BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
Kulit adalah organ terbesar dari tubuh, memiliki massa lebih dari 10% massa tubuh dan yang memungkinkan tubuh untuk berinteraksi dengan lingkungannya (Walters, 2007). Kulit orang dewasa memiliki luas permukaan sekitar 1,6 m2 dan memiliki ketebalan kulit yang bervariasi sesuai dengan usia, jenis kelamin dan lokasi. Umumnya, kulit pria lebih tebal daripada wanita. Namun, perempuan memiliki lapisan lemak subkutan lebih tebal. Secara umum, kulit kelopak mata adalah yang paling tipis dan kulit pada telapak kaki adalah yang paling tebal. Pada usia muda, regenerasi sel kulit berlangsung selama 28-30 hari (Mitsui, 1997).
2.1.1 Fungsi kulit
Kulit memiliki banyak fungsi yang dapat diklasifikasikan sebagai fungsi yang essensial atau penting bagi tubuh mamalia dan manusia dalam bertahan hidup di lingkungan yang relatif tidak bersahabat. Dalam konteks umum, fungsi-fungsi ini dapat diklasifikasikan sebagai pelindung, mempertahankan homeostasis dan juga sebagai indera perasa. Kulit juga merupakan organ penting untuk mempertahankan homeostasis tubuh, terutama dalam hal regulasi panas, absorpsi, status emosional dan peran sekresi (Walters, 2007).
Latifah, 2007). Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin yang menyerap sekitar 5-10% dari sinar tersebut (Wasitaatmadja, 1997).
2.1.2 Anatomi struktur kulit
Gambar 2.1 Anatomi kulit (Burns, dkk., 2004). Kulit manusia terdiri dari tiga lapisan yaitu:
1. Epidermis (kulit ari)
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 µm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 µm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut).
a. Stratum Korneum (lapisan tanduk)
Merupakan lapisan epidermis yang paling atas dan menutupi semua lapisan epiderma. Terdiri dari 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin, tahan terhadap air, elastis dan selalu mengelupas. Lapisan ini terdiri dari sisik-sisik keratin yang tersusun tumpang tindih (overlapping) Lapisan ini akan mengalami pembaruan selama proses keratinisasi (pembentukan zat tanduk/keratin) berlangsung. Stratum korneum menggambarkan sistem pelindung yang sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia dan sistem penyimpan dari kulit. Stratum korneum mencegah penguapan air yang berlebihan maupun mencegah masuknya senyawa asing.
b. Stratum Lusidum
Terletak di bawah lapisan tanduk dan sebagai penghubung antara lapisan tanduk dengan stratum granulosum. Lapisan ini terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar. Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Disinilah proses keratinisasi bermula. Fungsi lapisan ini untuk mengganti stratum korneum.
c. Stratum Granulosum
d. Stratum Spinosum
Disebut juga lapisan malphigi yang terdiri dari sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Sel-sel spinosum saling terikat dengan filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas (kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Sel-sel spinosum ini terdapat di daerah yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki.
e. Stratum Basal/Germinativum
Merupakan lapisan paling bawah epidermis, pada startum basal terjadi aktivitas mitosis, sehingga stratum ini bertanggung jawab dalam proses pembaharuan sel-sel epidermis secara berkesinabungan. Lapisan ini memproduksi pigmen melanosit. Pigmen inilah yang menentukan warna kulit seseorang. Melanin mampu melindungi jaringan kulit agar terhindar dari bahaya sinar ultraviolet (Maharani, 2015).
2. Dermis
3. Hipodermis
Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang disebut jaringan hipodermis atau subkutan. Lapisan subkutan adalah lapisan paling dalam pada struktur kulit. Pada lapisan ini terdapat saraf, pembuluh darah dan limfe. Fungsi lapisan ini adalah membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Di lapisan ini terdapat banyak sel liposit yang memproduksi jaringan lemak yang menjadi pelapis antara kulit dengan organ dalam seperti tulang dan otot, selain itu, lemak yang terdapat pada lapisan ini berfungsi sebagai stok energi tubuh yang siap dibakar pada saat diperlukan (Maharani, 2015).
