• Tidak ada hasil yang ditemukan

201708101427134.1.19.UrusanWajibKesatuanBangsadanPoldagri Final14Maret2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "201708101427134.1.19.UrusanWajibKesatuanBangsadanPoldagri Final14Maret2016"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

19. URUSAN WAJIB KESATUAN BANGSA DAN POLDAGRI

A. KEBIJAKAN PROGRAM

Penyelenggaraaan Pemerintahan Daerah pada urusan wajib Kesatuan Bangsa

dan Politik Dalam Negeri di Pemerintah Kota Semarang pada tahun 2015,

dilaksanakan melalui program penunjang dan program pelaksanaan urusan.

Adapun program penunjang tesebut adalah sebagai berikut :

1. Program pelayanan administrasi perkantoran.

Kebijakan program ini diarahkan pada peningkatan kualitas pelayanan

administrasi perkantoran.

2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur.

Kebijakan program ini diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan sarana dan

prasarana aparatur untuk menunjang pelaksanaan tugas.

3. Program peningkatan disiplin aparatur.

Kebijakan program ini diarahkan kepada peningkatan kesadaran aparatur

dalam mematuhi ketentuan-ketentuan kepegawaian.

4. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur.

Kebijakan program ini diarahkan kepada peningkatan kemampuan atau

kapabilitas aparatur dalam menyelesaikan pekerjaan.

5. Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan

keuangan.

Kebijakan program ini diarahkan kepada peningkatan akuntabilitas anggaran

dan pelaporan hasil kerja.

Sedangkan program pelaksanaan urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam

Negeri adalah sebagai berikut.

1. Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan.

Kebijakan program ini diarahkan kepada terciptanya kondusifitas wilayah,

stabilitas sosial politik dan keamanan wilayah.

2. Program pengembangan wawasan kebangsaan/Kemitraan Pengembangan

Wawasan Kebangsaan.

Kebijakan program ini diarahkan kepada pengembangan nilai-nilai

kebangsaan dan peningkatan pemahaman Ideologi Pancasila.

3. Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan

(2)

Kebijakan program ini diarahkan kepada peningkatan peran serta

masyarakat dalam menjaga kondusifitas wilayah, stabilitas sosial politik dan

keamanan wilayah.

4. Program pendidikan politik masyarakat.

Kebijakan program ini diarahkan kepada peningkatan pemahaman

masyarakat terhadap etika berdemokrasi, hak dan kewajiban sebagai warga

negara dalam bidang politik termasuk penyampaian pendapat dimuka

umum.

5. Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana.

Kebijakan program ini diarahkan kepada perlindungan kepada masyarakat

dari ancaman bencana dan pengurangan risiko bencana.

6). Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan

Kebijakan program ini diarahkan kepada Kemitraan Pengembangan

Wawasan Kebangsaan

B. REALISASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN

1. PENDANAAN

ANGGARAN PENUNJANG URUSAN

1). Program pelayanan administrasi perkantoran

Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :

NO KEGIATAN ANGGARAN

(Rp)

REALISASI ANGGARAN

(Rp)

PERSEN TASE

(%)

SKPD: Badan Kesbangpol

1. Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air Dan Listrik

26.000.000 13.985.529 53,79 2. Penyediaan Jasa Pemeliharaan Dan

Perizinan Kendaraan Dinas / Operasional

10.000.000 6.153.000 61,53 3. Penyediaan Alat Tulis Kantor 54.000.000 52.410.000 97,06 4. Penyediaan Barang Cetakan Dan

Penggandaan

35.000.000 27.300.000 78,00 5. Penyediaan Komponen Instalasi Listrik /

Penerangan Bangunan Kantor

5.000.000 2.450.000 49,00 6. Penyediaan Peralatan Rumah Tangga 3.000.000 3.000.000 100 7. Penyediaan Bahan Bacaan Dan Peraturan

Perundang-Undangan

13.000.000 12.330.000 94,85 8. Penyediaan Makanan Dan Minuman 35.000.000 33.917.600 96,91 9. Rapat-Rapat Koordinasi Dan Konsultasi

Ke Luar Daerah

180.000.000 125.441.482 69,69 10. Belanja Jasa Penunjang Administrasi

Perkantoran

16.344.000 16.344.000 100

JUMLAH SKPD 377.344.000 293.331.611 77,74

SKPD: Satuan Polisi Pamong Praja 1. Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber

Daya Air Dan Listrik

(3)

NO KEGIATAN ANGGARAN (Rp) REALISASI ANGGARAN (Rp) PERSEN TASE (%) 4. Penyediaan Barang Cetakan Dan

Penggandaan

55.000.000 54.999.945 100,00 5. Penyediaan Komponen Instalasi Listrik /

Penerangan Bangunan Kantor

15.000.000 15.000.000 100,00 6. Penyediaan Peralatan Dan Perlengkapan

Kantor

15.000.000 15.000.000 100,00 7. Penyediaan Makanan Dan Minuman 75.000.000 75.000.000 100,00 8. Rapat-Rapat Koordinasi Dan Konsultasi

Ke Luar Daerah

330.000.000 330.000.000 100,00 9. Penyelesaian Pengelolaan Administrasi

Kepegawaian

27.000.000 26.650.000 98,70 10. Belanja Jasa Penunjang Administrasi

Perkantoran

88.950.000 82.140.000 92,34

JUMLAH SKPD 931.150.000 901.320.467 96,80

JUMLAH PROGRAM 1.308.494.000 1.194.652.078 91,30

2). Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur

Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :

NO KEGIATAN ANGGARAN

(Rp) REALISASI ANGGARAN (Rp) PERSEN TASE (%)

SKPD: Badan Kesbangpol

1. Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas / Operasional

300.000.000 286.244.403 95,41 2. Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan

Gedung Kantor

70.000.000 57.320.000 81,89 3. Pengadaan Kendaraan Dinas / Operasional 170.840.000 286.244.403 95,41 4. Pengadaan Peralatan Dan Perlengkapan

Kantor

290.310.000 167.410.000 57,67 JUMLAH SKPD 5.033.854.000 4.140.618.676 82,26 SKPD: Satuan Polisi Pamong Praja

1. Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional 1.457.600.000 1.440.781.000 98,85 2. Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor 896.095.000 231.153.500 25,80 3. Pengadaan Peralatan Gedung Kantor 365.470.000 304.420.000 83,30 4. Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung

Kantor

125.000.000 111.058.555 88,85 5. Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan

Dinas / Operasional

1.395.617.000 1.309.795.820 93,85 6. Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan

Gedung Kantor

60.000.000 47.971.000 79,95 7. Pemeliharaan Rutin/Berkala Mebeluer 12.000.000 12.000.000 100 8. Pembuatan Gudang Kantor 694.772.000 656.325.381 94,47 9. Pengelolaan Web Site 27.300.000 27.084.545 99,21 JUMLAH SKPD 5.033.854.000 4.140.618.676 82,26 JUMLAH PROGRAM 5.865.004.000 4.819.003.079 82,17

3). Program Peningkatan Disiplin Aparatur

Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :

NO KEGIATAN ANGGARAN

(Rp) REALISASI ANGGARAN (Rp) PERSEN TASE (%) SKPD:Satuan Polisi Pamong Praja

1. Pengadaan Pakaian Dinas Beserta Perlengkapannya

(4)

4). Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur

Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :

NO KEGIATAN ANGGARAN

(Rp) REALISASI ANGGARAN (Rp) PERSEN TASE (%)

SKPD: Badan Kesbangpol

1. Pembinaan Sumber Daya Aparatur 208.401.000 189.616.200 90,99 2. Perubahan Pola Kerja Pegawai melalui

Implementasi Tehnologi Informasi

255.810.000 216.546.000 84,65

JUMLAH SKPD 464.211.000 406.162.200 87,50

SKPD: Satuan Polisi Pamong Praja

1. Bimbingan Teknis / Pembinaan Sumber Daya Manusia

190.000.000 181.061.000 95,30 2. Pembinaan Fisik Pegawai 312.115.000 310.790.000 99,58 3. Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia

118.580.000 117.255.000 98,88 4. Pengiriman Peningkatan Kemampuan

Khusus SDM Satpol PP

85.000.000 69.093.000 81,29

JUMLAH SKPD 705.695.000 678.199.000 96,10

JUMLAH PROGRAM 1.169.906.000 1.084.361.200 92,69

5). Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan

keuangan.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :

NO KEGIATAN ANGGARAN

(Rp) REALISASI ANGGARAN (Rp) PERSEN TASE (%)

SKPD: Badan Kesbangpol

1. Penyusunan Pelaporan Keuangan Semesteran

7.137.000 7.137.000 100,00% 2. Penyusunan Pelaporan Prognosis Realisasi

Anggaran

7.137.000 7.137.000 100,00% 3. Penyusunan Pelaporan Keuangan Akhir

Tahun

11.261.000 11.261.000 100,00% 4. Penyusunan Lakip 10.000.000 9.829.000 98,29% 5. Penyusunan Renstra Skpd 14.308.000 13.120.000 91,70% 6. Penyusunan Lkpj Skpd 14.569.000 13.818.000 94,85% 7. Penyusunan Renja Skpd 10.000.000 9.768.000 97,68% 8. Penunjang Kinerja Pa, Ppk, Bendahara Dan

