• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAL MENDASAR YANG MASIH MENJADI KENDALA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HAL MENDASAR YANG MASIH MENJADI KENDALA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HAL MENDASAR YANG MASIH MENJADI KENDALA PERANCANGAN

STRUKTUR BETON PEMIKUL BEBAN GEMPA DI INDONESIA

HADI RUSJANTO TANUWIDJAJA

Dosen Tetap Fakultas Teknik Sipil Univeristas Trisakti Jakarta

Direktur Utama PT Haerte Widya Konsultan Engineers Jakarta

Sudah sejak tahun 2000 terjadi perubahan mendasar mengenai peraturan perancangan struktur untuk beban gempa di Amerika, tempat negara kiblat yang dipakai sebagai acuan untuk membuat Tata Cara Perhitungan Perencanaan Beban Gempa dan Struktur Beton Indonesia SNI 1726, 2847 -2002. Perkembangan terakhir peraturan Amerika seperti NEHRP-2000, ACI 318-08, ASCE 7-05 dan IBC 2006 seharusnya akan mempengaruhi peraturan SNI terkait yang masih berlaku saat ini. Masih ada beberapa hal mendasar yang cukup signifikan buat para perencana struktur yang menjadi kendala a.l. dalam

menerapkan strategi perancangan struktur untuk menghitung dan menetapkan besarnya gaya gempa rencana, syarat-syarat khusus mengenai pendetailan penulangan, limitasi ketinggian serta konfigurasi bangunan yang diizinkan dari sistim struktur utama pemikul gaya gempa yang seharusnya dipilih dan gaya gempa minimum. Tulisan ini berupaya menguraikan secara singkat latar belakang penentuan percepatan maksimum gempa rencana sesuai perkembangan mutahir dari peraturan IBC, ASCE dan

saran solusi praktis yang berdampak langsung terhadap peraturan SNI terkait. Uraiannya akan dilengkapi dengan ilustrasi realistis tata cara perhitungan dasar perencanan yang sederhana.

Kata kunci : pendetailan, penulangan, percepatan, struktur

PERATURAN SNI 1726 dan 2847-2002 dalam kaitannya dengan IBC-2006, ASCE 70-05 dan ACI 318-08

Walaupun masing-masing negara mempunyai ciri khas tersendiri dalam menetapkan tata cara dan peraturan persyaratan perencanaan sruktur bangunan pemikul gaya gempa namun demikian secara umum bentuk model peraturan bangunan pemikul gaya gempa di dunia memilih dan mengikuti bentuk dari salah satu 4 model peraturan gempa dari negara Amerika yaitu National Earthquake Hazards Reduction Programs (NEHRP), negara Jepang yaitu Building Standards Law of Japan, New Zealand Building Standard Law dan peraturan beban gempa untuk negara-negara Eropa yaitu Eurocode 8.

(2)

Uniform Buildinng Code, UBC-97 , merupakan peraturan beban gempa sebelum tahun 2000 khususnya untuk Negara bagian barat wilayah Amerika dan telah dipakai sebagai model dasar untuk membuat peraturan beban gempa Indonesia yang relatif masih baru SNI 03-1726-02, demikian pula halnya ACI 318-02 terkait erat pula dengan peraturan beton Indonesia SNI 03-2784-02. Masing-masing dari kedua peraturan ini masih berlaku sampai saat ini dan belum diadakan perubahan dan penyesuaian. Dasar penentuan beban gempa dikaitkan dengan analisis probabilistik untuk menghitung percepatan batuan dasar (istilah SNI 1726-02, atau soft rock class B –UBC 97 atau SB - IBC 2006 dan ASCE 7-05) maksimum akibat goncangan gempa dengan periode ulang 475 tahun dan mempunyai 10 % kemungkinan tidak terlampaui untuk 50 tahun umur bangunan. Secara kuantitatip hasil analisis ini dinyatakan dalam bentuk peta zoning gempa, untuk wilayah Indonesia telah di bagi 6 zone. Tabel 1, menunjukan perbandingan peta zoning gempa di Indonesia dan UBC 97.

