• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleivera) sebagai Alternatif untuk Menurunkan Kadar Gula Darah pada Mencit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleivera) sebagai Alternatif untuk Menurunkan Kadar Gula Darah pada Mencit"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Roy Radiansah, *Nurdin Rahman dan Siti Nuryanti Pendidikan Kimia/FKIP - Universitas Tadulako, Palu- Indonesia 94118

Abstract

Keywords: Moringa Leaves, Blood Sugar Levels, Concentration. Pendahuluan

Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi yang mengakibatkan kadar glukosa di dalam darah meningkat atau suatu keadaan dimana terjadi gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemi (glukosa darah meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang (glukosa) di dalam tubuh. Diabetes militus mempunyai harapan hidup rata-rata 5-10 tahun lebih rendah, tetapi hampir semua bisa menjalani hidup yang penuh dan aktif dengan pengendalian yang teratur terhadap makanan dan obat-obatan (Suryohudoyo, 1996; Suharmiati, 2003).

Diabetes merupakan penyakit dimana tubuh penderita sudah tidak mampu mengendalikan

kadar gula dalam darah. Penderita mengalami gangguan metabolisme pada proses penyerapan gula oleh tubuh, karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara normal. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, merupakan zat utama yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah (Chairunnisa, 2012; Cheng, dkk., 2001).

Penurunan hormon insulin mengakibatkan seluruh glukosa dalam darah yang dikonsumsi di dalam tubuh akan meningkat. Peningkatan kadar glukosa darah disebabakan oleh kerusakan pankreas yang tidak dapat menghasilkan insulin. Kerusakan pankreas ini dapat disebabkan oleh senyawa radikal bebas yang merusak sel-sel pada pankreas sehingga tidak dapat berfungsi (Studiawan dan Santosa, 2005; Purboyo, 2009; Chairunnisa, 2012).

Berdasarkan penelitian terdahulu, yang dilakukan di Italia oleh Polidori, dkk., (2000) Moringa is a plant use as a traditional medicine. The leaves of moringa (moringa oleivera) is part of the plant that could reduce the blood sugar levels. This research aims to determine the extract (infusion) of moringa leaves (moringa oleivera), to reduce the blood sugar level in mice and to determine the most effective concentrations of moringa leaves extract (infusion) to reduce the blood sugar levels in diabetic mice. Bioactifive compounds of moringa leaves was identified by using reagent dragendorff to test alkaloids while reagent chloroform, acetic anhydride and sulfuric acid to test steroids/terpenoids. The study was a clinical trial by using animal testing, 15 mice which was divided to 5 group of treatments: P1 (food + EDTA + glucose, 10% of moringa leaves infusion, Na-CMS), P2 (food + EDTA + glucose, 20 % of moringa leaves infusion, Na-CMS), P3 (food + EDTA + glucose, 40% of moringa leaves infusion, Na-CMS), P4 (food + EDTA + glucose, glibenklamid, Na-CMS), and P5 (food + EDTA + glucose, Na-CMS). Blood glucose levels measured with GlukoDr instrument. The measurement data was analyzed by ANOVA test with the 95% confidence level followed by Duncan test to determine the significant different of each treatment to obtained the significant data. The result showed that moringa leaves extract consist of alkaloid and steroid which plays an important role to reduce blood sugar level and the concentration of the moringa leaves extract 20% was effective to the reduce the blood sugar level of diabetic mice.

EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleivera) SEBAGAI ALTERNATIF

UNTUK MENURUNKAN KADAR GULA DARAH PADA MENCIT

Moringa Leaves Extract (Moringa Oleivera) As An Alternative To Reduce

Blood Sugar Levels On Mice

Recieved 1 April 2013, Revised 7 May 2013, Accepted 8 May 2013

* Korespondensi: N. Rahman

Program Studi Pendidikan kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako

email: nurdinrahman_67@yahoo.co.id

(2)

bahwa diabetes disebabkan karena miskin vitamin A, vitamin E dan karotenoid. Pada keadaan demikian gejala diabetes dapat diatasi dengan pengaturan kembali keseimbangan metabolisme zat gizi dalam tubuh dengan tersediannya zat gizi dalam suatu makanan (Chairunnisa, 2012; Astiyandani, dkk., 2010).

Mahalnya terapi pengobatan diabetes mellitus secara medis merupakan salah satu penyebab tingginnya tingkat kematian penderita sehingga banyak orang mulai beralih pada pengobatan alternatif ataupun tradisional. Selain itu, penggunaan obat sintesis menimbulkan resiko terjadinya kerusakan organ secara permanen (Kurniasih, dkk, 2006).

