• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengelolaan Arsip Dinamis Aktif di Apotek Hasil Salatiga T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengelolaan Arsip Dinamis Aktif di Apotek Hasil Salatiga T1 BAB II"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka yang dibahas dalam penelitian ini antara lain : arsip, fungsi dan tujuan arsip, arsip dinamis aktif, filing sistem penyimpanan arsip, manajemen laporan, pembentukan manajemen laporan, prosedur, inventaris laporan, laporan baru,

kriteria laporan, berkas laporan, metode pemberkasan arsip dinamis aktif, pemeliharaan dan penjagaan arsip dinamis aktif, peralatan dan perlengkapan

penyimpanan arsip dinamis aktif, syarat – syarat pegawai kearsipan dan

penyelenggaraan kearsipan yang baik bagi lembaga baik lembaga pemerintah maupun lembaga swasta

2.1 Arsip

Arsip menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

“dokumen tertulis yang mempunyai nilai historis, disimpan

dan dipelihara di tempat khusus untuk referensi.”6

Sedangkan menurut Barthos arsip adalah “setiap catatan tertulis baik dalam

bentuk gambar ataupun bagan yang memuat keterangan – keterangan mengenai

subyek (pokok persoalan) maupun peristiwa yang dibuat orang untuk membantu

daya ingatan orang (itu) pula”7

Atas dasar pengertian tersebut yang termasuk dalam kategori arsip antara lain :

surat, kwitansi, faktur, pembukuan, daftar gaji, daftar harga, kartu penduduk, bagan

organisasi, foto – foto dan lain sebagainya.

6

Kamus Besar Bahasa Indonesia,Kamus Pusat Bahasa, Jakarta, 2008, hal 91 7

(2)

10 2.2 Fungsi dan Tujuan Arsip

2.2.1 Fungsi Arsip

Menurut Barthos mengemukakan bahwa fungsi arsip untuk membedakan : 1. Arsip dinamis, yang dipergunakan secara langsung dalam perencanaan,

pelaksanaan, penyelenggaraan, kehidupan, kebangsaan pada umumnya atau dipergunakan secara langsung dalam penyelenggaraan administrasi

negara

2. Arsip statis, yang tidak dipergunakan secara langsung untuk perencanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya

maupun untuk penyelenggaraan sehari hari administrasi negara.8

Ketentuan fungsi arsip tersebut menegaskan adanya dua jenis sifat dan arti

Berdasarkan Undang – Undang No 7 Tahun 1971 pasal 3 menjelaskan bahwa

“tujuan kearsipan adalah untuk menjamin keselamatan bahan

pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan

penyelenggaraan kehidupan berbangsa serta untuk menyediaka bahan

pertanggungjawaban tersebut bagi kegiatan pemerintahan”10

8

Basir Barthos, Manajemen Kearsipan, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hal 11. 9Ibid., 12.

10

(3)

11 2.3 Arsip Dinamis Aktif

Arsip dinamis (records) mempunyai arti “informasi terekam, termasuk data

dalam sistem komputer yang dibuat atau diterima oleh badan korporasi atau

perorangan dalam transaksi kegiatan atau melakukan tindakan sebagai bukti

aktivitas tersebut”.11

2.4 Filing Sistem Penyimpanan Arsip

Arsip merupakan alat pengingat baik bagi organisasi maupun bagi pimpinan.

Arsip yang tersimpan didalam kantor baik dalam intansi pemerintah maupun swasta semakin lama semakin bertambah seiring dengan perkembangan kantor. Perlunya sistem penyimpanan arsip yang tepat, mudah dapat menanggulangi jumlah arsip yang

tersimpan didalam kantor. Penentuan sistem kearsipan hendaknya sesuai dengang jumlah arsip yang ada, kondisi kantor, dan sejauh mana perkembangan kantor dimasa

yang akan datang.

Terdapat lima macam sistem kearsipan yang sesuai dengan teori kearsipan yaitu:

a) Sistem Kronologis

Dalam sistem ini susunan arsip diatur berdasarkan waktu, seperti tahun, bulan, dan tanggal. Hal yang dijadikan petunjuk pokok adalah tahun

kemudian bulan dan tanggal. Contoh :

Kode 260190 menyatakan tanggal 26, bulan Januari, tahun 1990 atau sebaliknya

Kode 900126 menyatakan tahun 1990, bulan Januari, tanggal 26

11

(4)

12 b) Sistem Abjad

Sistem abjad yaitu sistem penyimpanan dan penemuan kembali arsip

berdasarkan abjad. Dalam sistem ini semua arsip/dokumen diatur berdasarkan abajad nama orang, organisasi, atau kantor. Ciri suatu kantor yang menerapkan pengelolaan kearsipan dengan sistem abjad adalah arsip

yang diatur dan disimpan berdasarkan abjad latin a sampai z, atau kombinasi abjad tersebut.

c) Sistem Nomor

Sistem nomor atau angka sering juga disebut kode klasifikasi persepuluhan. Yang dijadikan kode surat adalah nomor yang ditetapkan

oleh unit yang bersangkutan.12

d) Sistem Subyek

Dalam sistem ini semua naskah/dokumen disusun dan dikelompokkan berdasarkan pokok soal/masalah. Satu masalah dapat dipecah menjadi

submasalah, submasalah dipecah lagi menjadi sub-submasalah. e) Sistem Geografis

Dalam sistem ini susunan arsip diatur berdasarkan judul nama

wilayah/daerah, seperti nama negara, provinsi, kabupaten, kecamatan dan

seterusnya.13

2.5 Manajemen Laporan

Manajemen laporan bertujuan untuk mengendalikan produksi laporan dan mengupayakan manfaat semaksimum mungkin bagi perusahaan. Laporan yang

bertele – tele atau besifat teknis cukup diserahkan kepada bagian masing –

12

Irra Chrisyani Dewi, Manajemen Kearsipan, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2011, Hal 98 - 99 13

(5)

13 masing, sedangkan manajemen laporan berurusan dengan laporan yang makan banyak waktu dan uang.

Manajemen laporan memiliki 2 tujuan yaitu memperbaiki efisiensi dan menghemat uang. Tujuan tersebut dcapai melalui proses sebagai berikut :

1. Menghilangkan laporan yang tidak perlu. Banyak informasi yang tidak

diperlukan karena pemakai dapat mengakses langsung ke berbagai sumber, sedangkan laporan dibuat sementara isinya sudah tidak diperlukan lagi.

Manajemen laporan harus berupaya membersihkan rumah tangga korporasi dengan menghapuskan semua laporan tersebut dengan tidak memandang medianya. Karena itu semua laporan harus dinilai ulang secara berkala dan

eksistensi laporan tersebut perlu diteliti.

2. Konsolidasi laporan bila memungkinkan. Apakah berbagai bagian dari

perusahaan menerima laporan yang sama atau mirip – mirip? Bila memang

demikian, maka manajemen laporan harus melakukan konsolidasi agar hal

tersebut tidak terjadi lagi dengan pertimbangan penghematan biaya.

3. Mendesain ulang isi laporan untuk meningkatkan efektivitasnya. Desain yang

dapat menghilangkan data yang tidak diperlukan dan menambah informasi

yang bermanfaat, misalnya ringkasan data. Desain ulang juga berarti

menyusun butir – butir laporan agar memudahkan pemakaiannya. 14

4. Membatasi distribusi laporan. Setiap orang dari perusahaan yang menerima

laporan hendaknya memerlukan laporan tersebut sebagai bagian

pekerjaannya. Bila tidak ada manfaatnya, laporan tersebut tidak perlu dikirm

ke yang bersangkutan. Ada karyawan yang merasa statusnya diperusahaan turun bila tidak memperoleh laporan padahal laporan tersebut tidak

14

(6)

14 digunakannya atau tidak ada kaitannya dengan pekerjaannya. Upaya penghematan dapat dilakukan dengan menyerahkan kopi laporan ke

perpustakaan perusahaan atau pusat informasi perusahaan sehingga karyawan yang membutuhkan dapat membacanya disana.

