga pendekatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pertama, individu menganggap bahwa lesbian atau gay merupakan hal yang benar dan dapat diterima. Kedua, individu menganggap bahwa lesbian atau gay merupakan perilaku yang benar namun ia tidak menginginkan dirinya menjadi lesbian atau gay. Individu kemudian berusaha untuk melakukan inhibition, restriction atau denial. Ketika individu sukses melakukan hal tersebut, konflik dan kebingungan akan hilang dan individu akan mengalami indentity foreclosure. Ketiga, individu beranggapan bahwa lesbian atau gay merupakan sesuatu yang tidak benar dan tidak diinginkan. pada kasus ini, individu tidak lagi merasa bahwa perilaku mereka lesbian atau gay sehingga yang terjadi adalah identity foreclosure.

2. Identity comparison

Identity comparisonterjadi ketika pada tahap

(15)

individu adalah mencari jawaban mengenai “who am i?”. Pada tahap kedua ini tugas indvidu adalah menangani keterasingan sosial yang mulai muncul. Perbedaan persepsi membuat individu mulai memperhatikan persepsi orang lain tentang diri dan perilakunya. Individu merasakan keterasingan dan tidak dapat menjadi bagian dari kelompok sosial tertentu. Keterasingan tersebut membuat individu menjalin hubungan dengan orang lain.

3. Identity tolerance

Pada tahap ini individu mulai berhubungan dengan individu lain yang memiliki identitas yang sama, lesbian atau gay. Hal ini dilakukan untuk melawan rasa keterasingan dan isolasi dari orang lain.

(16)

Tahapan ketiga ini berakhir (individu tidak lagi mengalami identity foreclosure) ketika komitmen untuk menjadi seorang lesbian atau gay bertambah, individu menyatakan bahwa dirinya lesbian atau gay. Namun biasanya individu belum membeberkan orientasi seksualnya di tahap ini.

4. Identity acceptance

Setelah memiliki teman sesama homoseksual biasanya akan tercipta pandangan yang baru akan dirinya. Individu mulai memandang positif akan orientasi seksualnya pada tahap ini. Pada tahap ini individu mulai membuka jati dirinya kepada keluarga atau teman. Selain itu individu mulai menikmati kehidupannya sebagai homoseksual.

5. Identity pride

(17)

6. Identity synthesis

Identity synthesis merupakan tahapan terakhir di dalam tahapan pembentukan identitas homoseksual. Pada tahap ini individu tidak lagi mengkotak-kotakkan kehidupan pada mana orientasi yang baik atau yang buruk. Individu benar-benar merasa bahwa tidak ada yang salah dengan orientasi seksualnya dan ia merasa nyaman dengan ini. Hubungan individu dengan mereka yang berorientasi heteroseksual telah membaik.

3. Penyebab seseorang menjadi Lesbian

Saat ini banyak peneliti yang mencoba mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan seseorang menjadi lesbian, salah satunya adalah Tan (2005).

Terdapat tiga hal yang menyebabkan seseorang menjadi lesbian menurut Tan (2005), yaitu:

1. Keadaan Keluarga dan Hubungan antar keluarga

(18)

sangat minimal atau hubungan yang bermasalah dengan ayah.

2. Pengalaman Seksual yang Buruk Ketika Masih Kanak-kanak

Kekerasan seksual yang dialami seorang anak perempuan dapat menyebabkan ia menjadi lesbian. Meskipun tidak semua perempuan yang mengalami pelecehan seksual akan menjadi lesbian.

3. Pengaruh lingkungan

Seseorang yang berada di lingkungan tertentu akan menyebabkan seseorang menjadi tertentu pula. Ketika seseorang berada dilingkungan yang terdapat lesbian maka ia bisa terjerumus dan akhirnya menjadi lesbian juga.

