• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RESPONS SISWA SMP KELAS VIII TE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS RESPONS SISWA SMP KELAS VIII TE"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RESPONS SISWA SMP KELAS VIII TERHADAP MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PADA MATERI PESAWAT

SEDERHANA

Atik Purwati Wahyuli

Mahasiswa S1 Pendidikan Sains, FMIPA, UNESA atikpurwati.wahyuli@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian dilatar belakangi dari kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di SMP Negeri 5 Sidoarjo. Diketahui sebagian siswa masih kesulitan dalam mempelajari materi pesawat sederhana. Hal ini dikarenakan pemilihan metode yang kurang tepat di dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran kurang bermakna. Penelitian ini bertujuan mengetahui respons siswa terhadap materi pesawat sederhana. Desain penelitian yang digunakan metode wawancara dan angket, dengan sasaran penelitian yaitu siswa kelas VIII-2 di SMPN 5 Sidoarjo. Penentuan kelas sampel ini dipilihkan oleh guru bidang studi IPA sesuai dengan kemampuan rata-rata tiap kelas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis hasil wawancara guru IPA dan analisis hasil angket respon siswa. Dengan adanya respons positif dari siswa terhadap model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat membantu permasalahan guru untuk menemukan model pembelajaran yang tidak membosankan dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Kata kunci : Pesawat sederhana, Respon siswa, Metode wawancara dan angket

Abstract

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang memiliki mutu yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik secara menyeluruh. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang senantiasa mengadakan pembaharuan agar anak didik dapat mengembangkan segala potensi yang ada semaksimal mungkin. Berbagai usaha yang dilakukan pemerintah saat ini menunjukkan bahwa pendidikan itu tidak bersifat statis melainkan sesuatu yang dinamis. Usaha tersebut mencakup semua komponen pendidikan seperti perubahan kurikulum dan proses belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, pengadaan sarana dan prasarana belajar yang memadai, penyempurnaan sistem penilaian, penataan organisasi dan manajemen pendidikan serta usaha-usaha lain yang berkenaan dengan peningkatan kualitas pendidikan (Nugraheni, 2012).

Guru berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya mengarahkan peserta didik saat proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Guru dituntut lebih kreatif, inovatif, tidak sebagai pusat pembelajaran, menempatkan siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi juga sebagai subjek belajar (Hamalik, 2008). Suasana kelas yang monoton, membuat siswa merasa bosan dan mengantuk serta lebih memilih berbicara sendiri dengan temannya dari pada memperhatikan penjelasan dari guru. Akibatnya, siswa menjadi pasif dan kurang kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA di SMPN 5 Sidoarjo, bahwa hasil belajar siswa khususnya pada materi pesawat sederhana masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat pada hasil ulangan harian siswa pada materi tersebut di mana rata-rata ulangan harian siswa yaitu 70,37. Dari 33 orang siswa terdapat 13 siswa yang tuntas dan 20 siswa yang tidak tuntas. Dengan demikian masih banyak siswa yang belum mencapai KKM di sekolah tersebut yaitu ≥ 75. Hal tersebut didukung dengan angket respons siswa yang menyatakan bahwa terdapat 61% siswa mengalami kesulitan dalam penghafalan rumus-rumus fisika dan biologi yang terkadang sulit dipahami, 57% merasa bosan dengan metode ceramah yang diterapkan di dalam kelas. Dari hasil angket respons siswa terhadap KD 3.5 membahas tentang kegunaan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari dan hubungannya dengan kerja otot pada struktur rangka manusia, diperoleh 57% dari total keseluruhan siswa yang mengalami kesulitan dengan materi tersebut.

(3)

Hasil penelitian Apriyani (2010), mengenai Penerapan Model Learning Cycle “5e” Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMPN 2 Sanden Kelas VIII Pada Pokok Bahasan Prisma Dan Limas” menyatakan bahwa melalui penerapan model Learning Cycle 5E, siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, bekerja sama dengan siswa lain untuk memahami konsep, menjelaskan konsep dengan kata-kata mereka sendiri, serta mengaplikasikan konsep yang telah mereka peroleh untuk memecahkan masalah. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik materi yang akan digunakan dalam pembelajaran IPA terpadu yaitu materi pesawat sederhana. Pada materi tersebut siswa belajar tentang kegunaan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari dan hubungannya dengan kerja otot pada strukrur rangka manusia. Materi yang diajarkan berisikan tentang pengetahuan yang harus dibangun sendiri oleh siswa (conctruct), seperti yang diungkapkan Carin (1993) yang menyatakan bahwa model pembelajaran Learning Cycle adalah model pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran konstruktivis dan menuntut siswa untuk berperan secara aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model yang dimaksud adalah model pembelajaran Learning Cycle 5E yang terdiri dari 5 tahap yaitu tahap Engagement (pembangkitan minat), Exploration (membangun konsep), Explanation (penjelasan konsep yang dipahami dengan kata-katanya sendiri), Elaboration (menerapkan konsep-konsep yang telah dipahami dengan keterampilan yang dimiliki pada situasi baru), dan Evaluation (pemahaman peserta didik terhadap konsep yang telah dipelajari) (Lorbach, 2002).

Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi kendala tersebut yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle. Maka akan dilakukan penelitian yang berjudul “Analisis Respons Siswa SMP Kelas VIII Terhadap Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Pada Materi Pesawat Sederhana.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut.

a. Bagaimana respons siswa kelas VIII di SMPN 5 Sidoarjo terhadap model pembelajaran Learning Cycle 5E pada materi pesawat sederhana?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

(4)

BAB II PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan metode wawancara dan angket. Tahap ini merupakan tahap awal dalam pengambilan data yang meliputi: melakukan wawancara ke sekolah yang akan digunakan untuk menentukan sampel yang akan digunakan. Kemudian menyusun angket penelitian dan melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di kelas yang telah ditentukan sebagai obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-2 di SMPN 5 Sidoarjo. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 33 siswa. Penentuan kelas sampel ini dipilihkan oleh guru bidang studi IPA sesuai dengan kemampuan rata-rata tiap kelas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis hasil wawancara guru IPA dan analisis hasil angket respons siswa.

Berdasaran hasil wawancara guru IPA di SMPN 5 Sidoarjo mengenai pembelajaran IPA di sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013, pelaksanaannya sedikit menyulitkan bagi guru karena jumlah murid yang terlalu banyak tetapi tidak didukung dengan fasilitas yang memadai seperti kurang lengkapnya buku pegangan siswa serta alat dan bahan praktikum. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih sering di bawah KKM yang ditetapkan sekolah tersebut ≥ 75, dikarenakan masih banyak materi yang sulit dimengerti. Guru lebih suka menggunakan metode ceramah terutama pelajaran fisika yang membutuhkan penjelasan rumus-rumus.

Dalam mengintegrasikan pembelajaran fisika, biologi dan kimia dalam satu kesatuan IPA terpadu siswa merasa senang dan tidak terlalu menemui kesulitan dalam menerimanya, siswa merasa senang jika pembelajaran IPA dikaitkan dengan fenomena/masalah nyata di lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA pada sekolah tersebut masih berpusat pada guru, sehingga siswa menjadi pasif dan kurang kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Menurut salah satu guru IPA kelas VIII ketuntasan hasil belajar siswa kelas VIII pada materi pesawat sederhana mencapai 40%, ketidaktuntasan sebesar 60%, hal tersebut dikarenakan sebagian siswa masih sulit untuk membedakan jenis pengungkit dari berbagai. Dari perolehan persentase tersebut dapat diketahui bahwa siswa kelas VIII-2 belum mencapai ketuntasan secara klasikal.

(5)

Hasil wawancara ini juga didukung dengan pernyataan siswa pada angket pra-penelitian yang telah disebarkan oleh peneliti kepada siswa kelas VIII-2 di SMPN 5 Sidoarjo. Bentuk pernyataan angket respons siswa sebagai berikut.

Tabel 2.1 Angket Respons Siswa Terhadap Model Pembelajaran Learning Cycle 5E

Dapat diketahui dari hasil angket respons siswa, 85% siswa menyatakan bahwa pembelajaran IPA sangat menarik, hal tersebut menurut para siswa, pelajaran IPA banyak materi yang di praktikumkan sehingga siswa mempunyai pengalaman langsung mengenai pembelajaran tersebut serta materinya masih berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga pelajaran IPA adalah pelajaran yang menarik. Namun hal tersebut tidak mengurangi bahwa sebenarnya masih ada 61% siswa yang kesulitan terhadap pelajaran IPA, hal tersebut dikarenakan penghafalan rumus-rumus fisilka yang terlalu rumit, hafalan biologi yang terlalu banyak dan pelajaran kimia yang sulit dipahami. Tetapi 39% siswa memberi respons sebaliknya, siswa menyatakan bahwa tidak menemui kesulitan dalam pembelajaran IPA karena jika dipelajari dan dipahami lebih dalam, pelajaran IPA itu menyenangkan.

