• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis teori kepemimpinan Ratu Sima

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis teori kepemimpinan Ratu Sima"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7

Model Kepemimpinan Ratu Sima

Kaitannya dengan Teori Kepemimpinan

Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Dasar Kepemimpinan

Dosen Pengampu: dr. Ngakan Putu DS, M.Kes.

Oleh

Rombel 2/ AKK

Yulia Stevani (6411414107)

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

2 PRAKATA

Syukur Alhamdulilah, kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya, Saya

dapat menyelesaikan Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah Dasar Kepemimpinan

dalam bentuk makalah yang berjudul Model Kepemimpinan Ratu Sima Kaitannya

dengan Teori Kepemimpinan dengan tepat waktu.

Adapun hasil makalah ini secara keseluruhan berasal dari beberapa literatur.

Makalah ini menjelaskan tentang gaya kepemimpinan Ratu Sima, kaitannya dengan

teori kepemimpinan yang ada.

Tiada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah

masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan

kemampuan yang dimiliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat

diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada

semua yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Bapak dr. Ngakan Putu DS, M.Kes. selaku dosen mata kuliah Dasar Kepemimpinan yang

telah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis.

Semarang, Oktober 2016

(3)

3 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kepemimpinan adalah topik dengan daya tarik universal. Di dalam media popular

dan literatur penelitian akademis, telah dibuat tulisan tentang kepemimpinan.

Walaupun telah banyak tulisan tentang kepemimpinan, kepemimpinan memberikan

tantangan utama bagi praktisi dan peneliti yang tertarik di dalam memahami karakter

dari kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan fenomena yang sangat berharga yang

sangat kompleks. Sejumlah definisi melihat kepemimpinan dari berbagai perspektif

(Northouse, 2013:5). Di dalam buku Northouse hanya memuat teori-teori pokok

tentang kepemimpinan tetapi tidak membahas tentang bagaimana mengembangkan

pemimpin, baik kecakapan diri maupun mengembangkan kecakapan orang lain seperti

yang dibahas dalam buku kepemimpinan (Hughes, Ginnett & Curphy, 2012).

Kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi yang membantu

sekelompok individu untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan dijelaskan sebagai proses

di mana seorang memengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama.

Mumford, Zaccaro,Harding, et al. (2000) memberikan suatu gambaran yang lebih kompleks tentang bagaimana ketrampilan terkait dengan perwujudan kepemimpinan

yang efektif. Model ketrampilan mereka menyatakan bahwa hasil kepemimpinan

adalah hasil terbaik dari kompetensi pemimpin di dalam ketrampilan pemecahan

masalah, ketrampilan penilaian sosial, dan pengetahuan.

Jika kita mau merunut sejarah, kepemimpinan seorang perempuan sudah ada sejak zaman Nabi Sulaiman, yaitu pemimpin sebuah negeri Saba’ yang bernama Ratu Balqis. Dengan segala kemampuannya Ratu Balqis dapat memimpin rakyatnya dengan baik sehingga negeri tersebut makmur dan sejahtera. Bahkan pada akhirnya Nabi

Sulaiman tertarik memperistrikan sang ratu dan mempersatukan kedua kerajaan tanpa

(4)

4 Di Indonesia sendiri sejarah kepemimpinan perempuan juga pernah

ditunjukkan oleh Ratu Sima (674 - 695 M). Meskipun seorang perempuan Ratu Sima

dapat memimpin kerajaan Kalingga (Jepara, Jawa Tengah) dengan sangat adil dan

bijaksana, sehingga sangat wajar di masa itu rakyat Kalingga dapat hidup dengan aman

dan sejahtera. Kisah kedua ratu (perempuan) diatas merupakan satu bukti bahwa

perempuan juga dapat menjadi seorang pemimpin yang berhasil.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diambil pada

makalah ini adalah:

1) Bagaimana gaya kepemimpinan Ratu Sima ditinjau dari teori kepemimpinan?

2) Bagaimana hasil pemerintahan dari gaya kepemimpinan Ratu Sima?

3) Apa saja hal positif yang dapat dijadikan pedoman dan contoh dari gaya

kepemimpinan Ratu Sima?

1.2Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari makalah ini adalah :

1) Untuk mengetahui tentang gaya kepemimpinan Ratu Sima ditinjau dari teori

kepemimpinan .

2) Untuk mengetahui hasil pemerintahan dari gaya kepemimpinan Ratu Sima?