5. Membatasi jumlah kopi laporan yang dibuat.

Mengurangi frekuensi laporan. Ada kalanya laporan dibuat melebihi keperluan. Ada yang membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan padahal

laporan itu tidak perlu.15

2.5.1 Pembentukan Manajemen Laporan

Pembentukan manajemen laporan peru dukungan dari manajemen puncak.

Alasan pembentukan manajemen laporan adalaha efisiensi dan penghematan uang. Hal yang harus diperhatikan dalam pembentukan manajemen laporan

antara lain :

1. Tanggung jawab

Langkah pertama adalah penentuan tanggung jawab atas implementasi dan pembinaan program. Manajemen laporan merupakan tanggung jawab manajemen arsip dinamis, namun segmen tertentu manajemen laporan berada

di tingkat manajemen lainnya. Karena tanggung jawab tersebut, semua tingkat manajemen bertanggung jawab pula atas pembuatan laporan yang

terbatas pada operasi yang efisien, dan dibuat dengan cara seekonomis mungkin dan didistribusikan kepada pihak yang berwenang saja. Para manajer juga memegang peran penting dalam inventarisasi awal dan berkala

menyangkut laporan yang berulang – ulang sebagaimana yang diminta oleh

manajer arsip dinamis.

15

(7)

15 Salah satu tujuan manajemen laporan adalah memberikan control kontinu atas jumlah laporan yang semakin meningkat, namun karena laporan

merupakan sarana operasional, maka kontrol akhir berada di tangan perorangan atau bagian yang memerlukan laporan.

Sistem manajemen laporan bertindak selaku “pengawas” keseluruhan

laporan. Manajemen laporan mengambil prakarsa melakukan inventarisasi dan audit, membuat perencanaan, implementasi, dan audit laporan yang

dihasilkan komputer bekerja sama dengan personil dari bagian pengolahan data dan kata. Setiap akhir tahun, manajemen laporan membuat laporan tahunan yang berisi rincian biaya laporan, penghematan, atau hal lain untuk

keperluan pimpinan.16

2.5.2 Prosedur

Setelah memutuskan untuk menyusun program manajemen laporan perlu disusun kebijakan program tersebut sebelum memulai implementasi.

Kebijakan ini dikomunikasikan dengan menjelaskan garsi besar ruang lingkup program informasi laporan, dan menjelaskan prosedur termasuk prosedur persetujuan untuk semua permintaan dan tinjauan laporan, format

luaran dan tata letak format, persetujuan laporan final, evaluasi, dan tindak lanjut.17

2.5.3 Inventaris laporan

Langkah pertama implementasikan program manajemen laporan ialah inventarisasi laporan yang ada. Untuk keperluan ini disertakan formulir

inventaris laporan, beserta surat pengantar serta daftar laporan yang diikutsertakan atau tidak diikutsertakan dalam inventaris. Data yang diminta

16

Ibid., 68.

17

(8)

16 pada formulir inventaris laporan inventaris mencakup bagian, lokasi, nomor, judul laporan, jumlah halaman, organisator atau asal laporan, serta metode

persiapannya, apakah manual atau berbantuan komputer. Formulir inventaris yang telah diisi dikembalikan ke manajemen laporan.

Inventaris laporan diikuti oleh kuisioner laporan. Kuisioner laporan di

sebarkan ke masing – masing pencipta (organisator) laporan. Untuk setiap

laporan dibuatkan satu kuisioner diikuti dengan surat pengantar termasuk di

dalamnya tenggat waktu pengisian kuesioner. Formulir isian terdiri dari 2 lembar, lembar asli (Bagian I) dikembalikan ke manajemen laporan

sedangkan lembar kedua disimpan di bagian masing – masing (pengisi

formulir). Setiap formulir dibuatkan fotokopi, kemudian fotokopi tersebut di distribusikan ke setiap nama yang terdaftar pada senarai distribusi. Bagian II

kuesioner laporan kemudian diisi oleh penerima kuesioner. Mereka ini mengisi pertanyaan apakah laporan tersebut masih diperlukan, apakah

laporan dapat diperbaiki dan sebagainya. Akhirnya pengisi kuesioner menandatangani kuesioner dan mengembalikan ke manajemen laporan.

Manajer arsip dinamis kemudian memeriksa kuesioner yang telah diisi

lengkap, lalu mengambil keputusan :

1. Mencoret nama orang – orang yang tidak memerlukan laporan.

2. Mencoret nama orang – orang yang tidak mengembalikan kuesioner

dalam waktu 21 hari.

3. Memusnahkan laporan bila distribusi laporan nol, artinya tidak ada

penerima.

4. Mengambil tindakan lanjut menyangkut daftar distribusi dan

(9)

17

5. Akhirnya menyusun log inventaris laporan.18

2.5.4 Laporan baru

Setiap permintaan pembuatan laporan baru harus dinilai dengan mengaitkannya pada control atas laporan baru. Untuk keperluan tersebut, peminta mengisi formulir permintaan tinjauan laporan guna menjamin

keseragaman tinjauan laporan. Tinjauan laporan bertujuan memberikan otoritas, membentuk berkas fungsional inti, dan memungkinkan tinjauan

secara berkala.19

2.5.5 Kriteria laporan

Kriteria dalam menyusun atau menilai permintaan laporan ialah :

1. Penggunaan

Penggunaan laporan harus sebanding dengan biaya penyusunan,

percetakan, dan distribusi laporan.

2. Hakekat masalah

Laporan harus dilembagakan atau dilanjutkan sebagai sarana menjaga data penting. Sebuah laporan bukan merupakan alat untuk membenarkan laporan lainnya.

3. Prosedur ekonomi

Data harus dikumpulkan, diolah, dan disebarkan dengan cara sehemat

mungkin dan cara tersebut harus sesuai dengan prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya. Ini berarti menyertakan pemberian contoh, laporan perubahan, dan pengecualian tentang laporan.

18

Sulistyo, Basuki, Manajemen Arsip Dinamis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,2003, hal 70. 19

(10)

18 4. Pendayagunaan data

Data yang diserahkan ke badan korporasi harus dimanfaatkan sebaik

mungkin. Pengumpulan dan penyimpanan data dibatasi kepada

pemakai yang benar – benar memerlukannya.20

5. Koordinasi

Permintaan laporan dikoordinasikan dengan aktivitas penyusunan dan pengolahan laporan.

6. Laporan gabungan

Desain ulang persyaratan pelaporan merupakan proses kontinu guna memperoleh kompilasi data penting yang efisien. Duplikasi

pengumpulan dan penyebaran data harus ditekan sesedikit mungkin dan sesuai dengan kebutuhan untuk mengindentifikasi laporan yang

dinyatakan dalam laporan terpisah.

7. Penyingkatan

Laporan hendaknya singkat, hanya informasi penting saja yang dintatakan dalam laporan.

8. Tenggat waktu

Penentuan tenggat waktu hendaknya realis karena tenggat waktu yang tidak realis akan menyebabkan kesulitan memenuhi waktu, tambahan

biaya, hasil yang dicapi kurang cermat, dan perlu membuat laporan ulang.

