BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Memasuki abad ke-21 semua bangsa akan dihadapkan pada berbagai
macam tantangan yang serius dan amat mendasar, utamanya berkaitan dengan
kompetisi berdimensi global. Kompetisi global tersebut mensyaratkan tersedianya
sumber daya manusia yang berkualitas dan berwawasan unggulan. Sumber daya
manusia yang berkualitas dan berwawasan keunggulan ini merupakan faktor
determinan dalam persaingan antar bangsa pada abad ke-21 ini. Salah satu upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yaitu dengan meningkatkan mutu
pendidikan (Muhajir, 2013).
Pada abad ke-21 ini, manusia akan menghadapi beberapa tantangan yang
menuntut perubahan paradigma pendidikan tradisional yang selama ini diterapkan
oleh guru di Indonesia. Agar dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi
tantangan tersebut, seseorang haruslah dibekali keterampilan yang kompleks.
United Nations Educational, Scientific, Cultural Organization (UNESCO)
menetapkan kompetensi untuk hidup pada abad ke-21 adalah keterampilan
menyelesaikan masalah melalui tahapan ilmiah dalam kehidupan sehari-hari
(Sani, 2014).
Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk membekali siswa
beberapa kompetensi yang nantinya dapat digunakan dalam menghadapi
tantangan hidup yang semakin kompleks. Implementasi kurikulum 2013 di
sekolah secara benar dipercaya dapat mengatasi permasalahan sumber daya di
negara kita. Strategi pembelajaran yang diimplementasikan guru IPA dalam
kurikulum 2013 di dalam kelas harus mempunyai beberapa karakteriktik, yang
meliputi (1) pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered); (2)
mengembangkan kreativitas siswa; (3) menciptakan suasana kelas yang dapat
membangkitkan motivasi dan semangat siswa untuk belajar melalui suasana yang
kemampuan yang bermuatan nilai dan makna; (5) menekankan pada penggalian,
penemuan, dan penciptaan serta (6) menciptaan pembelajaran yang kontekstual
(Hosnan, 2014).
Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan
saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedimikian rupa agar peserta
didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan (Hosnan, 2014).
Aktifitas yang dilakukan dalam pendekatan saintifik merupakan kegiatan inkuiri.
Inkuiri dapat dijadikan sebagai pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran
atau metode pembelajaran. Menurut Sani (2014), pembelajaran berbasis inkuiri
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk (1) mengembangkan
keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup; (2) belajar menangani masalah; (3)
berhadapan dengan tantangan dan perubahan untuk memahami sesuatu; dan (4)
mengembangkan kebiasaan mencari solusi permasalahan.
Pembelajaran sains sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah. Dengan
demikian, guru harus memahami beberapa hal mengenai aspek inkuiri yang harus
dan dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa. Salah satu aspek yang
seringkali diabaikan oleh guru saat pembelajaran sains adalah kemampuan
melakukan inkuiri (Toharudin, Hendrawati & Rustaman, 2011). Kemampuan
siswa dalam melakukan inkuiri perlu dipertimbangkan sehingga pembelajaran
dapat mencapai tujuan sesuai yang kita inginkan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru IPA pada salah
satu sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013 hingga saat ini yaitu SMP
Negeri 30 Makassar di Kota Makassar diperoleh bahwa pembelajaran IPA yang
diterapkan di sekolah tersebut masih bersifat terstruktur dan sistematis, dimana
pada saat pembelajaran berlangsung siswa belajar sesuai arahan dari guru dan
tidak melakukan apa-apa jika tidak ada perintah dari guru. Contohnya saja pada
saat praktikum, siswa aktif melakukan kegiatan percobaan dengan mengikuti
siswa hanya melakukan praktikum dengan tujuan untuk memverifikasi konsep
yang telah ada sebelumnya. Pembelajaran seperti ini tidak melatih siswa untuk
aktif berpikir dalam mencari solusi dari permasalahan yang ada secara mandiri
karena masih bergantung pada guru. Hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar
kognitif siswa, terbukti pada saat diberi kuis per bab, hanya sebagian kecil siswa
yang dapat melewati nilai ketuntasan.
