• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Agama Islam klmpk 9

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makalah Agama Islam klmpk 9"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ZAKAT

DISUSUN OLEH :

1.

Lusi Annisa L 13102049

2.

Annisa sabrina 13102037

Prodi : S1 Teknik Informatika B

Dosen Pengampu : Achmad Farisi Aziz, S.Ag.,M.pd.I

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM

JL. D. I. PANJAITAN 128 PURWOKERTO

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam dibangun di atas lima landasan: Syahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan

Muhamad utusan Alah, menegakan sholat, menunaikan zakat, puasa ramadhon dan

haji." (QS: Bukhori, Muslim). 1[1]

Ini menunjukkan bahwa zakat merupakan bagian penting dalam kehidupan umat Islam.

Bahkan pada masa Khalifah Abu Bakar As-Siddiq orang-orang yang enggan berzakat

diperangi sampai mereka mau berzakat. Itu karena kewajiban berzakat sama dengan

kewajiban mendirikan sholat.. [2]

Kewajiban zakat atas muslim adalah di antara kebaikan Islam yang menonjol dan

perhatianya terhadap urusan para pemeluknya, hal itu karena begitu banyak manfaat

zakat dan betapa besar kebutuhan orang-orang fakir kepada zakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka pembahasan makalah ini akan difokuskan pada

masalah-masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian zakat ?

2. Mengapa zakat sebagai solidiritas sosial ?

3. Bagaimana filosofi zakat bagi kehidupan ?

4. Siapa saja penerima zakat ?

1.2 Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari pembahasan pada makalah ini adalah sebagai berikut

1. Mengetahui dan memahami pengertian zakat.

2. Mengetahui filosofi zakat bagi kehidupan.

(3)

3. Mengetahui dan memahami zakat sebagai solidaritaas sosial .

4. Mengetahui penerima zakat.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1

Zakat

2.1.1

Pengertian Zakat

Istilah zakat berasal dari kata Arab yang berarti suci atau kesucian, atau arti lain yaitu

keberkahan. Menurut istilah Agama Islam zakat adalah ukuran/kadar harta tertentu yang

harus dikeluarkan oleh pemiliknya untuk diserahkan kepada golongan/orang-orang yang

berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Jadii seorang muslim yang telah memiliki

harta dengan jumlah tertentu (nisab) sesuai dengan ketentuan dan waktu tertentu (haul) yaitu

satu tahun, wajib mengeluarkan zakatnya. Oleh sebab itu Hukum dari melaksanakan zakat

adalah Fardhu Ain (wajib bagi setiap orang) bagi oarang yang mampu.

Adapun Tujuan zakat adalah sebagaimana firman Allah dalam surat at- Taubah ayat 103 :

(ٌْ هخ ٌْنِم ٌْمِ ِلاوْما ٌ قدص ٌهر ِ طهت ٌْمهه ٌْمِ ْي ِكزهت ِب ٌ ِلص ٌْمِ ْي ع ٌّ ِا ٌكتو ص ٌ ن س ٌْمه ّل ٌهل ٌ عْيِمس ٌ مْيِ ع )١ ٣: بوتلا

Artinya :

Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

Jadi tujuan Allah memerintahkan umat Islam untuk membayar zakat adalah agar harta yang dimilikinya menjadi bersih dan suci. Karena kalau tidak dibayarkan zakatnya, harta yang dimiliki menjadi kotor dan haram karena tercampur hak orang lain yang dititipkan kepada orang yang berhak mengeluarkan zakat.