D. Tipe Konflik pada lesbian

Lesbian adalah sebutan bagi perempuan yang secara seksual tertarik pada sesama jenisnya, secara lebih luas diartikan sebagai perempuan yang secara seksual memiliki ketertarikan kepada perempuan juga. Segala hal yang berhubungan dengan seksual mereka tujukan kepada sesama perempuan, seperti ketertarikan emosional, penyaluran hasrat seksual atau fantasi seksual. Ia mengidentifikasikan bahwa dirinya adalah seorang perempuan yang menyukai sesama perempuan (Carrol, 2005).

(19)

lingkungan keluarga yang kurang harmonis dapat memicu seseorang menjadi lesbian. Faktor kedua adalah pengalaman yang buruk berkaitan dengan aktivitas seksual pada masa kanak-kanak. Faktor yang ketiga adalah pengaruh lingkungan. Seseorang dapat menjadi lesbian ketika individu berada di lingkungan yang terdapat lesbian juga. Individu dapat terpengaruh oleh hal tersebut (Tan, 2005).

Pembentukan identitas lesbian tercipta melalui tahapan-tahapan. Terdapat enam tahapan pembentukan identitas lesbian, yaitu; identity confusion, mempertanyakan siapa sebenarnya dirinya dan ia mulai menerima informasi berkaitan dengan homoseksual; identity comparison, individu mulai berpikir bahwa identitas seksual mereka kemungkinan adalah lesbian; identity tolerance, individu mulai berhubungan dengan lesbian-lesbian lainnya; identity acceptance, individu mulai beranggapan yang positif tentang orientasi seksualnya; identity pride, individu mulai merasa bangga memiliki orientasi seksual lesbian; identity synthesis, individu tidak lagi mengkotak-kotakkan kehidupan pada mana orientasi seksual yang baik dan yang buruk.Masing-masing tahapan memiliki dinamika tersendiri (Cass ,1984).

(20)

lain dari pertentangan yang tidak dapat disanggkal. Mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam, Katholik dan Kristen Protestan dan semua agama tersebut mengajarkan atau menafsirkan bahwa homoseksual merupakan hal yang dilarang (Suvianita & Oetomo, 2013).

Pickett (2009) menyatakan bahwa Al quran tidak memberitahukan secara spesifik mengenai konsekuensi yang akan diterima ketika seseorang menjalin hubungan sesama jenis. Namun meskipun begitu, Al quran menganggap hubungan sesama jenis merupakan tindakan yang negatif. Pertentangan tersebut kerap membuat lesbian merasakan konflik dan bingung karena harus memilih dua hal, tetap menjadi lesbian atau berhenti (Nurmala, Anam & Suyono, 2006).

Konflik menurut Lewin (dalam Hall, Lindzey, Loehlin, 1985) adalah suatu keadaan saat manusia memiliki dorongan yang saling bertentangan dan keduanya memiliki kekuatan yang sama. Konflik dapat terjadi pada siapa saja termasuk pada remaja yang memang berada pada masa bermasalah. Remaja merupakan masa yang sangat kompleks yang dimulai sejak usia 10 atau 11 dan akan berakhir di usia dua puluhan awal (Papalia,Old, Fieldman, 2009).

(21)

yang sangat tinggi. Pada tahapan identity comparison perasaan akan keterasingan tersebut sudah mulai berkurang namun terjadi konflik baru berkaitan dengan perasaan bahwa ia berbeda dari kelompok sosial yang ia miliki sebelumnya. Pada tahap identity tolerance individu mulai mengatasi perasaan keterasingan tersebut dengan berhubungan dengan homoseksual lainnya. Namun pada tahap ini subjek masih belum memiliki keberanian untuk mengungkapkan identitas seksual dirinya kepada semua orang. Sedangkan individu yang berada pada tahapan keempat, kelima dan keenam telah memandang bahwa orientasi seksual yang dimilikinya merupakan hal yang positif (Cass, 2009). Rich (1993) juga menyatakan bahwa seseorang lesbian sering mengalami tekanan karena memiliki memiliki orientasi seksual yang berbeda dari apa yang seharusnya.