Pembantu

105.356.000 105.025.500 99,69% 9. Penyusunan Profil Skpd 3.000.000 3.000.000 100,00% 10. Penyusunan Program Kerja Skpd 3.000.000 3.000.000 100,00% 11. Penyusunan Rka Dan Dpa Murni Serta

Perubahan

17.338.000 17.307.500 99,82%

Jumlah SKPD 203.106.000 200.403.000 98,67%

SKPD: Satuan Polisi Pamong Praja 1. Penyusunan Pelaporan Keuangan

Semesteran

10.000.000 10.000.000 100,00% 2. Penyusunan Pelaporan Prognosis Realisasi

Anggaran

10.000.000 10.000.000 100,00% 3. Penyusunan Pelaporan Keuangan Akhir

Tahun

10.000.000 10.000.000 100,00% 4. Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan

Kegiatan SKPD

79.571.000 76.271.000 95,85% 5. Penyusunan Lakip 15.100.000 15.100.000 100,00% 6. Penyusunan RENSTRA SKPD 17.450.000 17.000.000 97,42% 7. Penyusunan Lkpj Skpd 16.040.000 16.040.000 100,00% 8. Penunjang Kinerja Pa, Ppk, Bendahara Dan

Pembantu

(5)

NO KEGIATAN ANGGARAN (Rp) REALISASI ANGGARAN (Rp) PERSEN TASE (%) 9. Penyusunan Rka Dan Dpa 9.450.000 9.450.000 100,00% 10. Penyusunan Anggaran Dan Perubahan

Anggaran

9.450.000 9.450.000 100,00% 11. Penyusunan Profil Skpd 10.225.000 10.225.000 100,00% 12. Penyusunan Laporan Renja /Rencana Kerja 16.040.000 16.040.000 100,00%

JUMLAH SKPD 279.946.000 272.340.000 97,28%

JUMLAH PROGRAM 483.052.000 472.743.000 97,87%

ANGGARAN PROGRAM PELAKSANAAN URUSAN

1). Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :

NO KEGIATAN ANGGARAN

(Rp) REALISASI ANGGARAN (Rp) PERSEN TASE (%) SKPD: Badan Kesbangpol

1. Peningkatan Pemantauan Situasi Dan Kondisi Daerah Terhadap Potensi Kerawanan Sosial Politik

164.142.000 164.142.000 100,00%

2. Pemantauan / Pengawasan Terhadap Kepatuhan Norma-norma Dan Aturan Bagi Wna

234.449.000 201.487.750 85,94%

3. Peningkatan Kewaspadaan Kegiatan Tempat Hiburan Dan Keramaian Umum

135.328.000 134.949.000 99,72% 4. Peningkatan Kesadaran Bela Negara 198.793.600 162.275.550 81,63% 5. Fasilitasi Optimalisasi Stabilitas

Keamanan Daerah Melalui Kominda

371.549.000 346.879.400 93,36% 6. Penguatan Penghayatan Ideologi

Pancasila Bagi Generasi Muda

110.900.500 101.531.000 91,55% 7. Pengamanan Tertutup Pejabat Negara

Dan Tamu Negara

207.670.000 134.245.000 64,64% 8. Pengamanan Tertutup Hari Jadi Kota

Semarang, Hari Besar Nasional Dan Event-event Lainnya

238.707.000 228.242.000 95,62%

9. Pendidikan Penanganan Konflik Bagi Tokoh Masyarakat

39.021.900 37.429.900 95,92% 10. Pemantapan Ideologi Dan Wawasan

Kebangsaan

47.599.000 45.568.500 95,73% 11. Kewaspadaan / Intelijen Terhadap

Gangguan Stabilitas Sosial Politik Penyelenggaraan Pilwakot

350.000.000 237.844.000 67,96%

JUMLAH SKPD 2.098.160.000 1.794.594.100 85,53% SKPD: Satuan Polisi Pamong Praja

1. Pengerahan Linmas 75.000.000 69.285.000 92,38% 2. Fasilitasi Pelatihan Linmas Yang

Diselenggarakan Propinsi

25.000.000 20.600.000 82,40% 3. Peningkatan Pemantauan Situasi Dan

Kondisi Daerah Terhadap Potensi Kerawanan Sosial Politik

90.147.500 87.423.500 96,98%

4. Posko Kewaspadaan Linmas 1.060.842.000 970.036.000 91,44% 5. Data Base Dan Aplikasi Linmas 93.520.000 80.723.100 86,32% 6. Monitoring Dan Evaluasi Administrasi Pos

Kamling

(6)

2). Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :

NO KEGIATAN ANGGARAN

(Rp) REALISASI ANGGARAN (Rp) PERSEN TASE (%)

SKPD: Badan Kesbangpol

1. Peningkatan Toleransi Dan Kerukunan Dalam Kehidupan Beragama

526.673.000 465.417.240 88,37% 2. Kemah Kebangsaan Generasi Muda

Pembauran

230.000.000 210.774.500 91,64% 3. Pemeliharaan Solidaritas Dan

Kesatupaduan Masyarakat Serta Akulturasi Budaya

120.000.000 118.165.000 98,47%

4. Fasilitasi Kegiatan Paguyuban Petamas 420.000.000 358.989.100 85,47% 5. Pendayagunaan Potensi Ormas / Lsm 241.000.000 199.397.500 82,74% 6. Peningkatan Ketahanan Bangsa Bagi

Masyarakat

80.000.000 66.203.000 82,75% 7. Pembinaan Organisasi Kepemudaan / Okp 160.000.000 132.775.000 82,98% 8. Sosialiasasi Perundang-undangan Bidang

Organisasi Kemasyarakatan

110.000.000 81.953.100 74,50% 9. Pendaftaran, Pembinaan Dan Pemantauan

Organisasi Kemasyarakatan/lembaga Swadaya Masyarakat

90.000.000 68.600.000 76,22%

10. Peningkatan Pembauran Kebangsaan 100.000.000 86.810.200 86,81% 11. Peningkatan Ketahanan Ekonomi

Berbasis Kearifan Lokal

70.000.000 59.760.000 85,37% 12. Sinergitas Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila

Bagi Generasi Muda

75.000.000 54.666.000 72,89% JUMLAH SKPD 2.222.673.000 1.903.510.640 85,64% SKPD: Satuan Polisi Pamong Praja

1. Peningkatan Kesadaran Masyarakat Akan Nilai-nilai Luhur Budaya Bangsa

150.000.000 146.250.000 97,50%

JUMLAH SKPD 150.000.000 146.250.000 97,50%

JUMLAH PROGRAM 2.372.673.000 2.049.760.640 86,39%

3). Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan

keamanan.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :

NO KEGIATAN ANGGARAN

(Rp) REALISASI ANGGARAN (Rp) PERSEN TASE (%) SKPD: Satuan Polisi Pamong Praja

1. Peningkatan Kewaspadaan Masyarakat Terhadap Gangguan Trantibmas Dan Terjadinya Bencana

1.925.927.500 1.925.277.500 99,97%

2. Dukungan Sarana Dan Prasarana Pemakaman Anggota Linmas Non Pns

36.766.500 31.291.000 85,11%

3. Hut Linmas 60.000.000 59.610.000 99,35%

4. Pengawasan Pelangaran Perda Dan Trantibum

439.436.000 439.389.000 99,99% 5. Pengamanan Kegiatan Pemerintah Kota

Semarang

796.835.000 796.835.000 100,00% 6. Penertiban Dan Penindakan Perda 1.651.914.000 1.472.814.000 89,16% 7. Penyidikan Dan Sidang Ditempat 384.218.100 328.781.200 85,57% 8. Pengamanan Kegiatan Penting Dan Hari

Besar Nasional/ Keagamaan

394.186.000 388.745.000 98,62% 9. Penegakan Perda Kawasan Tanpa Rokok

Dan Cukai Ilegal

(7)

4). Program pendidikan politik masyarakat

Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :

NO KEGIATAN ANGGARAN

(Rp) REALISASI ANGGARAN (Rp) PERSEN TASE (%)

SKPD: Badan Kesbangpol

1. Pengelolan Bantuan Parpol 90.000.000 67.787.250 75,32% 2. Pendidikan Politik Bagi Masyarakat 180.000.000 149.803.550 83,22% 3. Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Parpol 90.000.000 87.044.000 96,72% 4. Penguatan Budaya Dan Etika Politik Bagi

Aparatur Dan Elemen Masyarakat

100.000.000 85.436.900 85,44% 5. Peningkatan Dan Penguatan Peran Politik

Ormas / Lsm / Toga Dan Toma

100.000.000 84.618.900 84,62% 6. Fasilitasi Peraturan Perundang-undangan

Bagi Partai Politik

100.000.000 78.888.650 78,89% 7. Fasilitasi Pemasangan Atribut / Baliho

Pilwakot

150.000.000 144.346.800 96,23% 8. Pendidikan Politik Bagi Pemilih Pemula

Pilwakot

400.000.000 339.650.850 84,91% 9. Pengelolaan Dana Hibah Pilwakot 75.000.000 43.237.250 57,65% 10. Penertiban Alat Peraga Kampanye