Allah berfirman dalam surah az-Zariyat ( Q.S. 51 ) ayat 19 :

ٌِئآّس ِلٌّقحٌْمِ ِلاوْماٌْيِف ٌ:تي ا لا)ٌِ ْ هرْحمْلا ٌِل

(4)

Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta, dan orang miskin yang tidak meminta.ٌ (Q.S. Az-Zariyat )

2.1.2

Filosofi zakat bagi kehidupan

Secara bahasa, zakat dapat diartikan sebagai thaharah (kesucian), shadaqah (empati), nabaat

(tumbuhan), numuwwah atau ziyadah (kesuburan, pertumbuhan, perkembangan atau pertambahan),

dan thayyibaat (kebaikan-kebaikan).ٌSedangkanٌsecaraٌsyar’ieٌbisaٌkitaٌtengokٌpengertianٌzakatٌituٌ

dari kitab-kitab fiqh klasik karangan ulama-ulama terdahulu (salafiyyun) semisal matan taqrib, fathul

qarib, kifayah, dll.

zakat adalah salah satu dari lima rukun Islam. Perintah zakat merupakan salah satu yang paling sering disebut di dalam al-Qur’an.ٌBiasanyaٌperintahٌzakatٌituٌselaluٌdigandengٌ dengan perintah shalat, “…aqiimush sholaata wa-aatuz zakaata…”(…dirikanlahٌshalatٌdanٌ tunaikanlahٌzakat…).ٌ

Di dalam pembahasan fiqih di kitab-kitab klasik, zakat dibahas begitu panjang lebar, baik syarat-syaratnya, kategorisasinya, subyek yang berzakat serta pihak-pihak yang dizakati (mustahiqqiin). Ia menempati prioritas bahasan yang lumayan serius. Karena begitulah yang juga tertulis di dalam al-Qur’an,ٌbahwaٌzakatٌmerupakanٌrealitasٌkebajikanٌsosialٌsekaligusٌ kesalehan individual. Saya tidak sebutkan dalil-dalil al-Qur’anٌdanٌal-Hadits yang panjang dan banyak itu tentang perintah dan kewajiban zakat.

Kategorisasi zakat yang sedemikian ketat bagi orang Islam yang mukallaf (subyek hukum penuh) hampir mirip dengan kewajiban pajak dalam sebuah negara. Jika ada istilah PTKP (Pendapatan Tidak Kena Pajak) pada kewajiban pajak dalam sebuah Negara, maka di dalam zakat ada istilah nishab (batas minimal harta yang kena zakat). Bahkan ada batas minimal waktu kepemilikan harta yang terkena zakat, yakni haul (satu tahun penyimpanan). Begitu teknis managemen pemungutan zakat itu sehingga dapat disimpulkan bahwa zakat

merupakan realitas dari prinsip-prinsip keislaman yang dapat membentuk jiwa sosialis.

Karenanya, nilai aqidah seseorang dapat diukur dari caranya mengapresiasi perintah zakat ini.

Selain itu, komitmen keislaman dan keimanan seseorang dapat dikatakan sia-sia atau gugur dengan sendirinya tanpa diiringi dengan praktek berzakat. Bahkan sayyidina Umar ra. pernah memerintahkan untuk membakar rumah orang Islam yang menolak perintah zakat. Begitu seriusnya perintah zakat itu diperhatikan sehingga ia menjadi syarat keislaman dan keimanan seseorang. Dari situ dapat disimpulkan bahwa beraqidah Islam sama dengan berkomitmen pada zakat. Menolak berzakat atau bersiasat supaya terhindar dari zakat berarti menolak aqidah Islam.

(5)

terbentuk sama sekali oleh perintah zakat. Belum lagi ketika dalam praktek pembagian zakat itu seringkali diembel-embeliٌdenganٌ“pesanٌsponsor”.ٌWalhasil,ٌpraktekٌzakatٌmenjadiٌsamaٌ dengan promosi produk dagang atau kampanye parpol. Seorang yang berzakat jadi mirip seorang salesman atau mirip caleg parpol yang sedang kampanye.

Ada beberapa kategorisasi praktek memberi dalam Islam seperti zakat ini, yakni infaq, shadaqah,

fidyah, hadiyah, dll. Masing-masing punya persyaratan tersendiri. Singkatnya, bahwa praktek

memberi yang dapat membangkitkan jiwa welas asih dan kedermawanan begitu sangat

diperhatikan dalam aqidah Islam.

