• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Penyerapan Amoniak Dari Limbah Pabrik Karet Dengan Menggunakan Zeolit Alam Serta Perolehan Kembali (Recovery) Amoniak Yang Telah Diserap Zeolit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Penyerapan Amoniak Dari Limbah Pabrik Karet Dengan Menggunakan Zeolit Alam Serta Perolehan Kembali (Recovery) Amoniak Yang Telah Diserap Zeolit"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Zeolit

Zeolit pertama kali ditemukan oleh seorang ahli mineral berkebangsaan Swedia,

Baron Axel Frederick Cronsted pada tahun 1756 pada rongga-rongga batuan

basalt di pertambangan Lappmark. Nama zeolit berasal dari bahasa Yunani,

“zein” yang berarti membuih dan “lithos” berarti batu. Nama ini sesuai dengan

sifat zeolit yang akan membuih bila dipanaskan pada suhu 100oC hingga 350oC

(Harjanto,S.,1983).

Zeolit dapat didefinisikan sebagai mineral hidrat Alumino Silikat, dimana

mineral ini terhidrasi dari logam-logam alkali dan alkali tanah (terutama Ca dan

Na) dengan struktur tiga dimensi yang mempunyai rongga dan saluran yang

dibentuk atas penggabungan dan pengulangan unit-unit tetrahedral AlO4 dan SiO4

yang dihubungkan oleh atom oksigen. Rumus umum zeolit ditulis :

Mx/n (AlO2)x (SiO2)y m H2O

dimana :

M : Logam Alkali atau Alkali Tanah

n : Valensi dari Kation Logam

m : banyaknya Molekul air per unit sel zeolit

x,y : bilangan total tetrahedral per unit sel dan perbandingan y/x berkisar 1 – 5

Rumus ini menunjukkan struktur satu unit sel kerangka zeolit dan bagian

dalam tanda kurung menunjukkan komposisi kerangkanya (Keller, G.E dan

(2)

2.2. Sifat-sifat Mineral Zeolit

Zeolit memiliki sejumlah sifat kimia maupun fisika yang menarik diantaranya,

mampu menyerap (adsorpsi) zat organik maupun anorganik, sebagai penukar

kation (ion exchange), katalisator (catalyst), dan penyaring molekul berukuran

halus (molecular sieving) (Dixon dan Weed, 1989).

2.2.1. Sifat-sifat adsorpsi dari zeolit

Adsorpsi adalah suatu proses penyerapan suatu zat oleh zat lainnya, yang hanya

terjadi pada permukaan. Zat yang diserap disebut fase terserap (adsorbat) dan zat

yang menyerap disebut adsorben. Struktur zeolit mempunyai sistem mikropori

yang biasanya diisi oleh kation dan air. Molekul tersebut bebas bergerak sehingga

dapat disubstitusi secara reversibel oleh molekul lain (Atkins, 1999).

Dalam keadaan normal maka ruang-ruang rongga dalam kristal zeolit terisi

oleh molekul air bebas yang membentuk bulatan di sekitar kation. Bila kristal

tersebut dipanaskan selama bebarapa jam, biasanya pada temperatur 200-300oC,

tergantung dari jenis mineral zeolitnya, maka molekul-molekul air pada

rongga-rongga tersebut akan keluar, sehingga zeolit yang bersangkutan dapat berfungsi

sebagai penyerap gas atau cairan mineral zeolit.

Daya serap mineral zeolit tergantung dari jumlah ruang kosong dan luas

permukaan. Molekul air yang terdapat dalam rongga-rongga saluran masuk yang

diperkirakan dapat mencapai jumlah 10-25 persen dari berat zeolitnya, bila

dikeluarkan, maka molekul-molekul yang mempunyai garis tengah lebih kecil dari

(3)

pusat rongga tersebut. Molekul-molekul yang lebih besar dari slauran rongga,

tidak akan dapat masuk ke dalamnya (Sastiono,A. 1991).