SNI-1726 1 2 3 4 5 6

UBC-97 1 2A 2B 3 4

Batuan Keras(SA) 0.024 0.06 0.08 0.12 0.16 0.2 0.24 0.32

Batuan Dasar Batuan Lunak SB) 0.03 0.075 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.4

Keras Keras (SC) 0.04 0.09 0.12 0.18 0.24 0.28 0.33 0.4

Sedang Sedang (SD) 0.05 0.12 0.15 0.23 0.28 0.32 0.36 0.44

Lunak Lunak (SE) 0.08 0.19 0.2 0.3 0.34 0.36 SNI 0.38 0.36 0.36

Khusus Khusus (SF)

TABEL 1 - PERCEPATAN PUNCAK BATUAN DASAR, Ao -SNI 1726 DAN KORELASINYA DENGAN JENIS TANAH Jenis Tanah

perlu penyelidikan tanah khusus untuk menentukan besarnya Ao Wilayah Gempa

Sejak tahun 2000 peraturan beban gempa Amerika tidak lagi terkotak-kotak seperti UBC, NBC dan SBC (masing untuk wilayah barat, utara-selatan dan timur-selatan Amerika) selanjutnya masing-masing sepakat untuk bergabung dan mengeluarkan satu model dasar peraturan mengikuti rekomendasi dari NEHRP yang berlaku di seluruh negara bagian Amerika dengan nama baru International Building Code. IBC-2000 yang direncanakan berkesinabungan untuk setiap periode 3 tahun secara terus menerus diperbaiki serta diperbaharui. Terjadi perubahan mendasar mengenai penentuan percepatan batuan dasar maksimum akibat goncangan gempa sangat kuat yang dipakai oleh NEHRP-2000 sebagai gempa rencana maksimum yang diharapkan akan terjadi yaitu dengan periode ulang 2475 tahun dan mempunyai 2% kemungkinan tidak terlampaui untuk 50 tahun umur bangunan. Selanjutnya revisi peraturan terakhir dari IBC 2006 dan ASCE 7-05 mensyaratkan ketentuan pendetailan penulangan struktur beton untuk beban gempa dari kedua peraturan ini harus memenuhi dan mengikuti persyaratan yang tercantum di dalam ACI 318-05. Tahun depan diperkirakan akan dikeluarkan peraturan IBC-2009 yang baru dan untuk struktur beton sudah dapat dipastikan masih harus terkait dengan peraturan terbaru dari ACI 318-08.

(3)

tanah dari lokasi yang ditinjau (lihat Tabel-1). Langkah selanjutnya adalah membuat respons spektra dari percepatan gempa rencana maksimum sebagai fungsi dari waktu getar alami T setiap sistim struktur dan dihitung sebagai bagian dari percepatan gempa rencana maksimum untuk waktu getar 0.2 detik , SDS dan 1 detik , SD1 mengikuti persamaan (1) seperti terlihat dalam gb. 1.

Gb.1 – pola dasar bentuk respons spektra Gb.2 – Skematis ilustrasi mengenai koefisien percepatan gempa rencana koefisien desain untuk beban gempa

Perhitungan perencanaan besarnya gaya gempa rencana untuk disain and analisis perhitungan dinyatakan oleh besarnya gaya geser dasar Vy , ketentuan mengenai syarat kekuatan dan pendetailan tulangan serta fleksibilitas ketidak teraturan bentuk bangunan dan limitasi tinggi bangunan tidak lagi ditentukan oleh peta zoning gempa sebagaimana halnya yang telah ditetapkan dalam UBC-97 ataupun SNI 1726-02. Baik oleh IBC maupun ASCE, ketentuan mengenai hal tersebut di atas telah di gantikan oleh kriteria perencanaan baru yang di sebut katagori desain gempa-KDG (seismic design category- SDC) dan dikaitkan dengan klasifikasi penggunaan bangunan-KPB atau occupancy category –OC. Secara umum KPB di bagi atas 4 katagori seperti terlihat dalam Tabel-2 .