2.1.3 Jenis-jenis kulit
Keragaman jenis dan fungsional kulit dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor intrinsik yang berhubungan dengan kelompok etnis, usia, keadaan fisiologis dan patologis, serta faktor-faktor ekstrinsik terkait dengan lingkungan sekitarnya seperti tingkat kekeringan, paparan sinar matahari, suhu, dan angin. Jenis-jenis kulit dibagi sebagai berikut.
a. Kulit Normal
b. Kulit kering
Kulit kering memiliki ciri-ciri: kehilangan kekenyalan dan elastisitas kulit, kulit terlihat kasar dan bersisik.
c. Kulit berminyak
Kulit berminyak merupakan hasil dari aktivitas yang berlebihan dari kelenjar minyak (sebaceous), yang menyebabkan produksi sebum yang berlebihan menuju permukaan kulit sehingga memberikan penampilan yang berminyak dan mengkilap. Produksi ini akan berlanjut mencapai tingkat maksimum pada masa remaja dan kemudian mengalami penurunan seiring usia.
d. Kulit kombinasi
Kulit kompleks yang merupakan kombinasi dari kulit normal, kering dan berminyak. Pada area wajah T dimana kulit cenderung berminyak terdapat bersamaan dengan kulit kering di area pipi.
e. Kulit sensitif
Kulit sensitif dapat ditemukan pada orang yang memiliki kulit yang lebih tipis sehingga mudah iritasi, sangat sensitif dan berhubungan dengan faktor genetik (Barel, dkk., 2009).
2.2 Penuaan Dini
2.2.1 Tanda-tanda penuaan dini
Perubahan yang terjadi di semua daerah tubuh (terlepas dari paparan sinar matahari) secara alamiah seiring waktu adalah sebagai berikut.
a. Degenerasi serat elastin
Serat elastin kulit yang mengalami proses degenerasi perlahan-lahan menjadi gumpalan serat elastin yang mempunyai kualitas rendah. Perubahan dalam serat elastin adalah penyebab utama dari kehilangan elastisitas kulit dan terbentuknya keriput.
b. Degenerasi serat kolagen
Di samping degenerasi serat elastin, adanya degenerasi bertahap dan pengurangan jumlah serat kolagen pada lapisan dermis. Hal ini menyebabkan penurunan kekuatan elastisitas yang dilanjuti dengan pengenduran kulit.
c. Penipisan kulit
Secara umum, mulai dari sekitar 45 tahun keatas , terjadinya penipisan bertahap semua lapisan kulit pada manusia termasuk epidermis, dermis, dan subkutis. Proses penipisan kulit ini lebih jelas terlihat pada wanita dibandingkan pada pria. Lapisan lemak subkutan menjadi lebih tipis dan lebih menonjol penipisannya di beberapa daerah tertentu seperti pada wajah, tangan, dan betis.
d. Kelembaban kulit
e. Perubahan pigmentasi
Dengan bertambahnya usia menyebabkan penurunan jumlah melanosit pada kulit, sehingga produksi melanin mengalami penurunan yang mengakibatkan berkurangnya fungsi kulit sebagai pelindung dari radiasi sinar matahari. Selain itu kulit yang terkena sinar matahari akan mengalami proliferasi melanosit sehingga timbul noda hitam pada kulit. f. Pembesaran kelenjar sebaseus
Pada daerah tertentu, meskipun terjadi penurunan jumlah produksi sebum kulit, ukuran kelenjar sebaseus meningkat. Akibatnya pori-pori kulit menjadi besar (Shai, dkk., 2009).