Pada zaman modern seperti saat ini banyak beredar obat-obatan anti diabetes sintetis yang dapat kita jumpai di apotik-apotik, salah satunya adalah obat anti diabetes golongan sulfonilurea. Penggunaan obat golongan ini dapat mengakibatkan hipoglikemia apabila dosis yang diberikan tidak tepat atau diet terlalu ketat dan dapat juga terjadi apabila ada gangguan fungsi hati atau ginjal pada lansia. Penggunaan obat golongan ini cenderung meningkatkan berat badan hingga 2 kg. (Nathan, dkk, 2008; Arifin, 2012).

Hal inilah yang menyebabkan semakin banyak penderita diabetes mellitus di negeri ini, karena banyak mengkonsumsi obat-obatan sintetik yang mempunyai banyak efek samping bagi penderitanya, oleh sebab itu seiring dengan krisis ekonomi yang menyebabkan tingginya biaya kesehatan dan pengobatan, masyarakat lebih banyak memilih pengobatan alternatif karena relatif aman dan murah.

Pohon kelor bagi komunitas masyarakat Indonesia umumnya belum menjadi perhatian. Hasil penelitian Jaiswal, dkk, (2009) peneliti dari Departemen Kimia Universitas Allahabad India membuktikan senyawa aktif daun kelor lebih efektif serta jauh lebih aman dalam penurunan kadar gula darah dibanding obat kimia glipzide (obat kencing manis yang biasa diresepkan dokter, (Trubus, 2011; Fransworth, 1966). Penurunan kadar gula darah disebabkan pengaruh senyawa terpenoid yang menstimulasi sel-sel ß pankreas untuk mengeluarkan insulin.

Berdasarkan hasil telaah uji fitokimia daun kelor (Moringa oleivera) menunjukan adanya senyawa alkaloid dan steroid/triterpenoid yang berperan aktif dalam menurunkan kadar gula darah. Dari pengujian tersebut apakah ekstrak daun kelor dapat menurunkan kadar gula darah dan pada konsentrasi berapa ekstrak daun kelor yang paling efektif dalam menurunkan kadar gula darah.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekstrak (infusa) daun kelor dalam menurunkan kadar gula darah dan menentukan konsentrasi ekstrak (infusa) daun kelor yang efektif dalam menurunkan kadar gula darah pada mencit. Metode

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun kelor (Moringa oleivera) dan bahan yang digunakan adalah EDTA, hewan uji (mencit), Sodium CMC, glibenklamid, H2SO4 pekat, glukosa dan aquades. Alat yang digunakan adalah glukometer, spoit oral, sonde, gelas ukur 100 mL, gelas ukur 250 mL, gelas kimia 50 mL, 100 mL, dan 200 mL, labu ukur 50 mL, 100 mL dan 250 mL, kandang hewan uji, timbangan hewan, batang pengaduk, neraca analitik, hot plate, spatula, lumpang dan alu, lap halus, gunting, alluminium foil, kertas label, pipet tetes, pipet ukur, kain flanel, dan corong gelas.

Pengambilan dan Pengolahan Sampel

Daun kelor diambil kemudian dibersihkan (di cuci) dengan air yang mengalir sampai bersih. Selanjutnya dilakukan perajangan kemudian dikeringkan dengan cara di angin-anginkan tanpa terkena sinar matahari langsung sampai bahan tersebut mengering.

Uji Pendahuluan Senyawa Aktif

Ditimbang 1 g sampel dimasukan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 10 mL metanol 70%, selanjutnya memanaskan di atas penangas air selama 2 menit, setelah dingin ditambahkan 2 tetes dragendorff. Jika hasil memberikan endapan kuning atau orange sampai merah bata maka sampel mengandung alkaloid. Sedangkan untuk menguji steroid/ terpenoid, ditimbang 1 g sampel dimasukan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 10 mL kloroform dan 5 tetes anhidrida asetat dan biarkan mengering. Kemudian tambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Timbulnya warna merah jingga atau ungu menandakan uji positif terhadap terpenoid, sedangkan warna biru menunjukkan uji positif untuk steroid.

Pengujian Sampel dengan Spektrofotometer UV-Vis

Pada pengujian ini pertama kali dilakukan adalah membuat serbuk daun kelor, kemudian di maserasi menggunakan pelarut aquades serta etanol 75%, dengan variasi konsentrasi yaitu 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% untuk tiap-tiap sampel pelarut, selanjutnya disaring dan

(3)

diperoleh fitrat dari daun kelor. Kemudian perlakuan selanjutnya yaitu hasil dari maserasi daun kelor yang divariasikan penambahan dengan glukosa 2% kemudian diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 190 nm – 360 nm.