3) Untuk mengetahui hal positif yang dapat dijadikan pedoman dan contoh dari gaya

(5)

5 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi, mengarahkan, dan

mengoordinasikan segala kegiatan organisasi atau kelompok untuk mencapai

tujuan organisasi dan kelompok. Pengertian ini menekankan betapa pentingnya

tujuan bagi organisasi. Pengertian ini mengandung makna bahwa seseorang

pengaruh kepada staf agar mereka bekerja secara sukacita dan penuh kreatif dalam

mencapai tujuan

Konsep kepemimpinan merupakan komponen fundamental di dalam

menganalisis proses dan dinamika di dalam organisasi. Untuk itu banyak kajian dan

diskusi yang membahas definisi kepemimpinan yang justru membingungkan.

Menurut Katz dan Kahn (dalam Watkin, 1992) berbagai definisi kepemimpinan pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar yakni “sebagai atribut atau kelengkapan dari suatu kedudukan, sebagai karakteristik seseorang, dan sebagai kategori perilaku”.

Pengertian kepemimpinan sebagai atribut atau kelengkapan suatu

kedudukan, diantaranya dikemukakan oleh Janda (dalam Yukl, 1989) sebagai

berikut. “Leadership is a particular type of power relationship characterized by a

group member’s perception that another group member has the right to prescribe

behavior patterns for the former regarding his activity as a group member”.

(Kepemimpinan adalah jenis khusus hubungan kekuasaan yang ditentukan oleh

anggapan para anggota kelompok bahwa seorang dari anggota kelompok itu

memiliki kekuasaan untuk menentukan pola perilaku terkait dengan aktivitasnya

sebagai anggota kelompok, pen.).

Selanjutnya contoh pengertian kepemimpinan sebagai karakteristik

(6)

6 Gibson, Ivancevich, dan Donnelly (2000) bahwa “Leaders are agents of change,

persons whose act affect other people more than other people’s acts affect them”, atau pemimpin merupakan agen perubahan, orang yang bertindak mempengaruhi

orang lain lebih dari orang lain mempengaruhi dirinya.

Adapun contoh pengertian kepemimpinan sebagai perilaku dikemukakan oleh Sweeney dan McFarlin (2002) yakni: “Leadership involves a set of interpersonal influence processes. The processes are aimed at motivating sub-ordinates, creating a vision for the future, and developing strategies for achieving goals”, yang dapat diartikan bahwa kepemimpinan melibatkan seperangkat proses pengaruh antar orang. Proses tersebut bertujuan memotivasi bawahan, menciptakan

visi masa depan, dan mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan.

Sehubungan dengan ketiga kategori pengertian di atas, Watkins (1992) mengemukakan bahwa “kepemimpinan berkaitan dengan anggota yang memiliki kekhasan dari suatu kelompok yang dapat dibedakan secara positif dari anggota

lainnya baik dalam perilaku, karakteristik pribadi, pemikiran, atau struktur kelompok”. Pengertian ini tampak berusaha memadukan ketiga kategori pemikiran secara komprehensif karena dalam definisi kepemimpinan tersebut tercakup

karakteristik pribadi, perilaku, dan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok.

Berdasarkan pengertian tersebut maka teori kepemimpinan pada dasarnya

merupakan kajian tentang individu yang memiliki karakteristik fisik, mental, dan

kedudukan yang dipandang lebih daripada individu lain dalam suatu kelompok

sehingga individu yang bersangkutan dapat mempengaruhi individu lain dalam

kelompok tersebut untuk bertindak ke arah pencapaian suatu tujuan.

2.2Teori-Teori Kepemimpinan

Sebagai buku teks, buku kepemimpinan Northouse sudah cukup memadai. Hal itu dikarenakan telah mencakup berbagai teori kepemimpinan utama sebagaimana buku

(7)

7 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7

sifat (trait), ketrampilan, gaya (style), si tuasional , kontingensi, jalur tujuan, pertukaran pemimpinanggota, kepemimpinan transforma-sional.

1. Teori Great Man

Anda mungkin pernah mendengar bahwa ada orang-orang tertentu yang

memang "dilahirkan untuk memimpin". Menurut teori ini, seorang pemimpin

besar dilahirkan dengan karakteristik tertentu seperti karisma, keyakinan,

kecerdasan dan keterampilan sosial yang membuatnya terlahir sebagai pemimpin

alami. Teori great man mengasumsikan bahwa kapasitas untuk memimpin adalah

sesuatu yang melekat, pemimpin besar dilahirkan bukan dibuat. Teori ini

menggambarkan seorang pemimpin yang heroik dan ditakdirkan untuk menjadi

pemimpin karena kondisi sudah membutuhkannya.