Proses penuaan kulit yang berlangsung lebih cepat dari yang seharusnya dikenal dengan penuaan dini yang memiliki tanda-tanda pada kulit, antara lain:
1. Kulit menjadi sangat kering akibat dari berkurangnya aktivitas kelenjar minyak dan keringat kulit serta penurunan kemampuan kulit untuk menahan air serta kulit kehilangan kelembapan di dalam sel kulit (sawar kulit).
2. Kulit menjadi tipis akibat berkurangnya kemampuan untuk membentuk sel baru di lapisan kulit. Gangguan pada rambut menyebabkan kerontokan rambut.
3. Sebaliknya kulit terasa kasar, kusam dan bersisik akibat berkurangnya kemampuan kulit untuk melepaskan sel kulit lama untuk diganti sel kulit baru.
5. Warna kulit berbercak-bercak akibat berkurangnya daya pigmentasi sel melanosit dan daya distribusi melanin ke seluruh lapisan kulit (Wasiaatmadja, 1997).
2.2.2 Proses penuaan pada kulit
Adanya dua proses utama yang menyebabkan penuaan dini yaitu: a. Proses penuaan intrinsik
Proses penuaan alamiah yang terjadi sejalan dengan waktu. Proses biologi/genetik yang berperan dalam menentukan jumlah multiplikasi pada setiap sel sampai sel berhenti membelah diri dan kemudian mati, diyakini merupakan penyebab penuaan intrinsik. Ada berbagai faktor internal yang berpengaruh pada proses penuaan kulit yaitu:
1. Umur
Umur adalah faktor fisiologik yang menyebabkan kulit menjadi tua. Umur bertambah setiap hari dan secara perlahan tetapi pasti proses menua terjadi.
2. Genetik
Faktor genetik menentukan kapan mulai surutnya proses metabolik dalam tubuh dan dengan kecepatan berapa proses menua berjalan. 3. Hormonal
4. Ras
Berbagai ras manusia mempunyai perbedaan struktural dan faal tubuh dalam perannya terhadap lingkungan hidup. Orang kulit putih lebih mudah terbakar sinar matahari daripada kulit berwarna sehingga pada kulit putih lebih mudah terjadi gejala-gejala kulit menua secara dini. 5. Faktor sistemik
Berbagai penyakit sistemik menyebabkan proses menua berlangsung lebih cepat, misalnya kencing manis, arteriosclerosis, defisiensi gizi, dan penyakit autoimun yang menyebabkan terganggunya sistem biologis selular (Wasitaatmadja, 1997).
b. Proses penuaan ekstrinsik
Penuaan ekstrinsik terjadi karena beberapa faktor yaitu radiasi pengion, stress fisik dan psikologi berat, asupan alkohol, gizi buruk, makan berlebihan, polusi, pencemaran lingkungan, kebiasaan merokok, dan paparan radiasi UV. Di antara semua faktor lingkungan tersebut, radiasi UV yang memberikan kontribusi hingga 80% (Puizina-Ivic, 2008).
2.3 Anti-aging
2.3.1 Pengertian anti-aging
Anti-aging atau anti penuaan adalah senyawa atau zat yang berfungsi
mencegah proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu mencegah timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2003).
menurunnya jumlah kolagen dermis (Jaelani, 2009). Kolagen adalah zat pengisi kulit dan merupakan protein penting untuk kulit, karena kolagen sangat penting bagi struktur dan fungsi matriks dalam dermis. Kulit menipis dan berkeriput, ciri khas dari penuaan kulit yang normal, merupakan akibat dari berkurangnya kolagen (Daniel, dkk., 2002).
2.3.2 Fungsi dan manfaat anti-aging Fungsi dari produk anti-aging, yaitu:
1. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit. 2. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit. 3. Menjaga kelembaban dan elastisitas kulit. 4. Merangsang produksi kolagen.
5. Melindungi kulit dari radiasi sinar ultraviolet (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Manfaat dari produk anti-aging, yaitu:
1. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit terlihat kusam dan keriput.
2. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda.
3. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.4 Masker
Masker adalah produk kosmetik yang menerapkan prinsip Occlusive
Dressing Treatment (ODT) pada ilmu dermatologi yaitu teknologi absorpsi
Masker yang diaplikasikan pada wajah akan menyebabkan suhu kulit wajah meningkat (±1oC) sehingga peredaran darah pada kulit meningkat, mempercepat pembuangan sisa metabolisme kulit, meningkatkan kadar oksigen pada kulit maka pori-pori secara perlahan membuka dan membantu penetrasi zat aktif dalam essence ke dalam kulit. Penggunaan masker dapat meningkatkan penyerapan zat aktif 5-50 kali dibanding produk kosmetik lain (Lee, 2013).
2.4.1 Jenis-jenis masker
Menurut Lee (2013) dan Mitsui (1997), jenis-jenis masker adalah sebagai berikut:
1. Tipe peel-off
Prinsip masker peel-off yaitu dengan memanfaatkan filming agent yang melekat pada kulit sehingga saat masker kering akan terbentuk lapisan film tipis. Ketika dilepaskan, sel-sel kulit mati dan kotoran pada pori akan ikut terlepas bersama dengan lapisan film tersebut.
Bahan yang digunakan: polyvinyl pyrolidine (PVP), polyvinyl acetate (PVA), carboxy methyl cellulose (CMC), dan sebagainya.
Keuntungan: dapat dengan cepat membersihkan pori-pori, memutihkan, dan membersihkan komedo.
2. Tipe wash-off
Tipe masker ini tidak akan membentuk film pada kulit, terbagi menjadi 4 jenis yaitu:
a. Tipe mud pack
Kegunaan utama tipe ini adalah membersihkan dan melembabkan. Bahan yang digunakan adalah kaolin, bentonite, lumpur alami, serbuk kacang-kacangan, dan sebagainya.
Keuntungan: mengandung surfaktan dan air sehingga mampu melunakkan dan membersihkan sebum kulit yang telah mengeras.
Kerugian: dapat terkontaminasi bakteri dan sulit untuk dibersihkan. b. Tipe krim
Merupakan tipe krim emulsi minyak dalam air. Kegunaan utamanya adalah untuk melembabkan kulit karena kandungan minyak tumbuhan serta mampu melunakkan sel kulit mati dan komedo.
Keuntungan: dapat digunakan pada semua bagian kulit dan cocok digunakan untuk kulit yang berkeriput.
Kerugian: penggunaan kurang praktis, perlu dicuci dan penggunaan yang kurang tepat dapat menimbulkan masalah jerawat karena penimbunan minyak pada kulit.
3. Tipe gel
Merupakan gel transparan atau semi transparan yang dibuat menggunakan polimer-polimer larut air, jadi sering ditambahkan humektan seperti gliserin.
Keuntungan: cocok untuk kulit sensitif
4. Tipe sheet
Umumnya menggunakan bahan non woven yang diresapi dengan losion atau essence. Keuntungan dari tipe sheet yaitu memberikan efek dingin, melembapkan, merevitalisasi dan nyaman digunakan serta pemakaiannya praktis.
2.4.2 Masket sheet
Masker sheet telah banyak digunakan di Asia Timur, lembaran masker umumnya terbuat dari kain non woven, serat kertas, bioselulosa, dan sebagainya. Masker sheet dapat meningkatkan efek melembabkan, memutihkan dan
anti-aging, tetapi kurang mampu membersihkan dan mengangkat sel kulit mati (Lee,
2013).
Jenis-jenis lembaran masker (Lee, 2013) akan dijelaskan sebagai berikut: a. Tipe non woven
Menggunakan bahan tekstil seperti polypropylene, Bemliese fabric dan
viscose rayon.
Keuntungan: fleksibel, tidak mudah robek, bersifat hidrofil sehingga mampu meresap essence, dan tidak meninggalkan sisa essence di dalam kemasan.
