• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Efektivitas antara Gel Hand Sanitizer dan Tisu Basah Antiseptik terhadap Jumlah Koloni Kuman di Tangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbandingan Efektivitas antara Gel Hand Sanitizer dan Tisu Basah Antiseptik terhadap Jumlah Koloni Kuman di Tangan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 2. Mei 2017 Perbandingan Efektivitas antara Gel Hand Sanitizer

dan Tisu Basah Antiseptik

terhadap Jumlah Koloni Kuman di Tangan

Venny Hillery Wahyuni1, Siti Khotimah2, Delima Fajar Liana3

1

Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN

2

Program Studi Biologi, FMIPA UNTAN

3

Departemen Pre Klinik Mikrobiologi Medik, Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN

Abstrak

Latar Belakang. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan dapat menyebar dalam berbagai cara. Tangan merupakan salah satu faktor penting dalam jalur penyebaran mikroba patogen. Strategi yang paling baik untuk mengurangi tingkat infeksi dan perpindahan mikroba adalah menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan, tetapi adakalanya sumber air mengalir dan sabun tidak tersedia, tempat mencuci tangan yang tidak strategis, kurangnya kesadaran dalam menjaga kebersihan tangan. Untuk mengatasi kendala tersebut, telah beredar pembersih tangan berupa gel hand sanitizer dan tisu basah antiseptik. Penelitian ini bertujuan melihat efektivitas antara gel hand sanitizer dan tisu basah antiseptik terhadap jumlah koloni kuman di tangan. Metodologi. Subjek penelitian ini adalah 40 mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2011 Universitas Tanjungpura, yang terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok gel hand sanitizer dan kelompok tisu basah antiseptik. Sampel kuman didapat dari swab telapak tangan, kemudian ditumbuhkan pada media Plate Count Agar dengan metode pour plate. Jumlah koloni kuman dihitung menggunakan colony counter dan memenuhi Standard Plate Counts. Hasil. Penggunaan gel hand sanitizer dan tisu basah antiseptik dapat menurunkan jumlah koloni kuman di tangan akan tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai p=0,113 (p<0,05) Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan efektivitas dalam menurunkan jumlah koloni kuman di tangan antara penggunaan gel hand sanitizer dan tisu basah antiseptik

Kata Kunci: Gel hand sanitizer, tisu basah antiseptik, koloni kuman

Abstract

Background. infectious disease was a disease caused by pathogenic germ and spread in various ways. Hand was one of significant factor in transmission of germs. It has been suggested that the most important way to prevent the transmission of dangerous diseases is to frequently wash hands with soap and water. However, sometimes water source and hand soap was unavailable, unstrategic place of hand washing, tight schedule, less of hand hygiene awareness. As a respond for such conditions, hand gel sanitizer and antiseptic wet wipes used worldwide. This study aims to determine the effectiveness of hand gel sanitizer and wet wipes antiseptic in reducing the number of germs on hands. Method. the design of this study was comparative analytic observational, the subject in this study was 40 medical students of Universitas Tanjungpura, grade of 2011, which was divided into 2 groups called hand gel sanitizer group and antiseptic wet wipes group. The germ sample obtained from hand swab, then planted on plate count agar medium with a pour plate method. A total microbe’s counted used colony counter which fulfilled standard plate counts. Result. the using of hand gel sanitizer and antiseptic wet wipes were capable to decrease hand’s total microbe. Nevertheless there was no significant difference with p=0,113 (p<0,05). Conclusion. there was no difference in the effectiveness of decreasing hand’s total microbe between the use of hand gel sanitizer and antiseptic wet wipes

(2)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 2. Mei 2017 LATAR BELAKANG