Pilwakot

345.000.000 272.762.400 79,06% 11. Koordinasi Dan Monitoring Pelaksanaan

Pilwakot

300.000.000 180.692.920 60,23% 12. Pemilihan Osis (pemilos) Kota Semarang 150.000.000 101.997.600 68,00% 13. Penertiban Dan Monitoring Atribut

Parpol/ Ormas/ Lsm

50.000.000 48.783.250 97,57% JUMLAH SKPD 2.130.000.000 1.685.050.320 79,11% SKPD: Satuan Polisi Pamong Praja

1. Pam Taksung (perlindungan Masyarakat) 3.257.620.000 2.440.869.000 74,93%

SKPD: Sekretariat Daerah

1. Fasilitasi Dan Sinkronisasi Hubungan Antar Lembaga, Refleksi Hari Otda Dan Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah

183.025.000 147.480.000 80,58%

JUMLAH SKPD 183.025.000 147.480.000 80,58%

JUMLAH PROGRAM 5.570.645.000 4.273.399.320 76,71%

5). Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana

Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :

NO KEGIATAN ANGGARAN

(Rp) REALISASI ANGGARAN (Rp) PERSEN TASE (%) SKPD: Badan Penanggulangan Bencana Daerah

1. Pemantauan Dan Penyebarluasan Informasi Potensi Bencana Alam

100.000.000 99.986.400 86,98% 2. Pengadaan Logistik Dan Obat-obatan Bagi

Penduduk Di Tempat Penampungan Sementara

259.440.000 58.962.600 22,73%

3. Gladi Lapang Penanganan Bencana 100.000.000 86.983.400 86,98% 4. Operasional Posko Dan Penanggulangan

Bencana Kota Semarang

600.000.000 581.190.804 96,87% 5. Pengadaan Sarana Dan Prasarana

Penanganan Bencana

552.451.000 547.467.900 99,10% 6. Pengkajian Dan Verifikasi Serta Evaluasi

Rekonstruksi Pra, Pasca Bencana Di Wilayah Rawan Bencana

150.000.000 140.920.000 93,95%

7. Pengelolaan Bantuan Korban Bencana 59.209.000 55.209.000 93,24% 8. Percepatan Penanganan Bencana Oleh

Tim Reaksi Cepat Dan Tim Kaji Cepat

(8)

NO KEGIATAN ANGGARAN (Rp)

REALISASI ANGGARAN

(Rp)

PERSEN TASE

(%) 9. Penguatan Forum Pengurangan Resiko

Bencana (FPRB) Kota Semarang

150.848.000 122.535.000 81,23% 10 Pelatihan Teknik Perhitungan Kerusakan

Dan Kerugian (damage And Losses)

150.000.000 128.611.800 85,74% 11. Koordinasi Penanggulangan Bencana 125.000.000 119.375.000 95,50% 12. Sosialisasinya Peraturan

Perundang-undangan Kebencanaan

75.000.000 69.375.000 92,50% 13. Bimbingan Dan Peningkatan Ketrampilan

SAR

85.000.000 83.684.000 98,45% 14. Pemetaan Rawan Bencana 150.000.000 146.248.645 97,50% 15. Peningkatan Sumber Daya Manuasia

Kelurahan Siaga Bencana

150.000.000 149.446.300 99,63% 16. Pembangunan Ruang Pusat Data Dan

Informasi (pusdatin)

100.000.000 98.677.000 98,68% JUMLAH PROGRAM 2.939.098.000 2.499.253.449 85,03%

6). Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :

NO KEGIATAN ANGGARAN

(Rp)

REALISASI ANGGARAN

(Rp)

PERSEN TASE

(%)

SKPD : Badan Kesbangpol

1 Pengelolaan Bantuan Hibah Untuk Organisasi Kemasyarakatan/lembaga Nirlaba Lainnya

50.000.000 41.495.000 82,99%

2 Kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Organisasi Kemasyarakatan/lembaga Nirlaba Lainnya Dalam Penyelenggaraan Urusan Kesbangpoldagri

90.000.000 88.176.000 97,97%

3 Fasilitasi Kegiatan Forum Komunikasi Ormas/lsm Semarang Bersatu

120.000.000 105.445.200 87,87% JUMLAH PROGRAM 260.000.000 235.116.200 90,43%

2. HASIL YANG DICAPAI

a). Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan.

Lingkungan yang aman, dan nyaman adalah tempat yang dibutuhkan oleh

masyarakat untuk hidup dan mencari penghidupan. Keamanan (safety) adalah

status seseorang dalam keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial,

spiritual, finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari

sebuah kegagalan, kerusakan, atau berbagai keadaan yang tidak diinginkan,

keamanan akan membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya. Sedangkan

kenyamanan adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap hubungan

interpersonal dan sosial dalam lingkungannya, terpenuhinya kenyamanan dapat

menimbulkan perasaan sejahtera dan hilangnya rasa kekhawatiran terhadap

gangguan fisik maupun sosial yang pada akhirnya dapat menumbuhkan perasaaan

(9)

Melalui program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan ini

Pemerintah Kota Semarang berupaya mewujudkan keamanan dan kenyamanan

lingkungan yang bersifat kolektif di seluruh wilayah Kota Semarang.

Program ini diselenggarakan oleh Badan Kesbangpol dan Satuan Polisi

Pamong Praja, tujuan dari penyelenggaraan program ini adalah untuk

menciptakan kondusifitas wilayah, stabilitas sosial politik dan keamanan serta

kenyamanan wilayah Kota Semarang.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut sesuai dengan kewenangan yang dimiliki

oleh Pemerintah Kota Semarang, adalah melaksanakan upaya-upaya preventif

yaitu dengan cara mencegah timbulnya instabilitas sosial politik, mencegah

timbulnya kerawanan keamanan dan ketidaknyamanan lingkungan secara fisik

maupun sosial.

Dalam mewujudkan keamanan dan kenyamanan lingkungan Badan

Kesbangpol menjalankan peran sebagai soft security dengan melaksanakan fungsi

koordinatif vertikal dan horizontal, kewaspadaan, pendeteksian, pencegahan,

pengamanan tertutup, fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat sebagai soft

security. Sedangkan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja menjalankan peran sebagai

hard security dengan melaksanakan fungsi penegakan hukum tingkat daerah

(Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota), penindakan nonyustisial,

pengamanan terbuka, fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat sebagai hard

security.

Salah satu indikator kinerja dalam program ini adalah kejdian konflik sosial,

definisi konflik sosial yaitu perseteruan dan/atau benturan fisik dengan kekerasan

antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung dalam waktu

tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan ketidakamanan dan disintegrasi

sosial sehingga mengganggu stabilitas dan menghambat pembangunan.

Berdasarkan definisi tersebut konflik yang terjadi dimasyarakat dapat

dikategorikan sebagai konflik sosial apabila terjadi secara komunal, konflik orang

per orang belum dapat dikategorikan sebagai konflik sosial.

Dengan penanganan konflik sosial yang dilakukan secara sistematis dan

terencana dalam situasi dan peristiwa baik sebelum, pada saat, maupun sesudah

terjadi konflik yang mencakup pencegahan konflik, penghentian konflik, dan

pemulihan pascakonflik maka konflik sosial dalam bentuk perkelahian pelajar

yang terjadi tidak sampai menyebabkan gangguan stabilitas daerah dan

(10)

Indikator lainnya dalam program ini adalah kejadian unjuk rasa. Sebagai

negara demokrasi apabila ada kelompok masyarakat yang ingin menyampaikan

pikiran-pikiran atau pendapat-pendapat yang berbeda, termasuk protes –

protesnya di muka umum melalui unjuk rasa di ruang publik maka haruslah

dihormati. Akan tetapi apabila unjuk rasa dilakukan secara anarkhis atau pada

tingkatan ekskalasi yang tinggi dapat mengganggu stabilitas Politik, Ekonomi dan

Sosial serta ketentraman dan ketertiban umum.

Melalui program ini Pemerintah Kota Semarang melaksanakan penangangan

secara khusus terhadap unjuk rasa anarkhis dan eliminasi frekuensi yang

ditempuh melalui upaya pencegahan, yang dilakukan dengan metode deteksi dini

dan cegah dini melalui kegiatan Intelijen bersama dengan unsur Intelijen Daerah

yang tergabung dalam Komunitas Intelijen Daerah (Kominda).

Selama tahun 2015 unjuk rasa yang perlu mendapat perhatian adalah

sebanyak 9 kejadian, baik yang ditujukan kepada Lembaga Eksekutif, Legislatif dan

Yudikatif di level Provinsi maupun level Kota Semarang. Dari sekian kejadian

unjuk rasa, yang paling dominan adalah unjuk rasa kelompok buruh dalam

menuntut Upah Minimum Kabupaten/Kota.