2.1.3

Sebagai wujud solidaritas sosial

zakat yang merupakan ajaran Islam dalam rangka pemberdayaan umat. Kementerian Agama Kota Banjarmasin yang dalam hal ini Seksi Bimbingan Masyarakat Islam laksanakan Pembinaan Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) Se-Kota Banjarmasin yang diikuti oleh 80 orang peserta, Kamis (24/10). Perwakilan dari Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) SKPD dilingkungan Pemerintah Kota Banjarmasin dan Instansi-instansi lainnya Se-Kota Banjarmasin.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Banjarmasin DR. H. Ahmadi H. Syukran Nafis, MMٌmembukaٌkegiatanٌiniٌsecaraٌresmi.ٌ“Sayaٌ silaturrahmi dan juga menambah ilmu pengetahuan khususnya kepada pengelola ataupun para unit pengumpul zakat, kita tahu zakat yang merupakan salah satu rukun Islam memiliki makna strategis dalam kehidupan sosial umat. Menunaikan zakat selain sebagai implementasi kewajiban seorang muslim, juga merupakan wujud solidaritas sosial terhadap sesama umat Islam. Dalam kehidupan keseharian kita dihadapkan pada realitas sosial ekonomi umat yang masih memerlukan perhatian dan solusi, sebagai akibat dari krisis multi dimensi yang dialami bangsa kita dalam tahun-tahun belakangan ini. Namun yang menjadi masalah selama ini antara lain adalah masalah pengelolaan zakat yang belum dilakukan secara profesional sehingga pengumpulan dan penyaluran zakat menjadi kurang terarah, disamping itu masih rendahnya pemahaman masyarakatٌterhadapٌpermasalahanٌzakatٌterutamaٌmasalahٌaktualٌdanٌkontemporer”,ٌungkapٌ beliau.

Sementara itu pada bagian lain beliau menegaskan Lembaga Amil Zakat

lebihٌprofesional,ٌamanahٌdanٌmandiriٌperluٌterusٌdigalakkan.ٌ“Bahwaٌdenganٌ

kegiatan-kegiatan yang mengarah pada sosialisasi sadar zakat dan yang

menjadikan Badan atau Lembaga Amil Zakat lebih profesional, amanah dan

mandiri perlu terus digalakkan. Selain itu juga harus ditumbuhkan.

2.1.4 . Penerima zakat

(6)

ٌِنيِك سمْلا ٌنيِ ِم عْلا ْي ع ٌِ ّل همْلا ٌْمه هبوه هق يِف ٌِ ق ِرلاٌنيِم ِ غْلا يِف ٌِليِبس ٌَِّا ٌِنْبا ٌِليِبّسلا

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk [1] orang-orang fakir, [2] orang-orang miskin, [3] amil zakat, [4] para mu'allaf yang dibujuk hatinya, [5] untuk (memerdekakan)

budak, [6] orang-orang yang terlilit utang, [7] untuk jalan Allah dan [8] untuk mereka yang

sedang dalam perjalanan.”ٌ

(Qs. AtٌTaubah:ٌ60)ٌAyatٌiniٌdenganٌjelasٌmenggunakanٌkataٌ“innama”,ٌiniٌmenunjukkanٌ

bahwa zakat hanya diberikan untuk delapan golongan tersebut, tidak untuk yang lainnya.[1]

1. Golongan pertama dan kedua: fakir dan miskin.

Fakir dan miskin adalah golongan yang tidak mendapati sesuatu yang mencukupi kebutuhan mereka.