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai mahluk hidup tentunya ingin bertahan hidup dengan cara berkembang biak pada suatu reservoir baru dengan cara berpindah atau menyebar. Mekanisme transmisi mikroba patogen ke pejamu yang rentan dapat melalui beberapa cara, diantaranya dengan cara langsung, seperti sentuhan, gigitan, bersin, batuk, bicara, sedangkan transmisi dengan cara tidak langsung seperti menyentuh barang/bahan yang terkontaminasi, mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi. Manusia dalam kehidupan sehari-hari akan menyentuh suatu permukaan, baik itu permukaan tubuh, benda, ataupun bahan, sehingga tangan

akan mengandung banyak

mikroorganisme, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tangan merupakan salah satu faktor penting dalam jalur penyebaran bakteri dan virus yang dapat menyebabkan

penyakit.1,2 Kebersihan tangan yang buruk dapat mentransmisikan penyakit melalui kontak fisik secara langsung atau melalui rute fecal-oral sehingga dapat menyebabkan penyakit, seperti penyakit saluran cerna, diare, polio, pneumonia, dan lain-lain.3,4

Berdasarkan World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang memiliki angka morbiditas dan mortalitas tertinggi di dunia, dengan angka mortalitas berkisar 1,2 juta orang (2,7%).5 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan terjadinya penurunan prevalensi diare klinis di Indonesia dari 9,0% pada tahun 2007 menjadi 3,5% pada tahun 2013. Penurunan angka diare ini berbanding lurus dengan meningkatnya angka kehigienisan tangan di masyarakat yang mengacu pada data Riskesdas pada tahun 2013 yang menyatakan bahwa perilaku mencuci tangan dengan benar di Indonesia meningkat dari 23,2% pada tahun 2007

(3)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 2. Mei 2017 menjadi 47,0%, sehingga perilaku mencuci

tangan berperan penting dalam penurunan penyakit diare.6

Strategi yang paling baik dan direkomendasikan untuk mengurangi tingkat infeksi dan perpindahan mikroba adalah menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan,7,8 tetapi adakalanya sumber air mengalir tidak tersedia, seperti saat sedang berpergian, lokasi tempat mencuci tangan yang tidak strategis, ketiadaan sabun ketika berada di luar rumah, tidak adanya waktu (jadwal yang padat), kurangnya kesadaran dalam menjaga kebersihan tangan, meremehkan pentingnya kehigienisan tangan, dan lupa untuk membersihkan tangan.8 Untuk mengatasi kendala tersebut, telah beredar pembersih tangan berupa gel hand sanitizer dan tisu basah antiseptik yang mengandung zat aktif alkohol 60% dan benzalkonium chloride 0,1% yang memiliki spektrum antimikroba yang luas, baik terhadap bakteri gram negatif atau bakteri gram positif .4,7

Terdapat penelitian yang mengemukakan bahwa gel hand sanitizer ataupun tisu basah antiseptik merupakan alternatif yang dapat diterima untuk menggantikan cuci tangan menggunakan sabun dan air, namun penilaian perbandingan efektivitas antara gel hand sanitizer dan tisu basah antiseptik masih belum ada penelitian yang mendukung.9,10 Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti perbandingan efektivitas antara gel hand sanitizer dan tisu basah antiseptik terhadap jumlah koloni kuman di tangan.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura. Adapun kegiatan yang dilakukan diantaranya: pengambilan swab telapak tangan, pembuatan media plate count agar (PCA), pengujian efektivitas gel hand sanitizer dan tisu

(4)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 2. Mei 2017 basah antiseptik, kultur sampel, dan

pembacaan hasil kultur.

Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian diantaranya gelas ukur, batang pengaduk, hot plate, pH indikator, oven, cawan petri, autoclave, pipet volumetrik, vortex, stopwatch, alumunium foil, spuit 3 cc, timbangan analitik, tabung reaksi, kapas swab steril, bunsen, inkubator, colony counter, gelas beker, termometer, rak tabung, penjepit tabung reaksi, sarung tangan, label, masker.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian diantaranya adalah media Plate Count Agar, aquadest, NaCl 0,9%,spirtus, gel hand sanitizer dari sebuah merek tertentu (1 merek), tisu basah antiseptik dari sebuah merek tertentu (1 merek), dan alkohol 70%.