Pembuatan Infusa Daun Kelor

Sepuluh gram serbuk daun kelor (Moringa oleivera) yang telah kering dimasukan kedalam panci dan ditambahkan dengan air suling sebanyak 100 mL. Panci tersebut dimasukan kedalam panci yang lebih besar dan telah berisi air dan dipanaskan pada suhu 90oC selama 15 menit. Infus disaring dalam keadaan panas menggunakan kain flanel dan jika volume kurang dari 100 mL, maka ditambahkan dengan air hangat melalui residu infusa hingga volumenya mencapai 100 mL. Infusa 20% dan 40% dibuat dengan cara yang sama, menggunakan 20 gram dan 40 gram serbuk daun kelor.

Pembuatan Koloid Na-CMC 1 % b/v dan Suspensi Glibenklamid

Koloid Na-CMC 1% dibuat dengan melarutkan 1 gram Na-CMC sedikit demi sedikit kedalam 50 mL air suling panas sambil diaduk hingga terbentuk koloid. Volume dicukupkan hingga 100 mL dengan air suling. Sedangkan suspensi glibenklamid dibuat dengan menimbang serbuk glibenklamid sebanyak 0,013 mg dan setelah itu ditambahkan dengan koloid Na-CMC 1% b/v sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga homogen. Masukan dalam labu ukur 100 mL kemudian cukupkan hingga volumenya 100 mL dengan kolid Na-CMC1%.

Persiapan dan perlakuan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) jantan berbadan sehat, berumur 2-3 bulan dengan bobot badan yang bervariasi antara 20 gram sampai 30 gram. Tikus yang digunakan sebanyak 15 ekor. Sebelum diberikan perlakuan hewan uji di puasakan selama 16 jam, lalu diukur kadar glukosa darahnya. Kemudian semua kelompok diinduksi secara intravena dengan EDTA dengan dosis 70 mg/ kg BB (Studiawan & Santosa, 2005). Kemudian diberikan glukosa secara oral sebanyak 0,02 mL. Satu hari kemudian dilakukan pengukuran kadar glukosa. Selama perlakuan mencit tetap diberikan pakan. Mencit dibagi menjadi 5 kelompok dan diberikan perlakuan sebagai berikut :

P1 : Perlakuan 1 (pakan + EDTA + glukosa +

infusa daun kelor 10% + Na-CMC) P2 : Perlakuan 2 (pakan + EDTA + glukosa +

infusa daun kelor 20% + Na-CMC) P3 : Perlakuan 3 (pakan + EDTA + glukosa +

infusa daun kelor 40 % + Na-CMC) P4 : Perlakuan 4 atau kontrol positif (pakan +

EDTA + glukosa + glibenklamid + Na-CMC)

P5 : Perlakuan 5 atau kontrol negatif (pakan + EDTA + glukosa + Na-CMC).

Selesai perlakuan mencit diistirahatkan didalam kandangnya masing-masing dan diberikan makanan dan minuman seperti biasannya. Pada hari ke-tiga dilakukan pengambilan cuplikan darah terhadap semua hewan uji (Salam, 2011; Sutrisna, 2005). Pengumpulan dan Analisis Data

Setelah mendapatkan data dari pengukuran kadar gula darah, maka selanjutnya data dianalisis dan dievaluasi dengan menggunakan rancangan acak kelompok melalui uji statistik analisis sidik ragam (uji F) dengan taraf kepercayaan 95%. Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan dari semua perlakuan, dan jika terdapat perbedaan maka pengujian dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perlakuan mana yang mempunyai perbedaan yang nyata.

Hasil dan Pembahasan

Uji Kualitatif Alkaloid dan Steroid/Terpenoid Berdasarkan hasil Pengamatan pada uji pendahuluan terhadap adanya senyawa alkaloid dan steroid/ triterpenoid diperoleh data pada Tabel 1.