2. Teori Sifat

Teori sifat berasumsi bahwa orang mewarisi sifat dan ciri-ciri tertentu yang

membuat mereka lebih cocok untuk menjadi pemimpin. Teori sifat

mengidentifikasi kepribadian tertentu atau karakteristik perilaku yang sama pada

umumnya pemimpin. Sebagai contoh, ciri-ciri seperti ekstraversi, kepercayaan diri

dan keberanian, semuanya adalah sifat potensial yang bisa dikaitkan dengan

pemimpin besar. Jika ciri-ciri khusus adalah fitur kunci dari kepemimpinan, maka

bagaimana menjelaskan orang-orang yang memiliki kualitas-kualitas tetapi bukan

pemimpin? Pertanyaan ini adalah salah satu kesulitan dalam menggunakan teori

sifat untuk menjelaskan kepemimpinan. Ada banyak orang yang memiliki ciri-ciri

kepribadian yang terkait dengan kepemimpinan namun tidak pernah mencari

posisi kepemimpinan.

(8)

8 dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang

pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin.

Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan

berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu

dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:

 pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;

 sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi

pendengar yang baik, kapasitas integratif;

 kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan

berkomunikasi secara efektif.

Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat

deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan

efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun

apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya

mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat

diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.

3. Teori kontingensi

Teori kontingensi fokus pada variabel yang berkaitan dengan lingkungan yang

mungkin menentukan gaya kepemimpinan tertentu yang paling cocok. Menurut

teori ini, tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik dalam segala situasi.

Kesuksesan tergantung pada sejumlah variabel, termasuk gaya kepemimpinan,

(9)

9 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7 4. Teori Situasional

Teori Situasional mengusulkan bahwa pemimpin memilih tindakan terbaik

berdasarkan variabel situasional. Gaya kepemimpinan yang berbeda mungkin

lebih tepat untuk jenis tertentu dalam pengambilan keputusan tertentu. Misalnya,

seorang pemimpin berada dalam kelompok yang anggotanya berpengetahuan dan

berpengalaman, gaya otoriter mungkin paling tepat. Dalam kasus lain di mana

anggota kelompok adalah ahli yang terampil, gaya demokratis akan lebih efektif.

Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri

kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi

kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan

faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya

kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah

 Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas; * Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;

* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;

* Norma yang dianut kelompok;

* Rentang kendali;

* Ancaman dari luar organisasi;

* Tingkat stress;

* Iklim yang terdapat dalam organisasi.

Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan "membaca"

situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok

dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya

kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan

perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut

(10)

10 a. Model kontinuum Otokratik-Demokratik

Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi

dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu

yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan,

pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri

kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada

penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak

bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol di sini adalah

menjadi pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada

kepentingan dan kebutuhan bawahan.

b. Model " Interaksi Atasan-Bawahan" :

Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada

interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi

tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan.

Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila:

* Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik;

* Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang

tinggi;

* Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.

c. Model Situasional

Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung

pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu

dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan

(11)

11 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7

kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut,

gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah:

* Memberitahukan;

* Menjual;

* Mengajak bawahan berperan serta;

* Melakukan pendelegasian.

d. Model " Jalan- Tujuan "

Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang

mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme

untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan

bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan

bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan

faktor motivasional bagi bawahannya.

e. Model "Pimpinan-Peran serta Bawahan" :

Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses

pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur

tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya.

Salah satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian

ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat

peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta

bawahan tersebut "didiktekan" oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin

dipecahkan melalui proses pengambilan keputusan.

(12)

12 Teori perilaku kepemimpinan didasarkan pada keyakinan bahwa pemimpin

besar dibuat bukan dilahirkan. Teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan

para pemimpin bukan pada kualitas mental. Menurut teori ini, orang dapat belajar

untuk menjadi pemimpin melalui pengajaran dan observasi.

Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang

individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah

pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:

a. konsiderasi dan struktur inisiasi

Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri

ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima

usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat

dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih

mementingkan tugas organisasi.

b. berorientasi kepada bawahan dan produksi

perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan

pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan

kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan

perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi

memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan

penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.

Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada

dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan

(13)

13 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7

melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap

bawahan/hubungan kerja.

Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari

masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)

6. Teori Partisipatif

Teori kepemimpinan partisipatif menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan

yang ideal adalah mengambil masukan dari orang lain. Para pemimpin mendorong

partisipasi dan kontribusi dari anggota kelompok dan membantu anggota

kelompok merasa lebih berkomitmen terhadap proses pengambilan keputusan.

Dalam teori partisipatif, bagaimanapun, pemimpin berhak untuk memungkinkan

masukan pendapat dari orang lain.