2.2.2. Sifat Pertukaran Ion dari Zeolit

Sifat Penukar ion dari zeolit berhubungan dengan ion - ion yang berada pada

rongga - rongga. Ion – ion ini dapat bergerak bebas sehingga pertukaran ion yang

terjadi tergantung dari ukuran dan muatan maupun jenis zeolitnya. Sifat sebagai

penukar ion pada zeolit tergantung dari sifat kation, suhu, dan anion. Penukaran

kation dapat menyebabkan perubahan beberapa sifat zeolit seperti stabilitas

terhadap panas, sifat adsorpsi, dan aktivitas katalitis (Narita,2012).

2.2.3. Sifat Zeolit sebagai Katalis

Zeolit sebagai katalis hanya mempengaruhi laju reaksi tanpa mempengaruhi

kesetimbangan reaksi karena mampu menaikkan perbedaan lintasan molekular

dari reaksi. Katalis berpori dengan pori – pori sangat kecil akan memuat molekul

kecil tetapi mencegah molekul besar masuk. Selektivitas molekuler seperti ini

disebut molecular sieves yang terdapat dalam substansi zeolit alam

(Ginting,2007).

2.3. Pengaktifan Mineral Zeolit

Pengaktifan zeolit dimaksudkan sebagai suatu usaha untuk memodifikasi

keadaan pada struktur kerangka atau non kerangka zeolit sehingga diperoleh sifat

(4)

efek pencucian atau penghilangan komponen pengotor (impurities) dari mineral

zeolit.

Pengaruh pengaktifan zeolit, yaitu dapat memurnikan zeolit dari

komponen pengotor, menghilangkan jenis kation logam tertentu dan molekul air

yang terdapat dalam rongga, atau memperbesar volume pori, sehingga memiliki

kapasitas yang lebih tinggi. Oleh karena itu, zeolit alam perlu diaktifkan terlebih

dahulu sebelum digunakan, untuk mempertinggi daya kerjanya. Pengaktifan zeolit

dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain :

1. Pemanasan dalam jangka waktu dan suhu tertentu

2. Mengubah atau mempertukarkan kation yang dapat dipertukarkan

3. Mengubah ratio perbandingan Si/Al dengan perlakuan dealuminasi

(Pasaribu, B.2013).

2.3.1. Pengaktifan dengan Pemanasan

Pemanasan terhadap zeolit alam bertujuan untuk mengeluarkan air atau garam

pengotor dari dalam rongga-rongga kristal zeolit. Aktivasi secara fisis berupa

pemanasan zeolit dengan tujuan untuk menguapkan air yang terperangkap dalam

pori-pori Kristal zeolit, sehingga luas permukaan pori-pori bertambah (Suyartono,

1992).

Kestabilan zeolit terhadap temperature tergantung pada jenis kandungan

mineral zeolitnya (perbandingan Si dengan Al dan kation yang terdapat dalam

zeolit). Umumnya zeolit dengan silika lebih banyak mempunyai kestabilan yang

lebih besar. Komposisi kation yang berbeda dan perbandingan Si dan Al yang

berbeda pada beberapa zeolit alam menyebabkan kestabilan pada temperatur yang

(5)

2.3.2. Pengaktifan dengan Pengasaman

Pengaktifan zeolit secara kimia melalui pengasama bertujuan untuk mengurangi

efek hambatan dari pertukaran kation dengan cara pencucian kation dan Al3+

dalam kerangka zeolit dan posisinya akan digantikan oleh ion H+.

Pemberian suatu larutan asam mineral pada mineral zeolit akan

menyebabkan:

1. Membukanya saluran ataupun rongga dari struktur zeolit melalui

penghilangan pengaruh penutupan silika atau senyawa yang terbungkus

pada saluran yang terjadi selama proses pembentukan zeolit.

2. Al pada kisi Kristal akan terlepas dan membentuk hidroksil zeolit.

Pemilihan konsentrasi larutan asam perlu diperhatikan. Pada konsentrasi

tertentu, ternyata asam juga menghidrolisa aluminium dari kerangka zeolit

sehingga merusak struktur zeolit (Sastiono,A. 1991).

2.4. Zeolit Alam Sarulla

Berdasarkan hasil penelitian laboratorium Departemen Pertambangan dan Energi

Sumatera Utara, zeolit alam ada terdapat di Sarulla (Tapanuli Utara) yang

merupakan salah satu lokasi yang memiliki potensi zeolit alam yang besar.