Para ulama berselisih pendapat manakah yang kondisinya lebih susah antara fakir dan miskin. UlamaٌSyafi’iyahٌdanٌHambaliٌberpendapatٌbahwaٌfakirٌituٌlebihٌsusahٌdariٌmiskin.ٌ Alasan mereka karena dalam ayat ini, Allah menyebut fakir lebih dulu baru miskin. Ulama lainnya berpendapat miskin lebih parah dari fakir.[2]

AdapunٌbatasanٌdikatakanٌfakirٌmenurutٌulamaٌSyafi’iyahٌdanٌMalikiyahٌadalahٌorangٌ yang tidak punya harta dan usaha yang dapat memenuhi kebutuhannya. Seperti

kebutuhannya, misal sepuluh ribu rupiah tiap harinya, namun ia sama sekali tidak bisa memenuhi kebutuhan tersebut atau ia hanya dapat memenuhi kebutuhannya kurang dari separuh. Sedangkan miskin adalah orang yang hanya dapat mencukupi separuh atau lebih dari separuh kebutuhannya, namun tidak bisa memenuhi seluruhnya.[3]

a.kadar zakat yang diberikan kepada fakir dan miskin

Besar zakat yang diberikan kepada fakir dan miskin adalah sebesar kebutuhan yang mencukupi kebutuhan mereka dan orang yang mereka tanggung dalam setahun dan tidak boleh ditambah lebih daripada itu. Yang jadi patokan di sini adalah satu tahun karena umumnya zakat dikeluarkan setiap tahun. Alasan lainnya adalah bahwasanya Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menyimpan kebutuhan makanan keluarga beliau untuk

setahun. Barangkali pula jumlah yang diberikan bisa mencapai ukuran nishob zakat.

Jika fakir dan miskin memiliki harta yang mencukupi sebagian kebutuhannya namun belum seluruhnya terpenuhi, maka ia bisa mendapat jatah zakat untuk memenuhi kebutuhannya yang kurang dalam setahun.[9]

2. Golongan ketiga: amil zakat.

(7)

ٌٌٌٌ ِ غِلٌٌ ْ أٌٌلهجرِلٌٌ هارتْشاٌِهِلٌمِبٌٌ ْ أٌٌلهجرِلٌٌ كٌههلٌٌ جٌٌ نيِ ْسِمٌٌ ِدهصهتفٌٌى عٌٌ ِنيِ ْسِمْلاٌٌ هادْهأفٌٌٌهنيِ ْسِمْلاٌٌ ِىِنغْ ِل ٌّلِ ٌٌ سْم ِلٌٌ غِلٌٌىِفٌِليِبسٌِ َّاٌٌ ْ أٌٌٌلِم عِلٌٌ ْي عٌٌ ْ أ

ٌلّ ِحتٌه قدّصلاٌ ىِنغِلٌ

“Tidak halal zakat bagi orang kaya kecuali bagi lima orang, yaitu orang yang berperang di

jalan Allah, atau amil zakat, atau orang yang terlilit hutang, atau seseorang yang membelinya dengan hartanya, atau orang yang memiliki tetangga miskin kemudian orang

miskin tersebut diberi zakat, lalu ia memberikannya kepada orang yang kaya.”[10]

Ulamaٌ Syafi’iyahٌ danٌ Hanafiyahٌ mengatakan bahwa imam (penguasa) akan memberikan pada amil zakat upah yang jelas, boleh jadi dilihat dari lamanya ia bekerja atau dilihat dari pekerjaan yang ia lakukan.[11]

b. Siapakah Amil Zakat?