9. Aras (tingkat) organisasi

Untuk memantau ketepatan distribusi, laporan dibagikan melalui jalur organisatoris badan korporasi yang bersangkutan.

20

(11)

19 10.Frekuensi

Frekuensi laporan disesuaikan dengan laju perubahan data.

11.Kesederhanaan

Data disiapkan dan diolah dengan cara langsung.

12.Penerapan

Laporan hanya memuat informasi yang benar – benar pokok bagi

aktivitas tertentu.21

2.5.6 Berkas Laporan

Berkas laporan lazim terdapat pada program manajemen laporan yang baik. Sebuah berkas meliputi prosedur tertulis tentang penggunaan sebuah

laporan, sebuah salinan laporan, dan formulir control laporan bagi masing –

masing laporan.

Beberapa badan korporasi menggunakan dua berkas yaitu berkas laporan fungsional dan berkas laporan historis. Berkas laporan fungsional memuat

informasi tentang laporan dengan tujuan menghindari duplikasi karena setiap permintaan laporan tersebut dicek dengan berkas laporan fungsional. Bila ada informasi yang belum dimuat dapat dimasukkan ke laporan yang ada sehingga

tidak perlu membuat laporan baru.

Berkas laporan historis berisi dikumentasi historis masing – masing

laporan yang lengkap. Informasi pada setiap formulir meliputi :

1. kopi (salinan) edisi muktahir dan sebelumnya;

2. kertas kerja yang menunjukkan tahap – tahap pengembangan;

3. sebuah kopi atau rujukan ke pedoman dari atasan;

21

(12)

20

4. permintaan asli menyangkut permintaan persetujuan dan permintaan

selanjutnya menyangkut revisi;

5. dokumen berisi spesifikasi dan menunjukkan kegiatan

produksi/pengadaan; dan

6. dokumen yang menunjukkan persediaan dan distribusi.

Bila ada pertanyaan menyangkut asal usul atau tujuan sebuah laporan

maka pertanyaan tersebut akan dirujuk ke berkas laporan historis.22

2.6Metode Pemberkasan Arsip Dinamis Aktif 2.6.1 Metode Pemberkasan Sistem Abjad

Sistem abjad merupakan sistem pemberkasan yang mengatur arsip

dinamis secara abjad, menurut kata demi kata, huruf demi huruf, atau unit dengan unit. Dalam sistem pemberkasan menurut abjad ada 3 jenis

rancangan primer yang digunakan yaitu menurut abjad nama,geografis, dan

subjek.23

a) Penyusunan Bedasarkan Abjad Nama

Penyusunan menurut nama adalah pemberkasan arsip dinamis menurut urutan nama orang, organisasi, badan, dan bisnis. Sistem pemberkasan

berdasarkan nama merupakan sistem abjad sederhana, yang merupakan cara paling mudah dibuat dan digunakan. Pemberkasan menurut abjad

akan menyatukan arsip dinamis yang berkaitan dengan nama tersebut naming urutan tersebut tidak selalu menunjukkan hubungan subjek. Karena berkas abjad nama langsung dapat diakses pemakai maka tidak

diperlukan indeks nama.24

22

Sulistyo, Basuki, Manajemen Arsip Dinamis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,2003, hal 71–72.

23

Sulistyo, Basuki, Manajemen Arsip Dinamis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,2003, hal 75.

24

(13)

21 Pustakawan sejak tahun 1876 mulai mengembangkan peraturan penjajaran (filing) menurut abjad. Dua dari peraturan pengabjadan

adalah Filing Rules for Dictionary Catalog of the Library of Congres

dan ALA Rules for Filing Catalog Cards. ALA singkatan dari American Library Association atau Asosiasi Pustakawan Amerika. Untuk arsip

dinamis, Association of Records Managers and Administrators (ARMA)

dari Amerika Serikat mengeluarkan peraturan bernama Alphabetical

Filing Rules pada tahun 1985. Dalam kaitannya dengan pemberkasan arsip dinamis berdasarkan abjad nama, maka ARMA (Association of Records Managers and Administrators) mengembangkan 7 peraturan

guna memperoleh konsistensi dalam pemberkasan. Berikut ini peraturan tersebut setelah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia :

1) Abjadlah dengan menyusun berkas dalam tata urutan unit demi unit

dan menyusul secara abjad pada masing – masing unit.

2) Setiap unit pemberkasan dalam sebuah segmen pemberkasan harus

dipertimbangkan. Hal ini mencakup kata depan, kata sambung, dan

kata sandang. Pengecualian ialah the yang diperlakukan sebagai unit

penjajaran terakhir.

3) Jajarkanlah sesuai dengan prinsip “nothing before something” artinya

dengan segmen unit tunggal mendahului segmen unit jarak.

4) Dalam mengabjad abaikan semua tanda baca. Tanda baca ini

meliputi titik, koma, tanda sambung, tanda sengkang (hyphen),

aprosof, dan sejenisnya. Kata – kata yang tersambung karena adanya

(14)

22

5) Angka Arab dan Romawi dijajarkan sebelum huruf. Semua angka

Arab mendahului angka Romawi.

6) Akronim dan tanda panggilan pemancar radio atau stasiun televisi

dijajarkan sebagai unit tunggal.

7) Berkaskanlah pada nama atau gelar yang paling lazim diguanakan.

Buatlah rujukan silang dari nama atau gelar yang mungkin digunakan oleh penanya lain atau dari nama atau gelar yang kurang lazim

digunakan ke nama atau gelar yang lebih lazim digunakan. 25

Peraturan pengabjadan dibagi menjadi tiga jenis ialah nama orang, nama badan bisnis dan badan pemerintahan.

b) Penyusunan Bedasarkan Geografi

Susunan geografis merupakan susunan arsip dinamis dalam urutan abjad

berdasarkan tempat atau lokasi. Lokasi dapat dikelompokkan menurut berbagai susunan seperti propinsi, kabupaten, atau kotamadya, kota bahkan

menurut nama jalan.

Penyusunan menurut geografi berguna terutama untuk :

1) Perusahaan yang memiliki cabang di berbagai lokasi seperti bank,

asuransi, dan otomotif.

2) Perusahaan yang memiliki lisensi untuk beroperasi di propinsi

tertentu namun tidak boleh giat dikawasan lain. Dalam hal demikian, berkas arsip dinamis disusun menurut propinsi tempat perusahaan beroperasi.

25

(15)

23

3) Perusahaan utilitas semacam perusahaan gas, listrik, air, telepon di

mana mana dan nomor jalan merupakan hal penting bila timbul

masalah, misalnya listrik mati atau gas bocor.26

4) Perusahaan pengembang (developer), real estate yang memiliki

daftar tanah dan bangunan yang disusun menurut daerah.

5) Penjual melalui pos, penerbit, took buku, pedagang kelas besar yang

menggunakan jasa pos serta memasarkannya menurut ancangan

geografis.

6) Perusahaan yang mengkhususkan diri berpromosi pada kawasan

tertentu.

7) Instansi atau lembaga yang menyusun berkas mereka menurut

propinsi, kabupaten, atau kotamadya, kecamatan, atau pembagian

geografis lainnya (misalnya Kawasan Indonesia Timur).

8) Grosir yang membeli barang dalam kuantitas besar kemudian

menyebarkannya menurut pembagian geografi.

9) Perusahaan multinasional yang memiliki cabang di dalam dan luar

negeri, termasuk di dalamnya perusahaan asing yang beroperasi di

Indonesia.

10) Perusahaan survey yang melakukan survey menurut daerah.