Penambangan zeolit di daerah ini umumnya dapat dilakukan dengan tambang

terbuka dengan terlebih dahulu mengupas tanah penutupnya setebal antara 1 – 2

meter. Sedangkan jenis zeolit yang terdapat di Sarulla tersebut pada umumnya

zeolit jenis klinoptilolit, Na6(Al6Si30O72).24H2O

Sifat-sifat yang dimiliki zeolit alam Sarulla, sebagai berikut:

Warna : Putih Kehijauan

Cerat : Putih

Kekerasan : 1 – 2

(6)

Pecahan : Chonchoidal (seperti kaca)

Sifat lain : ringan, kompak, padat

Tabel 2.1 Komposisi kimia yang terkandung dalam zeolit alam Sarulla

Senyawa Kandungan

SiO2 60,16

Al2O3 14,25

Fe2O3 4,20

CaO 3,08

Na2O -

Lg-Loss 17,30

2.5. Amoniak

Amoniak NH3, merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4+ pada pH rendah

yang disebut amonium; amoniak sendiri berada dalam keadaan tereduksi (-3).

Amoniak dalam air permukaan berasal dari air seni dan tinja; juga dari oksidasi

zat organis (HaObCcNd) secara mikrobiologis, yang berasal dari air alam atau air

buangan dan penduduk.

Dapat dikatakan bahwa amoniak berada di mana-mana, dari kadar

beberapa mg/l pada air permukaan dan air tanah, sampai kira-kira 30 mg/l lebih

pada air buangan. Kadar amoniak yang tinggi pada air sungai selalu menunjukkan

adanya pencemaran. Rasa NH3 kurang enak, sehingga kadar NH3 harus rendah;

pada air minum kadarnya harus nol dan pada air sungai harus dibawah 0,5 mg/l N

(syarat mutu air sungai di Indonesia) (Alaerts, 1984).

Amoniak merupakan gas tajam yang tidak berwarna dengan titik didih

-33,5oC. Cairannya mempunyai panas penguapan sebesar 1,37 kJ g-1 pada titik

didihnya. Secara fisik cairan NH3 mirip dengan air dalam perilaku fisikanya

(7)

Dalam fase cair amoniak terdapat dalam dua bentuk, yaitu : bentuk amoniak bebas

(NH3) dan bentuk ion ammonium (NH4+). Perbandingan jumlah keduanya sangat

dipengaruhi oleh pH dan suhu.

NH3 + H2O NH4+ + OH

-Pada pH rendah bentuk yang paling banyak dijumpai adalah bentuk ion

ammonium. Pada pH 11 atau lebih yang paling banyak dijumpai adalah bentuk

ammonia bebas (Schroeder, 1977 dan Viesman, 1985).

Menurut Swingle dan Walter (1997), gas amoniak terbentuk dengan tiga

cara, yaitu:

1. Dekomposisi Protein. Protein diuraikan oleh bakteri proteolitik menjadi

asam amino. Asam amino mengalami deaminasi menghasilkan amoniak

dan melalui proses ini dihasilkan amoniak paling banyak.

2. Hidrolisis Urea. Urea yang sebagian besar berasal dari limbah cair

bersama asam urat dihidrolisis oleh enzim urease membentuk ammonium

karbonat, yang mudah terurai menjadi gas amoniak, karbondioksida, dan

air.

3. Reduksi Nitrat. Nitrat tereduksi menjadi nitrit dan selanjutnya nitrit

tereduksi menjadi gas amoniak.

Dalam proses pengolahan lateks menjadi ribbed smoked sheet (RSS)

diperlukan bahan pembantu yaitu amonia dan asam format (asam semut).

Amoniak (NH3) dalam bentuk sikloheksilamin dan setelah diencerkan menjadi

ammonium (NH4OH). Amoniak berfungsi sebagai antikoagulan dan juga

desinfektan agar tidak terjadi pembusukan yang dapat menimbulkan bau. Tiap

(8)

2.6. Analisis Spektrofotometri

Intensitas warna adalah salah satu faktor utama dalam penentuan suatu analit

secara spektrofotometri. Pada analisa spektrokimia, spectrum radiasi

elektromagnetik digunakan untuk menganalisa spesies kimia dengan menelaah

interaksinya dengan radiasi elektromagnetik. Radiasi berinteraksi dengan spesies

kimia dan kita dapat memperoleh informasi mengenai spesies tersebut. Cara

interaksinya dapat berupa absorpsi, penghamburan, atau pemendaran tergantung

dari sifat materi.

Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan secara kuantitatif dengan

mengukur jumlah cahaya yang ditransmisikan, perlu ada suatu hubungan antara

konsentrasi, larutan, dan transmisi cahayanya. Hubungan ini dinyatakan oleh

Lambert-Beer (Day, R.A.Jr. 1983).

Bagian-bagian penting pada spektrofotometer adalah: (1) suatu sumber

cahaya, (2) sebuah monokromator, yakni sebuah piranti untuk memancarkan

cahaya monokromatik atau lebih tepat, pita-pita sempit energi cahaya dari

sumbernya, (3) sel/kuvet kaca atau silica atau pelarut dalam larutan yang diuji dan

tempat sebuah piranti untuk menerima atau mengukur berkas0berkas energy

cahaya yang melewati pelarut atau larutan (Basset,J.1994).

2.6.1. Hukum Lambert

Lambert (1760) menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium

tembus cahaya, maka intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara

(9)

2.6.2. Hukum Beer

Beer (1850) menjumpai bahwa intensitas cahaya monokromatik berkurang secara

eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier

(Basset,J.1994).

2.6.3. Hukum Lambert-Beer

Gabungan hukum Lambert-Beer dapat dituliskan sebagai berikut:

Dimana: Io : Intensitas radiasi yang datang

It : Intensitas radiasi yang diteruskan

: Absorbansi molar (L.mol-1.cm-1)

b : Tebal larutan yang dilalui sinar (cm)

c : Konsentrasi (mol L-1)

Analisis dengan spektrofotometri uv/vis selalu melibatkan pembacaan

absorbansi radiasi elektromagnetik oleh molekul atau radiasi elektromagnetik

yang diteruskan. Keduanya dikenal sebagai absorbansi (A) tanpa satuan dan

transmitansi dengan satuan % (%T).

Secara matematik, hubungan antara %T dan A, adalah :

A = 2 – log %T

dimana:

(10)

A : absorbansi

Grafik absorbansi versus konsentrasi diketahui sebagai lukisan hokum

Beer. Kurva spektrum yang diperoleh membantu sebagai petunjuk dalam

menyelidiki sebuah panjang gelombang yang diinginkan untuk sebuah analisa

(Mulja,M.1995).

2.7. Penentuan Amoniak secara Spektrofotometri

Amoniak dapat ditentukan dengan atau tanpa didahului oleh suatu pengolahan

pendahuluan (destilasi). Bila destilasi tidak dilakukan maka amoknia langsung

ditentukan dengan analisis Nessler atau melalui titrasi. Destilasi tidak dilakukan

bila sampel cukup jernih yaitu tidak melebihi batas kadar kekeruhan 10 NTU dan

batas kadar warna 5 mg Pt-Co/L. Keadaan ini terdapat pada air PDAM, air sungai

jernih, air sumur jernih, dan effluent system pengolahan air buangan yang jernih.

Destilasi perlu dilakukan pada sampel air buangan penduduk, air buangan

industri, air sungai yang keruh dan air yang mengandung warna.

Pada proses destilasi, hasil yang mengandung amoniak ditampung dalam

larutan absorben asam borat. Kadar nitrogen kemudian ditentukan dengan metode

Nessler atau melalui titrasi dengan standar asam sulfat dan penambahan indikator

campuran. Pemilihan metode berdasarkan perkiraan ammonia dalam sampel. Bila

perkiraan kadar ammonia dalam sampel antara 1 sampai 25 mg/L maka digunakan

titrasi dengan standar asam sulfat, bila kadar ammonia antara 0,05 sampai 5 mg/L

dapat ditentukan dengan metode Nessler. Kadar amoniak >5 mg/L juga dapat

ditentukan dengan metode Nessler dengan pengenceran.

Metode Nessler terdiri dari suatu analisa kimiawi dengan menggunakan

(11)

larutan yang bersifat basa. Reaksi yang menghasilkan larutan berwarna

kuning-cokelat yang mengikuti hokum Beer-Lambert. Intensitas warna yang terjadi

berbanding lurus dengan konsentrasi NH3 yang terdapat dalam sampel, yang

kemudian ditentukan secara spektrofotometri (Alaerts.G. 1984).