(4)

pendek 0.2 detik SDS dan waktu getar 1 detik SD1. Dari kedua data yang diperoleh selalu di ambil yang paling kritis.

KPB

Struktur bangunan yang beresiko kecil terhadap kehilangan jiwa manusia bila mengalami kegagalan sistim struktur I

Struktur bangunan selain yang termasuk KPB I , III dan IV II

Struktur bangunan yang beresiko besar terhadap kehingan jiwa manusia bila mengalami kegagalan sistim struktur III

Struktur bangunan penting yang harus segera berfungsi untuk keadaan darurat IV

TABEL 2 - PENGGUNAAN BANGUNAN

HARGA SDS

KDG SESUAI KELAS PENGGUNAAN BANGUNAN

HARGA SD1 KDG SESUAI KELASPENGGUNAAN BANGUNAN

Pantai barat wilayah Amerika mempunyai track-record gempa yang paling lengkap, dari hasil analisis statistik menunjukan bahwa respons spektra akibat goncangan gempa rencana maksimum yang sangat kuat dan merusak mempunyai periode ulang 2475 tahun dengan 2% kemungkinan terlampaui selama 50 tahun umur bangunan hampir sama dengan 1.5 kalinya dari respons spektra gempa yang mempunyai periode ulang 475 tahunan dengan 10% kemungkinan terlampaui selama 50 tahun umur bangunan (merupakan gempa rencana maksimum yang dipakai oleh UBC-97 dan SNI 1726-02) dapat dilihat dalam gambar 3. Nilai 3/2 ini secara sembarang telah di pakai sebagai patokan faktor keamanan untuk menentukan respons spektra gempa rencana maksimum untuk perhitungan perencanaan bangunan pemikul gaya gempa yang ekivalen sama dengan 2/3 respons spectra akibat goncangan gempa maksimum yang sangat kuat dan merusak dengan periode ulang 2475 dan 2% kemungkinan terlampaui selama 50 tahun umur bangunannya. Dengan menggunakan perubahan penetapan gempa

Gb. 3 – Respon spektra wilayah California

a ---> b ASCE 7-05, IBC-2006

(5)

maksimum rencana dari periode ulang 475 menjadi 2475 tahun diharapkan dapat diperoleh faktor keamanan yang sama di seluruh wilayah negara bagian Amerika sama halnya dengan wilayah pantai baratnya. Hal yang sama tentunya harus dilakukan untuk perubahan peraturan SNI 1726 mendatang. N H

Pada umumnya perhitungan gaya-gaya dalam setiap elemen struktur akibat pembebanan gempa dilakukan dengan metode elastis-linear melalui analisa dinamis menggunakan respons spektra akibat goncangan gempa rencana maksimum seperti yang diuraikan di atas. Namun demikian dari pengalaman kerusakan struktur yang telah didisain dan dianalisis mengikuti peraturan yang ada, akibat goncangan gempa-gempa masa lampau menunjukan bahwa prilaku struktur diantisipasi akan melampaui batas elastisitas dan sudah memasuki wilayah prilaku inelastis sehingga praktik analisis perhitungan yang lazim menggunakan metode elastis-linear tidak akan menggambarkan secara akurat prilaku struktur sebenarnya. Oleh karena itu hasil analisis perhitungan memakai metode elastis-linear tersebut masih perlu dimodifikasi dengan satu set faktor-faktor koeffisien rencana gempa untuk memperhitungkan prilaku respons inleastisnya. Berdasarkan hasil penelitian seksama dari uji terbatas laboratorium dan pengalaman kerusakan struktur akibat goncangan gempa masa lampau faktor-faktor koefisien rencana gempa yaitu faktor modifikasi respons R , faktor kuat lebih o dan faktor pembesaran simpangan Cd (SNI 03-1726-02 menggunakan notasi berturut-turut , Rm , f dan 0.7 R), dari setiap karakteristik jenis sistim struktur utama pemikul gaya gempa dapat ditentukan dan dipilih dari Tabel 4.