Responden Penelitian

Subjek penelitian ini adalah semua mahasiswa Program Studi Pendidikan

Dokter angkatan 2011 Universitas Tanjungpura. Total mahasiswa yang menjadi subjek penelitian berjumlah 40 orang, yang terbagi menjadi 2 kelompok, dan terdiri dari kelompok gel hand sanitizer dan kelompok tisu basah antiseptik.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi observasional analitik komparatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini membandingkan efektivitas antara gel hand sanitizer dan tisu basah antiseptik dalam hal mereduksi jumlah koloni kuman yang ada di tangan dengan menumbuhkannya di media Plate Count Agar dan diinkubasi selama 48 jam, kemudian koloni kuman yang terbentuk akan dihitung dengan menggunakan colony counter.

Prosedur Kerja

Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok dengan perlakuan gel hand sanitizer dan kelompok dengan perlakuan

(5)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 2. Mei 2017 tisu basah antiseptik. Tiap kelompok

perlakuan dilakukan dua pengambilan swab, yaitu sebelum menggunakan perlakuan (pre-perlaukan), yaitu mencuci tangan dengan air mengalir, dan setelah menggunakan perlakuan (post-perlakuan), yaitu setelah menggunakan gel hand sanitizer atau tisu basah antiseptik.

a. Persiapan responden penelitian dan pengambilan swab telapak tangan i. Menyiapkan responden penelitian

yang sesuai dengan kriteria penelitian

ii. Sebelum diberi perlakuan gel hand sanitizer dan tisu basah antiseptik, responden diminta mencuci tangan dengan air mengalir selama 20 detik untuk sampel pre-perlakuan. iii. Ambil sampel pre-perlakuan swab

telapak tangan responden tersebut dengan menggunakan kapas lidi steril yang sebelumnya telah dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9% kemudian disapukan dengan cukup kuat pada telapak tangan

responden, setelah itu dimasukkan ke dalam tabung berisi 10 ml NaCl 0,9%.

iv. Kemudian tangan dibiarkan selama 15 menit sebelum dimulai perlakuan berikutnya.

v. Sesudah itu responden diminta

membersihkan tangan

menggunakan gel hand sanitizer dan tisu basah antiseptik yakni 20 orang menggunakan gel hand sanitizer dan 20 orang menggunakan tisu basah antiseptik vi. Ambil sampel post-perlakuan swab telapak tangan responden tersebut dengan menggunakan kapas lidi steril yang sebelumnya telah dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9% kemudian disapukan dengan cukup kuat pada telapak tangan responden, setelah itu dimasukkan ke dalam tabung berisi 10 ml NaCl 0,9%.

b. Pemeriksaan sampel swab telapak tangan

(6)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 2. Mei 2017 i. Siapkan cawan petri,

masing-masing diberi label nama sampel uji, tanggal pengujian, dan tingkat pengenceran sampel uji.

ii. Sampel uji swab telapak tangan yang telah diambil dikocok memutar. Selanjutnya diambil 1ml dan dimasukkan ke tabung yang berisi 9 ml larutan NaCl 0,9% dan campur (pengenceran 10-1).

iii. Diambil 3 ml dari pengenceran 10 -1

dan diinokulasikan ke dalam 2 cawan petri yang telah disiapkan masing-masing 1 ml dan 1 ml dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 9 ml larutan NaCl 0,9% dan campur (pengenceran 10-2).

iv. Diambil 2 ml dari pengenceran 10-2 dan diinokulasikan ke dalam 2 cawan petri masing-masing 1 ml dilakukan secara aseptis, tuangkan media agar (PCA) ke dalam 4 cawan petri sebanyak 15-20 ml, goyangkan memutar sehingga

sampel uji dan medium akan tercampur merata.

v. Diamkan cawan petri yang berisi sampel uji pada suhu ruangan sehingga medium membeku kemudian diinkubasikan ke dalam inkubator pada suhu 37°C selama 48 jam dengan posisi cawan petri terbalik.

vi. Amati dan catat pertumbuhan koloni serta hitung angka kuman dengan colony counter.

vii.Perhitungan jumlah kuman.