Konflik yang terjadi pada lesbian berkaitan dengan orientasi seksualnya tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan empat tipe konflik yang dikemukakan oleh Lewin (dalam Hall, Lindzey, Loehlin, Locke, 1985), yaitu approach-approach conflict, konflik ini terjadi ketika lesbian dihadapkan pada dua keadaan yang masing-masing memiliki tujuan yang positif. Tipe konflik yang kedua adalah avoidance-avoidance conflict, konflik ini terjadi ketika lesbian harus memilih antara dua pilihan yang sama-sama memiliki konsekuensi yang negatif.

(22)

yang negatif. Tipe konflik ini juga dialami oleh seorang lesbian. Saat dilakukan wawancara ia mengaku bahwa ia ingin mengungkapkan orientasi seksualnya namun terdapat kemungkinan ia akan dijauhi oleh orang lain. Miller (1959) mengatakan bahwa ketika individu mengalami konflik ini maka pada akhirnya yang terjadi adalah keadaan yang lebih diinginkan atau lebih kuat.

Tipe konflik yang terakhir adalah multiple approach-avoidance conflict, konflik ini terjadi ketika lesbian dihadapkan pada keadaan yang memiliki dua alternatif yang memiliki konsekuensi positif dan negatif sekaligus. Morgan (1986) mengatakan bahwa dalam kehidupan multiple approch-avoidance conflict sering terjadi. Misalnya pada seorang clubber, di satu sisi menjadi clubber membuatnya menjadi tenang, senang dan memiliki materi yang lebih namun ia juga menjadi tidak sehat dan dipandang negatif oleh teman dan keluarga. Di sisi lain apabila ia tidak menjadi clubber maka ia dapat hidup sehat namun ia juga akan dianggap sombong serta munafik oleh teman-teman sesama clubbernya (Panjaitan, 2009).

(23)

menentukan keputusan yang tidak seharusnya. Sehingga akan lebih baikk ketika seseorang meminimalisir terjadinya konflik (Eggert & Falzon, 2012).

(24)

E. Paradigma Teoritis

Keterangan:

Menyebabkan Terdiri dari Fokus penelitian Approach-approach

conflict

Avoidance-avoidance conflict

Approach-avoidance conlfict

Multiple approach-avoidance conflict Lesbian

Konflik

Tahap pembentukan identitas lesbian:

7. Identity confusion 8. Identity comparison 9. Identity tolerance Bertentangan dengan:

1. Agama

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Berita Acara /ULPD/WII.5/KPPD/2017 tanggal Kerja (Pokja) ULPD Kemente 2017 melalui Aplikasi SPSE Perbaikan Drainase, Rekonturin. kami umumkan bahwa

Pengujian beda rerata dua kelas ini adalah pengujian nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pengujiannya adalah sebagai berikut. Oleh karena itu

Dari segi hubungan antara kepuasan terhadap komunikasi organisasi dan komitmen keorganisasian, hasil analisis menunjukkan bahawa responden lebih dipengaruh oleh kepuasan

menuntut tanggung jawab Negara yang lebih luas dalam memberikan per- lindungan hak-hak warga negara sebagai akibat dari dampak terjadinya peristiwa kebakaran hutan

Penciptaan Film Animasi 2D Diadaptasi dari Puisi “Engkau” berasal dari keinginan diri untuk mempermudah seorang penyair menyampaikan pesan dari puisinya dalam

Dari awal yang kelihatan tidak ada apa-apanya, sekecil biji sesawi, namun Gereja tumbuh berkembang seperti sebatang pohon yang besar dan rindang.. Di bawah

Analisis data yang digunakan adalah analisis reliability dan analisis biaya penggantian pisau cane cutter untuk mengetahui interval waktu optimum penggantian pisau

Apakah terdapat pengaruh secara simultan dari Normal Book-Tax Different (NBTDs) dan Abnormal Book-Tax Differences terhadap biaya modal ekuitas?..