11) Lembaga yang memiliki kegiatan khas serta cabang yang tersebar di

berbagai tempat di Indonesia seperti gereja, masjid, atau yayasan sosial. 27

26

Sulistyo, Basuki, Manajemen Arsip Dinamis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,2003, hal 95.

27

(16)

24 c) Penyusunan Bedasarkan Abjad Subjek

Pemberkasan menurut abjad subjek dilakukan oleh banyak badan

korporasi. Pemberkasan ini menekankan pada pendekatan subjek bukannya pada ancangan lokasi atau nama koresponden. Berkas subjek dikenal pula dengan nama berkas data, eksekutif, informasi, ataupun topik.

Pemilihan kata atau frase (ungkapan) yang akan digunakan sebagai subjek merupkan masalah inti dalam sistem pemberkasan subjek. Subjek

yang digunakan harus ringkas, mampu mendeskripsikan materi yang diwakilinya dan tidak bersifat taksa, artinya tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Bila telah memilih sebuah subjek, subjek tersebut harus digunakan

oleh setiap orang. Subjek yang belum digunakan namun diperkirakan akan banyak digunakan pada masa mendatang harus dipilih secara seksama

sehingga tidak terjadi duplikasi ataupun tumpang tindih sengan subjek yang telah dipilih sebelumnya. Jadi manajer arsip dinamis yang bertugas memilih

subjek harus mengetahui materi subjek yang akan diberkaskan, berarti dia harus mengetahui operasi bisnis dan kegiatan korporasi. Dia harus menentukan pembuatan rujukan silang karena berkas arsip dinamis merujuk

ke berbagai subjek.

Pemberkasan menurut subjek memerlukan biaya dan merupakan metode

penyimpanan yang sulit. Tenaga kerja yang diperlukan untuk melakukan pemberkasan menurut subjek memerlukan biaya yang tinggi karena setiap arsip dinamis harus diperiksa untuk menentukan satu subjek atau banyak

subjek. Dalam sistem abjad nama, pemberkas tidak akan bingung antara

nama Bachtiar dengan Sutaryono. Namun, dalam pemberkasan menurut

(17)

25 subjek yang sama. Bila pemberkas tidak taat asas dalam melakukan pemberkasan, materi yang sama akan diberkaskan pada subjek yang

berlainan, misalnya sapi dan lembu.

Pemilihan subjek yang baik memerlukan :

1) Kesepakatan dalam tajuk subjek yang akan digunakan oleh semua

pemakai berkas.

2) Keluwesan untuk pengembangan dalam subjek yang dipilih dan

penerimaan subjek baru.

3) Kesederhanaan sehingga pemakai berkas dapat memahami sistem.28

2.6.2 Metode Pemberkasan Nonabjad a. Alfanumerik

Alfanumerik merupakan pemberkasan gabungan antara sistem abjad

dengan sistem numerik. Pada sistem ini, berkas mula – mula disusun

menurut abjad, baru kemudian disusun menurut nomor di bawah urutan

abjad. Misal, A-1, A-2, dan seterusnya, mula – mula pemberkasan

menurut abjad, kemudian unit pemberkasan kedua menurut urutan nomor. Maka susunan alfanumerik menjadi A-1, A-2, A-3, A-4, 1,

B-2, dan seterusnya.29

b. Klasifikasi

Penyusunan berkas arsip dinamis desimal menggunakan klasifikasi desimal buatan sendiri maupun yang sudah ada. Salah satu klasifikasi yang banyak digunakan diperpustakaan adalah Dewel Decimal

Classification disingkat DDC. Sebenarnya DDC kurang cocok untuk

pemberkasan arsip dinamis karena pendekatannya menggunakan

28

Basuki Sulistyo Op.Cit., hal 99.

29

(18)

26 subjek, sementara arsip dinamis tidak selalu harus didekati melalui subjek. DDC cocok untuk klassifikasi bahan perpustakaan. Namun,

banyak badan korporasi menggunakan prinsip klasifikasi decimal untuk pemberkasan arsip, tapi tidak hasrus selalu menggunakan 10 kelas utama. Keberhasilan sistem desimal tergantung pada klasifikasi yang

digunakan. Untuk mengembangkan klasifikasi desimal memerlukan pengetahuan yang dalam atas subjek yang akan digarap., kemampuan

analisis dan klasifikasi secara jernih dan tepat.30

c. Numerik

Pada sistem klasifikasi numerik, arsip dinamis disusun menurut

urutan bilangan. Nomor numerik pada berkas berasal dari berbagai asal, mungkin nomor tersebut merupakan baian dari arsip dinamis itu

sendiri, misalya pada tagihan, kwitansi, cek, kartu penduduk, nomor tersebut dapat pula ditambahkan untuk memudahkan pengolahan dan

temu balik.

Pemberkasan menurut numerik artinya pemberkasan dengan menggunakan angka. Pemberkasan menurut sistem numerik dapat

dirinci lagi menurut susunan :

1) Berurut, disebut pula serial. Beberapa penulis menyebut sebagai

sistm numeric langsung.

2) Duplex, dibagi lagi menjadi terminal-digit-system dan middle-digit-system.31

30

Ibid., hal 108

31

(19)

27

Serial atau berurut

Sistem pemberkasan menurut sistem berurut merupakan sistem

pemberkasan numerik yang paling sederhana. Nomor berkas atau arsip dinamis dimulai dari 1 dan seterusnya atau dapat pula mulai dari nomor 100, 1000 atau nomor lainnya. Pemberkasan menurut nomor

urut sebenarnya juga diberkaskan secara kronologis karena nomor

berkas terakhir merupakan nomor terkini.32

Duplex atau sistem penomoran tak berurutan

Sistem penomoran tak berurutan (nonconsecutive numbering) adalah

sistem penomoran yang tidak memiliki urutan logis atau bila memiliki

urutan logis, nomor yang mengikuti nomor lainnya dalam blol laiinya dihilangkan. Di dalam berkas yang diberi nomor urut, folder

bernomor berikutnya selalu ditambahkan setelah nomor folder

terakhir.

Sistem duplex menggunakan dua bagian atau lebih, masing – masing

bagian dipisahkan dengan tanda koma, tanda hubung, ataupun ruang. Karena berkas baru disusun menurut bagian nomor yang berlainan,

maka berkas baru didistribusikan melalui seri berkas. Sistem duplex

digunakan bila menhadapi jumlah berkas yang besar.33

d. Kronologi

Sistem menurut kronologi merupakan sistem penyusunan berkas yang diajar menurut urutan tanggal, mulai dari tanggal sampai dengan

tahun. Susunan kronologis cocok untuk suspense files, berkas

transaksi, berkas perorangan. Istilah suspense files dikenal pula

32

Ibid., hal 112.

33

(20)

28

dengan nama pending file atau tickler files, artinya berkas yang harus

dilaksanakan pada tanggal tersebut. Dalam semua berkas, arsip

dinamis disusun menurut urutan kronologis terbalik artinya tangal paling muda berada di depan sedangkan arsip dinamis pertama (paling

tua) berada di paling belakang.34

Keuntungan sistem kronologi, bila tahun diketahui, ialah :

1) Mudah dilaksanakan

2) Cocok untuk klasifikasi meyeluruh, misalnya korespondensi

dalam beberapa tahun atau berbagai tahun. Kerugian sistem kronologis ialah :

1) Hanya bermanfaat untuk badan atau perusahaan yangkecil saja.

2) Tidak berguna bila tahun atau tanggal tidak diketahui

3) Surat masuk akan terpisah dari surat keluar. 35

e. Warna

Pemberkasan menurut warna sebenarnya bukanlah sistem pemberkasan. Pemberian warna lebih mengarah pada penandaan. Pemberkasan menurut warna digunakan dalam kaitan dengan metode pemberkasan

lain. Pemberkasan warna bermanfaat dalam menunjuk seuatu yang khusus.