No. Pernyataan Jawaban Persentase

Ya Tidak

1. Pembelajaran IPA sangat menarik 28 5 28/33 x 100% =

85%

2. Kesulitan dalam pembelajaran IPA 20 13 23/33 x 100% =

70%

3. Penerapan model pembelajaran yang bervariasi akan

meningkatkan motivasi belajar siswa 30 3

30/33 x 100% = 91%

4. Metode ceramah membuat suasana kelas terasa

membosankan 19 14

19/33 x 100% = 57%

5. Materi pesawat sederhana sangat menarik 31 2 31/33 x 100% =

94%

6. Saya lebih mudah memahami materi pesawat

sederhana dengan melakukan percobaan atau kegiatan 32 1

32/33 x 100% = 97%

7.

Pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E membangkitkan rasa ingin tahu dan bersifat konstektual (engage)

33 0

33/33 x 100% = 100%

8. Guru membimbing siswa melakukan kegiatan dalam

rangka memecahkan suatu masalah (explore) 33 0

33/33 x 100% = 100%

9. Saya mudah menjelaskan suatu konsep berdasarkan

kegiatan yang telah saya lakukan (eksplain) 30 3

30/33 x 100% = 91%

10. Saya dapat menerapkan konsep yang ditemukan pada

situasi yang baru (elaborate) 32 1 lebih aktif dan termotivasi untuk belajar

29 4

29/33 x 100% = 88%

12. Saya merasa baru terhadap model pembelajaran siklus

belajar (Learning Cycle) 30 3

30/33 x 100% = 91%

13. Model pembelajaran Learning Cycle 5E cocok untuk

pokok bahasa IPA selanjutnya 33 0

(6)

Dari kesulitan-kesulitan tersebut sebenarnya siswa mengingikan adanya variasi dalam pembelajaran di dalam kelas. Hal tersebut ditunjukkan dengan 91% siswa menginginkan model pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan motivasi belajar mereka. Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan 57% siswa yang menyatakan bahwa model pembelajaran dengan metode ceramah membuat suasana kelas menjadi membosankan. Namun 43% siswa tidak mendukung pernyataan tersebut, mereka beralasan bahwa pada mata pelajaran IPA dengan metode ceramah sangat dibutuhkan oleh siswa, sebab siswa masih membutuhkan penjelasan dan arahan dari guru terutama pada penyampaian materi fisika.

Pada siswa kelas VIII-2, sebesar 94% siswa menyatakan bahwa materi pesawat sederhana menarik karena cukup membantu dalam pemecahan masalah yang sering mereka hadapi di dalam kehidupan sehari-hari. Sebesar 97% siswa menyatakan lebih mudah memahami materi pesawat sederhana dengan melakukan percobaan atau kegiatan karena dengan diberi pengalaman secara langsung dari kegiatan praktikum, siswa lebih mudah memgingat kegiatan tersebut. Dari permasalahan-permasalahan tersebut peneliti menawarkan alternatif model pembelajaran baru yaitu model pembelajaran Learning Cycle 5E dari beberapa tahapan dari model pembelajaran tersebut menawarkan bahwa dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E dapatmembangkitkan rasa ingin tahu dan bersifat konstektual (engage) dan siswa merespons dengan baik pernyataan tersebut dengan ditunjukkan respons siswa sebesar 97%.

Tahapan kedua dari model pembelajaran Learning Cycle 5E yaitu dengan guru membimbing siswa melakukan kegiatan dalam rangka memecahkan suatu masalah (explore). Dari pernyataan tersebut mendapatkan respons siswa sebesar 100%, hal tersebut menunjukkan bahwa walaupun siswa mengharapkan model pembelajaran yang baru, siswa masih membutuhkan bimbingan/arahan dari guru. Pada tahap ketiga, siswa mudah menjelaskan suatu konsep berdasarkan kegiatan yang telah mereka lakukan (eksplain), hal tersebut memperoleh respons sebesar 91%, respons positif tersebut menunjukkan bahwa siswa memang lebih senang bekerja secara aktif dan mendapatkan pengalaman secara langsung dibandingkan hanya diberi setumpuk teori-teori yang tidak terlalu dipahami siswa.

(7)

Dari beberapa pernyataan mengenai model pembelajaran Learning Cycle 5E, 97% siswa menyatakan bahwa mereka merasa baru terhadap model pembelajaran Learning Cycle 5E, hal tersebut menunjukkan bahwa pada kegiatan pembelajaran siswa sehari-hari masih sangat dominan dengan metode ceramah dari guru. Tidak hanya sampai disitu, 100% siswa setuju dan menyarankan model pembelajaran Learning Cycle 5E cocok untuk pokok bahasa IPA selanjutnya, hal tersebut menunjukkan antusias yang sangat tinggi dari siswa terhadap model belajar tersebut.

Pernyataan dari keseluruhan angket respons siswa tersebut dicoba diimplementasikan oleh peneliti dengan memberikan soal pretest kepada siswa dengan materi pesawat sederhana.