Berdasarkan data pada tabel 1. terlihat bahwa

Tabel 1. Hasil uji pendahuluan

Perlakuan Pengamatan Hasil

Uji Alkaloid

1 g sampel daun kelor (dimasukan kedalam tabung reaksi) + 10 mL methanol 70% (dipanaskan selama 2 menit) + 2 tetes dragendorff. Berwarna orange dan Terbentuk endapan kuning Positif

Uji Steroid / terpenoid 1 g sampel daun kelor (dimasukan kedalam tabung reaksi) + 10 mL kloroform dan 5 tetes anhidrida asetat + 3 tetes H2SO4 pekat. Larutan berwarna hijau kebiru-biruan Positif

(4)

daun kelor mengandung senyawa alkaloid dan steroid. Alkaloid bersifat detoksifikasi yang dapat menetralisir racun di dalam tubuh (Kardono, 2003; Meiyanti, dkk, 2006). Alkaloid juga mempunyai kemampuan meregenerasi sel beta pancreas yang rusak. Senyawa–senyawa golongan steroid/ triterpenoid diketahui memiliki aktifitas fisiologis tertentu, seperti anti jamur, anti bakteri, anti virus, kerusakan hati, gangguan menstruasi, dan dapat mengatasi penyakit diabetes (Robinson, 1995; Asih, dkk, 2010; Gunawan, dkk, 2008). Keaktifan dari senyawa golongan ini yang berfungsi sebagai anti radikal bebas ditentukan oleh adanya gugus fungsi –OH (hidroksi) bebas dan ikatan rangkap karbon – karbon seperti beta-karoten dan vitamin C (Djatmiko, dkk, 1998; Asih, dkk, 2010; Levine, dkk, 1995; Prakash, 1989).

Berdasarkan hasil telaah uji fitokimia daun kelor (Moringa oleivera) yang telah dilakukan, maka hasil penapisan fitokimia menunjukkan adanya senyawa alkaloid dan steroid/triterpenoid, dimana kedua zat aktif tersebut diketahui dapat berperan aktif dalam menurunkan kadar glukosa darah (Riska, 2005; Fransworth, 1966).

Berdasarkan hasil uji pendahuluan

yang telah di lakukan pada ekstrak daun kelor (Moringa oleivera) yang didukung oleh beberapa penelitian bahwa daun kelor mengandung senyawa bioaktif yang berperan penting dalam berbagai kesehatan dan dapat menyembuhkan beberapa penyakit (Asih, dkk, 2010; Silaen, dkk, 2008).

Pengujian Sampel Dengan Spektrofotometer UV-Vis

Pada pengujian ini serbuk daun kelor dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 75% dan pelarut aquades dengan konsentrasi yang sama yaitu (1-5)%. Hal dilakukan untuk mengetahui pelarut mana yang lebih baik digunakan dalam menentukan panjang gelombang daun kelor sehingga dapat

diketahui bahwa panjang gelombang dari hasil maserasi serbuk daun kelor mempunyai hubungan atau interaksi dengan panjang gelombang glukosa yang dijadikan patokan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui pengaruh panjang gelombang serbuk daun kelor dengan panjang gelombang glukosa. Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis panjang gelombang yang dihasilkan oleh glukosa berkisar 210 nm, sedangkan pada serbuk daun kelor dengan pelarut etanol 75% maupun dengan pelarut aquades diperoleh panjang gelombang berkisar 240 nm. Hal ini menandakan bahwa kandungan serbuk daun kelor tersebut mempunyai hubungan/ interaksi dengan glukosa, sehingga dapat digunakan dalam menurunkan glukosa darah.

Pengaruh Konsentrasi Infusa Daun Kelor (Moringa oleivera) terhadap Penurunan Glukosa Darah.

Perlakuan mengenai pengaruh pemberian konsentrasi infusa daun kelor (Moringa oleivera) terhadap penurunan glukosa darah pada mencit (Mus musculus) dapat dilihat pada Tabel 2 :

Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa rata-rata kadar glukosa darah awal pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan ekstrak daun kelor tidak memberikan perbedaan. Sedangkan pada keadaan akhir yakni pada rata-rata penurunan kadar glukosa darah diperoleh perbedaan rata-rata kadar glukosa yang berbeda antar kelompok perlakuan.

Pemberian ekstrak daun kelor untuk menurunkan gula darah dilakukan pada hewan uji mencit (Mus musculus) jantan berbadan sehat, karena mencit jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada mencit betina. Mencit jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisi biologis

Tabel 2. Rerata kadar glukosa darah awal, setelah induksi dan penurunan glukosa darah.