Faktor modifikasi respons R , dipergunakan untuk mengurangi besarnya gaya gempa yang dibutuhkan oleh sistim struktur pemikulnya untuk berprilaku elastis ketika mengalami goncangan gempa maksimum rencana (gempa periode ulang 2475 tahunan) ke batas level kekuatan yang dibutuhkan untuk strukturnya masih berprilaku inelastis sesuai karakteristik batas kemampuan perubahan bentuk dari jenis sistim struktur utama yang telah dipilih sesuai peraturan. Sistim struktur utama pemikul gaya gempa yang mempunyai kemampuan perubahan bentuk inelastis lebih baik akan mempunyai nilai R yang paling tinggi, misalnya untuk sistim struktur SRPMK (struktur rangka pemikul momen khusus),

nilainya R = 8 (R = 8.5 untuk SNI 1726-02), dengan demikian besarnya gaya geser dasar rencana untuk desain dan analisis perhitungan, Vy, diperkenankan cukup sampai batas 1/8 dari besarnya gaya geser dasar yang dibutuhkan jika sistim struktur tersebut berprilaku elastis, Ve ketika dibebani goncangan gempa maksimum rencana sesuai peraturan (periode ulang 2475 tahunan). Nilai R yang lebih kecil diberikan untuk sistim struktur utama pemikul gaya gempa yang tidak mempunyai kemampuan berubah bentuk secara inelastis dengan baik, seperti struktur dinding geser pemikul (bearing walls) nilai R nya lebih kecil yaitu sama dengan 4.5.

(6)

mendekati harga R nya, sehingga simpangan inelastis I yang dihitung menjadi sedikit lebih rendah

daripada simpangan elastisnya e.

Faktor kuat lebih o(f , dalam SNI 1726-02), dimaksudkan untuk memperhitungkan prakiraan gaya dalam maksimum yang terjadi dalam setiap elemen struktur pemikul gaya gempa sehubungan dengan adanya kemungkinan kuat lebih struktur dikarenakan kuat material aktual yang lebih besar daripada kuat rencana, atau jumlah luas tulangan terpasang yang lebih dari luas tulangan rencana hasil analisis perhitungan, dll; sehingga selanjutnya akan berdampak terhadap peningkatan kekuatan aktual sistim struktur yang akan lebih besar daripada kekuatan struktur hasil analisis perhitungan elastis akibat beban gempa rencana untuk analisis strukturnya Vy yaitu Ve (gaya gempa jika sistim struktur utama direncanakan akan berprilaku elastis) setelah di bagi dengan nilai R.

Gambar 2, memberikan ilustrasi lengkap latar belakang konsep dasar mengenai penggunaan dan pemilihan koefisien-koefisien gempa yang dinyatakan dalam bentuk plot gambar hubungan kurva desain respons spektra elastis akibat gempa maksimum rencana dengan periode ulang 2475 tahunan, garis respons elastis struktur, kurva desain respons spektra inelastis dari sebuah sistim struktur pemikul gaya gempa yang dipilih dan dinyatakan dalam bentuk grafik hubungan koordinat dari gaya geser dasar vs simpangan lateral pada puncak bangunan.