Penanganan terhadap unjuk rasa dilakukan melalui penjelasan tentang latar

belakang, maksud dan tujuan suatu kebijakan atau keputusan diambil serta

mengakomodir tuntutan para pengujuk rasa yang disesuiakan dengan ketentuan

peratuan perundang-undangan oleh pejabat yang berkompeten. Dengan

penanganan tersebut unjuk rasa yang terjadi selama tahun 2015 tidak sampai

terjadi tindakan anarkis dan tidak melakukan pengerusakan fasilitas umum

sehingga tidak sampai mengganggu stabilitas sosial politik, keamanan,

ketentraman, dan ketertiban masyarakat

Melalui kegiatan pemantauan situasi dan kondisi daerah terhadap potensi

kerawanan sosial politik, Pemerintah Kota Semarang melaksanakan upaya deteksi

dini dan cegah dini terhadap ancaman dan gangguan stabilitas Ideologi, Politik,

Ekonomi, Sosial, Budaya dan Agama. Deteksi dini dan cegah dini adalah segala

usaha/pekerjaan/kegiatan/tindakan dalam menemukan dan menentukan indikasi

kerawanan agar tidak timbul permasalahan secepat atau seawal mungkin. Upaya

ini dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu oleh Pemerintah Kota

Semarang bekerjasama dengan Instansi Vertikal Kementerian/Lembaga Negara

(11)

Keterpaduan upaya deteksi dini dan cegah dini dilaksanakan melalui wadah

Komunitas Intelijen Daerah (KOMINDA) yang dibentuk berdasarkan Surat

Keputusan Walikota Semarang Nomor 200/04/2013 tanggal 2 Januari 2012.

KOMINDA terdiri beberapa Intitusi Pemerintah yang menjalankan fungsi intelijen

yaitu Badan Kesbangpol, BIN Daerah Jawa Tengah, Polrestabes Semarang,

Kejaksaan Negeri Semarang, Kodim 0733/BS Semarang, Kantor Imigrasi Semarang

dan Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Semarang.

Melalui usaha sistematis berlanjut dan terus menerus secara terbuka dan

tertutup dengan cara mencari, mengumpulkan bahan keterangan dari berbagai

sumber, saling tukar menukar informasi dan bahan keterangan mengenai potensi

dan gejala gangguan. Kominda telah mampu mengolah dan menganalisa bahan

keterangan kemudian disajikan untuk bahan pengambilan keputusan sekaligus

memberikan saran cara bertindak sesuai dengan kewengan yang dimiliki oleh

masing-masing institusi tersebut. Dengan adanya kegiatan tersebut selama tahun

2015 Pemerintah Kota Semarang telah mampu mengeliminasi gangguan stabilitas

Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan Agama sehingga tidak berdampak

luas terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Indikator kinerja lainnya dalam program ini adalah terpenuhinya Anggota

Satlinmas. Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Perlindungan Masyarakat, pengertian Perlindungan Masyarakat

adalah suatu keadaan dinamis dimana warga masyarakat disiapkan dan dibekali

pengetahuan serta keterampilan untuk melaksanakan kegiatan penanganan

bencana guna mengurangi dan memperkecil akibat bencana, serta ikut

memelihara keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat, kegiatan sosial

kemasyarakatan.

Organisasi yang menyelenggarakan Perlindungan Masyarakat adalah Satuan

Perlindungan Masyarakat (Satlinmas), sedangkan personil yang bertugas adalah

anggota Satlinmas, yaitu Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi

persyaratan dan secara sukarela turut serta dalam kegiatan perlindungan

masyarakat.

Satlinmas mempunyai tugas:

1) Membantu dalam penanggulangan bencana;

2) Membantu keamanan, ketenteraman dan ketertiban masyarakat;

3) Membantu dalam kegiatan sosial kemasyarakatan;

(12)

penyelenggaraan pemilu; dan

5) Membantu upaya pertahanan Negara.

Jumlah anggota Satlinmas sampai dengan tahun 2015 adalah sebanyak 7.470

orang yang tersebar di 177 Kelurahan. Untuk meningkatkan keamanan dan

kenyamanan lingkungan selain dari sisi jumlah Linmas, Pemerintah Kota

Semarang memberikan fasilitas dan memenuhi kebutuhan anggota Linmas melalui

peningkatan pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan (skill) anggota Linmas,

pemenuhan sarana prasarana dan mengikutsertakan Linmas dalam kegiatan di

Tingkat Kota Semarang melalui kegiatan Pengerahan Linmas. Sampai dengan

tahun 2015 anggota Linmas yang telah difasilitasi dan dipenuhi kebutuhannya

tersebut sebanyak 3.322 orang atau sebanyak 44,5% dari keseluruhan anggota

Linmas.

Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling) telah diterapkan oleh anggota

Linmas untuk mewujudkan keamanan dan kenyamanan lingkungan, dengan

sarana pendukung berupa Pos Keamanan Lingkungan (Poskamling) yang tersebar

hampir di setiap RW di seluruh Kota Semarang. Untuk mengendalikan

operasionalisasi Poskamling tersebut telah dibentuk Pos Komando Kewaspadaan

Linmas di Tingkat Kota Semarang.

Kondisi kenyamanan lingkungan sosial dipengaruhi signifikan oleh

pemahaman ideologi warga yang menghuni lingkungan tersebut, ideologi dapat

melahirkan suatu ide-ide dasar, kumpulan dasar gagasan, keyakinan serta

kepercayaan yang sifatnya sistematis yang dapat memberikan arah dan juga

tujuan yang akan dicapai dalam kehidupan bermasyarakat. Karena ideologi adalah

ide-ide dasar dan kepercayaan maka perilaku, perbuatan, tindakan masyarakat

secara komunal dipengaruhi oleh ideologi yang dianutnya.

Indonesia telah menyatakan Ideologi Negara adalah Pancasila, namun

demikian pengaruh ideologi sosialis dan liberalis tidak dapat dihindarkan karena

secara geografis Indonesia terletak diantara negara-negara yang menganut

ideologi sosialis disisi sebelah utara dan negara yang menganut ideologi liberalis

disisi sebelah selatan. Oleh karena itu kegiatan penumbuhan dan pengembangan

ideologi Pancasila secara terus menerus dilaksanakan agar masyarakat khususnya

generasi muda tidak terpengaruh oleh ideologi sosialis atau liberalis.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 49 Tahun 2010 tentang

Pedoman Pemantauan Orang Asing dan Organisasi Masyarakat Asing di Daerah,

(13)

merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah Daerah. Ruang lingkup

pemantauan orang asing dan organisasi masyarakat asing meliputi:

1) Diplomat/tamu VIP asing;

2) Tenaga ahli/pakar/akademisi/konsultan asing;

3) Wartawan dan shooting film asing;

4) Peneliti asing;

5) Artis asing;

6) Rohaniawan asing;

7) Ormas asing.

Pemerintah Kota Semarang telah menjalankan tugas tersebut dengan

melaksanakan verifikasi dokumen administratif dan tindakan lapangan terhadap

sasaran. Verifikasi dokumen administratif dilakukan dengan cara meneliti

kelengkapan dan kesahihan dokumen, sedangkan tindakan lapangan dilakukan

dengan mendatangi kantor, perusahaan dan tempat-tempat yang menjadi tujuan,

keberadaan, dan aktivitas orang asing dan organisasi masyarakat asing guna

mengumpulkan bahan, data dan informasi; melakukan klarifikasi bahan, data dan

informasi; dan menganalisis bahan, data dan informasi. Apabila dalam verifikasi

dokumen administratif dan tindakan lapangan ditemui adanya WNA atau Ormas

Asing yang menyimpang dari peraturan perundang-undangan maka Pemerintah

Kota Semarang merekomendasikan kepada Kantor Wilayah Ditjen Imigrasi dan

Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk mengambil tindakan sesuai

kewenangannya.

Pada tahun 2015 dari kegiatan pendataan dan pemantauan keberadaan

Orang Asing di wilayah Kota Semarang tidak ditemui adanya pelanggaran

ketentuan aktivitas dan keberadaan orang asing.

Selama tahun 2015 stabilitas bidang sosial politik tetap terjaga dengan

seimbang, baik dan normal, salah satunya dibuktikan dengan penyelenggaraan

Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Semarang tahun 2015 dapat berjalan

secara aman dan lancar sesuai dengan tahap – tahap yang direncanakan. Polarisasi

masyarakat dalam kelompok pendukung calon tertentu tidak menjadikan

lunturnya persatuan dan kesatuan bangsa, artinya setiap aktivitas dan kegiatan

para pendukung calon tertentu tetap menjaga toleransi dengan kepentingan

(14)

b). Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri

dan lingkungannya mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan

wilayah yang dilandasi Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Masyarakat yang memiliki wawasan kebangsaan

akan memandang diri dan lingkungannya sebagai suatu satu kesatuan dengan

mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah, Wawasan

kebangsaan tidak dilandasi atas asal-usul kedaerahan, suku, keturunan, status

sosial, agama dan keyakinan.