7. Teori Manajemen

Teori manajemen juga dikenal sebagai teori transaksional, fokus pada peran

pengawasan kinerja, organisasi dan kelompok. Teori ini berdasarkan pada sistem

imbalan dan hukuman. Teori manajemen sering digunakan dalam bisnis, ketika

karyawan berhasil mereka dihargai, ketika mereka gagal mereka ditegur atau

dihukum.

8. Teori Hubungan

Teori hubungan juga dikenal sebagai teori transformasi, fokus pada hubungan

yang terbentuk antara pemimpin dan pengikut. Pemimpin transformasional

memotivasi dan menginspirasi dengan membantu anggota kelompok melihat

(14)

14 dan juga ingin setiap orang untuk memaksimalkan potensinya. Pemimpin dengan

gaya ini sering memiliki standar etika dan moral yang tinggi

.

2.3Gaya Kepemimpinan

Terdapat berbagai teori tentang gaya kepemimpinan. Namun secara umum

teori-teori tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok besar, yaitu:

a. Gaya kepemimpinan yang berkesan administrator. Gaya kepemimpinan tipe ini terkesan kurang inovatif dan telalu kaku pada aturan. Sikapnya konservatif serta

kelihatan sekali takut dalam mengambil resiko dan mereka cenderung mencari

aman. Model kepemimpinan seperti ini jika mengacu kepada analisis

perubahan yang telah kita bahas sebelumnya, hanya cocok pada situasi

Continuation, Routine change, serta Limited change.

b. Gaya kepemimpinan analitis (Analytical). Dalam gaya kepemimpinan tipe ini, biasanya pembuatan keputusan didasarkan pada proses analisis, terutama

analisis logika pada setiap informasi yang diperolehnya. Gaya ini berorientasi

pada hasil dan menekankan pada rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka

panjang. Kepemimpinan model ini sangat mengutamakan logika dengan

menggunakan pendekatan-pendekatan yang masuk akal serta kuantitatif.

c. Gaya kemimpinan asertif (Assertive). Gaya kepemimpinan ini sifatnya lebih agresif dan mempunyai perhatian yang sangat besar pada pengendalian

personal dibandingkan dengan gaya kepemimpinan lainnya. Pemimpin tipe

asertif lebih terbuka dalam konflik dan kritik. Pengambilan keputusan muncul

dari proses argumentasi dengan beberapa sudut pandang sehingga muncul

kesimpulan yang memuaskan.

d. Gaya kepemimpinan entepreneur. Gaya kepemimpinan ini sangat menaruh perhatian kepada kekuasaan dan hasil akhir serta kurang mengutamakan pada

kebutuhan akan kerjasama. Gaya kepemimpinan model ini biasannya selalu

(15)

15 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7

Tiga gaya kepemimpinan yang pokok yaitu gaya kepemimpinan Otokratis,

Demokratis, Laissez faire.

1. Gaya Kepemimpinan Otokratis

Gaya kepemimpinan Otokratis ini meletakkan seorang pemimpin sebagai

sumber kebijakan. Pemimpin merupakan segala-galanya. Bawahan dipandang

sebagai orang yang melaksanakan perintah. Oleh karena itu bawahan hanya

menerima instruksi saja dan tidak diperkenankan membantah maupun

mengeluarkan ide atau pendapat. Dalam posisi demikian anggota atau bawahan

tidak terlibat dalam soal keorganisasian. Pada tipe kepemimpinan ini segala

sesuatunya ditentukan oleh pemimpin sehingga keberhasilan organisasi terletak

pada pemimpin.

Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian adalah gaya pemimpin yang

memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri

secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si

pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan

tugas yang telah diberikan.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan ini memberikan tanggungjawab dan wewenang

kepada semua pihak, sehingga ikut terlibat aktif dalam organisasi, anggota

diberi kesempatan untuk memberikan usul serta saran dan kritik demi kemajuan

organisasi. Gaya kepemimpinan ini memandang bawahan sebagai bagian dari

keseluruhan organisasinya, sehingga mendapat tempat sesuai dengan harkat

dan martabatnya sebagai manusia. Pemimpin mempunyai tanggungjawab dan

tugas untuk mengarahkan, mengontrol dan mengevaluasi serta

(16)

16 Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan

wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu

mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya

kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang

tugas serta tanggung jawab para bawahannya.

3. Gaya Kepemimpinan Laissez faire

Pada prinsipnya gaya kepemimpinan ini memberikan kebebasan mutlak

kepada para bawahan. Semua keputusan dalam pelaksanaan tugas dan

pekerjaan diserahkan sepenuhnya kepada bawahan. Dalam hal ini pemimpin

bersifat pasif dan tidak memberikan contoh-contoh kepemimpinan. (Ngalim

Purwanto, 1992:48-50)

Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para

bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah

yang dihadapi.