Perlakuan Glukosa Awal Glukosa Induksi Glukosa Akhir Penurunan Glukosa

P1 114,7 ± 24,6a 124,0 ± 34,0a 74,0 ± 27,2a 50,0 ± 7,2a

P2 146,0 ± 25,2a 172,7 ± 7,8b 71,0 ± 16,7a 101,7 ± 24,0c

P3 138,7 ± 37,9a 154,0 ± 4,6ab 72,3 ± 14,5a 81,7 ± 11,7bc

P4 119,0 ± 43,7a 164,3 ± 34,6ab 78,7 ± 34,2a 85,7 ± 15,9bc

P5 148,3 ± 20,6a 163,7 ± 24,0ab 102,0 ± 23,4a 60,7 ± 11,4ab

(5)

tubuh yang lebih stabil di banding mencit betina (Mangkoewidjojo, 1988).

Mencit yang digunakan dalam perlakuan ini sebanyak 15 ekor dan dibagi dalam 5 kelompok perlakuan, mencit dalam perlakuan ini berumur 2-3 bulan dengan bobot badan yang bervariasi antara 20 gram sampai 30 gram. Sebelum di beri perlakuan masing-masing mencit dalam tiap perlakuan dipuasakan selama 16 -18 jam tujuannya untuk meminimalkan faktor makanan yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah pada saat pengukuran (Nurulita, dkk, 2008, Studiawan & Santosa, 2005).

Setelah dipuasakan dan diukur kadar gula darah mencit dengan menggunakan alat Gluko Dr selanjutnya mencit diinduksi dengan menggunakan EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat). Pemberian EDTA adalah cara untuk menghasilkan kondisi diabetik pada mencit sama halnya dengan diabetogen lainnya, EDTA dapat merusak substansi esensial di dalam sel beta- pankreas sehinggga meneyebabkan berkurangnya insulin di dalam sel beta-pankreas (Salam, 2011; Suharmiati, 2003).

Pada percobaan ini dilakukan pengukuran kadar glukosa darah pada hari ke 1, 4, dan 8. Pene ntuan hari dihitung sejak pemberian diabetogen (EDTA) pertama kali. Jadi hari ke 1 adalah hari pertama pemberian EDTA. Pada hari ke -4 ternyata kadar glukosa darah hewan coba belum naik cukup banyak,oleh karena itu pada hari ke-4 semua hewan uji di induksi kembali dengan menggunakan diabetogen (EDTA) dan pada hari ke-4 itu juga pengukuran glukosa darah hewan uji dilakukan dan ternyata glukosa darah hewan uji naik. Kemudian di hari ke-8 adalah pengukuran glukosa akhir pada hewan uji (Studiawan & Santosa, 2005).

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa rerata kadar glukosa darah awal, glukosa darah induksi dan akhir dari kelima perlakuan hewan uji belum diperoleh data yang tidak berbeda secara signifikan. Dari hasil penelitian ini diperoleh kadar glukosa normal berkisar antara 114 – 148 mg/dL, sedangkan glukosa darah induksi berkisar 124 – 172 mg/dL dan glukosa akhir berkisar 71 – 102 mg/dL.

Menurut Djojodibroto (2001) glukosa darah dalam darah normal harus berada dalam rentangan antara 60 – 180 mg/dL. Sedangkan menurut Askandar (1996) bahwa keadaan diabetes mellitus timbul apabila kadar glukosa darah puasa menunjukan ≥ 126 mg/dL dengan pemeriksaan sebanyak dua kali dengan waktu yang berbeda. Hal ini juga diperkuat oleh Tjokroprawiro (2003) yang menyatakan bahwa diabetes mellitus adalah sindroma

hiperglikemia (kadar glukosa darah melebihi normal) dimana kadar glukosa darah diatas 180 mg/dL, kondisi normal apabila kadar glukosa darah tidak boleh lebih tinggi dari 180 mg/dL dan tidak boleh pula lebih rendah dari 60 mg/ dL. Untuk mengatur itu maka tubuh memiliki mekanisme pengaturan dan mekanisme ini berjalan dengan baik apabila kadar glukosa darah saat puasa diatas 130 mg/dL atau kadar glukosa darah 2½ jam post prandial diatas 160 mg/dL. Kadar glukosa darah meningkat maupun menurun tidak baik untuk kesehatan (Inawati & Winarno, 2006).