SayidٌSabiqٌmengatakan,ٌ“Amilٌzakatٌadalahٌorang-orang yang diangkat oleh penguasa atau wakil penguasa untuk bekerja mengumpulkan zakat dari orang-orang kaya. Termasuk amil zakat adalah orang yang bertugas menjaga harta zakat, penggembala hewan ternak zakat dan juruٌtulisٌyangٌbekerjaٌdiٌkantorٌamilٌzakat.”[12]

‘AdilٌbinٌYusufٌalٌ‘Azaziٌberkata,ٌ“Yangٌdimaksud dengan amil zakat adalah para petugas yang dikirim oleh penguasa untuk mengunpulkan zakat dari orang-orang yang berkewajiban membayar zakat. Demikian pula termasuk amil adalah orang-orang yang menjaga harta zakat serta orang-orang yang membagi dan mendistribusikan zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Mereka itulah yang berhak diberi zakat meski sebenarnya mereka adalah orang-orangٌyangٌkaya.”[13]

SyeikhٌMuhammadٌbinٌSholihٌAlٌ‘Utsaiminٌmengatakan,ٌ“Golonganٌketigaٌyangٌberhakٌ mendapatkan zakat adalah amil zakat. Amil zakat adalah orang-orang yang diangkat oleh penguasa untuk mengambil zakat dari orang-orang yang berkewajiban untuk menunaikannya lalu menjaga dan mendistribusikannya. Mereka diberi zakat sesuai dengan kadar kerja mereka meski mereka sebenarnya adalah orang-orang yang kaya. Sedangkan orang biasa yang menjadi wakil orang yang berzakat untuk mendistribusikan zakatnya bukanlah termasuk amil zakat. Sehingga mereka tidak berhak mendapatkan harta zakat sedikitpun disebabkan status mereka sebagai wakil. Akan tetapi jika mereka dengan penuh kerelaan hati

mendistribusikan zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan penuh amanah dan kesungguhan maka mereka turut mendapatkan pahala. Namun jika mereka meminta upah karena telah mendistribusikan zakat maka orang yang berzakat berkewajiban memberinya upahٌdariٌhartanyaٌyangٌlainٌbukanٌdariٌzakat.”[14]

Berdasarkan paparan di atas jelaslah bahwa syarat agar bisa disebut sebagai amil zakat adalah diangkat dan diberi otoritas oleh penguasa muslim untuk mengambil zakat dan

mendistribusikannya sehingga panitia-panitia zakat yang ada di berbagai masjid serta orang-orangٌyangٌmengangkatٌdirinyaٌsebagaiٌamilٌbukanlahٌamilٌsecaraٌsyar’i. Hal ini sesuai dengan istilah amil karena yang disebut amil adalah pekerja yang dipekerjakan oleh pihak tertentu.

(8)

3. Golongan keempat: orang yang ingin dilembutkan hatinya

Orang yang ingin dilembutkan hatinya. Bisa jadi golongan ini adalah muslim dan kafir.

Contoh dari kalangan muslim:

1. Orang yang lemah imannya namun ditaati kaumnya. Ia diberi zakat untuk menguatkan imannya.

2. Pemimpin di kaumnya, lantas masuk Islam. Ia diberi zakat untuk mendorong orang kafir semisalnya agar tertarik pula untuk masuk Islam.

Contoh dari kalangan kafir:

a. Orang kafir yang sedang tertarik pada Islam. Ia diberi zakat supaya condong untuk

masuk Islam.

b. Orang kafir yang ditakutkan akan bahayanya. Ia diberikan zakat agar menahan diri

dari mengganggu kaum muslimin.[15]

4. Golongan kelima: pembebasan budak.

Pembebasan budak yang termasuk di sini adalah: (1) pembebasan budak mukatab, yaitu yang berjanji pada tuannya ingin merdeka dengan melunasi pembayaran tertentu, (2) pembebasan budak muslim, (3) pembebasan tawanan muslim yang ada di tangan orang kafir.[16]

5. Golongan keenam: orang yang terlilit utang.

Yang termasuk dalam golongan ini adalah:

Pertama: Orang yang terlilit utang demi kemaslahatan dirinya. Namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi:

1. Yang berutang adalah seorang muslim.

2. Bukan termasuk ahlu bait (keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). 3. Bukan orang yang bersengaja berutang untuk mendapatkan zakat. 4. Utang tersebut membuat ia dipenjara.