Tujuan dari program ini adalah untuk mengoptimalkan pengembangan nilai

kebangsaan guna penguatan kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang

mengutamakan persatuan dan kesatuan tanpa meninggalkan ciri khas

masing-masing. Hal ini dikarenakan Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk terdiri

dari berbagai macam perbedaan, keanekaragaman, kemajemukan atau pluralitas

baik suku,agama, ras, kelompok, golongan dan budaya.

Kemajemukan tersebut adalah kenyataan hidup yang sudah menjadi

kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa, oleh karena itu keberagaman perlu dikelola

melalui pengembangan Wawasan Kebangsaan kepada masyarakat agar tercipta

harmoni kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dari sudut agama pengembangan Wawasan Kebangsaan telah mampu

memberikan jaminan kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya

masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu,

tanpa adanya diskriminasi, dominasi mayoritas atau tirani minoritas. Pemerintah

Kota Semarang juga telah mampu mewujudkan Kerukunan umat beragama yaitu

keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling

pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran

agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

Kerukunan umat beragama tercipta berkat komunikasi yang intens antar

tokoh dari enam agama yang terwadahi dalam Forum Kerukunan Umat Beragama

(FKUB) dan komunikasi berkelanjutan antara tokoh agama, tokoh masyarakat

dengan pemerintah yang terwadahi dalam Paguyuban Pemerintah, Tokoh Agama

dan Tokoh Masyarakat (Petamas).

Pada tahun 2015 tidak terjadi konflik sosial/komunal yang berlatar belakang

(15)

menonjol yang perlu mendapat perhatian adalah tentang keberadaan tempat

ibadah dan aktivitas-aktivitasnya, pengaturan tentang pendirian tempat ibadah

telah dituangkan dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam

Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas

Kepala Daerah/Wakil Kepala DaerahDalam Pemeliharaan KerukunanUmat

Beragama, Pemberdayaan ForumKerukunan Umat Beragama, dan Pendirian

Rumah Ibadat.

Pengembangan wawasan kebangsaan dari sudut suku bangsa, telah mampu

mewujudkan kerukunan antar suku bangsa yang tinggal di Kota Semarang. Warga

Kota Semarang baik yang tinggal menetap maupun tinggal sementara memiliki

keberagaman suku, sebagian besar adalah suku Jawa, kemudian China, sebagian

Sunda, Madura, Batak, Minang, Bugis, Dayak, Maluku, Papua bahkan suku dari

Timor Leste yang memilih menjadi WNI.

Pengelolaan kerukunan suku bangsa diwadahi dalam Forum Persaudaraan

Bangsa Indonesia (FPBI) yang anggota-anggotanya adalah tokoh-tokoh dari

masing-masing suku bangsa yang tinggal di Kota Semarang. Melaui forum ini

apabila terjadi persoalan dalam interaksi sosial antar suku secara komunal dapat

dideteksi secara dini diselesaikan secara dini pula, sehingga pada tahun 2015 tidak

terdapat konflik sosial yang bersifat komunal yang berlatar belakang suku/etnis.

Program Pengembangan wawasan kebangsaan dari sudut golongan

mempunyai tujuan agar golongan-golongan masyarakat yang terwadahi dalam

Organisasi Kemasyarakatan keberadaanya bermanfaat bagi masyarakat, bangsa

dan negara serta mengeliminir Organisasi Kemasyarakatan yang keberadaanya

meresahkan masyarakat. Kemerdekaan berserikat, berkumpul dan berorganisasi

dijamin oleh UUD 1945, oleh karena itu setiap Warga Negara Indonesia memiliki

kemerdekaan untuk membentuk, mendirikan dan menjadi anggota Organisasi.

Sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi

Kemasyaratan, peran pemerintah adalah pengaturan, pemberdayaan dan

pengawasan keberadaan dan aktivitas Ormas. Sampai dengan tahun 2015

Organisasi Kemasyarakatan yang tidak berbadan hukum yang telah mendaftarkan

diri kepada Pemerinah Kota Semarang sebanyak 205 organisasi. Sedangkan

Organisasi Kemasyarakatan yang berbadan hukum pendaftarannya dilaksanakan

oleh Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia secara Nasional melalui

(16)

Makna kemerdekaan berserikat dan berkumpul yang dijamin oleh UUD 1945

yang telah dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang

Ormas. Undang-undang tersebut telah memberikan kebebasan kepada masyarakat

untuk mendaftarkan organisasinya atau tidak mendaftar kepada Pemerintah.

Sehingga Organisasi Kemasyarakatan yang tidak bersedia mendaftarkan diri

kepada Pemerintah maka yang dapat dilakukan pemerintah adalah menghimbau

untuk mendaftarkan diri. Dengan mendaftarkan diri kepada pemerintah maka

pemerintah dapat memberdayakan organisasi tersebut untuk bersama-sama

membangun bangsa sesuai dengan kompetensinya.

Arah kebijakan pemberdayaan Organisasi Kemasyarakatan oleh Pemerintah

Kota Semarang adalah menggeser peran Organisasi Kemasyarakatan sebagai

pengawas pembangunan menjadi pelaku pembangunan. Kebijakan ini

diimplementasikan melalui kemitraan antara Ormas yang bergerak dalam bidang

tertentu dengan SKPD teknis yang membidangi untuk bekerja sama merencanakan

dan menjalankan kegiatan pemerintah sesuai dengan batas kewenangan

masing-masing.

Pada tahun 2015 Pemerintah Kota Semarang telah melakukan klasifikasi

terhadap kompetensi Ormas kedalam beberapa rumpun kegiatan, melalui

klasifikasi ini diharapakan terjalin kemitraan antara Ormas rumpun kegiatan

tertentu dengan SKPD teknis yang membidangi untuk bekerja sama

menyelenggarakan pembangunan melalui kegiatan SKPD. Adapun hasil klasifikasi

rumpun kegiatan Ormas dan SKPD yang membidangi adalah sebagai berikut :

DATA KLASIFIKASI RUMPUN KEGIATAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN KOTA SEMARANG TAHUN 2015

NO RUMPUN KEGIATAN SKPD MEMBIDANGI

1. Keagamaan Bagian Kesra Setda / Badan Kesbangpol

2. Pendidikan Dinas Pendidikan

3. Kesehatan Dinas Kesehatan

4. Ketenagakerjaan dan Sumber Daya Manusia Disnakertrans

5. Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam BLH / Dinas Kelautan & Perikanan / Dinas Pertanian

6. Seni dan Budaya Diparbud

7. Sosial Kemanusiaan Dinsospora / BPBD 8. Kepemudaan dan Olahraga Dinsospora 9. Pemberdayaan perempuan dan

perlindungan anak

Bapermasper KB 10. Demokrasi dan Kebangsaan Badan Kesbangpol

11. Hukum dan Pemerintahan Badan Kesbangpol, Bagian Hukum Setda 12. Ekonomi dan UKM Dinkop UKM, Dinas Pasar

13. Keamanan dan Ketertiban. Satpol PP / Badan Kesbangpol Sumber : Badan Kesbagpol Kota Semarang Tahun 2015

Sedangkan pengawasan Ormas dilakukan dengan melakukan monitoring

(17)

terhadap keberadaan dan aktivitas ormas agar tidak melanggar ketentuan

peraturan perundang-undangan khususnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Pengawasan Ormas difokuskan

terhadap keberadaan Ormas yang diduga menyimpang dari Ideologi Negara dan

memiliki aliran kepercayaan yang sesat atau menyesatkan.

Pengawasan terhadap Ormas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) telah

dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang sejak tahun 2013 berdasarkan Surat

Dirjen Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri Nomor 220/3957 D.III tanggal 30

Nopember 2012 perihal Penjelasan Status Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Melalui surat tersebut disampaikan bahwa Pengurus dan anggota Ormas Gafatar

pernah terlibat dalam Gerakan Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang telah dinyatakan

sebagai Aliran Ajaran terlarang oleh Jaksa Agung melalui Keputusan Jaksa Agung

Republik Indonesia Nomor 116/A/J.A/11/2007 tentang Larangan Kegiatan Aliran

Ajaran Al-Qiyadah Al-Islamiyah.

c). Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menjaga Ketertiban dan

Keamanan.

Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menjaga Ketertiban dan

Keamanan merupakan salah satu pelaksanaan urusan pemerintahan wajib yang

berkaitan dengan pelayanan dasar sesuai kewenangan dan tugas fungsinya.

Tujuan dari program ini adalah untuk menciptakan ketenteraman dan

ketertiban umum (trantibum) yaitu suatu keadaan dinamis yang memungkinkan

pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya

dengan tenteram, tertib, dan teratur dan untuk menciptakan keamanan dan

ketertiban masyarakat (Kamtibmas) yaitu suatu kondisi dinamis masyarakat

sebagai salah satu prasarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam

rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan,

ketertiban dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman yang mengandung

kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat

dalam menangkal, mencegah, menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum

dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.