Garis putus dalam gambar 2, mencerminkan respons elastis suatu sistim struktur yang dipilih. Garisnya lurus untuk menunjukan hubungan gaya dan simpangan struktur jika berubah bentuk secara elastis karena masih mempunyai kekakuan yang konstan. Titik pertemuan antara garis diagonal lurus dengan respons spektra akibat goncangan gempa maksimum rencana menunjukan besarnya gaya geser dasar Ve jika struktur berubah bentuk secara elastis penuh, dengan simpangan puncak bangunan e . Plot grafik respons spektra inelastis ditunjukan dalam bentuk satu seri garis segmental yang dikenal sebagai hasil analisis dorong (push-over analysis). Pada taraf awal garis segmen pertama dari analisis dorong berimpit dengan garis respons elastisnya karena kekakuan strukturnya masih sama (elastis), titik-titik Vy dan y menunjukan batas akhir perubahan bentuk secara elastis dari struktur. Melampaui kedua titik tersebut struktur akan memasuki perubahan bentuk secara inelastis, ditunjukan dengan penurunan kekakuan atau perlemahan struktur secara sekuensial berupa seri dari garis-garis segmental. Gaya geser dasar ultimit, Vu pada puncak dari grafik analisis dorong menunjukan gaya lateral maksimum yang dapat dipikul oleh struktur setelah terjadinya sejumlah sendi-sendi plastis yang cukup pada beberapa elemen struktur yang direncanakan sesaat strukturnya akan mendekati keruntuhan total.

Hubungan besarnya gaya geser dasar rencana untuk analisis struktur, simpangan puncak bangunan dengan koefisien-koefisien gempa dapat ditentukan sbb :

R V

Vy

e ; Vm

W

oVy ;

D

i

Cd

D

y ……….

TATA CARA DASAR PERENCANAAN BANGUNAN UNTUK BEBAN GEMPA

(7)

SNI-03-2847-2002 Psl. 23.2.1.4

SNI 1726 -2002 Wilayah Gempa 1, 2 Wilayah Gempa 3 Wilayah Gempa 4, 5, 6

NEHRP-1997, 2000, 2003 NFPA-5000 , 2003, 2006 ACI 318-08, IBC-2000, 2003, 2006

ASCE 7-98, 7-02, 7-05 SDC D, E , F

BOCA 1993, 1996, 1999

Resiko rendah

ACI 318-08: Psl 21.2

Wilayah Gempa 0 , 1 NEHRP-1991, 1994

UBC-1991, 1994, 1997 Standar Peraturan Gempa

SNI-03-2847-2002 Psl. 23.2.1.2

SBC- 1994, 1997, 1999 ASCE 7-1993. 1995

Tingkatan dari resiko gempa, SPC, SDC dari beberapa model peraturan gempa

TABEL- 4 PERBANDINGAN TINGKAT RESIKO GEMPA DAN DETAIL TULANGAN

SPC A, B SPC C SPC D, E

Resiko sedang/medium

ACI 318-08 : Psl. 21.3 & 4

Resiko tinggi

ACI 318-08 : Psl. 21.5 SNI-03-2847-2002 Psl. 23.2.1.3

Wilayah Gempa 2 Wiilayah Gempa 3, 4

SDC A, B SDC C

1. Dari data hasil penyelidikan tanah di lokasi bangunan di hitung nilai rata-rata dari N-SPT (standard penetration test), cu(kuat geser niralir tanah) dan atau vs (kecepatan geser tanah) pada ketebalan 30 m dari bawah muka tanah yang ada untuk menentukan klasifikasi tanah setempat (lunak, sedang atau keras). Melihat data lokasi bangunan dari peta kontur gempa maksimum rencana dapat ditentukan Ss dan S1 . Hitung SDS dan S1 mengikuti persamaan (1). Kemudian dibuat grafik hubungan antara percepatan respon spektra Sam vs waktu getar alami bangunan T yang selanjutnya disebut sebagai respon spektra gempa rencana seperti terlihat pada gb (1).

Sementara menunggu perubahan peta kontur gempa yang baru untuk Indonesia seperti halnya yang telah dilakukan oleh NEHRP, ASCE, IBC sebagai petunjuk jika kita memakai SNI 1726-03 dapat dipergunakan Tabel -1 untuk mendapatkan hubungan proportional peta gempa SNI dengan UBC-97, sebagai contoh kota Jakarta, wilayah gempa 3 SNI 1726, yang mempunyai percepatan batuan dasar 0.15 g setara dengan UBC-97, untuk zone 2A (gempa maksimum rencana atas dasar periode ulang 475 tahun dengan 10% kemungkinan tidak terlampaui selama 50 tahun umur bangunan).