Reagen Nessler dibuat dengan melarutkan 100 g Merkurium(II)Iodida dan

70 g Kalium iodida dalam 100cm3 air bebas ammonia, kemudian ditambahkan

perlahan-lahan ke dalam larutan yang telah didinginkan dari 160 g NaOH dalam

700 cm3 air bebas ammonia. Biarkan endapan turun, sebaiknya untuk beberapa

hari, sebelum menggunakan cairan di atasnya. Bila 1 cm3 reagen Nessler

ditambahkan ake dalam contoh, dapat diukur serapannya dalam daerah panjang

gelombang 400-425 nm dengan menggunakan spektrofotometer visibel

(Basset,J.1994).

2.8. Gangguan dalam analisis Nessler

Gangguan dalam analisis amoniak secara Nessler adalah kekeruhan dan warna.

Pada analisis Nessler tanpa destilasi sampel jernih harus ditambahkan larutan basa

dan ZnSO4 untuk mencegah gangguan ion Ca, Mg, Fe, dan Sn yang dapat

menimbulkan kekeruhan. Dengan penambahan larutan basa dan ZnSO4, ion-ion

tersebut akan mengendap. Larutan sampel akan bebas gangguan setelah

pengendapan 15 sampai 30 menit. Kemudian penambahan EDTA membantu agar

sisa-sisa ion Ca, Mg, dan Fe dalam larutan tidak ikut mengendap. Dengan destilasi

sampel, gangguan warna dan kekeruhan akan hilang, sedang kation yang dapat

menimbulkan kekeruhan diendapkan dengan pH tinggi (Alaerts, G. 1984).

(12)

Dilihat dari tahapan poduksi baik dari bahan baku berasal dari lateks dan bahan

olahan karet rakyat (bokar), maka limbah yang terbentuk pada industri karet dapat

berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Kualitas bahan baku

berpengaruh terhadap tingkat kuantitas dan kualitas limbah yang akan terjadi

dengan rincian sebagai berikut :

1. Semakin kotor bahan karet olahan akan mkin banyak air yang diperlukan untuk

proses pembersihannya, sehingga debit limbah cairpun meningkat.

2. Semakin kotor dan makin tinggi kadar air dari bahan baku karet olahan, akan

semakin mudah terjadinya pembusukan, sehingga kuantitas limbah gas/bau pun

meningkat.

3. Bahan baku karet olahan yang kotor menyebabkan kuantitas lumpur, tatal dan

pasir relatif tinggi.

Pembersihan dilakukan melalui pengecilan ukuran, proses ini juga

bertujuan untuk memperbesar luas pemukaan karet agar waktu pengeringan relatif

singkat. Dengan demikian, limbah yang terbentuk dominan berbentuk limbah cair.

Sumber limbah cair dapat dikategorikan dari proses produksi dengan rincian

sebagai berikut:

1. Bahan baku olahan karet rakyat Bahan baku karet rakyat berbentuk koagulum

(bongkahan) yang telah dibubuhi asamsemut, dan banyak mengandung air dan

unsur pengotor dari karet baik disengaja maupun tidak disengaja oleh kebun

rakyat. Sumber limbahnya antara lain:

a. penyimpanan koagulum

b. sebelum produksi terlebih dulu karet disempot air sehingga menghasilkan

limbah

c. pencacahan koagulum lalu di cuci dengan air lagid. proses peremahan dengan

hammer mill juga menghasilkan limbah cair, walaupun jumlahnya relatif

kecil-kecil. Bahan baku berasal dari lateks kebun. Dalam proses produksi untuk

meghasilkan karet digunakan air lebih sedikit, tetapimempunyai bahan kimia

(13)

peremahan. Pengaruh tiap parameter terhadap lingukungan dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. BOD

BOD merupakan salah satu parameter limbah yang diberi gambaran atas tingkat

polusi air. Semakin tinggi nilai BOD menunjukkan makin besar oksigen yang

dibutuhkan olehmikroorganisme merubah organik. Semakin tinggi kandungan

bahan organik akan menyebabkan makn berkurangnya konsentrasi oksigen

terlarut di dalam air yang akhirnya berakibat kematian berbagai biota air.