5. Utang tersebut mesti dilunasi saat itu juga, bukan utang yang masih tertunda untuk dilunasi beberapa tahun lagi kecuali jika utang tersebut mesti dilunasi di tahun itu, maka ia diberikan zakat.

6. Bukan orang yang masih memiliki harta simpanan (seperti rumah) untuk melunasi utangnya.

Kedua: Orang yang terlilit utang karena untuk memperbaiki hubungan orang lain. Artinya, ia berutang bukan untuk kepentingan dirinya, namun untuk kepentingan orang lain. Dalil dari hal ini sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ٌّتح ي ِ هي ِسْمهيٌّمهث ٌِّحت ّل ثلثِلِ ثلثِ ّمحت ل محِبنْيبٌ ْوقٌ أسف يِ ى

(9)

Sesungguhnya permintaan itu tidak halal kecuali bagi tiga orang; yaitu orang laki-laki yang mempunyai tanggungan bagi kaumnya, lalu ia meminta-minta hingga ia dapat menyelesaikan tanggungannya, setelah itu ia berhenti (untuk meminta-minta).”[17]

Ketiga: Orang yang berutang karena sebab dhoman (menanggung sebagai jaminan utang orang lain). Namun di sini disyaratkan orang yang menjamin utang dan yang dijamin utang sama-sama orang yang sulit dalam melunasi utang.[18]

7. Golongan ketujuh: di jalan Allah.

Yang termasuk di sini adalah:

Pertama: Berperang di jalan Allah.

Menurut mayoritas ulama, tidak disyaratkan miskin. Orang kaya pun bisa diberi zakat dalam hal ini. Karena orang yang berperang di jalan Allah tidak berjuang untuk kemaslahatan dirinya saja, namun juga untuk kemaslahatan seluruh kaum muslimin. Sehingga tidak perlu disyaratkan fakir atau miskin.

Kedua: Untuk kemaslahatan perang.

Seperti untuk pembangunan benteng pertahanan, penyediaan kendaraan perang, penyediaan persenjataan, pemberian upah pada mata-mata baik muslim atau kafir yang bertugas untuk memata-matai musuh.[19]

8. Golongan kedelapan: ibnu sabil, yaitu orang yang kehabisan bekal di perjalanan.

Yang dimaksud di sini adalah orang asing yang tidak dapat kembali ke negerinya. Ia diberi zakat agar ia dapat melanjutkan perjalanan ke negerinya. Namun ibnu sabil tidaklah diberi zakat kecuali bila memenuhi syarat: (1) muslim dan bukan termasuk ahlul bait (keluarga Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam), (2) tidak memiliki harta pada saat itu sebagai biaya untuk

(10)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Zakat dibagi menjadi 2, yaitu zakat fitrah dan zakat mal. Zakat fitrah merupakan zakat

yang dikeluarkan umat Islam pada sebagian bulan Ramadhan dan sebagian bulan Syawal

untuk mensucikan jiwa. Sedangkan zakat mal adalah zakat harta yang dimiliki seseorang

karena sudah mencapai nisabnya.

Hukum mengeluarkan zakat adalah wajib.

Yang dibayarkan zakat fitrah yaitu berupa makanan pokok sebesar 3,1 liter atau 2,5 kg

atau bisa juga dibayarkan dengan uang senilai makanan pokok yang harus dibayarkan.

Sedangkan yang dibayarkan zakat mal berupa binatang ternak, emas dan perak, biji-bijian

dan buah-buahan, rikaz, dan hasil tambang.

Syarat wajib zakat fitrah adalah beragama Islam, lahir dan hidup sebelum terbenam

matahari pada hari penghabisan bulan Ramadhan, dan mempunyai persediaan makanan untuk

dirinya sendiri dan yang wajib dinafkahi, baik manusia atau binatang, pada malam hari raya

dan siang harinya. Dan syarat wajib zakat mal adalah Islam, merdeka, hak milik sempurna,

sampai nisab, dan masa memiliki sampai satu tahun.