2. Dari data percepatan gempa batuan dasar SDS dan SD1 sesuai lokasi bangunan dan klasifikasi penggunan bangunan KPG dari Tabel-3 kemudian dapat di tentukan KDG.

(8)

3. Dari Tabel-5, disesuaikan dengan KDG yang diperoleh dari langkah sebelumnya , kemudian dapat dipilih tipe sistim struktur utama pemikul beban gempa untuk perencanaan termasuk sekaligus koefisien-koefisien gempa untuk desain dan analisis perhitungan terhadap beban gempa, yaitu faktor-faktor R (modifikasi koefisien reponns) , Cd (koefisien pembesaran defleksi) dan o (koefisien kuat-lebih).

Sementara belum ada perubahan peraturan gempa Indonesia yang baru, kita masih boleh mengacu kepada ketentuan yang tercantum dalam UBC-97 atau dapat dipakai koefisien-koefisien desain untuk gempa dalam SNI 1726-02 seperti Rm , 0.7 Rm dan f sesuai Tabel-4.

4. Dari hasil analisa dinamis untuk ragam getar ke-m selanjutnya dapat dengan mudah di rubah grafik hubungan respons spektra percepatan

S

am

vs

T

m menjadi grafik hubungan

S

am

vs

S

dm (respons spektra simpangan) dan dengan memperhatikan hubungan

S

am

,

S

dm

,

dan

T

m melalui

persamaan Sdm Tm2 Sam

2

4

. Langkah berikutnya dapat dihitung gaya geser dasar hasil analisis

dinamis untuk ragam getar ke-m : dalam peraturan tersebut yang disebut faktor koefisien gempa rencana C).

Simpangan pada puncak bangunan untuk ragam getar ke-m dapat dihitung, yaitu

D

mpuncak

Gaya geser dasar total dari analisis dinamis diperoleh dengan memperhitungkan gaya geser dasar hasil kombinasi dari sejumlah ragam getar ke-1 sampai ragam getar ke-m sesuai persamaan (3) yaitu menggunakan metode SRSS (square root of the sum squares) atau CQC (complete quadratic combination) dalam hal waktu getar alami Tm dan Tm-1 relatip hampir berdekatan. Disyaratkan bahwa perhitungan kombinasi sejumlah ragam getarharus diambil sedemikian rupa sehingga faktor FPM mencapai minimum 90 %.

(9)

CQC :



terbaru dari ASCE 7-05 dan atau IBC-2006 seperti yang telah diuraikan di atas, maka akan timbul banyak kendala dalam perancangan struktur untuk menentukan besarnya beban gempa serta memilih type pendetailan tulangan sistim struktur utama pemikul beban gempa, sehingga seringkali menimbulkan kesulitan dan keragu-raguan buat para praktisi struktur di Indonesia. Kurangnya pemahaman mengenai hal tersebut di atas bisa berdampak positip yang akan menghasilkan perancangan struktur bangunan yang sangat over-konservatip dan menjadi tidak ekonomis atau sebaliknya bisa menghasilkan struktur bangunan yang sangat berbahaya karena tidak memenuhi syarat kekuatan dan daktilitas yang memadai untuk memikul beban gempa rencana sesuai yang dimaksud dalam peraturan tersebut.

Hal-hal fundamental yang memerlukan engineering judgement a.l. :

1. Memahami bahwa SNI 1726-02 belum dilengkapi dengan perubahan mengenai peta kontur percepatan gempa untuk menentukan besarnya SDS dan SD1.

2. Berkaitan dengan butir 1 di atas, perencana akan menemui kesulitan untuk membuat respons spektra, demikian juga halnya dalam menentukan KDG.