HASIL

Pada kelompok gel hand sanitizer rerata jumlah koloni kuman di telapak tangan sebelum diberi gel hand sanitizer berjumlah 54,68 CFU/cm2 dan setelah diberikan gel hand sanitizer terjadi penurunan jumlah koloni kuman menjadi 2,58 CFU/cm2, hal ini menunjukkan persentase pengurangan jumlah koloni kuman pada kelompok gel hand sanitizer sebesar 93,95%. Sedangkan pada

(7)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 2. Mei 2017 kelompok tisu basah antiseptik rerata

jumlah koloni kuman di telapak tangan sebelum diberi tisu basah antiseptik berjumlah 59,85 CFU/cm2 dan setelah diberikan tisu basah antiseptik terjadi penurunan jumlah koloni kuman menjadi 4,09 CFU/cm2, hal ini menunjukkan persentase pengurangan jumlah koloni kuman pada kelompok tisu basah antiseptik sebesar 88,82%.

PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh uji gel hand sanitizer terhadap jumlah koloni kuman di tangan menunjukkan rerata jumlah koloni kuman di tangan sebelum penggunaan gel hand sanitizer sebesar 54,68 CFU/cm2; dan setelah menggunakan gel hand sanitizer turun menjadi 2,58 CFU/cm2. Berdasarkan guideline jumlah koloni kuman menurut interpretasi indikator kebersihan tangan,11 menunjukkan bahwa tangan responden sebelum menggunakan gel hand sanitizer dikategorikan sangat kontaminasi,

sedangkan sesudah menggunakan gel hand sanitizer dikategorikan bersih. Hasil uji t berpasangan menunjukkan bahwa terjadi penurunan yang bermakna (p<0,001) antara sebelum dan sesudah menggunakan gel hand sanitizer. Sehingga menunjukkan bahwa gel hand sanitizer efektif dalam menurunkan jumlah koloni kuman di tangan.

Gel hand sanitizer terdiri dari alkohol 60%, polyacrylic acid, humectants, dan minyak esensial pada tumbuhan. Penurunan jumlah koloni kuman pada telapak tangan responden setelah menggunakan gel hand sanitizer dikarenakan kandungan aktif yang terkandung di dalamnya, yaitu alkohol 60%. Kandungan alkohol 60% berperan sebagai antimikroba yang mampu menghambat atau membunuh kuman. Alkohol bersifat bakterisid kuat terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif (mencakup Methicillin resistant staphylococcus aureus dan Vancomycin resistant enterococci), M. tuberculosis,

(8)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 2. Mei 2017 dan berbagai jenis jamur, tetapi alkohol

tidak memiliki aktivitas untuk melawan bakteri berspora atau ookista protozoa, dan virus tidak berkapsul ( non-lipophilic).4,7,8,12, 13

Aktivitas antimikroba pada alkohol berasal dari kemampuannya untuk menyebabkan kerusakan membran sel dan mendenaturasi protein secara cepat. Membran sel bakteri sendiri terdiri dari fosfolipid dan molekul protein. Kerusakan membran sel dapat terjadi ketika alkohol bereaksi dengan sisi aktif dari membran sel atau dengan melarutkan konstituen lipid atau protein dan meningkatkan permeabilitasnya. Akibatnya dapat terjadi lisis sel. Protein yang merupakan komponen enzim, yang apabila mengalami kerusakan akan menganggu kerja enzim. Apabila terjadi kerusakan pada enzim, maka akan mengakibatkan gangguan metabolisme, sehingga produksi adenosin trifosfat (ATP) menurun. Adenosin trifosfat yang menurun mengakibatkan gangguan metabolisme yaitu terhambatnya

pertumbuhan dan perkembangan sel kuman, dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian sel (lisis sel). 7, 12,13,14