Permasalahan selanjutnya yang ditemukan yaitu kurang aktifnya siswa
dalam proses pembelajaran. Ketika guru telah menjelaskan materi pelajaran dan
siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan terkait materi yang dipelajari, hanya
satu atau dua orang siswa yang mengajukan pertanyaan bahkan terkadang tidak
ada seorang siswa pun yang bertanya. Ini menunjukkan kurangnya keterampilan
siswa dalam mengajukan pertanyaan. Kemampuan mengajukan pertanyaan
merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa untuk dapat
melakukan inkuiri. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Darwis & Rustaman (2015) tentang pembelajaran berbasis inkuiri,
kemampuan awal siswa sebelum diberikan treatment, menunjukkan rendahnya
kemampuan inkuiri seperti menerapkan konsep (0,09%) dan merencanakan
percobaan (0,00%). Hasil penelitian lain menunjukkan kemampuan inkuiri siswa
SMP masih kurang terampil, ini dikarenakan siswa SMP belum terbiasa dengan
belajar menemukan, mencari dan kemandirian siswa yang masih rendah (Liliawati
et al., 2014). Rasid, Ahmad & Yolida (2016) menyatakan bahwa salah satu
kemampuan inkuiri siswa yaitu membuat hipotesis masih berkategori kurang atau
buruk. Buck, Latta & Pelecky (2007) mengungkapkan bahwa banyak guru
menyatakan frustasi karena pemahaman siswa tidak segera muncul dan siswa
tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ini menunjukkan bahwa siswa hanya
menunggu arahan dan perintah dari guru dalam pembelajaran. Siswa belum
mampu melakukan tahapan pembelajaran secara mandiri dalam artian
pembelajaran masih bersifat teacher centered.
Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan
pembelajaran yang dapat memberikan porsi belajar yang lebih besar bagi siswa
menyediakan kesempatan yang besar bagi siswa adalah pembelajaran yang
berbasis inkuiri (Rustaman, 2005b). Pembelajaran berbasis inkuiri merupakan
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam merumuskan masalah yang
mengarahkan untuk melakukan penyelidikan dalam upaya membangun
pengetahuan dan makna baru sehingga akan melatih kemampuan siswa untuk
melakukan inkuiri (Alberta, 2004).
Proses pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah, serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup (Kemendikbud,
2014). Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya ditekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung. Pembelajaran berbasis inkuiri
menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri mengembangkan kekreatifan
dalam menemukan solusi dari permasalahan (Sagala, 2013). Oleh karena itu,
pembelajaran ini melibatkan siswa secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis, kritis, logis, dan analitis
sehingga mereka mampu mengembangkan kemampuan menemukan sendiri solusi
dari permasalahan atau siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya. Melalui
model pembelajaran inkuiri, diharapkan kemampuan inkuiri siswa dapat tumbuh
dan berkembang (Gulo, 2002). Beberapa keuntungan dari pembelajaran inkuiri
antara lain; materi pembelajaran yang diperoleh siswa akan lebih tahan lama,
mudah diingat, lebih mudah diterapkan pada kondisi yang berbeda, dapat
membangkitkan semangat motivasi belajar, melatih kecakapan berpikir secara
terbuka, dapat meningkatkan penguasaan konsep, mengembangkan sikap ilmiah
dan dapat mengembangkan kemampuan siswa mendalam tentang konsep sains
(Bruner dalam Dahar, 2006).
Pembelajaran IPA harus dirancang melalui pembelajaran berbasis inkuiri.
Membangun pemahaman intelektual siswa melalui model pembelajaran inkuiri
adalah cara paling efektif agar siswa menguasai materi pelajaran, memiliki
keterampilan proses sains dan sesuai karakter sains (NRC, 2000). Proses
pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan yang besar bagi siswa untuk
dengan tahapan prosedur yang sistematis sehingga pembelajaran ini melatih siswa
untuk menyelidiki dan mengumpulkan bukti sampai menarik kesimpulan.
Menerapkan inkuiri dalam pembelajaran IPA perlu dilakukan secara
terpadu. Inkuiri jangan hanya sekedar sebagai metode, pendekatan, atau model
pembelajaran saja, tetapi hendaknya inkuiri diterapkan sebagai kemampuan yang
perlu dikembangkan (Rusataman, 2005a; NRC, 2000). Pembelajaran inkuiri lebih
efektif dalam mengembangkan kemampuan aktifitas inkuiri dibandingkan
pembelajaran konvensional karena pengembangan kemampuan inkuiri siswa
dalam pembelajaran dilakukan secara terencana, bertahap, dan kontinu (Joyce,
Weil & Calhoun, 2009; Umar & Maswan, 2005). Kemampuan inkuiri merupakan
kemampuan untuk memperoleh informasi melalui observasi atau eksperimen
untuk memecahkan suatu masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir
kritis analogis yang meliputi tahap merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menginterpretasikan data, dan mengkomunikasikan.