Empat Gaya Kepemimpinan Dari Empat Macam Kepribadian

Keempat gaya kepemimpinan berdasarkan kepribadian adalah :

1. GAYA KEPEMIMPINAN KARISMATIS

Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik

orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan

semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris.

Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan.

Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka

mampu menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah beberapa lama,

orang – orang yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an.

(17)

17 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7

pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan,

permintaan maaf, dan janji.

2. GAYA KEPEMIPINAN DIPLOMATIS

Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan

perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi

keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya

pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi,

dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan

lawannya.

Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya

diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima

tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa

menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi

pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para

pengikutnya meninggalkan si pemimpin.

3. GAYA KEPEMIMPINAN OTORITER

Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian

prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah

pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati,

tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah – langkahnya penuh

perhitungan dan sistematis.

Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan

(18)

18 4. GAYA KEPEMIMPINAN MORALIS

Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka

hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi

terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala

bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang – orang yang datang

karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya.

Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang

seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan,

kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat.

Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih gaya

kepemimpinan demokratis. Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini

semua permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan

dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan

baik.

2.4Biografi Ratu Sima

Maharani/ Ratu Sima atau Shima putri Hyang Syailendra putra Santanu

(Sriwijaya) adalah istri Raja Kalingga Kartikeyasinga, Ayahanda Kartikeyasinga

adalah Raja Kalingga (632-648) M. Sementara itu ibunda Kartikeyasinga berasal

dari Kerajaan Melayu Sribuja yang beribukota di Palembang. Raja Melayu Sribuja

yang dikalahkan Sriwijaya tahun 683 M – adalah kakak dari ibunda Prabu

Kartikeyasinga. Ratu Sima adalah putri seorang pendeta di wilayah Sriwijaya. Ia

dilahirkan tahun 611 M di sekitar wilayah yang disebut Musi Banyuasin. Ia adalah

istri pangeran Kartikeyasingha (sebelum jadi raja) yang merupakan keponakan dari

Kerajaan Melayu Sribuja. Ia kemudian tinggal di daerah yang dikenal sebagai

wilayah Adi Hyang (Leluhur Agung), atau yang sekarang bernama Dieng.

Perkawinan Kartikeyasingha dengan Sima melahirkan dua orang anak, yaitu

(19)

19 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7

Parwati anak Ratu Shima, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh

yang bernama Sang Jalantara atau Rahyang Mandiminyak dan menjadi raja

Kerajaan Galuh ke-2 dengan gelar Prabu Suraghana (702-209) M dan berputri

Dewi Sanaha. Dewi Sanaha dan Bratasenawa atau Prabu Sanna menikah memiliki

anak yang bernama Sanjaya, Rakai Mataram (723 - 732M) yang kemudian 703

/704 M, Sanjaya menikahi Dewi Sekar Kancana (Teja Kancana Ayupurnawangi)

putri Rakyan Sundasembawa (mati muda) putra Sri Maharaja Tarusbawa, cucu Sri

Maharaja Tarusbawa dari Kerajaan Sunda sehingga Maharaja Harisdarma sempat

menjadi raja Kerajaan Galuh (ia merebut kembali tahta Galuh tahun 723 M dari

tangan Purbasora yang merebut tahta Galuh tahun 716 M dari Prabu Sanna,

ayahnya) dan raja Kerajaan Sunda (menerima tahta dari kakek mertuanya, Sri

Maharaja Tarusbawa) tahun 723 M sehingga ia menjadi Maharaja Sunda dan Galuh

(723-732) M.

Maharaja Linggawarman, penguasa terakhir Tarumanagara (666-669) M,

mempunyai 2 orang putri, yaitu yang sulung bernama Dewi Manasih menjadi istri Sri Maharaja Tarusbawa, menerima tahta Kerajaan Tarumanagara dari mertuanya,

lalu mendirikan Kerajaan Sunda (669 M dan puteri yang kedua bernama Dewi Sobakancana menjadi isteri Dapunta Hyang Sri Jayanasa, yang mendirikan Kerajaan Sriwijaya (671 M)

2.5Kepemimpinan Ratu Sima

Tahun 500 M Pulau Sumatera dikuasai dua kerajaan kuat, yaitu Kerajaan Pali

(Utara) dan Kerajaan Melayu Sribuja (di timur) yang beribukota Palembang.