Pengurangan konsentrasi oksigen terlarut menyebabkan kondisi aerob bergeser ke

kondisi anaerob.

b. COD

COD mirip dengan BOD, bedanya osigen yang diperlukan merupakan oksigen

kimiawi seperti O2 atau oksidator lainnya untuk mengoksidasi secara kimia bahan

organik menjadi senyawa lain seperti gas metan, amoniak, dan karbon dioksida.

Nilai COD selalu lebih tinggi daripada nilai BOD karena hampir seluruh jenis

bahan organik dapat teroksidasi secara kimia termasuk bahan organik yang

teroksidasi secara biologis.

c. Padatan Terendap

Padatan terendap menunjukkan jenos padatan yang terkandung di dalam cairan

limbah yang mampu mengendap di dasar cairan secara gravitasi dalam waktu

paling lama sekitar 1 jam.

d. Padatan Tersuspensi

Padatan tersuspensi adalah padatan yang membentuk suspensi atau koloid.

Secarakasat mata padatan ini terlihat mengapung atau mengambang serta

mengeruhkan air karena berat jenisnya relatif rendah.

(14)

Padatan ini bersama-sama dengan suspensi koloid tidak dapat dipisahkan secara

penyaringan. Pemisahannya hanya dapat dilakukan dengan proses oksidasi

biologis atau koagulasi kimia.

f. Kandungan Nitrogen

Bentuk senyawa nitrogen yang paling umum adalah protein amonia, nitrit dan

nitrat. Ketiga jenis terakhir ini dihasilkan dari perombakan protein, sisa tanaman

dan pupuk yang tersisa di dalam cairan limbah.

g. Derajat Keasaman (pH)

Suatu cairan dikatan bersifat normal bila pH = 7. Semakin rendah nilai pH artinya

air makin bersifat asam, sebaliknya makin tinggi bersifat basa.

2.9.1. Limbah Yang Dihasilkan

a. Limbah Cair

Limbah cair karet merupakan air sisa produksi dari pengolahan karet menjadi

benang karet dan air dari pembersihan alat/area. Limbah karet mengandung

amoniak dan nitrogen total yang berbahaya apabila melewati batas standar yang

telah ditetapkan sehingga dapat mencemari air sungai dan lingkungan sekitarnya.

Pengolahan limbah cair tersebut dilakukan dengan menampungnya pada bak

penampungan limbah untuk kemudian diendapkan, disaring dan sisanya dialirkan

ke lingkungan.

b. Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan berupa busa lateks dan sisa slab. Limbah padat

hasil pengolahan dari IPAL berasal dari proses koagulasi kimia dengan Ferosulfat

dikeringkan di drying bed ditampung di bak penampung.

Gambar

Tabel 2.1 Komposisi kimia yang terkandung dalam zeolit alam Sarulla

Referensi

Dokumen terkait

pada tahun 2009 dalam penelitiannya menyatakan bahwa resistensi dapat terjadi karena penggunaan obat yang tidak tepat dan tidak teratur, sehingga menimbulkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor individu dan keadaan saluran pembuangan air limbah (SPAL) rumah tangga dengan kejadian diare di RT

Jangan lupa untuk mencoba Simulasi Aplikasi UNBK di web http://simulasi.soalunbk.com * Perhatian : Soal ini hanya prediksi

Pesrta didik dapat membaca, menghafal dan mengartikan Al-Qur’an dalam surat surat pendek pilihan dari surat Al-fatihah sampai surat Al-Alaq dan surat Al-Maidah ayat 3 serta surat

Pilih OK, maka akan terlihat jumlah peserta sudah muncul pada Kelas Diklat

Brosur Hotel Sasando menggunakan design yang HOHJDQW \DQJ VHVXDL GHQJDQ WHPD KRWHO \DLWX ³6DVDQGR ,QWHUQDWLRQDO +RWHO´ 'HQJDQ WXMXDQ DJDU FDORQ konsumen yang melihat tertarik

Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahira menyimpulkan pembelajaran seni tari khususnya pada penanaman kearifan lokal masih memerlukan penanganan yang

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara: (1) Membaca LKS “Wir Lernen Deutsch”, (2) Melihat simbol menulis dalam LKS yang menunjukkan