Untuk mengetahui penurunan kadar glukosa darah, dapat dilakukan melalui perhitungan dari kadar gula darah setelah di induksi dengan menggunakan EDTA kemudian dikurangi dengan kadar gula darah setelah pemberian perlakuan (kadar gula darah akhir). Kemudian dihitung reratanya seperti yang terlihat pada Gambar 1 :

Berdasarkan dari gambar rerata kadar glukosa darah awal, glukosa induksi, dan penurunan glukosa diatas dapat diketahui bahwa semua perlakuan memberikan efek dalam menurunkan kadar gula darah pada mencit, baik pada pemberian perlakuan, kontrol maupun tanpa diberi perlakuan. Hal ini disebabkan karena pada setiap pemberian perlakuan ektrak daun kelor mengandung senyawa aktif yang berperan penting dalam mensekresi insulin yang ada pada sel beta pankreas. Sedangkan pada kontrol positif adalah diberikan obat antidiabetik oral yang memang dapat memberikan efek menurunkan kadar gula darah. Sedangkan kontrol negatif, tanpa pemberian perlakuan pun mengalami penurunan kadar glukosa darah hal ini kemungkinan besar mencit yang digunakan pada kontrol negatif mengalami stress karena lingkungan disekitar banyak aktivitas dari

Gambar 1 Diagram rerata kadar glukosa darah

(6)

mencit yang lainnya.

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa perlakuan P2 memiliki nilai penurunan glukosa darah yang sangat besar di bandingkan dengan perlakuan lainya. Hal ini disebabkan karena adanya zat atau senyawa aktif yang mempengaruhi penurunan kadar glukosa darah yang terdapat pada ekstrak daun kelor dengan konsentrasi 20% dibandingkan dengan konsentrasi 10% dan 40%. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi yang ada pada sampel maka semakin besar pula kandungan senyawa alakaloid dan steroid yang adapat menurunkan kadar glukosa darah. Namun pada penelitian ini konsentrasi 20% memiliki nilai penurunan yang sangat tinggi dibandingkan dengan konsentrasi 40%, pada konsentrasi 40% ekstrak daun kelor memberikan efek penurunan kadar gula darah dengan baik akan tetapi mengapa mengambil konsentrasi yang lebih tinggi jika ada konsentrasi yang lebih rendah yang dapat menurunkan kadar gula darah, sehingga dapat dikatakan bahwa konsentrasi 20% adalah konsentrasi ektrak daun kelor yang paling efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah mencit diabetes.

Untuk melihat perbedaan yang signifikan antar kelima perlakuan dilakukan dengan pengujian statistik menggunakan analisis varians (Anava), sebagaimana terlihat pada Tabel 3:

Berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa antar perlakuan mempunyai nilai yang signifikan yaitu 0,013 α = 0,05 ini menandakan terdapat suatu penurunan kadar glukosa yang cukup bermakna dari kelima kelompok perlakuan. Hal ini menandakan bahwa kelima kelompok tersebut memiliki efektifitas yang cukup berbeda dalam menurunkan kadar gula darah pada mencit.

Untuk mengetahui dari kelima kelompok yang memiliki perbedaan yang bermakna maka dilakukan uji post hoc dengan menggunakan uji statistik uji Duncan sehingga dapat diperoleh hasil konsentrasi yang paling efektif dalam menurunkan kadar gula darah pada mencit. Hal ini dapat di lihat dari Tabel 4 :

Berdasarkan Tabel 4 hasil uji Duncan dengan taraf signifikan 5% di atas menunjukan

bahwa perlakuan ke-1 (P1) dengan perlakuan pemberian ekstrak daun kelor 10% memiliki perbedaan nyata terhadap perlakuan yang lainnya. Sedangkan pada perlakuan dengan glibenklamid, Na-CMC dan ekstrak daun kelor 40% tidak berbeda secara nyata atau tidak signifikan. Sedangkan untuk perlakuan ke-2 (P2) menunjukan perbedaan yang nyata dan signifikan dari ke-empat perlakuan yang lain. Berarti yang terbaik dalam menurunkan kadar glukosa darah adalah kelompok perlakuan yang memiliki nilai rata-ratanya tertinggi yaitu kelompok perlakuan ke -2 (P2) yaitu perlakuan dengan pemberian konsentrasi ekstrak daun kelor sebanyak 20 %.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, analisis dan tujuan maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ekstrak (infusa) daun kelor (Moringa oleivera)terbukti dapat menurunkan kadar gula darah pada mencit secara signifikan,

dan konsentrasi ekstrak (infusa) daun kelor (Moringa oleivera) yang relatif efektif dalam menurunkan kadar gula darah adalah sebesar 20 % (α = 0,05).

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih penulis sampaikan kepada Gunawan, atas bimbingan dan sarannya dalam menyelesaikan penelitian dan kepada ibu Hayani Anastasia, SKM, MPH yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Balai LITBANG P2B2 Donggala.