Sedangkan Kerajaan Sriwijaya baru merupakan kerajaan kecil di Jambi. Tahun 676

M Kerajaan Pali dan Mahasin (Singapura) ditaklukan Sriwijaya. Tahun 683 M,

(20)

20 tentu sangat mengganggu hubungan dengan Kalingga. Maka, Sriwijaya mencoba

mencairkan hubungan dengan Kerajaan Sunda dan Kalingga. Langkah diplomatik

dilakukan antara Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan Sunda yang sama-sama,

sebagai menantu Maharaja Linggawarman dalam sebuah prasasti yang ditulis

dalam dua bahasa, Melayu dan Sunda, jalinan persaudaraan dan persahabatan

kemudian dikenal dengan istilah Mitra Pasamayan (inti isi perjanjiannya, untuk

tidak saling menyerang dan harus saling membantu).

Kerajaan Kalingga pun ditawari persahabatan, namun Kalingga menolak

karena sakit hati atas penyerangan Sriwijaya terhadap Melayu, yang merupakan

kerabat Kalingga mengingat Ratu Shima -menurut sebuah pendapat- Sang Ratu dan

ibunda Kartikeyasinga berasal dari wilayah Kerajaan Melayu Sribuja yang

beribukota di Palembang. Ketegangan antara Sriwijaya dan Kalingga menajam

sehingga keduanya sudah mempersiapkan pasukan dalam jumlah besar namun,

masih dapat dilerai oleh Sri Maharaja Tarusbawa dari Kerajaan Sunda, sebagai

sahabat dan kerabat sehingga Sri Jayanasa mengurungkan niatnya menyerang

Kalingga, karena Kalingga adalah kerabat Kerajaan Sunda. Keadaan ini

berlangsung hingga Sri Jayanasa mangkat tahun 692 M dan digantikan oleh

Darmaputra (692-704).

Sang Ratu Shima, dalam pemerintahannya, Kerajaan Kalingga aman karena

beralinasi dengan Kerajaan Sunda dan Galuh. Terutama karena sikap tegas dan dia

sangat dicintai rakyatnya. Sang Ratu menerapkan hukum yang keras dan tegas

untuk memberantas pencurian dan kejahatan, serta untuk mendorong agar

rakyatnya senantiasa jujur. Tradisi mengisahkan seorang raja asing yang

meletakkan kantung berisi emas di tengah-tengah persimpangan jalan dekat

alun-alun ibu kota Kalingga. Raja asing ini melakukan hal itu karena ia mendengar kabar

tentang kejujuran rakyat Kalingga dan berniat menguji kebenaran kabar itu. Tidak

(21)

21 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7

tiga tahun kemudian, seorang putra Shima, sang putra mahkota secara tidak sengaja

menyentuh kantung itu dengan kakinya. Mulanya Sang Ratu menjatuhkan

hukuman mati untuk putranya, akan tetapi para pejabat dan menteri kerajaan

memohon agar Sang Ratu mengurungkan niatnya itu dan mengampuni sang

pangeran. Karena kaki sang pangeran yang menyentuh barang yang bukan miliknya

itu, maka Ratu menjatuhkan hukuman memotong kaki sang pangeran.

Masa kepemimpinan Ratu Shima menjadi masa keemasan bagi Kalingga

sehingga membuat Raja-raja dari kerajaan lain segan, hormat, kagum sekaligus

penasaran. Masa-masa itu adalah masa keemasan bagi perkembangan kebudayaan

apapun. Agama Budha juga berkembang secara harmonis, sehingga wilayah di

sekitar kerajaan Ratu Shima juga sering disebut Di Hyang (tempat bersatunya dua

kepercayaan Hindu Budha). Dalam hal bercocok tanam Ratu Shima juga

mengadopsi sistem pertanian dari kerajaan kakak mertuanya. Ia merancang sistem

pengairan yang diberi nama Subak. Kebudayaan baru ini yang kemudian

melahirkan istilah Tanibhala, atau masyarakat yang mengolah mata

pencahariannya dengan cara bertani atau bercocok tanam. Kerajaan Kalingga

beratus tahun yang lalu bersinar terang emas penuh kejayaan. Memiliki Maharani

Sang Ratu Shima nan ayu, anggun, perwira, ketegasannya semerbak wangi di

banyak negeri. Pamor Ratu Shima dalam memimpin kerajaannya luar biasa, amat

dicintai jelata, wong cilik sampai lingkaran elit kekuasaan. Bahkan konon tak ada

satu warga anggota kerajaan pun yang berani berhadap muka dengannya, apalagi

menantang. Situasi ini justru membuat Ratu Shima amat resah dengan kepatuhan

rakyat, kenapa wong cilik juga para pejabat mahapatih, patih, mahamenteri, dan

menteri, hulubalang, jagabaya, jagatirta, ulu-ulu, tak ada yang berani menentang

(22)

22 BAB III

PENDAPAT

3.1Gaya dan Teori yang Digunakan Kepemimpinan Ratu Sima

Menurut pendapat saya teori kepemimpinan yang sesuai dengan kepemimpinan

Ratu Sima adalah Teori Sifat karena teori sifat mengidentifikasi kepribadian

tertentu atau karakteristik perilaku yang sama pada umumnya pemimpin. Sebagai

contoh, ciri-ciri seperti ekstraversi, kepercayaan diri dan keberanian, semuanya

adalah sifat potensial yang bisa dikaitkan dengan pemimpin besar.