(10)

adanya keharusan limitasi ketinggian bangunan untuk sistim struktur tersebut. Tabel-4 memberikan informasi mengenai perbandingan kriteria penentuan perancangan sistim struktur utama pemikul beban gempa sekaligus terkait dengan besarnya koefisien-koefisen gempa untuk perhitungan analisis struktur dan limitasi ketinggian bangunan yang di ambil dari peraturan ASCE 7-05 atau IBC-2006 atau UBC-97. (SNI 1726-02 belum mengatur secara sepesifk ketentuan mengenai limitasi tinggi bangunan untuk sistim struktur utama tertentu).

4. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya yaitu ketentuan mengenai syarat pendetailan tulangan untuk sistim struktur utama pemikul gaya gempa. Menurut IBC-2006 dan ASCE 7-05 pendetailan tulangan harus memenuhi peraturan ACI 318-05; yang mensyaratkan bahwa pemilihan jenis sistim struktur utama pemikul gaya gempa harus dikaitkan dengan KDG. Misalnya untuk KDG-D sistim struktur rangka pemikul momen khusus SRPMK dapat dipakai secara umum dan sistim struktur dinding geser khusus SDGK dapat dipakai dengan memperhatikan batasan ketinggian bangunan. Demikian halnya untuk KDG-C sistim struktur rangka pemikul momen dan atau sistim struktur dinding geser biasa , SRPMM dan SDGB dapat dipakai sebagai sistim struktur utama pemikul gaya gempa tanpa perlunya adanya pembatasan mengenai total ketinggian bangunan.

5. Gaya geser dasar minimum untuk perhitungan struktur utama pemikul beban gempa tidak lagi ditentukan secara spesifik dalam peraturan IBC-2006 maupun ASCE 7-05 seperti halnya yang diatur dalam peraturan UBC-97. Akan tetapi untuk menghindari perhitungan gaya gempa rencana yang terlalu kecil atau diperolehnya sistim struktur dengan fleksibilitas lateral berlebihan khususnya untuk struktur bangunan yang mempunyai waktu getar alami T panjang (bangunan bertingkat banyak); gaya geser dasar hasil perhitungan analisis dinamis yang menggunakan waktu getar alami Td, perlu diperiksa menggunakan gaya geser dasar hasil perhitungan analisis statis ekivalen atau analisis dinamis (memperhatikan faktor skala) menggunakan waktu getar alami untuk setiap sistim struktur tertentu yang dihitung berdasarkan rumus empiris Ta, mengikuti persamaan (4) dan setelah dikalikan dengan faktor pembesaran Cu dari Tabel-5 yang bergantung kepada besarnya SD1 sesuai ketentuan yang disyaratkan dalam peraturan tersebut :

x n t

a Ch

T

……….

(11)

1.4 1.4 1.5 1.6 1.7

.

KOEFISIEN BATAS LIMIT MENGHITUNG WAKTU GETAR ALAMI TABEL - 5

SD1 koefisien Cu

.

0.3 0.2 0.15

Ct x

0.0466 0.9

0.0488 0.75

TABEL - 6 KOEFISIEN EMPIRIS Ct dan x

TYPE SISTIM STRUKTUR

STRUKTUR BETON RANGKA PEMIKUL MOMEN

SISTIM STRUKTUR LAIN

DAFTAR PUSTAKA

I te atio al Co fe e e of Buildi g Offi ials , U ifo Buildi g Code, UBC- Volu e ; Whittier, CA, 469 pp .

David A. Fanella and Javeed A. Munshi (19 , Desig of Co ete Buildi gs fo Ea th uake a d

Wi d Fo es, A o di g to the UBC, Po tla d Ce e t Assoi iatio , Illi ois, pp.

Gosh, “.K. , I pa t of the “eis i Desig P o isio s of the I te atio al Buildi g Code,

Structurres and Codes Institute Northbrook, IL , 47 pp.

Aoya a, Hi oyuki , Desig of Mode High ise Rei fo ed Co ete “t u tu es, I pe ial

College Press, London., 442 pp.

Badan Standardisasi Nasional, BSN , Tata Ca a Pe e a aa Ketaha a Ge pa u tuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002, 85 pp.