Referensi

Arifin, A. L. (2012). Panduan terapi diabetes mellitus tipe 2 terkini. UPF ilmu penyakit

Tabel 3. Hasil Uji Anava

Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Mean Kuadrat F hitung Signifikan

Antar kelompok Dalam kelompok Total 5086,267 2296,667 7382,933 4 10 14 1271,567 229,667 5,537 0,013

Tabel 4. Hasil Uji Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0,05

1 2 3 P1 P5 P3 P4 P2 Sig. 3 3 3 3 3 50,0000 60,6667 0,409 60,6667 81,6667 85,6667 0,082 81,6667 85,6667 101,6667 0,154

(7)

dalam. Bandung: Fakultas Kedokteran UNPAD.

Asih, I. A. R. A., Gunawan I. W. G., & Ariani N. M. D. (2010). Isolasi dan identifikasi senyawa golongan triterpenoid dari ekstrak n- heksana daun kepuh (Sterculiafoetida L.) serta uji aktivitas anti radikal bebas. Jurnal Kimia, 4(2), 135 -140.

Askandar, T. (1996). Diabetes mellitus, klasifikasi diagnosis, dan dasar-dasar terapi, edisi kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Astiyandani, P. G., Permana, Gd. A. W., Vedayanti, P. D., Larayanthi, C. I. D., Windasari, M. P., & Wahyuniari, I. A. I. (2010). Uji klinis in vivo pengaruh konsumsi daluman (Cycllea barbata) terhadap penurunan kadar gula darah pada tikus wistar jantan dengan diabetes mellitus tipe 2. IPTEKMA, 2(1), 1-4.

Chairunnisa, R. (2012). Pengaruh jumlah pasta tomat terhadap penurunan kadar gula darah pada mencit diabetes. Jurnal teknologi Industri Pertanian, 1-12.

Cheng, J. T., Liu, I. M., Chi, T. C., Su, H. C., & Chang, C.G. (2001). Stimulation of insulin release in rats by Die-Huang-Wan, a herbal mixture used in chinese traditional medicine. Journal of Pharmacy and Pharmacology, 53, 273-276.

Djatmiko , Santosa, M. H., & Wahyo. (1998). Seminar nasional tumbuhan obat XII. Surabaya: Fakultas Farmasi UNAIR.

Djojodibroto, D. (2010). Seluk beluk pemeriksaan kesehatan, general medical chek up. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Fransworth, N. R. (1966). Biological and phytochemical screening of plant. Journal Pharm. Sci, 55(3), 225-276.

Gunawan, I. W. G., Bawa, I. G. A. G., & Sutrisnayanti, N. L. (2008). Isolasi dan identifikasi senyawa terpenoid yang aktif antibakteri pada herba meniran (Phyllanthus niruri linn). Jurnal Kimia 2(1), 31-39. Inawati, S., & Winarno H. (2006). Pengaruh

ekstrak daun inai (lawsonia inermis linn) terhadap penurunan kadar glukosa, kolesterol total dan trigliserida darah mencit

yang di induksi aloksan. Jurnal Kimia Indonesia, 1(2), 71 – 77.

Jaiswal, D., Rai, P. K., Kumar, A., Mehta, S., & Watal, G. (2009). Effect of moringa oleifera lam leaves aqueous extract therapy on hyperglycemic rats. Journal of Ethnopharmacology, 123(3), 392-396. Kardono, L. B. S. (2003). Chemical constituents

of phaleria macrocarpa (Scheff) boerl. Ministry of Health. Research Development Center For Pharmacy and Traditional Medicine.

Kurniasih, T., Isma’il, M., Susilowati, F., & Lestari, S. P. (2006). Kajian potensi undur –undur darat (Myrmeleon Sp.) sebagai antidiabetes. Yogyakarta: PKMP 2-8-1. Levine, M. K. R., Dhariwal, R. W., Welch, Y.,

Wang., & Park J. B. (1995). Determination of optimal vitamin C requirements in humans. Journal of Clinical Nutrition. 62(suppl) 1347S-1356S.

Mangkoewidjojo. (1988). Pemeliharaan, pembiakan, dan penggunaan hewan percobaan di daerah tropis. Jakarta: UI Press. Meiyanti, Dewoto, H. R., & Suyatna, F. D.

(2006). Efek hipoglikemik daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) boerl) terhadap kadar gula darah pada manusia sehat setelah pembebanan glukosa. Universa Medicina, 25(3), 11-120. Nathan, M. N., Buse, J. B., Mayer, B. D.,

Ferrannini, E., Holman, R. R., & Sherwin, R., (2008). Medical management of hyperglycemia in type 2 diabetes. Diabetes Care, 31, 1–11.