Kerugian: penggunaan yang terlalu lama dapat menyebabkan kulit kering. b. Tipe serat kertas (pulp)
Awalnya serat kertas merupakan bahas dasar pembuatan masker sheet, tetapi telah diganti dengan bahan non woven.
Keuntungan: tipis dan mampu melekat baik dengan kulit.
c. Tipe bioselulosa
Merupakan teknologi terbaru pembuatan masker sheet, menggunakan selulosa alami dari hasil fermentasi mikroorganisme, dan tidak mengiritasi kulit.
Keuntungan: sangat mampu melekat pada kulit sehingga tidak mudah terlepas.
Kerugian: biaya pembuatan relatif lebih mahal. d. Tipe charcoal
Menggunakan serbuk arang dari bambu moso yang endemik di Taiwan yang dicampurkan dengan bahan non woven dalam proses pembuatannya. Keuntungan: fleksibel, mampu meresapi essence dengan baik, kandungan serbuk arang dapat meningkatkan penyerapan essence ke dalam kulit. Kerugian: karena penambahan serbuk arang, biaya pembuatan lebih mahal dibanding tipe non woven.
e. Tipe jeli
Dibuat dengan mencampurkan essence dan gelling agent, kemudian dicetak dengan cetakan masker menghasilkan jeli yang transparan.
Keuntungan: penggunaannya lebih praktis dibanding tipe masker lainnya. Kerugian: kemampuan penetrasi essence ke dalam kulit lebih kurang dibandingkan jenis masker sheet lainnya.
2.5 Essence
Essence bukan merupakan tipe produk kosmetik baru. Alasan yang
digunakan karena pengembangan desain wadah, pengembangan fungsi bahan pelembab dan bahan farmasetik. Essence dibuat untuk meminimalkan kekurangan produk perawatan kulit konvensional dalam hal efek, kesan penggunaan, sistem kecantikan, dan sebagainya (Mitsui, 1997).
Tabel 2.1 Tipe-tipe essence (Mitsui, 1997).
Tipe Teknologi Keistimewaan
Tipe losion
Secara umum mengandung humektan lebih banyak dari losion. Teksturnya dapat diatur dengan pemilihan humektan dan polimer larut air serta variasi kombinasi keduanya. Tipe ini merupakan tipe essence paling umum.
Tipe emulsi
Tipe m/a Tipe a/m Tipe a/m/a
Tipe ini mengandung banyak emolien (komponen minyak), sangat cocok untuk sediaan yang mengandung banyak bahan penyerap UV dan bahan minyak lainnya. Tipe a/m cocok untuk sediaan yang
waterproof.
Tipe minyak -
Tipe ini telah digunakan sejak lama. Teksturnya diatur kombinasi minyak padat atau semi-padat dan lemak hewan atau minyak tumbuhan dengan proporsi yang berbeda. Tipe ini tidak sebagus tipe essence lain sehingga sudah tidak ada di pasaran.
Tipe lain
mensekresi sebum. Mengandung serbuk penyerap sebum agar riasan wajah bertahan lebih lama
Essence yang mempunyai efek germisida
untuk sediaan jerawat 2.6 Provitamin B5
Provitamin adalah vitamin yang akan menjadi bentuk aktif di dalam tubuh. D-Panthenol (provitamin B5) adalah analog alkohol asam pantotenat (vitamin B5) yang dalam organisme d-panthenol dapat dengan cepat dimetabolisme menjadi asam pantotenat yang merupakan komponen dari koenzim A yang penting untuk fungsi normal epitel. Panthenol memiliki dua bentuk utama yaitu D dan L, D-panthenol (dexD-panthenol) merupakan senyawa biologis aktif sedangkan L-panthenol merupakan senyawa biologis inert. D-L-panthenol dapat memberikan sejumlah manfaat bagi kulit yaitu meningkatkan penyembuhan luka, membantu memulihkan jaringan epitel yang rusak, mengurangi gatal dan peradangan, meningkatkan hidrasi kulit, mengurangi transepidermal kehilangan air, memperbaiki kekasaran kulit dan lainnya (Todorov, 2015).
