60 |Jurnal Pharmaqueous STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap
Gambaran Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi di UPTD Puskesmas
Cilacap Tengah I Kabupaten Cilacap
Description of Medicine Use In Hypertension Patients In The Central Cilacap
Health Center UPTD Cilacap District
Mika Trikumala Swandari
1, Rohmah NN
2, Losari GS
3, Sulastri SS
4 1,3,4Program Studi D3 Farmasi STIKES Al-Irsyad A-Islamiyyah Cilacap2Program Studi S1 Farmasi STIKES Al-Irsyad A-Islamiyyah Cilacap
e-mail : michakumala@yahoo.com
INFO ARTIKEL
A B S T R A K / A B S T R A C T
Di Indonesia, hipertensi merupakan nomor tiga sebagai penyakit yang mematikan yaitu 31,7% dari populasi usia 18 tahun ke atas. Hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah lebih dari normal atau lebih dari 120/80 mmHg. Tujuan dari pengobatan hipertensi untuk mengendalikan tekanan darah dengan maksud mencegah komplikasi penyakit. Menurut pedoman pengobatan dasar di PUSKESMAS untuk penyakit hipertensi obat-obat yang digunakan adalah Hidroklorotiazid, Reserpin, Propanolol, Kaptopril, dan Nifedipin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase penggunaan obat pada pasien hipertensi di UPTD PUSKESMAS Cilacap Tengah I. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif observasional. Penelitian dilaksanakan di UPTD PUSKESMAS Cilacap Tengah I dengan menggunakan data resep yang ada di UPTD PUSKESMAS Cilacap Tengah I. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa data penderita hipertensi digolongkan berdasarkan jenis kelamin, umur, dan penggunaan obat. Pada persentase jenis kelamin menunjukkan bahwa penderita hipertensi pada jenis perempuan menunjukkan 65,2% dan pada jenis kelamin laki-laki menunjukan 34,8%. Persentase tertinggi pada penggunaan obat hipertensi terdapat pada rentang usia 60-69 tahun. Obat yang paling banyak digunakan yaitu Amlodipin berjumlah 56,51%, Captopril berjumlah 24,38%, Clonidine berjumlah 11,86%, Nifedipin berjumlah 3,95%, dan Furosemide berjumlah 3,29%. Pada penggunaan kombinasi obat berdasarkan golongan obat, dapat diketahui penggunaan paling banyak yaitu kombinasi golongan ACEi dan CCB sebesar 35%.
In Indonesia, hypertension is number three as a deadly disease that is 31.7% of the population aged 18 years and over. Hypertension is an increase in blood pressure more than normal or more than 120/80 mmHg. The goal of treating hypertension is to control blood pressure with the aim of preventing complications of the disease. According to the basic treatment guidelines at PUSKESMAS for hypertension the drugs used are Hydrochlorothiazide,
Jurnal Ilmiah Kefarmasian
Journal homepage : http://e-jurnal.stikesalirsyadclp.ac.id
Kata Kunci : Hipertensi, puskesmas, cilacap Keyword : Hypertension, puskesmas, cilacap
61 |Jurnal Pharmaqueous STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap A.
PENDAHULUAN
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia (Kemenkes, 2013).
Pusat Kesehatan Masyarakat
(PUSKESMAS) adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia yang memberikan pelayanan secara menyeluruh, terpadu dan bersinambungan kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok dan langsung berada dalam pengawasan administratif maupun teknis dari Dinas Kabupaten. Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan dan kedudukan PUSKESMAS adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Pemerintah mengembangkan PUSKESMAS dengan tujuan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Menurut penelitian Benedicta, et al., (2012) tentang studi deskriptif pemberian obat pada pasien hipertensi di PUSKESMAS Sario menyebutkan bahwa obat yang paling banyak digunakan untuk pengobatan hipertensi yaitu Captopril dari golongan ACE-Inhibitor.
Penelitian serupa dilakukan oleh Kristanti (2015) bahwa obat antihipertensi yang paling banyak digunakan di PUSKESMAS adalah Amlodipin, Captopril, dan Hidroklorotiazid (HCT) dan paling banyak diberikan dengan dosis tunggal.
Berdasarkan data statistik Profil Kesehatan Kabupaten Cilacap tahun 2014, menunjukkan bahwa jumlah kasus hipertensi tertinggi terjadi di wilayah PUSKESMAS Cilacap Tengah I sejumlah 1.315 kasus. Pada tahun 2017 kasus hipertensi di UPTD PUSKESMAS Cilacap Tengah merupakan kasus terbanyak nomor empat pada usia dewasa.