Hal ini dapat terlihat dari sifat Ratu Sima terutama karena sikap tegas dan dia

sangat dicintai rakyatnya. Sang Ratu menerapkan hukum yang keras dan tegas

untuk memberantas pencurian dan kejahatan, bahkan Ratu Sima menghukum

putanya sendiri karena tidak sengaja menyentuh kantong berisi emas bukan

miliknya tanpa sengaja. Mulanya Sang Ratu menjatuhkan hukuman mati untuk putranya,

akan tetapi para pejabat dan menteri kerajaan memohon agar Sang Ratu mengurungkan

niatnya itu dan mengampuni sang pangeran. Karena kaki sang pangeran yang menyentuh

barang yang bukan miliknya itu, maka Ratu menjatuhkan hukuman memotong kaki sang

pangeran.

Sedangkan gaya kepemimpinan Ratu Sima termasuk dalam gaya kepemimpinan Otokratis. Karena meletakkan seorang pemimpin sebagai sumber kebijakan.

Pemimpin merupakan segala-galanya. Bawahan dipandang sebagai orang yang

melaksanakan perintah. Oleh karena itu bawahan hanya menerima instruksi saja

dan tidak diperkenankan membantah maupun mengeluarkan ide atau pendapat.

Dalam posisi demikian anggota atau bawahan tidak terlibat dalam soal

keorganisasian. Pada tipe kepemimpinan ini segala sesuatunya ditentukan oleh

pemimpin sehingga keberhasilan organisasi terletak pada pemimpin.

Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian adalah gaya pemimpin yang

memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri

(23)

23 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7

pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan

tugas yang telah diberikan.

3.2Hasil Pemerintahan Ratu Sima

Sang Ratu Shima, dalam pemerintahannya, Kerajaan Kalingga aman karena

beralinasi dengan Kerajaan Sunda dan Galuh. Terutama karena sikap tegas dan dia

sangat dicintai rakyatnya. Sang Ratu menerapkan hukum yang keras dan tegas

untuk memberantas pencurian dan kejahatan, serta untuk mendorong agar

rakyatnya senantiasa jujur.

Masa kepemimpinan Ratu Shima menjadi masa keemasan bagi Kalingga

sehingga membuat Raja-raja dari kerajaan lain segan, hormat, kagum sekaligus

penasaran. Masa-masa itu adalah masa keemasan bagi perkembangan kebudayaan

apapun. Agama Budha juga berkembang secara harmonis, sehingga wilayah di

sekitar kerajaan Ratu Shima juga sering disebut Di Hyang (tempat bersatunya dua

kepercayaan Hindu Budha). Dalam hal bercocok tanam Ratu Shima juga

mengadopsi sistem pertanian dari kerajaan kakak mertuanya. Ia merancang sistem

pengairan yang diberi nama Subak. Kebudayaan baru ini yang kemudian

melahirkan istilah Tanibhala, atau masyarakat yang mengolah mata pencahariannya dengan cara bertani atau bercocok tanam. Kerajaan Kalingga

beratus tahun yang lalu bersinar terang emas penuh kejayaan. Memiliki Maharani

Sang Ratu Shima nan ayu, anggun, perwira, ketegasannya semerbak wangi di

banyak negeri. Pamor Ratu Shima dalam memimpin kerajaannya luar biasa, amat

dicintai jelata, wong cilik sampai lingkaran elit kekuasaan. Bahkan konon tak ada

satu warga anggota kerajaan pun yang berani berhadap muka dengannya, apalagi

menantang. Situasi ini justru membuat Ratu Shima amat resah dengan kepatuhan

rakyat, kenapa wong cilik juga para pejabat mahapatih, patih, mahamenteri, dan

(24)

24 3.3Hal positif yang dapat dijadikan pedoman dan contoh dari gaya

kepemimpinan Ratu Sima

Hal yang baik dan dapat dicontoh dari kepemimpinan Ratu Sima adalah dengan

penanaman nilai kejujuran yang sangat di tekankan pada rakyatnya maka dapat

menjadikan kondisi yang aman dan rakyatnya memiliki budi pekerti yang baik.