Pada kelompok tisu basah antiseptik juga menunjukkan adanya penurunan jumlah koloni, dapat dilihat pada Tabel 1.1. Hal ini ditunjukkan dengan rerata jumlah koloni kuman pada kelompok tisu basah antiseptik, rerata jumlah koloni kuman sebelum penggunaan tisu basah antiseptik sebesar 59,85 CFU/cm2; dan setelah menggunakan tisu basah antiseptik turun menjadi 4,09 CFU/cm2. Berdasarkan guideline jumlah koloni kuman menurut interpretasi indikator kebersihan tangan,11 menunjukkan bahwa tangan responden sebelum menggunakan tisu basah antiseptik dikategorikan sangat kontaminasi, sedangkan sesudah menggunakan tisu basah antiseptik dikategorikan bersih. Hasil uji t berpasangan menunjukkan bahwa terjadi penurunan yang bermakna (p<0,001) antara sebelum dan sesudah menggunakan

(9)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 2. Mei 2017 tisu basah antiseptik. Sehingga

menunjukkan bahwa tisu basah antiseptik efektif dalam menurunkan jumlah koloni kuman di tangan.

Penurunan jumlah koloni kuman pada telapak tangan responden setelah menggunakan tisu basah antiseptik dikarenakan bahan aktif yang terkandung di dalamnya. Kandungan Benzalkonium klorida berperan sebagai zat antimikroba dalam menghambat atau membunuh kuman. Benzalkonium klorida bersifat bakteriostatik dan fungistatik, walaupun Benzalkonium klorida bersifat bakterisid melawan beberapa mikroorganisme pada konsentrasi tinggi. Benzalkonium klorida lebih efektif melawan bakteri gram positif daripada bakteri gram negatif. Benzalkonium klorida memiliki aktivitas lemah dalam melawan Mycobacteria dan jamur dan memiliki aktivitas yang lebih besar melawan virus lipofilik.7,8 Aktivitas antimikroba disebabkan absorbsi pada membran sitoplasma, dengan diikuti kebocoran isi sitoplasma sehingga pada

akhirnya akan menyebabkan lisis sel. Target utama dari Benzalkonium klorida adalah membran sitoplasma pada sel bakteri dan membran plasma sel jamur.7,8

Benzalkonium klorida akan di absorbsi dan berpenetrasi ke dalam dinding sel, kemudian akan bereaksi dengan membran sitoplasma (yang tersusun atas fosfolipid dan protein) sehingga akan menyebabkan gangguan pada membran sitoplasma yang berujung terjadinya kebocoran isi sitoplasma. Reaksi ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur dan susunan asam amino, sehingga menimbulkan ketidakseimbangan genetik pada rantai DNA dan akan mengalami kerusakan, yang pada akhirnya akan mendorong terjadinya lisis sel bakteri. Hilangnya organisasi struktural dan integritas membran sitoplasma bakteri dan diikuti dengan kerusakan pada sel lainnya.7, 8, 15,16

Hasil uji statistik Mann-Whitney perbandingan selisih penurunan angka kuman antara penggunaan gel hand

(10)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 2. Mei 2017

sanitizer dan tisu basah antiseptik menunjukan nilai p=0,113 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara penggunaan gel hand sanitizer dan tisu basah antiseptik. Hal ini dapat diartikan bahwa gel hand sanitizer dan tisu basah antiseptik memiliki efektivitas yang sama dalam menurunkan angka kuman di tangan. Hal ini dapat dikarenakan dari bahan aktif yang terkandung dari gel hand sanitizer dan tisu basah antiseptik yang memiliki mekanisme kerja yang hampir serupa, yang pada akhirnya dapat menyebabkan lisis sel kuman. Dimana alkohol yang terkandung dalam gel hand sanitizer memiliki kemampuan yang menyebabkan kerusakan membran sel dan mendenutarasi protein.7,8,13 Protein ini sendiri pada beberapa bakteri seperti S. aureus, yang merupakan patogen yang sering ditemukan pada kulit manusia, tertanam di permukaan dinding sel S. aureus dan mengambil alih penting dalam sifat virulensi S. aureus. Sifat virulensi S. aureus diantaranya yaitu