Terdapat beberapa hasil studi yang menunjukkan bahwa model pembelajaran
inkuiri lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan
kemampuan inkuiri (Wiyanto; 2005, Nugent et al., 2008; Hofstein et al., 2005;
Asay & Orgill, 2010; Astutik, Rudibyani & Efkar, 2013; Erikanto, Wahyudi
&Viyanti, 2015; Rosnita et al., 2011; Koksal & Berberoglu, 2014; Wolf & Fraser,
2008). Pembelajaran inkuiri dimulai dari tingkat kesederhanaan permasalahan dan
aktifitas siswa kemudian dikembangkan secara bertahap kearah permasalahan dan
aktifitas yang lebih kompleks secara berurutan dan saling membangun satu sama
lainnya serta berlangsung secara terus menerus. Hal ini mempermudah siswa
memahami dan mengembangkan kemampuan inkuirinya karena memberi
pengalaman awal dalam bentuk kebiasaan belajar dan terutama mengekplorasi
konsep melalui pengamatan fenomena alam melalui penalaran dan kegiatan
inkuiri (Suseno, Setiawan & Rustaman, 2009). Model pembelajaran inkuiri juga
mampu meningkatkan variasi kemampuan inkuiri siswa (Forbes, 2010; Asay &
Orgill, 2010; Sutman, Schmuckler & Woodfield, 2008). Variasi kemampuan
inkuiri merupakan banyaknya intensitas bimbingan dan arahan yang diterima oleh
kemampuan variasi kemampuan inkuiri siswa disebabkan karena siswa diberi
kesempatan secara mandiri dalam menentukan setiap tahapan dalam proses
inkuiri.
Hasil analisis silabus mata pelajaran IPA SMP kurikulum 2013, terdapat
beberapa topik yang sesuai dengan model pembelajaran inkuiri. Peneliti memilih
topik kalor dan perpindahannya sebagai materi yang digunakan dalam
pembelajaran inkuiri. Topik ini dianggap cocok karena dalam materi kalor dan
perpindahannya bersifat kontekstual, banyak fenomena-fenomena yang sering
ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan masalah atau fenomena
yang disajikan dalam pembelajaran inkuiri sangat mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran. Masalah yang menarik bagi siswa adalah masalah yang dekat
dengan lingkungan sekitar atau kehidupan sehari-hari siswa. Masalah yang
disajikan hendaknya mencakup situasi pembelajaran seperti kondisi otentik
sehingga memperilhatkan pentingnya data (Crawford, 2000). Selain itu, topik
kalor dan perpindahannya jika dilakukan melalui penyelidikan bisa menggunakan
alat dan bahan yang cukup sederhana. Hal ini sesuai dengan kondisi ketersediaan
alat dan bahan di sekolah yang kurang memadai.
Berdasarkan permasalahan dan pernyataan yang telah diungkapkan,
peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model
pembelajaran inkuiri dengan membandingkan pembelajaran konvensional untuk
mengukur kemampuan dan variasi inkuiri siswa SMP pada pembelajaran IPA
topik kalor dan perpindahannya. Oleh karena itu, penelitian ini diberi judul
“Peningkatan Kemampuan dan Variasi Inkuiri Siswa SMP melalui Pembelajaran Inkuiri pada Topik Kalor dan Perpindahannya”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah yang
akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana penerapan model
pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan kemampuan dan variasi inkuiri
siswa?”. Rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam pertanyaan penelitian
1. Bagaimana peningkatan kemampuan inkuiri siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis inkuiri dengan siswa yang
mendapatkan pembelajaran konvensional?
2. Bagaimana peningkatan variasi kemampuan inkuiri siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis inkuiri?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemaparan rumusan masalah, tujuan utama penelitian ini
adalah untuk:
1. Mendapat gambaran tentang peningkatan kemampuan inkuiri siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis inkuiri
dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
2. Mendapat gambaran tentang peningkatan variasi kemampuan inkuiri siswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis inkuiri.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai salah satu
masukan, informasi dan bukti empiris mengenai penerapan model pembelajaran
inkuiri pada pembelajaran IPA SMP dalam meningkatkan kemampuan dan variasi
inkuiri siswa, juga sebagai tambahan referensi penelitian dengan tema yang
sejenis untuk digunakan dan dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti dibidang
pendidikan, guru-guru IPA dan mahasiswa.
E. Struktur Organisasi Tesis
Tesis ini terdiri atas lima bab disertai dengan daftar pustaka dan lampiran.
bagian awal dari tesis yang terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis. Bab
II memuat uraian tentang model pembelajaran inkuiri, kemampuan inkuiri, variasi
inkuiri, uraian materi ajar topik kalor dan perpindahannya dan hipotesis
penelitian. Bab III memberikan penjelasan yang rinci tentang metode penelitian
yang digunakan sebagai alat untuk menjawab pertanyaan penelitian yang
dirumuskan dalam penelitian ini. Bab III terdiri atas metode dan desain penelitian,
populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel,
prosedur penelitian, instrumen penelitian, analisis butir soal tes, dan teknik
pengolahan data. Bab IV mengurai tentang temuan penelitian dan pembahasan
yang menyajikan data secara deskriptif dan statistik. Bab V memuat simpulan
yang diperoleh dalam menjawab pertanyaan penelitian, implikasi dan
rekomendasi atau saran diberikan kepada yang akan menerapkan model
pembelajaran inkuiri. Daftar pustaka berisi pustaka yang relevan dengan
penelitian ini. Pada bagian akhir dari tesis ini terdapat beberapa lampiran antara
lain: lampiran perangkat pembelajaran, instrumen penelitian, validasi instrumen,