B.
METODE
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Dalam hal ini adalah memberikan gambaran tentang persentase penggunaan obat pada pasien hipertensi di UPTD PUSKESMAS Cilacap Tengah I Kabupaten Cilacap.
C.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di UPTD PUSKESMAS Cilacap Tengah I diperoleh data penggunaan obat pada pasien hipertensi dari resep periode Januari-Maret 2018 sebanyak 607 resep. Data yang diperoleh
Reserpine, Propanolol, Kaptopril, and Nifedipine. The purpose of this study was to determine the percentage of drug use in hypertensive patients at the UUSD PUSKESMAS Cilacap Tengah I. The research method used was descriptive observational. The study was conducted at the Cilacap Central I Public Health Center UPTD using prescription data in the UPTD PUSKESMAS Cilacap Tengah I. Based on the results of the research, it was found that the data of hypertensive patients were classified according to gender, age, and drug use. The percentage of sex showed that hypertensive patients in female types showed 65.2% and in male sex showed 34.8%. The highest percentage of hypertension drug use is in the age range 60-69 years. The most widely used drugs were Amlodipin, amounting to 56.51%, Captopril totaling 24.38%, Clonidine totaling 11.86%, Nifedipine totaling 3.95%, and Furosemide totaling 3.29%. In the use of drug combinations based on the class of drugs, the most widely used is the combination of ACEi and CCB groups by 35%.
62 |Jurnal Pharmaqueous STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap
digolongkan menurut jenis kelamin, umur, dan jenis obat.
1. Distribusi Frekuensi Jumlah Pasien menurut jenis kelamin
Dari data dapat diketahui bahwa perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dengan perbandingan perempuan sebanyak 396 orang (65,2%) dan laki-laki sebanyak 211 orang (34,8%).
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jumlah Pasien Penderita Hipertensi di UPTD PUSKESMAS Cilacap Tengah I
Pada Bulan Januari-Maret 2018
No Jenis kelamin Jumlah % 1 Perempuan 396 65,2 2 Laki-laki 211 34,8 Total 607 100
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bustan (2007) bahwa perempuan lebih besar risiko hipertensi dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon estrogen dimana hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan kadar HDL kolesterol (High Density Lipoprotein) atau kolesterol baik yang menjadi faktor pelindung mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
2. Distribusi Frekuensi Jumlah Pasien menurut umur
Menunjukkan bahwa penderita hipertensi terbanyak pada usia 60-69 tahun sebanyak 215 orang (35,4%). Penyakit hipertensi umumnya semakin berkembang ketika mencapai usia lebih dari 40 tahun bahkan lebih dari usia 60 tahun ke atas.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Usia Jumlah Pasien Penderita Hipertensi di UPTD PUSKESMAS Cilacap
Tengah I Pada Bulan Januari-Maret 2018
No Umur Jumlah % 1 < 40 16 2,6 2 40-49 85 14 3 50-59 190 31,3 4 60-69 215 35,4 5 70-79 80 13,2 6 ≥ 80 21 3,5 Total 607 100
Faktor risiko lain yang mempengaruhi kejadian hipertensi adalah berdasarkan usia. Bertambahnya usia dapat meningkatkan kejadian hipertensi disebabkan oleh perubahan alamiah tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah, dan hormon. Selain itu, pada usia lanjut sensitivitas pengatur tekanan darah yaitu refleks baroreseptor mulai berkurang. Hal ini mengakibatkan tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Syukraini, 2009).
3. Distribusi penggunaan obat Hipertensi
Berdasarkan penggunaan obat hipertensi di UPTD PUSKESMAS Cilacap Tengah I dapat diketahui obat-obatan yang digunakan yaitu: Amlodipin (dosis 5 mg dan 10 mg) dan Nifedipin (dosis 5 mg dan 10 mg) yang termasuk dalam golongan CCB (Calsium Canal Blocker), Captopril (dosis 12,5 mg dan 25 mg) yang termasuk golongan ACEi (Angiotensin Converting Enzym inhibitor), Clonidine (dosis 0,15 mg) yang termasuk dalam golongan Agonis α2 Adrenergik, dan Furosemide (dosis 40 mg) yang termasuk golongan diuretik kuat (loop diuretic).