Untuk mewujudkan kondisi tersebut perlu melibatkan peran serta

masyarakat secara aktif dan reaktif melalui program pemberdayaan masyarakat,

yang dimaksud aktif adalah berusaha mewujudkan Kamtibmas, sedangkan reaktif

adalah tanggap atau segera bereaksi terhadap munculnya atau timbulnya

(18)

Melalui program ini telah dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi

masyarakat dalam menjaga ketertiban dan keamanan Kota Semarang, wujud

kesadaran tersebut dalam bentuk memahami dan mematuhi aturan yang berlaku.

Upaya tersebut ditempuh melalui kegiatan sosialisasi, patroli wilayah, pembinaan

dan penindakan pelanggaran peraturan.

Dalam rangka penegakan Peraturan tingkat daerah yaitu Peraturan Daerah

dan Peraturan Walikota, unsur utama sebagai pelaksana di lapangan adalah Satuan

Polisi Pamong Praja, berdasarkan pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja diberi kewenangan antara lain :

1. Melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap warga masyarakat,

aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda

dan/atau peraturankepala daerah;

2. Menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang mengganggu

ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;

3. Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan perlindungan

masyarakat;

4. Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur,

atau badan hukum yang didugamelakukan pelanggaran atas Perda dan/atau

peraturankepala daerah;

5. Melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur,

atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau

peraturan kepala daerah.

Salah satu indikator program ini adalah rasio jumlah Polisi Pamong Praja

yaitu jumlah dari pegawai di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja yang bertugas

sebagai penegak peraturan daerah dan penyelenggara ketertiban umum dan

ketentaraman masyarakat diluar tenaga administrasi/kesekretariatan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 60

Tahun 2012 Tentang Pedoman Penetapan jumlah Polisi Pamong Praja, bahwa

penetapan jumlah ideal Polisi Pamong Praja dilakukan dengan penghitungan

kriteria umum dan kriteria teknis.

Adapun kriteria umum penetapan jumlah ideal Polisi Pamong Praja adalah

sebagai berikut :

1) Jumlah penduduk;

2) Luas wilayah;

(19)

4) Rasio belanja aparatur

Sedangkan kriteria teknis penetapan jumlah ideal Polisi Pamong Praja

adalah:

1) Klasifikasi besaran organisasi perangkat daerah;

2) Jumlah peraturan daerah;

3) Jumlah peraturan kepala daerah;

4) Jumlah desa/kelurahan;

5) Tingkat potensi konflik sosial kemasyarakatan;

6) Jumlah kecamatan;

7) Aspek Karakteristik;

8) Kondisi geografis

Berdasarkan penghitungan kriteria umum dan kriteria teknis tersebut,

jumlah ideal Polisi Pamong Praja yang bertugas sebagai penegak peraturan daerah

dan penyelenggara ketertiban umum dan ketentraman masyarakat diluar tenaga

administrasi /kesekretariatan di Pemerintah Kota Semarang adalah 450 orang,

namun pada tahun 2015 hanya tersedia 106 orang sehingga secara kwantitas

belum ideal.

Penegakan produk-produk hukum daerah dilaksanakan melalui kegiatan

Penegakan Hukum dan HAM serta penyelidikan dan penyidikan terdahap

pelanggaran Perda yang mengandung sanksi. Kota Semarang memiliki Perda yang

mengandung sanksi sebanyak 64 buah, 23 buah diantaranya telah dilakukan

penegakan selama tahun 2015. Penegakan Perda tersebut difokuskan kepada

perda dengan jumlah pelanggaran dominan dan bersifat strategis atau berdampak

kepada kepentingan umum.

Personil yang menangani penyelidikan dan penyidikan terhadap pelanggaran

Perda adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dari anggota Satpol PP yang

telah dididik, dilatih dan sudah memiliki surat keputusan sebagai penyidik. Dari

hasil penyelidikan dan penyidikan pelanggaran Perda apabila ditemukan tindak

pidana ringan maka PPNS meneruskan kepada penuntut umum untuk dilanjutkan

dengan persidangan di Pengadilan atau sidang di tempat kejadian.

Pada tahun 2015 tercatat kegiatan penegakan perda sebanyak 233 operasi

penertiban, penyelidikan dan penyidikan pelanggaran Perda yang dilanjutkan

(20)

d). Program Pendidikan Politik Masyarakat

Definisi politik secara luas adalah serangkaian kegiatan yang menyangkut

penentuan tujuan-tujuan dan pelaksanaan tujuan itu, politik membuat

konsep-konsep pokok tentang negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan

(decision marking), kebijaksanaan (policy of beleid), dan pembagian (distribution)

atau alokasi (allocation). Sedangkan definisi politik secara sempit adalah cara-cara

untuk meraih suatu kekuasaan.

Pendidikan politik yang dilaksanakan Pemerintah Kota Semarang adalah

pendidikan politik secara luas, bukan hanya memberikan pemahaman tentang

seluk beluk Pemilihan Umum akan tetapi lebih ditekankan untuk meningkatkan

pemahaman masyarakat terhadap etika berdemokrasi, hak dan kewajiban sebagai

warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

termasuk penyampaian pendapat dimuka umum. Pendidikan politik kepada

masyarakat diarahkan untuk menguatkan Demokrasi Pancasila yaitu demokrasi

yang konstitusional berdasarkan mekanisme kedaulatan rakyat disetiap

penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan pemerintahan menurut konstitusi

UUD 1945.

Program pendidikan politik masyarakat pada tahun 2015 diwujudkan berupa

sosialisasi, penyuluhan, forum diskusi dan seminar dengan sasaran aparatur

pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, pelajar sebagai pemilih pemula,

pengurus ormas dan pengurus parpol sebanyak 12 kegiatan. Kegiatan tersebut

telah dapat memberikan pemahaman secara komprehensif tentang budaya politik

bangsa Indonesia dan pentingnya etika berpolitik dengan kebebasan dan

keterbukaan yang bertanggungjawab.

Tahun 2015 adalah tahun penyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah secara

serentak di beberapa Kabupaten/Kota termasuk Kota Semarang, pendidikan

politik bagi masyarakat yang dilaksanakan selama tahun 2015 telah dapat

memberikan kontribusi terhadap stabilitas sosial politik pada saat tahap-tahap

Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Semarang dilaksanakan. Selain itu

pendidikan politik kepada masyarakat menjelang pelaksanaan pemungutan suara

dalam Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Semarang Tahun 2015 dapat

memberikan kontribusi angka partisipasi pemilih yaitu sebesar 65,95% meningkat

lebih besar dibandingkan partisipasi pemilih dalam Pemilihan Walikota dan Wakil

(21)

Dalam penyelenggaraan Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Semarang

Tahun 2015, Pemerintah Kota Semarang turut serta memberikan dukungan dalam

bentuk sosialisasi secara visual dan verbal, penertiban atribut partai politik/calon

Walikota dan Wakil Walikota yang tidak sesuai ketentuan. Dengan upaya tersebut

Pemerintah Kota Semarang telah mampu memberikan fasilitas untuk suksesnya

Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Semarang secara serempak tahun 2015.

Partai Politik sebagai infrastruktur politik yaitu sebagai bangunan bawah,

atau mesin politik informal atau mesin politik masyarakat yang terdiri dari

berbagai kelompok yang dibentuk atas dasar kesamaan social, ekonomi, kesamaan

tujuan, serta kesamaan lainnya. Pemerintah Kota Semarang melaksanakan

monitoring terhadap keberadaan Partai Politik level Kota Semarang, yang

termonitor adalah sebanyak 12 (dua belas) partai, 9 (sembilan) partai politik

diantaranya mendapatkan kursi di DPRD Kota Semarang.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan

Keuangan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 83 tahun

2012, kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

77 Tahun 2014 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam

APBD, dan Tertib Administrasi Pengajuan, Penyaluran dan Laporan

Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik. Bahwa Partai

Politik yang memiliki kursi di DPRD diberikan Bantuan Keuangan. Penggunaan

Bantuan Keuangan Partai Politik tersebut sebesar 60% harus digunakan untuk

pendidikan politik. Pada tahun 2015 menyalurkan bantuan keuangan partai politik

diberikan sebagai berikut :

DAFTAR BANTUAN KEUANGAN PARTAI POLITIK KOTA SEMARANG TAHUN 2015

No Partai Politik Perolehan Suara

Nilai per Suara

Tatacara penghitungan bantuan keuangan

Besarnya Bantuan (Rp) 1. PDIP 234.227 1.325 nilai per suara x Σ suara 310.350.775 2. GERINDRA 96.419 1.325 nilai per suara x Σ suara 127.755.175 3. DEMOKRAT 88.946 1.325 nilai per suara x Σ suara 117.853.450 4. PKS 64.485 1.325 nilai per suara x Σ suara 85.442.625 5. PKB 66.430 1.325 nilai per suara x Σ suara 88.019.750 6. PAN 55.614 1.325 nilai per suara x Σ suara 73.688.550 7. NASDEM 47.206 1.325 nilai per suara x Σ suara 62.547.950

J U M L A H 653.327 865.658.275

Sumber : Badan Kesbangpol Kota Semarang Tahun 2015.

Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 213/2186/Polpum

tanggal 1 September 2015 perihal penyaluran bantuan keuangan partai politik

tahun anggaran 2015, bahwa Partai Golkar dan PPP tidak diberikan Bantuan

(22)

Partai tersebut sampai dengan menunggu putusan Peradilan yang mempunyai

kekuatan hukum tetap. Oleh karena itu pada tahun 2015 Bantuan Keuangan untuk

Partai Golkar dan PPP untuk sementara tidak diberikan.

Pelaksanaan program pendidikan politik masyarakat lainnya adalah kegiatan

Pengamanan Tidak Langsung (Pamtaksung) pada penyelenggaraan Pemilihan

Walikota dan Wakil Walikota Semarang Tahun 2015. Pengamanan dilakukan

terhadap personil, tempat, dokumen dan kegiatan pemungutan dan penghitungan

suara di TPS serta rekapitulasi penghitungan suara di tingkat Kecamatan dan

tingkat Kota. Pelaksanaan pengamanan tersebut melibatkan secara aktif anggota

Linmas yang ditempatkan pada 2.465 TPS, Kantor Kelurahan dan Kantor

Kecamatan sebagai sekretariat Panitia Pemungutan Suara dan Panitia Pemilihan

Kecamatan.

Hasil yang dicapai dalam kegiatan Pamtaksung ini adalah telah terwujud

keamanan dan kelancaran personil penyelenggara, dokumen, tempat dan kegiatan

pemungutan dan penghitungan suara Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota

Semarang Tahun 2015 sehingga tidak ditemui adanya gangguan yang menghambat

proses pemungutan dan penghitungan suara.

e). Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Bencana Alam.

Topografi wilayah Kota Semarang adalah gabungan antara dataran tinggi,

perbukitan, dataran rendah dan pantai menyimpan potensi bencana antara lain

banjir baik yang disebabkan oleh curah hujan atau rob air laut, tanah longsor dan

angin puting beliung. Sebagian besar wilayah Kota Semarang digunakan untuk

area permukiman, industri dan perdagangan yang padat sehingga menyimpan juga

potensi bencana kebakaran.

Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Bencana bertujuan untuk

memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana secara

terintegrasi meliputi pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana. Untuk

mencapai tujuan tersebut dilaksanakan kegiatan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap

darurat dan rehabilitasi dengan penjelasan sebagai berikut :

1) Melaksanakan mitigasi, yaitu serangkaian upaya untuk mengurangi risiko

bencana, melalui penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi

ancaman bencana. Mitigasi bencana dilakukan dengan menyebarluaskan

informasi potensi bencana, gladi lapang penanganan bencana, pembentukan

kelurahan siaga bencana, penambahan sarana dan prasarana penangangan

(23)

pembentukan Forum Pengurangan Resiko Bencana. Dengan

dilaksanaakannya mitigasi bencana ini telah dapat memberikan pemahaman

kepada masyarakat terhadap potensi kerugian yang ditimbulkan apabila

terjadi bencana pada suatu wilayah yang dapat berupa kematian, luka, sakit,

jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan

harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Selain itu juga telah meningkatkan

kemampuan aparatur dan masyarakat beserta sarana dan prasarana dalam

kesiapan menghadapi bencana.

2) Melaksanakan kesiapsiagaan, yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan

untuk mengantisipasi bencana melaluipengorganisasian serta melalui

langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan dilaksanakan

dengan mengoperasionalkan posko penanggulangan bencana yang bersiaga

24 jam untuk memantau dan menerima laporan masyarakat. Dengan

dilaksanakannya kesiapsiagaan ini telah mampu melakukan tindakan

pertama setiap terjadi kejadian yang diakibatkan oleh bencana.

3) Melaksanakan tanggap darurat bencana, adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana, yang meliputi kegiatan

penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan

dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi dan penyelamatan.

4) Dalam masa tanggap darurat bencana melibatkan berbagai unsur baik dari

pemerintahan maupun masyarakat, dari unsur pemerintahan selain tim

rescuer yang dibentuk oleh Pemerintah Kota Semarang adalah TNI, Polri,

Basarnas, Linmas, Satgana dan PMI. Sedangkan dari unsur masyarakat selaku

relawan tergabung dalam organisasi sosial seperti Ubaloka, Semargana,

Granat Recue, Bankom dan sebagainya. Dengan dilaksanakannya tanggap

darurat bencana ini telah mampu mengurangi dampak buruk yang

ditimbulkan pada saat bencana terjadi.

5) Melaksanakan rehabilitasi, yaitu serangkaian kegiatan perbaikan dan

pemulihan aspek kebutuhan dasar masyarakat korban bencana sampai

tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama

untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar aspek kehidupan

masyarakat pada wilayah pascabencana. Rehabilitasi dilakukan dengan

memberikan bantuan sosial baik berupa uang maupun barang kepada para

korban bencana, dengan bantuan ini masyarakat korban bencana telah

(24)

secara bertahap mampu untuk kembali berjalan secara wajar dalam segala

aspek kehidupannya. Salah satu upaya rehabilitasi adalah pemberian

bantuan sosial kepada korban bencana. Pada tahun 2015 bantuan sosial

berupa uang yang telah diberikan kepada para korban bencana adalah

sebesar Rp. 568.500.000,- (lima ratus enam puluh delapan juta lima ratus

ribu rupiah), diberikan kepada 100 Kepala Keluarga.

Pada tahun 2015 Pemerintah Kota Semarang telah memetakan daerah rawan

bencana dan juga telah memetakan daerah resiko bencana tanah lonsor dimana

peta tersebut adalah peningkatan dari peta rawan bencana.

Peningkatan yang dimaksud adalah menyajikan informasi secara detail

dengan resiko bencana tanah longsor. Peta tersebut mencakup 29 kelurahan yang

memiliki resiko tinggi bencana tanah longsor.

Guna mengurangi resiko akibat bencana maka pada tahun 2015 telah

dilaksanakan beberapa kegiatan sebagai berikut :

1) Pembentukan Kelurahan Siaga Bencana (KSB).

Pembentukan Keluarahan Sadar Bencana (KSB) sebagai tindak lanjut dari

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 1

tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana.

Sistem yang digunakan dalam kelurahan sadar bencana ini adalah

menerapkan manajemen bencana berbasis komunitas masyarakat yaitu

sebuah pendekatan yang mendorong komunitas masyarakat dalam

mengelola resiko bencana.

Upaya tersebut dilaksanakan dengan melakukan inteprestasi sendiri atas

ancaman dan resiko bencana yang dihadapinya, mengurangi serta memantau

dan mengevaluasi kinerjanya sendiri dalam upaya pengurangan bencana.

Pendekatan ini juga dilaksanakan dengan memaksimalkan penggunaan

sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja, material dan organisasi. Praktek

manajemen bencana ini telah berhasil melibatkan kerjasama antara

komunitas dengan instansi yang terkait.

Komunitas masyarakat telah sadar akan risiko dan peduli untuk melakukan

tindakan untuk menghadapi risikonya, namun masyarakat masih

memerlukan bantuan tehnis, bantuan materi dan bantuan dalam

membangun kemampuannya. Sampai dengan saat ini telah terbentuk 22

(25)

2) Pelatihan/simulasi manajemen bencana.

Pelatihan/simulasi manajemen bencana yang dilaksanakan selama tahun

2015 bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada masyarakat

bagaimana sebaiknya bertindak saat terjadi bencana.

Masyarakat wilayah rawan bencana diberikan pemahaman dan pengalaman

tentang perilaku bencana yang kemungkinan terjadi, pola pikir dan tindakan

yang perlu atau tidak perlu dilakukan saat terjadi bencana, pemanfaatan

jalur-jalur evakuasi, memanfaatkan sistem informasi bencana tradisional dan

modern. Dan yang paling penting adalah memutuskan tindakan yang harus

diambil dalam waktu singkat dengan mental yang baik apabila bencana

terjadi. Simulasi melibatkan berbagai unsur baik dari pemerintahan maupun

masyarakat, dari unsur pemerintahan selain tim rescuer yang dibentuk oleh

Pemerintah Kota Semarang adalah TNI, Polri, Basarnas, Pol PP dan Linmas,

Taruna Tanggap Bencana (Tagana) dan PMI. Sedangkan dari unsur

masyarakat selaku relawan tergabung dalam organisasi kemasyarakatan

sosial seperti Ubaloka, Semargana, Granat Recue, Bankom dan sebagainya.

3) Penguatan Forum Pengurangan Resiko Bencana

Forum Pengurangan Resiko Bencana sebagai suatu paguyuban pemangku

kepentingan dan para pihak bersama-sama berbagi kepentingannya dalam

mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana. Forum Pengurangan

Resiko Bencana bertujuan untuk membangun suatu rasa kesatuan, tanggung

jawab bersama dan mengkoordinasikan program-program pengurangan

risiko bencana melalui berbagai aspek yang dibangun melalui proses inklusif

yang melibatkan semua pihak.