ligand binding dominand yang terdapat pada N terminal yang berfungsi sebagai penempelan bakteri ke sel inang, protein A yang mencegah proses fagositosis karena memblokir salah satu ujung IgG, dan protein permukaan lainnya yang membantu dalam proses adhesi bakteri yang dikenal dengan microbial surface component recognizing adhesive matrix molecules.17,18,19 Dengan adanya efek dari alkohol tersebut maka sifat virulensi dari S. aureus itu akan berkurang. Enzim dan toksin yang yang berbahaya bagi manusia dihasilkan oleh S. aureus terdiri dari protein, apabila protein tersebut rusak maka akan mengganggu metabolisme bakteri sehingga dapat menyebabkan kematian sel bakteri.17,20,21 Pada tisu basah antiseptik yang mengandung bahan aktif benzalkonium klorida memiliki kemampuan absorbsi pada membran sitoplasma sehingga akan menganggu fungsi dari membran sitoplasma.15,16 Jika membran sitoplasma rusak maka akan mengganggu integritas sel bakteri, dimana

(11)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 2. Mei 2017 membran sitoplasma merupakan struktur

vital yang mengelilingi sel yang berfungsi sebagai barier yang memisahkan bagian dalam sel (sitoplasma) dari lingkungannya. Jika fungsi dari membran ini rusak, maka integritas sel akan hancur, yang pada akhirnya isi sitoplasma akan bocor ke luar, dan sel akan mati.20, 21 Gel hand sanitizer dan tisu basah antiseptik tersebut memiliki mekanisme yang hampir serupa yang pada akhirnya akan menyebabkan lisis sel.

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penggunaan antiseptik antara lain: jumlah mikroorganisme, semakin besar jumlah bakteri sebagai kontaminan maka makin lama pula antiseptik bisa membunuh bakteri tersebut. Lamanya kontak dengan antiseptik. Keberadaan mikroorganisme, keadaan kering atau gumpalan darah, nanah, sisa-sisa buangan, sisa susu dapat melindungi mikroorganisme dari kontak dengan antiseptik secara efektif. Temperatur, dengan meningkatnya suhu maka akan terjadi peningkatan reaksi kimia.

Konsentrasi antiseptik, kecepatan membunuh mikroorganisme akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi zat antimikroba.22, 23 Dalam penelitian ini faktor-faktor tersebut telah disamakan sehingga memungkinkan hasil efektivitas keduanya dapat menunjukkan hasil tidak ada perbedaan yang bermakna.

KESIMPULAN

Gel hand sanitizer dengan bahan aktif alkohol 60% dan tisu basah antiseptik dengan bahan aktif benzalkonium klorida 0,1% efektif dalam mengurangi jumlah koloni kuman di tangan, tetapi tidak terdapat perbedaan efektivitas dalam menurunkan jumlah koloni kuman di tangan antara penggunaan gel hand sanitizer dan tisu basah antiseptik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Comer MM, Ibrahim M, McMillan VJ, Baker GG, Patterson SG. Reducing the spread of infectious disease through hand washing. Journal of extension. 2009 Feb 23; 47 (1). 2. Darmadi. Infeksi Nosokomial: Problematika

dan Pengendaliannya. Jakarta: Salemba Medika; 2008. p. 6-7.

3. Oranusi SU, Akande VA, Dahunsi SO. Assessment of microbial quality and antibacterial activity of commonly used hand

(12)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 2. Mei 2017 washes. Journal of Biological and Chemical

Research. 2013 Dec 05; 30 (2). p. 570-580. 4. Verma DK, Tesfu K, Getachew M, Workineh

Y, Mekuriaw F, Tilahun M. Evaluation of antibacterial efficacy of different hand gel sanitizer in University of Gondar Students, North-west Ethiopia. Journal of Global Biosciences. 2003 Nov 07; 2(6). p. 166-173. 5. WHO (World Health Organisation). WHO

Report on top ten causes of the death. 2014 May.

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs 310/en/ (6 Juli 2014)

6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2013: laporan nasional 2013. 2013.

7. World Health Organization (WHO). WHO guidelines on hand hygiene in health care. 2009.

8. Centers for Disease Control and Prevention. Guideline for hand hygiene in health care settings. 2002 Oct 25; 51 (RR-16).

9. Yuliyana, I. Efektivitas tisu basah antiseptik sebagai alternatif cuci tangan biasa dalam menurunkan jumlah bakteri telapak tangan [tesis]. Bandung: Universitas Maranatha; 2011.