Tabel 3. Distribusi Penggunaan Obat Hipertensi di UPTD PUSKESMAS Cilacap Tengah I Pada Bulan
Januari-Maret 2018
No Nama Obat Dosis (mg) Prosentase
(%) 1. Amlodipin 5 dan 10 56,51 2. Nifedipin 5 dan 10 3,95 3. Captopril 12,5 dan 25 24,38 4. Clonidine 0,15 11,86 5. Furosemide 40 3,29
Pada tabel memperlihatkan bahwa obat dengan penggunaan tertinggi yaitu Amlodipin sebanyak 56,51%. Amlodipin merupakan obat antihipertensi golongan CCB (Calsium Canal Blocker). Mekanisme dari obat ini yaitu dengan menghambat influks ion kalsium pada kanal ion kalsium (voltage-gated calcium channels) di pembuluh darah jantung.
63 |Jurnal Pharmaqueous STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap 4. Distribusi penggunaan obat kombinasi
Hipertensi
Berdasarkan data penggunaan obat hipertensi tersebut ada beberapa resep yang menggunakan kombinasi obat.
Tabel 4. Distribusi Penggunaan Obat Kombinasi Hipertensi di UPTD PUSKESMAS Cilacap Tengah I
Pada Bulan Januari-Maret 2018
No Nama Golongan Obat Prosentase
(%)
1. ACEi + CCB 35
2. ACEi + Diuretik 4
3. Agonis α2 adrenergik + ACEi 12
4. Agonis α2 adrenergik + CCB 18
5. CCB + Diuretik 27
6. CCB + CCB 4
Penggunaan kombinasi obat berdasarkan golongan yang paling banyak digunakan adalah kombinasi antara golongan ACEi dan CCB dengan persentase penggunaan sebesar 35%. Terapi kombinasi diharapkan dapat menghasilkan penurunan tekanan darah secara signifikan. CCB merupakan antihipertensi yang efektif, namun memiliki efek ekskresi protein urin pada pasien dengan penyakit ginjal proteinuria. Tetapi efektvititas keuntungan penggunaan obat golongan CCB ini dapat meningkat jika dikombinasikan dengan golongan ACEi berupa penurunan tekanan darah disertai pengurangan proteinuria.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa data penderita hipertensi digolongkan berdasarkan jenis kelamin, umur, dan penggunaan obat. Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa penderita hipertensi pada jenis kelamin perempuan sebanyak 65,2% dan pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 34,8%. Persentase tertinggi pada penggunaan obat hipertensi terdapat pada rentang usia 60-69 tahun. Obat yang paling banyak digunakan
yaitu Amlodipin berjumlah 56,51%, Captopril berjumlah 24,38%, Clonidine berjumlah 11,86%, Nifedipin berjumlah 3,95%, dan Furosemide berjumlah 3,29%. Pada penggunaan kombinasi obat berdasarkan golongan obat, dapat diketahui penggunaan paling banyak yaitu kombinasi golongan ACEi dan CCB sebesar 35%.
PUSTAKA
Bakris, G.L., et al. 2010. Intensive Blood-Pressure Control in Hypertensive Chronic Kidney Disease. England: The New England Journal of Medicine, 363:918-29.
Benedicta I. R., et al. 2012. Studi Deskriptif
Pemberian Obat Pada Pasien
Hipertensi di PUSKESMAS Sario. Manado: Fakultas Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado
Benyamin, D. 2013. Pelayanan Kesehatan Masyarakat di PUSKESMAS Sempaja
Kecamatan Samarinda Utara.
Samarinda: Universitas Mulawarman Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007. Jakarta: CV Metronusa prima Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2014. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor
75/MENKES/1/2014 tentang
PUSKESMAS. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
JAMA. 2014. Special Communication 2014 Evidence – Based Guideline For the Management of High Blood Pressure in Adults Report from the Panel Members Appointed to the Eight Joint National Committee (JNC 8). JAMA, 2014, 311(5).507- 520
Katzung, B.G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas). Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
Kristanti, P. 2015. Efektifitas dan Efek
64 |Jurnal Pharmaqueous STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap
Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi di PUSKESMAS Kalirungut Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.2
Nafrialdi. 2008. Antihipertensi. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Syukraini, Irza. 2009. Analisis Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat. Medan: Skripsi USU
Tjay, T. H., dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting Kasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: Elex Media Wolff, H.P. 2008. Hipertensi. Jakarta: Bhuana