Bada “ta da isasi Nasio al, , Tata Ca a Pe hitu ga “t uktu Beto untuk Bangunan

Gedu g, SNI 03-2847-2002, 272 pp.

Gosh, S.K. and Davie A. Fanella , “eis i Wi d Desig of Co ete Buildi gs, IBC, A“CE 7-98, ACI 318- , I te atio al Code Cou il, I , pp.

Gosh, “.K. , “eis i Desig usi g “t u tu al Dy a i s, IBC, I te atio al Code Cou il,

IL , 188pp.

Chen, W.F. and “ a tho , C. ; Ea th uake E gi ee i g Ha d ook, CRC Press LLC, Boca Raton, Florida, 1448 pp.

Bozo g ia a d Be te o , Ea th uake E gi ee i g f o E gi ee i g “eis ology to Pe fo a e Based E gi ee i g, CRC P ess LLC, Bo a Rato , Flo ida, 947 pp.

Bu gale “. Ta a ath , Wi d a d Ea th uake Resista t Buildi gs, “t u tu al A alysis a d Desig , CRC P ess, Taylo a d F a is G oup, Bo a Rato , Flo ida, pp.

I te atio al Code Cou il , I te atio al Buildi g Code, IBC-2006, Country Club Hills, Illinois, 663 pp.

A e i a “o iety of Ci il E gi ee s , Mi i u Desig Loads fo Buildi gs a d Othe

(12)

Gosh, “.K., “usa Do ty a d Dasgupta, P. , A alysis of Re isions to the 2006 IBC Structual Provisions, International Code Council, 254 pp.

(13)

Faktor Kuat Lebih f,WO Catatan : (..) Angka dalam kurung merupakan pembatasan tinggi bangunan sesuai UBC-97

* Tidak secara spesifik di atur dalam SNI 1726 ** Tidak di atur dalam SNI 1726 c. Sistim Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB)

Peraturan

TABEL- 5 SISTIM STRUKTUR UTAMA BETON PEMIKUL GEMPA

Sistim Struktur Utama Pemikul Gaya Gempa

Gambar

TABEL 1 - PERCEPATAN PUNCAK BATUAN DASAR, Ao -SNI 1726 DAN KORELASINYA DENGAN JENIS TANAH
Tabel 3(a) dan (b)  memberikan petunjuk untuk menentukan KDG yang  di bagi atas 5 kategori yaitu KDG A  sampai E  dan yang harus dikaitkan dengan percepatan gempa rencana  maksimum untuk waktu getar
TABEL  2  - PENGGUNAAN  BANGUNAN
TABEL  - 5KOEFISIEN BATAS LIMIT MENGHITUNG WAKTU GETAR ALAMITABEL  - 6

Referensi

Dokumen terkait

Inti usulannya agar Wali Negeri mau menetapkan suatu ordonansi untuk mengubah dan menambah ordonansi 10 September 1930 (Stbl. 344) agar pajak radio yang dikenakan kepada pendengar

Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa 1 penetapan harga eceran tertinggi untuk pupuk bersubsidi di Kota Malang dasarkan pada alasan bahwa pupuk merupakan komoditas penting

Berbagai penelitian mengenai keampuhan model pembelajaran Problem Based Learning dan Discovery Learning, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Mia Christy

Sesuai dengan RPJM Kota Lhokseumawe Tahun 2017-2022 yang disusun dengan mengacu pada Permendagri Nomor 86 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan

Hal tersebut dibuktikan atas kerja sama Harian Topskor dengan media olahraga asing La Gazetta Dello Sport (Italia) dan Marca (Spanyol). Sebenarnya, bentuk kerja sama ini

Laporan Kinerja Tahun 2016 in menyajikan capaian kinerja sesuai dengan target-target yang tercantum dalam Sasaran Renstra 2016-2020 yaitu terwujudnya proses pembelajaran dan

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Walaupun hasil kuesioner menunjukkan pelaksanaan audit operasional yang baik, audit operasional tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen pergudangan dapat