2.6.1 Mekanisme provitamin B5 sebagai zat anti-aging
Pada saat panthenol diaplikasikan pada permukaan kulit maka D-panthenol akan berpenetrasi ke dalam epidermis dan diubah menjadi asam pantotenat (vitamin B5) yang merupakan komponen dari koenzim A yang mempunyai fungsi menginduksi sintesis asam lemak dan sphingolipids yang penting dalam pembentukan lipid bilayer dari stratum korneum sehingga memperkuat, revitalisasi dan memperbaiki struktur kulit (kering, kasar dan lecet) dan meningkatkan pelindungan pada kulit. Ceramide yang merupakan bagian dari sphingolipids dapat menjaga agar kulit tetap menjadi halus dan ketat (Radtke, dkk., 2009).
air pada kulit sehingga menutrisi kulit agar tetap lembab dan memperbaiki kulit kasar (Todorov, 2015).
D-panthenol meningkatkan proliferasi fibroblas di lapisan dermis yang merupakan lapisan tengah kulit dimana kerutan terbentuk, aktivitas fibroblas biasanya tidak hanya menaikkan jumlah tetapi juga meningkatkan sintesis dari semua komponen matriks kulit, seperti kolagen, elastin dan glycans serta memperbaiki kulit secara keseluruhan seperti daerah yang terluka atau matriks kulit yang tidak teratur seperti keriput ataupun garis-garis halus (Todorov, 2015).
D-panthenol meningkatkan sintesis dari Glutathione yang diketahui mempunyai sifat antioksidan menghambat sintesis melanin dengan mengikat radikal bebas dan peroksida yang berkontribusi dalam pembentukan melanin sehingga dapat mengurangi spot pada wajah. Namun jumlah Glutathione yang disintesis tidak terlalu banyak sehingga penurunan spot tidak dalam jumlah yang signifikan (Slyshenkov, dkk., 2004).
2.7 Skin Analyzer
Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat menjadikan diagnosis menjadi bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter. Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).
Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk
2.7.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer
Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan skin analyzer, yaitu:
1. Moisture (Kadar air)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture
checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya
dengan menekan tombol power dan dilekatkan pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur.
2. Sebum (Kadar minyak)
Pengukuran kadar minyak dilakukan dengan menggunakan alat oil checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya dengan menempelkan bagian sensor yang telah dipasang spons pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar minyak dalam kulit yang diukur.
3. Evenness (Kehalusan)
Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar computer. 4. Pore (Pori)
bagian pori-pori kulit. Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori akan secara otomatis ke luar pada layar komputer.
5. Spot (Noda)
Pengukuran banyaknya noda dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga (terpolarisasi). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan penentuan banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.
6. Wrinkle (Keriput)
Pengukuran keriput dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol
capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan
kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. Pada pengukuran ini, tidak hanya jumlah keriput yang dapat diukur, akan tetapi kedalaman keriput juga dapat terdeteksi dengan alat skin analyzer
2.7.2 Parameter pengukuran
Tabel 2.2 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer
(Aramo, 2012).
Pengukuran Parameter (%)
Moisture
(Kadar air)
Dehidrasi Normal Hidrasi
0-29 30-50 51-100
Evenness
(Kehalusan)
Halus Normal Kasar
0-31 32-51 52-100
Pore
(Pori)
Kecil Beberapa besar Sangat besar
0-19 20-39 40-100
Spot
(Noda)
Sedikit Beberapa noda Banyak noda
0-19 20-39 40-100
Wrinkle
(Keriput)
Tidak berkeriput Berkeriput Berkeriput parah