Pembetukan Forum Pengurangan Resiko Bencana diamanatkan oleh

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana pasal 8 yang mendorong pelibatan forum dalam

penyusunan Rencana Aksi Daerah – Pengurangan Riskio Bencana

(RAD-PRB). Didalamnya diatur bahwa anggota forum ini meliputi unsur dari

pemerintah dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota

Semarang, Palang Merah Indonesia, lembaga ilmiah dan akademisi, serta

Organisasi Kemasyarakatan yang bergerak dibidang Lingkungan dan

(26)

C. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

1) Upaya-upaya peningkatan pemahaman wawasan kebangsaan dalam rangka

menanamkan nilai-nilai ideologi dan kebangsaan serta nilai-nilai budaya

lokal telah dilaksanakan, namun kurang sebanding dengan besarnya

pengaruh keterbukaan dan globalisasi. Dengan kemajuan teknologi informasi

dan komunikasi telah membuka peluang yang sangat lebar bagi setiap orang

untuk berinteraksi secara luas tanpa batas ruang dan waktu, keterbukaan

informasi media massa yang hampir tidak terfilter turut serta memberikan

pengaruh yang signifikan. Kuatnya pengaruhtersebut terindikasi dalam sikap

dan perilaku masyarakat yang mengarah makin turunnya nilai moral, nilai

etika dan perilaku yang berbudaya dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

2) Bahwa saat ini setiap warga negara memiliki hak kemerdekaan/kebebasan

berserikat, berkumpul, berorganisasi dan keterbukaan akses terhadap

informasi publik. Kondisi tersebut oleh sebagian kelompok masyarakat yang

berorganisasi dimanfaatkan untuk melakukan pengawasan yang berlebihan,

tuntutan yang irasional dan intimidasi terhadap penyelenggara

pembangunan yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan secara

pribadi atau kelompoknya. Perilaku Organisasi Kemasyarakatan seperti ini

memiliki kecenderungan menghambat proses-proses pembangunan.

3) Dalam Penanggulangan Bencana, khususnya dalam penanganan tanggap

darurat diperlukan kecepatan dan ketepatan untuk memenuhi kebutuhan

barang dan/atau jasa kepada para korban bencana. Sampai dengan saat ini

Pemerintah Kota Semarang belum memiliki instrument yang mengatur

secara khusus tentang mekanisme penyediaan anggaran dan mekanisme

pembelanjaan Dana Siap Pakai untuk pengadaan barang dan/atau jasa pada

saat tanggap darurat bencana.

4) Arus urbanisasi ke Kota Semarang semakin kencang ditandai dengan

besarnya jumlah pendatang baru untuk tinggal menetap atau tinggal

sementara di wilayah Kota Semarang. Dalam mencari penghidupan, para

pendatang baru tersebut sebagian besar tidak mengetahui atau memahami

larangan-larangan yang tercantum dalam peraturan daerah Kota Semarang,

sehingga mereka cenderung melakukan pelanggaran terhadap peraturan

(27)

parkir tepi jalan umum, administrasi kependudukan, pelacuran, pengemis,

gelandangan dan orang terlantar.

5) Penyelenggaraaan pencegahan gangguan Trantibum dan Kamtibmas pada

dasarnya adalah tugas bersama antara Forum Koordinasi Pimpinan di

Daerah (Forkopimda), namun sampai dengan saat ini belum ada Sistem

Terpadu yang memungkinkan antara Pemerintah Kota Semarang,

Polrestabes Semarang dan Kodim 0733 Kota Semarang secara rutin dan

berkelanjutkan bersama-sama melaksanakan kegiatan lapangan pencegahan

gangguan Trantibum dan Kamtibmas.

D. SOLUSI

1. Dalam rangka mengeliminasi pengaruh negatif dari pesatnya arus informasi

yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat, maka perlu

dilaksanakan pendidikan karakter yang berkelanjutan khususnya kalangan

generasi muda sebagai penerus bangsa. Perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi serta keterbukaan informasi perlu diimbangi dengan

pendidikan karakter agar para generasi muda menjadi ilmuwan yang

bermoral dan menumbuhkan kepedulian social, serta perilaku masyarakat

yang berbudaya lokal. Mengingat pendidikan karakter di lingkungan

pendidikan formal masih sangat terbatas, maka akan dilakukan upaya –

upaya pembentukan karakter melalui kegiatan pemerintah dan atau

kerjasama dengan masyarakat yang berorganisasi.

2. Merubah mind set dan culture set Organisasi Kemasyarakatan sebagai

pengawas proses pembangunan oleh Pemerintah menjadi pelaksana proses

pembangunan oleh Pemerintah bekerjasama dengan Ormas, kebijakan yang

akan ditempuh adalah menyuntikkan persaingan kepada Kelompok

Masyarakat atau Organisasi Kemasyarakatanuntuk berperan aktif secara

langsung dalam proses pembangunan sejak perencanaan, pelaksanaan

sampai dengan pemeliharaan hasil pembangunan melalui kemitraan antara

Ormas dengan SKPD teknis.

3. Menyusun instrumen peraturan perundang-undang tingkat daerah secara

khusus yang mengatur tentang mekanisme penyediaan anggaran dan

mekanisme pembelanjaan dana siap pakai untuk pengadaan barang dan/atau

jasa pada saat tanggap darurat bencana. Sehingga pemenuhan kebutuhan

(28)

cepat dan tepat tanpa melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

4. Melaksanakan sosialisasi mengenai peraturan daerah secara langsung

maupun tidak langsung kepada masyarakat khususnya pendatang baru, agar

memahami ketentuan dalam peraturan daerah sehingga dapat

menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran hukum. Sosialiasi langsung

dilaksanakan melalui patroli wilayah sesuai Standart Pelayanan Minimal

(SPM) tiga kali dalam satu hari. Sosialisasi tidak langsung melalui

pemasangan papan larangan di lokasi rawan pelanggaran. Selain itu upaya

lain akan ditempuh melalui pemberdayaan masyarakat agar turut serta

mengawasi dan aktif melaporkan pelanggaran peraturan daerah yang terjadi

disekitarnya untuk ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kota Semarang.

5. Menyusun Sistem Pengamanan Kota (SisPamKot) melalui kegiatan posko

statis/mobile yang memungkinkan secara rutin, berkelanjutan dan terpadu

antara Pemerintah Kota Semarang, Polrestabes Semarang dan Kodim 0733

Semarang bersama-sama menyelenggarakan pencegahan dan penindakan

non yustisial terhadap gangguan Trantibum dan Kamtibmas. Kegiatan Sistem

Pengaman Kota kemudian diturunkan menjadi Sub Sistem Pengamanan

Kecamatan yang memungkinkan personil Kecamatan, Polsek dan Koramil

untuk bersama-sama secara rutin, terpadu dan berkelanjutan

menyelenggarakan kegiatan pencegahan dan penindakan non yustisial

terhadap gangguan Trantibum dan Kamtibmas yang penangananya

memungkinkan ditangani di tingkat Kecamatan. Melalui sistem ini

diharapkan upaya deteksi dini dan cegah dini terhadap gangguan Trantibum

dan Kamtibmas dapat terwujud secara komprehensif dan tuntas.

E. PRESTASI DAN PENGHARGAAN

Prestasi dan penghargaan yang diperoleh selama tahun 2015 antara lain :

1. Juara Umum Lomba Dalam Rangka HUT Satpol PP Tingkat Provinsi Jawa

Tengah.

2. Juara I Lomba Parade dan Defile Tingkat Provinsi Jawa Tengah.

3. Juara I Lomba Kawasan Tertib Tingkat Provinsi Jawa Tengah.

4. Juara II Lomba Penegakan Perda Tingkat Provinsi Jawa Tengah.

5. Juara I Lomba Kegiatan Peningkatan Keterampilan Penyelamatan di Air

Referensi

Dokumen terkait

Dalam model pertumbuhan ini digunakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil sebagai variabel dependen dan variabel independennya adalah pertumbuhan outstanding

Rasulullah saw pernah ditanya oleh sahabat, “Pekerjaan apakah yang paling baik, ya Rasulallah?” Rasulullah menjawab “Seseorang yang bekerja dengan tangganya sendiri

Programming.Hasil penelitian menunjukkan adalah: (1) rata-rata luas lahan garapan petani sayuran di wilayah dataran tinggi Sembalun adalah 0,27 ha dan terdapat 6

Dengan menimbang bahwa buku ajar menduduki peranan yang sentral pada semua tingkat pendidikan, maka peneliti merasa perlu melakukan analisis representasi

Hasil angket diperoleh dari 83 mahasiswa dengan menggunakan teknik stratified sampling untuk mengetahui pendapat mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UMS tentang

Hasil uji regresi data panel diduga menunjukan bahwa model yang terpilih paling tepat yaitu fixed effect model, dimana dalam model ini pertumbuhan ekonomi dan UMK

7 penanggulangan kemiskinan secara berjenjang dari tingkat pusat sampai dengan daerah, dengan dinas/instansi terkait (100%). Tasikmadu, LPMD Desa Kalijirak

Jelas bahwa kesepakatan nikah itu harus dinyatakan secara legitim (menurut hukum- ilahi, kodrati), dilakukan oleh subjek yang mampu untuk membuat perkawinan (dua orang yang