Label warna dapat ditempelkan pada folder untuk menunjukkan

identitas folder tersebut dalam bentuk huruf besar atau angka sehingga

terlihat dari jauh. Folder dengan tanda warna ini memudahkan temu

34

Sulistyo, Basuki, Op. Cit., hal 119. 35

(21)

29 balik dan pemberkasan ulang serta membantu staf pemberkasan dalam

mengetahui salah berkas.36

2.7Pemeliharaan dan Penjagaan Arsip Dinamis Aktif 2.7.1 Beberapa Jenis Musuh Kertas

Arsip – arsip tidak hanya merupakan warisan masa lampau, akan tetapi

arsip – arsip juga memberi informasi tentang masa lampau itu sendiri

sehingga arsip tersebut perlu dipelihara dan dijaga dari segala kerusakan dan kemusnahan. Kerusakan dan kemunsnahan baik yang datangnya dari

arsip itu sendiri maupun yang dikarenakan oleh serangan – serangan dari

luar arsip tersebut.37

Kerusakan yang disebabkan dari dalam :

a) Kertas

Arsip – arsip yang sebagian besar terdiri dari kertas mempunyai sifat

yang unik. Seperti yang diketahui bahwa kertas terjadi dari suatu proses

yang dibuat dari bahan – bahan seperti kapas, flas, merang, kayu dan lain

– lain. Dari bahan apapun kertas itu dibuat, cellulose di dalam kertas

akan mengandung beberapa sifat, baik sifat pengawet maupun sifat penghancur terhadap kertas itu sendiri. Air yang digunakan untuk proses

pembuatan kerrtas mungkin tidak bersih, demikian pula bahan – bahan

yang digunakan untuk lapisan atas (yang licin) yang terbuat dari kanji,

cuka, garam mineral, menimbulkan masalah – masalah tersendiri yang

harus diperhitungkan pula akibatnya. Oleh karena itu penggunaan kertas

36 Sulistyo – Basuki, Op. Cit., hal 120

37

(22)

30 yang baik harus diimbangi dengan perawatan dan penyimpanan yang

sebaik mungkin agar kertas arsip dapat tahan lama.38

b) Tinta

Pada saat ini mesin ketik merupakan alat tulis yang banyak dipergunakan. Hal ini menguntungkan bagi kelangsungan hidup arsip

– arsip tersebut, terutama karena tinta yang dipergunakan

mempunyai sifat kekal. Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua

pita mesin itu baik, oleh karena itu pilihlah pita mesin yang berkualtas baik.

Dimasa lampau tinta yang dipergunakan adalah tinta karbon dan

tinta dari getah pohon oak. Tinta karbon dibuat dari arang hitam (langes), sedangkan sebagai perekat biasanya dipergunakan lem arab

(Arabic Gum). Tinta yang dibuat dari getah kayu oak, menimbulkan

aksi – aksi kimia yang merusakkan kertas. Sebaliknya tinta yang

dibuat dari arang hitam tidak menimbulkan aksi – aksi kimia, dengan

demikian tidak merusakkan kertas. Untuk persectakan sekarang ini

kebanyakan digunakan tinta karbon.39

c) Pasta/Lem

Pasta/Lem yang dipergunakan sebagai perekat juga mempunyai

peranan yang meragukan dalam daya tahan kertas dan kulit. Lem biasanya dibuat dari tepung gandum atau tepung beras. Akan tetapi sekarang ini telah dibuat alat perekat sintetis bernama polyven

acetate.

38

Basir Barthos, Op.Cit., hal 51

39

(23)

31

Dengan mengetahui sifat – sifat organik dari material tersebut,

dengan segera dapat melakukan usaha – usaha pencegahan terhadap

musuh – musuh kertas. Oleh karena itu dalam penggunaan

perekatpun harus dicarikan yang baik, jangan menggunakan perekat yang dibuat dari getah arab ataupun celluloce tape dan sejenisnya.

Terutama hal ini akan merusakkan kertas.40

Kerusakan akibat serangan dari luar :

a) Kelembaban

Akibat kelembaban udara yang tidak terkontrol akan memungkinkan

akibat – akibat seperti timbulnya jamur, pasta/lem hilang, kertas

menjadi lemah dan merusakkan kulit.

Pertolongan utama yang dapat dilakukan adalah dengan menambah

edaran udara panas (kering), atau dengan menggunakan panasnya listrik. Didalam suatu ruangan yang relative kecil seperti almari,

ruang belajar, dan lain – lain anhydrous calcium ch dapat

dipergunakan untuk menyerap air dengan menempatkan di dalam mangkok, dengan cara ini air akan teresap oleh panasnya.

b) Udara yang terlampau kering

Udara yang terlampau keringpun dapat merusakkan kertas, seperti

misalnya kertas akan menjadi kering, kesat dan mudah patas (getas). Oleh karena itu untuk menghindari udara yang terlampau kering ini, kelembabban harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak

melampaui 75◦ dan temperatur udara diantara 65◦F dan 85◦F. Untuk

40

(24)

32 mengukur kelembaban udara perlulah dipasang hygrometer di dalam

ruangan.41

c) Sinar Matahari

Sinar matahari memang penting untuk membantu membasmi musuh

– musuh kertas. Akan tetapi sinar matahari yang dikarenakan

panasnya dan terutama oleh sinar ultraviolet sangat membahayakan

bagi kertas – kertas arsip. Oleh karena itu tidak boleh ada sinar yang

jatuh secara langsung atas bundel – bundel kertas ataupun pada

kertasnya sendiri. Sinar ultraviolet dapat mengancam struktur molekul kertas dan kulit. Akibatnya kertas menjadi buruk, coklat,

dan titanya pun luntur.42

Untuk menghindari jatuhnya sinar matahari secara langsung,

hendaklah pintu – pntu, jendela – jendela, dibuat menghadap utara

atau selatan, sehingga ruangan tidak menghadap langsung datangnya

sinar matahari. Apabila sinar matahari tidak dapat secara langsung dihindari, yang dapat dilakukan adalah dengan menyaring sinar matahari dengan mempergunakan kaca hijau atau kuning yang tebal.

Warna – warna ini akan menghalangi sinar yang merugikan kertas.

d) Debu

Debu bermacam – macam asalnya, seperti dari kain, asap dan debu –

debu yang dibawa oleh angin. Untuk menghadapi debu – debu ini

dapat dipergunakan filter electrostatic, atau pasanglah jaring kawat

yang halus (wire mesh) pada pintu – pintu dan jendela – jendela.

Disamping berguna untuk menyaring udara masuk, juga berguna

41

Ibid., hal 52.

42

(25)

33

untuk menahan masuknya berjenis – jensi serangga di dalam ruang

penyimpanan arsip.

e) Kekotoran Udara

Kekotoran udara yang disebabkan oleh sulphur dioxide sangat

membahayakan kertas. Karena gas – gas baik yang berdiri sendiri

maupun yang ada hubungannya dengan materi kertas/buku dapat menimbulkan reaksi kimia yang akan merusakkan kertas atau

budelnya. Hal ini dapat terjadi karena sulphur dioxide dan adanya zat besi yang terkandung di dalam kertas atau kulit akan menjadi zat asam belerang dengan segala akibatnya, yakni berkarat.