Tabel 2.2 Hasil Pretest Kelas VIII-2 Pada Materi Pesawat Sederhana

No. Pertanyaan Jawaban

Benar Salah

1 Contoh dari pesawat sederhana dalam kehidupan

sehari-hari

86% 14%

2 Prinsip pengungkit dalam kehidupan sehari-hari 12% 88%

3 Cara kerja otot bisep dan trisep yang dihubungkan

dengan pengungkit

0% 100%

(8)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang sudah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa :

1. dari hasil penelitian dengan menggunakan angket respons siswa tersebut, siswa meunjukkan respons yang positif mengenai model pembelajaran Learning Cycle 5E yang mereka anggap hal baru bagi mereka. Hal tersebut didukung dengan perolehan persentase antara 88%-100% siswa yang mendukung model pembelajaran tersebut untuk digunakan untuk mempermudah mereka dalam pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan baru dengan pemahaman mereka sendiri dan didukung dengan penerapan secara nyata dengan kegiatan praktikum.

2. menurut teori konstruktivisme Piaget (1970) bahwa belajar bukanlah sekadar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil ”pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari ”pemberian” tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu (Nur, 2008).

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan beberapa saran agar penelitian berikutnya berjalan lancar dan lebih baik yaitu:

1. agar guru lebih mengaktifkan sikap ilmiah siswa sebagai kelanjutan dari implementasi model pembelajaran Learning Cycle 5E.

(9)

DAFTAR ISI

Apriyani. 2010. “Penerapan Model Learning Cycle 5E Dalam Upaya MeningkatkanKemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dasar Siswa SMPN 2 Saden Kelas VIII Pada Pokok Bahasan Prisma dan Limas”. Tersedia dihttp://eprints.uny.ac.id/1405/1/SKRIPSI_APRIYANI.pdf, (diakses Selasa, 03 Desember 2013).

Carin, A.A . 1993. Teaching Science Through Discovery . Seventh Edition .New York : Mcmillan Publishing Company.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung Bumi Aksara.

Lorsbach, A.W. 2002. The Learning Cycle as a Tool for Planning Science Instruction. [Online]. Tersedia di http://www.coe.ilstu.edu/scienceed/lorsbach/257lrcy.htm, (diakses tanggal 28 Januari 2015).

Nugraheni, Latif Sofiana. 2012. “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Terhadap Keterampilan Proses Sains Biologi Siswa Kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta”. Tersedia di http://biologi.fkip.uns.ac.id/wp -content/uploads/2012/02/SKRIPSI_LATIF-SOFIANA-NUGRAHENI_K4308096.pdf diakses pada Selasa, 03 Desember 2013.

Nur, Mohamad, dan Prima Retno W. 2008. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Kontruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: UNESA Pusat Sains dan Matematika Sekolah.

Sulistyaningrum, Septi. 2013. “Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 5e Pada Tema Stroke Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Smp Negeri 3 Madiun”. Jurnal. Tidak dipublikasikan, Universitas Negeri Surabaya.

Gambar

Tabel 2.1 Angket Respons Siswa Terhadap Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
Tabel 2.2 Hasil Pretest Kelas VIII-2 Pada Materi Pesawat Sederhana

Referensi

Dokumen terkait

Pengguna sistem dibagi menjadi tiga kategori, yaitu pengunjung, petugas input (inputor), dan administrator. Pengunjung hanya dapat melihat informasi dan pemetaan Posdaya,

Dalam pemberian kredit ini, nasabah harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur agar proses.. pemberian kredit dapat berjalan

Hal pertama yang dilakukan yaitu menentukan lokasi tanam yang akan digunakan sebagai proses berbudidaya, mengukur lahan sesuai dengan yang dibutuhkan, membuat bedengan setiap

[r]

paket pekerjaan melalui aplikasi SPSE, maka peserta telah menandatangani Pakta Integritas, kecuali untuk penyedia barang/jasa yang melakukan Kemitraan/Kerja Sama

dengan harga yang mereka setujui dilantai bursa dilanjutkan pada masalah teknis dimana para pihak (pembeli atau penjual) dalam penyelesaian transaksi ini (pemenuhan kewajiban

dipergunakan sebagai Rekening Khusus Dana Kampanye Partai Politik Peserta Pemilu yang bersangkutan. a) Periksa kesesuaian klasifikasi sumber penerimaan dan bentuk penerimaan

Meskipun Syekh Abdul Halim adalah seorang pakar dalam bidang hukum/Alquran dan dikenal sebagai seorang pejuang dan pelopor pergerakan melawan penjajahan, tetapi tidak bisa