Selain itu inovasi yang berkembang harus dijadikan acuan pada saat ini karena

dengan itu dapat menjadika suatu Negara maju. Rasa toleransi beragama juga sudah

ada pada masa kepemimpinan Ratu Sima, sehingga hal ini perlu dipertahankan agar

(25)

25 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7 BAB IV

PENUTUP

4.1Kesimpulan

Kepemimpinan Ratu Sima sesuai dengan teori kepemimpinan sifat karena teori

sifat mengidentifikasi kepribadian tertentu atau karakteristik perilaku yang sama

pada umumnya pemimpin. Kepribadian tertentu dari Ratu Sima adalah sikap

tegasnya menghukum ketidakjujuran. Sedangkan untuk gaya kepemimpinan yang

diterapkan oleh Ratu Sima adalah gaya kepemimpinan Otokratis, karena

meletakkan seorang pemimpin sebagai sumber kebijakan.

Dari teori dan gaya kepemimpinan tersebut menjadikan masa keemasan bagi

Kalingga sehingga membuat Raja-raja dari kerajaan lain segan, hormat, kagum

sekaligus penasaran. Perkembangan inovasi dalam bidang pertanian, serta toleransi

umat beragama juga menjadikan masa kepemipinan ini menjadi masa yang berjaya.

4.2Saran

1) Menumbuhkan semangat penerus bangsa, sehingga dapat menjadi pemimpinan

yang dapat berguna dimasa depan.

2) Meneladani dan mencontoh gaya kepemimpinan Ir. Soekarno yang baik dan dapat

(26)

26 DAFTAR PUSTAKA

Yukl, Gary A. 1989. Leadership in Organizations. Edisi Kedua. New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.

Hughes, Ginnett & Curphy (2012). Leadership:Enhancing the Lessons of Experiences. Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat.

Sweeney, P. D. & McFarlin, D. B. (2002). Organizational Behavior: Solutions for

Management, McGraw-Hill: New York, NY.

Northouse, Peter. G (2013). Kepemimpinan: Teori dan Praktik. Edisi Keenam. Jakarta:

Indeks. RISENSI BUKU: KEPEMPINAN: TEORI DAN PRAKTIK

Gibson, James L, John M. Ivancevich dan James H. Donnelly Jr, 2000. Organizations: Behaviour, Structure and Process, McGraw-Hill Companies Inc, Boston. Watkins, Peter. (1992). A Critical Review of Leadership Concpets and Research: The

Implication for Educational Administration. Geelong: Deakin University Press. Mumford. M. D., Zaccaro, S. J., Harding, F. D., Jacobs, T. O., & Fleishman, E. A.

(2000). Leadership skills for a changing world: Solving complex social problems.

LeadershipQuarterly 11(1), 11–35.

Djafri, Novianty. “MUSAWA Journal for Gender Studies”, Vol.6, No.1 1Juni 2014,

ISSN 2085-0255

Bass, B.M. (1997). Does Transactional-Transformational Leadership Paradigm Transcend Organizational and National Boundaries?. Journal American Psychologist. 52:130-139.

Biografi Ratu Sima dalam Ensiklopedia Wikipedia artikel diakses pada 10 Oktober 2016 dari http://id.wikipedia.org/wiki/BiografiRatuSima

Hardasulistya, D. (2009). Peranan Gaya Kepemimpinan dalam Organisasi. Artikel.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian Tabel 3 menunjukkan bahwa di antara perlakuan frekuensi penyiraman tidak berbeda nyata pada berat segar vegetatif tanaman bawang merah.. Hal

Tidak terjadi interaksi akibat pemberian frekuensi dan konsentrasi bioaktivator pada parameter jumlah daun, indeks luas daun, bobot segar umbi, bobot kering umbi, bobot

Salah satu contoh penurunannya adalah pada tahun 1974, pertumbuhan ekonomi jepang turun sampai –0.5%, sangat berbeda dari pertumbuhan ekonominya pada tahun 1960-an hingga awal

Dari strategi-strategi promosi yang telah dilakukan, kunjungan ke institusi pendidikan, institusi pemerintahan, lembaga masyarakat, dan meminta referall nasabah

Dari pasangan kompetensi ped- agogik dengan kompetensi IPA, tandanya adalah ’*’.Ini berarti bahwa pasangan kompetensi pedagogik dengan kompetensi IPA memiliki hubungan

Penelitian ini betujuan untuk mengetahui Implementasi Manajemen Pembelajaran Tahfiz A lquran di Madrasah Tsanawiyah Mu’allimin Univa Medan. Ada lima komponen yang

Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Khas ini yang menjadikan satu diantara sebab grup Hubbul Wathan sering menjuarai festival hadrah, yang pada akhirnya khas ini juga menyebabkan keeksistensian pola