Untuk menanggulangi uap electrostatic tidak mungkin dilakukan dengan menggunakan saringan, oleh karena itu yang paling penting

dilakukan adalah dengan membersihkan udara.43

f) Jamur dan sejenisnya

Jamur adalah akibat langsung dari kelembaban dank arena temperatur udara yang tidak terkontrol. Jamur ini nambak sebagai

lapisan tipis yang keputih – putihan. Untuk menangani jamur dengan

melapisi buku 0 buku dengan “lacquer”.

Berbagai jenis jamur dapat dihilangkan dengan alkohol apabila jamur

– jamur tersebut kedapatan dipermukaan kertas, tetapi harus

mengingat pula bahayanya penggunaan alkohol.44

g) Rayap

Usaha untuk melindungi srangan rayap yang paling tepat adalah

dengan mengadakan pencegahan yakni dengan peniadaan

43

Basir Barthos, Op.Cit., hal 54.

44

(26)

34 penggunaan kayu bangunan yang langsung bersentuhan dengan tanah.

h) Gegat

Gegat (silverfish) yang sering merusakkkan kertas, biasanya terdapat

pada dinding – dinding yang basah. Jika kertas arsip selalu

bersentuhan dengan dinding yang lembab, bukan saja kertas arsip yag menjadi lembab, akan tetapi sering pula dirusak oleh gegat

ataupun jenis – jenis serangga lainnya. Untuk menghindarinya

pergunakanlah rak – rak yang dipasang antara jarak dinding/lantai

dengan raknya paling sedikit 6 inchi.45

2.7.2Penjagaan Arsip Dinamis Aktif a) Membersihkan ruangan

Ruangan penyimpanan arsip hendaknya senantiasa bersih dan teratur.

Sekurang – kurangnya seminggu sekali dibersihkan dengan vacuum

cleaner (alat penyedot debu). Membersihkan dengan sapu atau bulu ayam tidak ada gunanya sama sekali, sebab hanya akan

memindahkan debu – debu dari satu tempat ke tempat lain.

b) Pemeriksaan ruangan dan sekitarnya

Sedikit – dikitnya setiap enam bulan tempat penyimpanan arsip dan

daerah sekelilingnya hendaknya diperiksa untuk mengawasi kalau –

kalau ada serangga, rayap, dan sejenisnya.46

c) Penggunaan Racun Serangga

Setiap enam bulan sekali hendaknya disemprot dengan racun serangga seperti D.D.T (Dieldrin, Pryethrum, Gamma Benzene

45

Basir Barthos, Op.Cit., hal 55.

46

(27)

35

Hexachloride). Racun serangga ini disemprotkan dengan

menggunakan alat semprot biasa ke arah dinding, lantai dan alat –

alat yang dibuat dari kayu. Harus diperhatikan penyemprotan ini

jangan sampai mengenai kertas – kertas arsipnya, karena dapat

merusak kertas. Disamping itu kapur barus dapat dipergunakan

mencegah serangga. Kapur barus diletakkan di rak – rak.

d) Mengawasi Serangga Anai – Anai

Untuk menghindari serangga anai – anai dapat dipergunakan sodium

arsenate. Sodium ini diletakkan di celah – celah lantai, rak almari

penyimpanan arsip, sebab sisa – sisa makanan merupakandaya tarik

bagi serangga dan juga tikus – tikus.

Demikian pula tidak diperkenankan merokok, baik rokok putih

maupun rokok kretek. Alat pemadam kebakaran harus ditempatkan di dalam ruangan penyimpanan dan di tempatkan di tempat yang

strategis. Untuk ini dapat dipergunakan gas CO2. f) Rak penyimpanan arsip

Arsip – arsip hendaknya disimpan di rak yang dibuat dari logam,

dimana jarak antara papan rak yang terbawah dengan lantai sekitar 6

47

(28)

36 inchi. Hal ini untuk memudahkan bergeraknya udara dan

memudahkan untuk membersihkan lantai dibawah rak. 48

g) Meletakkan arsip

Arsip – arsip, barang – barang, cetakan, peta, bagan dan lain – lain

hendaknya diatur sebaik mungkin dengan diberi tanda masing –

masing. Barang – barang tersebut jangan diletakkan secara berdesak

– desakkan, dan jangan diletakkan di tempat yang lebih kecil

ukurannya daripada kertasnya sendiri. Jangan sampai sudut – sudut

kertas terlipat. Lembaran kertas yang terlepas dari bundelnya hendaknya dikembalikan pada asalnya.

Pergunakanlah klip plastic, akan tetapi kalau yang dipergunakan klip logam, gantilah setiap saat dengan klip yang baru sebelum klip itu

berkarat. Klip yang berkarat akan dapat merusakkan kertas.

h) Membersihkan arsip

Arsip – arsip hendaknya dibersihkan dengan menggunakan vacuum

cleaner. Apabila arsip – arsip dihinggapi anai – anai/rayap dan

sejenis laniinya hendaknya dipisahkan dengan lainnya. Demikian

pula bila menemukan arsip yang rusak, segera dipisahkan untuk

segera diserahkan kepada yang berwenang untuk diperbaiki.49

i) Mengeringkan arsip yang basah

Arsip – arsip yang basah tidak boleh dikeringkan dengan jalan

menjemur dibawah teriknya sinar matahari. Bukalah arsip – arsip

dari ikatannya, kemudian jeringkan dengan menganginkan. Untuk membantu mempercepat pengeringan ini, gunakanlah kipas angina

48

Basir Barthos, Op.Cit., hal 59.

49

(29)

37

kalau tidak ada bukalah jendela – jendela dan pintu lebar – lebar.

Dapat pula dipergunakan kertas penyerap (blotting) taruhlah arsip

yang basah diantara dua kertas penyerap tersebut.

j) Arsip – arsip yang tidak terpakai

Untuk arsip – arsip yang tidak terpakai lagi, hendaknya dijaga

dengan cara yang sama, tetapi simpanlah tersendiri. Aturlah sebaik

mungkin agar tidak bertaburan disana – sini. Susunannya sama

seperti arsip – arsip itu dipergunakan.

k) Arsip – arsip yang rusak atau sobek

Apabila ditemukan arsip yang rusak/sobek jangan di tambal dengan

menggunakan cellulose tape, sebab alat perekat ini dapat merusak kertas dan tulisannya. Untuk memperbaikinya gunakanlah kertas

yang sama dengan menggunakan perekat kanji.50

2.8 Peralatan dan Perlengkapan Penyimpanan Arsip Dinamis Aktif

Peralatan penyimpanan dapat digolongkan menjadi peralatan manual, mekanis, dan otomatis. Peralatan penyimpanan manual menyediakan ruang

penyimpanan untuk dokumen, sehingga pemakai harus menuju ke berkas untuk menyimpan atau mengambil dokumen.

Perlengkapan penyimpanan manual terdiri dari :

1) Splindle file, alat ini merupakan sebuah jarum besar atau paku menganga keatas yang ditancapkan pada papan atau kertas tebal. Alat ini dapat

dikatakan revolusioner karena dokumen kertas dapat langsung ditancapkan ke paku tersenut dan tidak memerlukan ruang khusus. Hingga kini splindle

50

(30)

38 file tetap digunakan untuk menyimpan catatan, bon, rekening, dan dokumen kecil lainnya.

2) Vertical filing cabinet, digunakan untuk memudahkan dan mempercepat penemuan dokumen. Untuk kenyamanan pengguna, biasanya lemari penjajaran vertical dua laci sering digunakan disamping meja sehingga

oemakai tetap dapat duduk ketika menyimpan atau menemukan dokumen yang dimaksud

3) Open-self file, berupa jaaran dokumen yang dilakukan pada lemari terbuka (sama dengan rak buku). Dokumen dapat diakses dari samping, begitu juga panduan dan pengenal folder. Lazimnya rak memiliki kelebaran 80cm

(lebar bervariasi antara 78 – 110 cm) dengan jumlah deretan bertingkat

antara 2 sampai 8 tingkat.