10. Desiyanto FA, Djannah SN. Efektivitas mencuci tangan menggunakan cairan pembersih tangan antiseptik (hand sanitizer) terhadap jumlah angka kuman. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health). 2013 Sep; 7(2). p. 55-112.

11. Center for Disease Control. Enviroment Hygiene Monitoring: A Guide for Enviroment Health Officer, CDC: Provincial Health Service Authority. 2010.

12. Waluyo, Lud. Mirkobiologi umum. Edisi revisi. Malang: UMM Press; 2007.

13. Oke MA, Bello AB, Odebisi MB, Ahmed El-Imam AM, Kazeem MO. Evaluation of Antibacterial Efficacy of Some

Alcohol-Based Hand Sanitizers Sold in Ilorin (North-Central Nigeria). Ife Journal of Science vol. 15, no. 1. 2013

14. Kumud M, Neha S, Seema T. Comparative Evaluation of Efficacy of Alcoholic VS Non-alcoholic Hand Sanitizer. Int. J. LifeSc. Bt & Pharm I SSN 2250-3137 www.ijlbpr.com Vol. 1, No. 4, October 2012

15. MCDonnelli G, Denver R. Antiseptics and Disinfectants: Activity, Action, and Resistance. Clinical Microbiology Reviews Vol. 12 No. 1. Jan. 1999, p. 147–179

16. Ascenzi JM. Handbook of Disinfectants and Antiseptics. New York: 1996. ISBN 0-8247-9524-5

17. Ramadha, Izkar. Efek Antiseptik Berbagai Merk Hand Sanitizer. Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syaruf Hidayatullah. 2013 18. Lowy FD. Staphylococcus aureus Infection.

N Engl J Med, 1998; 339-520

19. L.G. Harris, S.J. Foster, and R.G. Richards. An Introduction to Staphylococcus aureus, and Techniques for Identifying and Quantifyings Adhesins In Relation to Adhesion to Biomaterials: Review. European Cells and Materials Vol. 4. 2002; 39 – 67. 20. Madigan MT, Martinko JM, Parker J. Brock

Biology of Microorganisms,. Tenth Edition, International Edition. United States of America: Pearson Education International. 2003

21. Kayser FH, Bienz KA, Eckert J, Zinkernagel RM. Medical Microbiology. New York: Thieme Stuttgart. 2005

22. Jawetz E, J.L. Melnick and E.A. Adelberg. 2005. Flora Mikroba Normal tubuh Manusia of Medical Mikrobiologi

23. Permatasari Y. Perbandingan efektivitas antiseptik chlorexidine glukonat dengan phenoxylethanol terhadap penurunan angka kuman pada telapak tangan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2012

Referensi

Dokumen terkait

Nilai daya dukung lahan pertanian pangan antara 1 sampai dengan 2.47, yang berarti bahwa di wilayah tersebut, luas lahan untuk swasembada pangannya tidak lebih besar

Uji Chow maupun uji Hausman menunjukkan bahwa model yang sesuai untuk menjelaskan data banyaknya penduduk, banyaknya penduduk usia kerja, banyaknya desa, besarnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan bahan masukan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pengetahuan pada keluarga pasien hubungan dukungan kelurga dengan

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan puzzle Aksara Jawa Dari Kardus Bekas sebagai media

Di dalam animasi memiliki jenis-jen jenis animasi inilah yang membedakan animasi satu dengan yang lainnya. Pada jenis animasi dikategorikan menj diantaranya animasi manual,

Bakteri ini juga bersifat opportunistik yang dapat menyebabkan infeksi vaginitis ditandai dengan pertumbuhan flora normal yang berlebih sehingga produksi hidrogen

Perubahan power transmit tidak mempengaruhi kualitas Ec/No karena Ec/No sangat dipengaruhi oleh jumlah user, dalam hubungannya dengan intensitas trafik, perubahan power

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kinerja perusahaan terhadap tata kelola perusahaan. Dalam penelitian ini kinerja perusahaan diukur dengan perubahan