Nurulita, Y., Dhanutirto, H., & Soemardji, A. A. (2008). Penapisan aktivitas dan senyawa antidiabetes ekstrak air daun dandang gendis (Clinacanthus Nutans). Jurnal Natur Indonesia, 10(2), 98–103.

Polidori, M. C., Mecocci, P., Stahl, W., Parente, B., Cecchetti, R., Cherubini, A., Cao, P., Sies, H., & Senin, U. (2000). Plasma levels of lipophilic antioxidants in very old patients with type 2 diabetes. Journal Diabetes/Metabolism Research and Reviews, 16(1), 15–19.

(8)

Prakash, A. (1989). Antioxidant activity. Medallion laboratories: Analitical Progres, 19(2), 1-4.

Purboyo, A. (2009). Efek antioksidan ekstrak etanol dan jambu biji (Psepedium guajaval) pada kelinci yang di bebani glukosa. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Riska, Y. (2005). Telaah Fitokimia Daun

Kelor (Moringa oleifera Lamk). Skripsi. (http://bahan-alam.fa.itb.ac.id/detail. php?id=58#top).

Robinson, T. (1995). Kandungan organik tumbuhan tinggi (Ed. 6th). Bandung: ITB. Salam, A. A. (2011). Uji efektifitas daun lere

(Ipomea pes-caprae (L) roth Br.) sebagai alternatif untuk menurunkan kadar glukosa darah kelinci (Oryctologus cuniculus). (Skripsi tidak diterbitkan). Universitas Tadulako, Palu.

Silaen, I. K., Posangi, J., & Tambajong, J. (2008). Uji efek diuretik ekstrak daun kelor (Moringa oleivera) pada tikus wistar. Bik Biomid, 4(4), 143-149.

Studiawan, H., & Santosa, M. H. (2005). Uji aktivitas penurunan kadar glukosa darah ekstrak daun eugenia polyantha pada mencit yang di induksi aloksan. Jurnal Media Kedokteran Hewan, 21(2), 62-65. Suharmiati. (2003). Pengujian biokativitas

antidiabetes mellitus tumbuhan obat. Cermin Dunia Kedokteran. No. 140. Surabaya: Departemen Kesehatan RI.

Suryohudoyo, P., & Purnomo, S. U. (1996). Dasar molekuler diabetes mellitus (DM) .Naskah Lengkap Diabetes. Surabaya: Updute- I, 71.

Sutrisna, E. M. (2005). Uji efek penurunan kadar glukosa darah ekstrak air buah jambu biji (Psidium guajava L.) pada kelinci. Pharmacon, Jurnal Farmasi Indonesia, 6 (1), 23-27.

Tjokroprawiro, A. (2003). Diabetes mellitus: Klasifikasi, diagnosis, dan terapi (Ed. 3Rd). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Trubus edisi Agustus (2011). Biology and Medicine, 3, 27-35.

Referensi

Dokumen terkait

namun bobot/tandannya tinggi. Buah dapat disim- pan dalam waktu cukup lama, 3-4 minggu setelah petik, karena kulit buahnya tebal. Buah pisang Agung Semeru banyak diguna- kan

kali akan naik ojek dari sana, tidak mudah membedakan mana tukang ojek yang ramah dan mana yang suka marah sebab wajah mereka sama dinginnya.. Karena sudah larut petang, kendaraan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka diperoleh model yang sesuai untuk data kepekatan particulate matter (PM10) di daerah Kajang Malaysia adalah model AR(1). Model

Agar pada penelitian yang berjudul Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Lirik Lagu pada Album Don't Make Me Sad Karya Band Letto: Tinjauan Sosiologi Sastra dan

Rasul menjalankan tugasnya dengan metode bi al-hikmah, dimana metode ini dilakukan rasul selama berdakwah, tidak hanya sembunyi-sembunyi tetapi juga pada

Peneliti ingin meneliti tentang pengaruh kekencangan satu arah ( one direction tension ) pada reinforcement fibre panel komposit datar dengan beberapa variasi

Beberapa koleksi buku-buku perpusda yang terlalu sering dipinjam telah mengalamai kerusakan untuk menanggulangi permasalahan tentang buku-buku koleksi persuda yang sudah

Lalu untuk 20% (dua puluh persen) bagian Pemerintah dari penerimaan BPHTB dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten dan kota. c) Pajak