4) Lateral file adalah unit penyimpan dimana dokumen diakses dari samping secara horizontal. Lemari jenis ini relatif sama dengan lemari jenis kedua,

namun laci yang digunakan tidak terlalu lebar dan dalam. Lemari ini dioperasikan dengan menarik keluar yang umumnya mempunyai 2 sampai 5 laci, dan laci teratas maupun terbawah digunakan untuk menyimpan

dokumen yang kurang aktif sebelum pemindahan ke pusat dokumen.

5) Unit box lateral file, dengan menggunakan rancangan kotak khusus yang

dapat digantung pada rel yang ditempelkan pada tiang sepanjang rel. setiap kotak mampu memuat dokumen setebal 10cm yang tergantung agak miring untuk mempercepat rujukan, sehingga tidak perlu mengambil

(31)

39 6) Card file, menyimpan stok kartu yang diajarkan dalam berbagai ukuran sehingga pemakai dapat menggunakannya sebagai referensi informasi

yang dibutuhkan.51

2.9 Syarat – Syarat Pegawai Kearsipan

Petugas kearsipan yang baik diperlukan sekurang – kurangnya empat syarat

yaitu ketelitian, kecerdasan, kecekatan dan kerapian.

1) Ketelitian

Ketelitian sangat diperlukan oleh setiap pegawai kearsipan agar pegawai

yang bersangkutan dapat membedakan perkataan – perkataan, nama –

nama, atau angka – angka yang sepintas lalu tampaknya hampir sama.

Faktor ketelitian harus didukung oleh :

 Sikap jiwa yang cermat, penuh minat, dan penuh perhatian terhadap

tugas dan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.

 Kesempurnaan mata, dalam arti tidak cacat, tidak buta warna

2) Kecerdasan

Cerdas berarti sempurna perkembangan akal dan budinya, pandai, tajam pikiran. Kecerdasan berarti kesempurnaan perkembangan akal budi,

kepandaian ketajaman pikiran. Jadi, setiap pegawai kearsipan harus mampu menggunakan pikirannya dengan baik, mempunyai daya ingatan yang cukup tajam, sehingga tidak mudah lupa. Kecerdasan sangat

diperlukan oleh setiap pegawai kearsipan, karena dengan kecerdasannya

diharapkan ia mampu memilih kata – kata untuk suatu pokok masalah,

51

(32)

40 serta tidak mudah melupakan suatu pokok soal yang telah ada kartu arsipnya.

3) Kecekatan

Cekatan berarti mampu memahami sesuatu dengan cepat, mampu bekerja dengan cepat, dan mahir melakukan sesuatu. Kecekatan berarti kecepatan

untuk memahami sesuatu, ketangkasan dalam melakukan pekerjaan. Kecekatan sangat diperlukan oleh setiap pegawai kearsipan karena setiap

pegawai kearsipan diharapkan mampu bekerja dengan tangkas dan gesit. Kecekatan harus didukung oleh kondisi badan atau jasmani yang baik.

4) Kerapian

Rapi mempunyai arti baik dan bersih, apik, tertib, atau beres, sehingga kata kerapian berarti keapikan, kebersihan, keberesan, atau ketertiban.

Setiap pegawai kearsipan harus mampu menciptakan dan menjaga

kerapian, kebersihan, dan ketertiban terhadap arsip – arsip yang disimpan.

Arsip – arsip yang disusun dengan rapi, selain enak dan sedap dipandang

mata, akan lebih awet, tidak mudah rusak, mudah dalam pengambilan dan pengembaliannya. Disamping itu kerapian menunjukkan kepribadian

seseorang.52

2.10 Penyelenggaraan Kearsipan yang Baik bagi Organisasi

Sistem dalam hubungannya dengan sistem kearsipan biasanya menunjukkan

pada metode penyusunan atau penggolongan, akan tetapi juga bermacam –

macam perlengkapan yang dipergunakan, organisasi penyusunan tenaga kerja

52

(33)

41

dan metode – metode yan dipergunakan apabila meminjam atau mengembalikan

surat – surat (dokumen/arsip)

Ciri – ciri penyelenggaraan kearsipan yang efektif dan efisien adalah berkas

yang diarsipkan sedikt tetapi benar – benar bermutu, berkas yang diarsipkan

adalah benar – benar efektif karena sudah melaui selektif secara cermat, dan

penyelenggaraan kearsipan tidak memerlukan biaya terlalu besar.

Penyelenggaraan tata kearsipan yang baik harus memperhatikan hal – hal

berikut ini : petugas kearsipan harus mahir/profesional dan menyenangi dalam mengelola arsip, prosedur kerja cukup sederhana, perlu adanya pengaturan

formulir – formulir yang sederhana dan mudah cara pengisiannya, perlengkapan

lemari arsip dan filing cabinet cukup memadai dan memeuhi persyaratan, dan perlu adanya pelaporan berkala secara periodik/teratur.

Faktor – faktor yang menentukan sistem kearsipan yang baik adalah :

1) Kepadatan

Faktor kepadatan bermaksud tidak menggunakan terlalu banyak tempat, khususnya ruang lantai. Dengan kata lain, faktor kepadatan penyimpanan arsip dapat efisiensi penggunaan ruang kantor.

2) Mudah dicapai

Aspek kemudahan dicapai sanat diperlukan dalam kegiatan pengelolaan

arsip. File cabinet/almari penyimpanan arsip harus ditempatkan

sedemikian rupa, sehingga mudah untuk menyimpan surat – surat ataupun

mengambil arsip. Dengan mudah dicapai maka efisiensi tenaga dapat

(34)

42 3) Kesederhanaan

Faktor kesederhanaan bermaksud agar sistem penggolongan atau sistem

penataan arsip dapat dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap petugas atau pegawai pada umumnya. Jangan sampai terjadi kesulitan penemuan arsip hanya dikarenakan seseorang tidak mengetahui bagaimana harus

mencarinya.

4) Keamanan

Faktor keamanan bermaksud agar dokumen – dokumen harus diberikan

tingkat keamanan yang tepat sesuai dengan kepentingannya. Dalam hal ini harsu menggunakan fasilitas pendukung yang memperhatikan aspek

keamanan.

5) Kehematan

Faktor kehematan bermaksud bahwa sistem kearsipan harus hemat dalam biaya uang, tenaga kerja dan biaya lainnya.

6) Elastisitas

Faktor elastisitas bermaksud bahwa sistem kearsipan harus dibuat dengan pertimbangan perluasan sistem penyimpanan dimasa yang akan datang.

7) Penyimpanan dokumen seminimalnya

Faktor ini bermaksud bahwa dokumen yang disimpan adalah dokumen

yang benar – benar bernilai.