Zakat mal waktunya tidak ditentukan, sedangkan zakat fitrah dibagi menjadi 5, yaitu

waktu mubah, wajib, sunah, makruh dan waktu haram.

Orang-orang yang berhak menerima zakat yaitu orang fakir, orang miskin, amil,

muallaf, hamba sahaya, orang yang berhutang, fi sabilillah, dan ibnu sabil. Sedangkan yang

tidak berhak menerima zakat yaitu orang kafir, orang atheis, keluarga Bani Hasyim dan Bani

Muttalib, dan ayah, anak, kakek, nenek, ibu, cucu, dan isteri yang menjadi tanggungan orang

yang berzakat.

Manfaat zakat dalam kehiupan adalah menolong orang yang lemah dan menderita(jika

(11)

dan terhadap makhluk-Nya, membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak yang tercela serta

mendidik diri agar memiliki sifat mulia dan pemurah, ungkapan rasa syukur kepada Allah

atas rizki yang telah diberikan kepada kita, menjaga kejahatan-kejahatan yang dimungkinkan

timbul dari si miskin, mendekatkan hubungan kasih sayang dan saling mencintai antara si

kaya dan si miskin, dan menggapai berkah, tambahan dan ganti dari Allah SWT.

3.2 Saran

A. Sebaiknya kita menunaikan ibadah zakat untuk menyempurnakan rukun Islam kita.

B. Kita harus membayar zakat agar kita dapat menolong orang yang lemah dan menderita.

C. Kita harus membayar zakat di waktu dan orang yang tepat.

(12)

DAFTAR PUSAKA

Aunullah, Indi. 2008. Ensiklopedi Fikih untuk Remaja Jilid 2. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.

Bahreisj, Hussein. 1980. 450 Masalah Agama Islam. Surabaya : Al Ikhlas.

Djazuli, A. 2003. Fiqh Siyâsah : Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu Syariah.

Jakarta : Kencana.

Hasan, M. Ali. 2008. Zakat dan Infak : Salah Satu Solusi Mengatasi Problem Sosial di Indonesia.

Jakarta : Kencana.

http://pdfcontact.com/download/7194234/

Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-garis Besar Fiqh. Bogor: Kencana.

Tim Abdi Guru. 2005.Agama Islam Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga.

Tim KKG PAI Kota Surabaya. 2006.Pendidikan Agama Islam SD. Surabaya : CV Citra Cemara.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang diatas, sesuai visi dan Misi STIKes Santa Elisabeth Medan Khususnya prodi D-3 kebidanan yaitu menghasilkan tenaga bidan yang unggul

Akibat Hukum dalam penyelesaian sengketa tanah di luar Pengadilan yang diselesaikan dengan cara mediasi atas kesepakatan kedua belah pihak yang sepakat untuk

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Bahu didapati bahwa sebagian besar ibu hamil memiliki pengetahuan yang baik tentang pemeriksaan antenatal care,

Perlu dicatat bahwa dengan menekan tombol tekan mati akan mematikan enjin jika semua penyebab yang menghidupkan alat ini sudah tidak terlihat lagi..

Hingga saat ini, belum ditemukan penelitian pada jemaah haji Indonesia yang menilai proporsi dan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian eksaserbasi akut

Tunggal (2011: 1) menyimpulkan bahwa ”Six Sigma adalah suatu sistem yang komprehensif dan fleksible untuk mencapai, memberi dukungan dan memaksimalkan proses, yang berfokus

cocok digunakan. Hal tersebut telah terbukti dari berbagai macam sumber data yang telah peneliti kumpulkan. Adapun rumusannya sebagai berikut: 1) Relevansi dalam

Saturday, May 6 , 2017 Monastery Hall, St. Francis Church The Spirit who Gives Life.. Hai semua apakabarr? selamat datang ya di misa mudika bulan May. Gimana kemarin