Keterangan keterangan harus diberikan bilamana diperlukan sehingga dokumen dapat ditemukan diberbagai kepala (heading)

Dokumen – dokumen harus selalu disusun secara up to date, meskipun hal

(35)

43 Harus dipergunakan sistem penggolongan yang paling tepat. Tidak ada sistem kearsipan yang paling baik, yang paling baik adalah sistem yang

cocok dan tepat dengan kebutuhan. Dengan demikian pemilihan sistem

harus benar – benar didasarkan pada kebutuhan, sehingga sistem tersebut

dapat membantu pencarian dokumen secara efektif.53

53

(36)

44 2.11 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dibuat dengan tujuan agar isi

penelitian tidak menyimpang dari apa yang akan diteliti pada Apotik Hasil Salatiga

Arsip Dinamis Aktif

Manajemen Laporan

Metode Pemberkasan Arsip Dinamis Aktif

Metode Pemberkasan Abjad Metode Pemberkasan Non

Abjad

Pemeliharaan dan Penjagaan Arsip Dinamis Aktif

Peralatan dan Perlengkapan Penyimpanan Arsip Dinamis

Aktif

Syarat – Syarat Pegawai

Kearsipan

(37)

45 Berikut definisi operasional dari kerangka berpikir antara lain :

1. Arsip Dinamis Aktif adalah arsip yang secara langsung dan terus menerus

diperlukan dan digunakan dalam penyelenggaraan administrasi sehari – hari di

apotik

2. Manajemen laporan bertujuan untuk mengendalikan produksi laporan dan

mengupayakan manfaat semaksimum mungkin bagi perusahaan.

3. Kriteria dalam menyusun / menilai permintaan laporan antara lain : penggunaan,

hakikat masalah, prosedur ekonomi, pendayagunaan data, koordinasi, laporan gabungan, penyingkatan, tenggat waktu, aras (tingkat) organisasi, frekuensi, kesederhanaan, penerapan.

4. Metode Pemberkasan Arsip Dinamis Aktif adalah metode/cara yang digunakan

dalam mengelola, menyimpan arsip dinamis aktif

5. Metode Pemberkasan Abjad Nama adalah metode/cara dalam mengelola,

menyimpan arsip dinamis aktif dengan menggunakan sistem abjad

6. Penyusunan Berdasarkan Abjad Nama adalah sistem pemberkasan arsip dinamis

aktif menurut urutan nama, orang, organisasi, badan dan bisnis.

7. Penyusunan Berdasarkan Geografi adalah sistem pemberkasan arsip dinamis aktif

berdasarkan lokasi/ tempat

8. Penyusunan Berdasarkan Abjad Subjek adalah sistem pemberkasan arsip dinamis

aktif yang dilakukan berdasarkan dengan pendekatan subjek

9. Alfanumerik adalah sistem pemberkasan gabungan antara sistem abjad dengan

sistem numerik

10.Klasifikasi adalah sistem pemberkasan arsip dinamis aktif yang menggunakan

sistem desimal dimana sistem desimal ini bisa dibuat sendiri ataupun yang sudah

(38)

46

11.Numerik adalah sistem pemberkasan arsip dinamis aktif dalam bentuk bilangan

12.Kronologi adalah sistem pemberkasan arsip dinamis aktif berdasarkan urutan

tanggal, dimulai dari tanggal sampai dengan ke tahun.

13.Warna adalah pemberian tanda terkait dengan arsip dinamis aktif yang disimpan.

Hal ini dibuat untuk memudahkan dalam menemukan arsip dinamis aktif yang

disimpan.

14.Pemeliharaan dan Penjagaan Arsip Dinamis Aktif adalah usaha/cara yang

dilakukan baik instansi pemerintah ataupun swasta dalam menjaga arsip yang disimpan dengan tujuan arsip yang disimpan tersebut tidak mengalami kemusnahan.

15.Peralatan dan Perlengkapan Penyimpanan Arsip Dinamis Aktif adalah peralatan

yang meliputi filling cabinet, almari arsip, rak Dixon, kotak surat, dan chard

cabinet, sedangkan perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan penanganan

arsip yaitu folder atau map, guide, formulir – formulir.

16.Syarat – Syarat Pegawai Kearsipan adalah pegawai yang mempunyai ketelitian,

kecerdasan, kecekatan, dan kerapian dalam pengelolaan arsip dinamis aktif.

17.Penyelenggaraan Kearsipan yang Baik Bagi Organisasi adalah pengelolaan arsip

(39)

47 2.12.Studi Terdahulu

Judul : SISTEM PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS

AKTIF DAN INAKTIF PADA BAGIAN

ADMINISTRASI KREDIT BPR BANK SOLO

Penulis : DINA SETYA ARIYANI

Perumusan Masalah : Bagaimanakah sistem pengelolaan arsip dinamis aktif

dan inaktif pada bagian kredit PD BPR Bank Solo?

Hasil Penelitian :

Sistem penyimpanan arsip yang digunakan dibagian administrasi kredit pada BPR Bank Solo adalah sistem nomor atau angka dimana sistem nomor ini

digunakan untuk menyimpan arsip jenis pinjaman nasabah. Asas pengelolaan arsip yang digunakan adalah asas sentralisasi. Sistem pengelolaan arsip dikelola

hanya satu baguan khusus yaitu pegawai administrasi kredit. Hal ini membuat pekerjaan pegawai terlalu banyak sehingga banyak waktu dan tenaga yang

terkuras untuk menangani arsip sehingga menyebabkan arsip yang ditangani

tidak maksimal. Selain itu, pegawai cenderung ragu – ragu dalam melakukan

proses penyimpanan dan penyusutan arsip, hal ini dikarenakan pegawai kurang

menguasai tentang kearsipan, selain itu penataan arsip dinamis yang diterapkan oleh BPR Bank Solo belum disusun dengan baik. Arsip ditata dengan sekat tab

diatas hanya dilakukan ketika register tidak urut, selain itu arsip inaktif ditumpuk dibawah meja kerja. Hal ini dilakukan karena pegawai tidak mau

repot mengklasifikasikan arsip – arsip yang telah ditentukan. Selain sistem

penyimpanan arsip yang masih memiliki kekurangan, peralatan yang digunakan oleh BPR Bank Solo juga belum memadahi. Arsip yang ada hanya disimpan

(40)

48 terbatas sehingga tidak dapat menyimpan arsip secara keseluruhan. Perawatan arsip di BPR Bank Solo juga masih sangat kurang, dimana arsip dinamis yang

seharusnya tidak boleh terlipat justru dilipat oleh pegawai terutama arsip yang berukuran besar. Arsip hanya diberi kapur barus pada filling cabinet dan lemari besi.

Penemuan kembali arsip di BPR Bank Solo mengalami kesulitan dan membutuhkan waktu yang lama, ini terjadi dikarenakan tidak adanya pencatatan

arsip yang keluar yang dipinjam baik oleh atasan maupun teman sejawat. Dari berbagai hasil penemuan ini, peneliti menyimpulkan bahwa harus adanya

perbaikan dalam sistem pengelolaan arsip dinamis aktif dan inaktif.54

54

Referensi

Dokumen terkait

Adrian Sutedi, Implikasi Hukum Atas Sumber Pembiayaan Daerah Dalam Kerangka Otonomi Daerah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm.. UU Nomor 23 Tahun 2014 yang merupakan

Mekanisme pelaksanaan uji hedo- nik yang telah dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Memberikan penje- lasan tentang maksud dan tujuan peneli- tian dan

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Pelaksanaan pemberian remisi terhadap narapidana tindak pidana narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Way Hui Bandar

Keunggulan dari sambungan V-Joint adalah sebagai berikut : mempunyai kekuatan sambungan yang sangat baik , arah rotasi ke pulley tidak perlu diperhatikan , dapat

Tujuan penelitian ini adalah merancang suatu model sistem intelijen bisnis di bidang TI perbankan yang memiliki kemampuan sebagai berikut untuk menganalisis

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa: (1) multimedia interaktif French City, Play & Learn French yang memiliki 4.5 dari 5 bintang ini resmi

[r]

sativum L., Apium graveolens L., Coriandrum sativum L., Cuminum cyminum L., Daucus carota L., Cocos nucifera L., Dracaena angustifolia Roxb., Ananas comosus L., Carica papaya