• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA ARTRITIS RHEUMATOID DI RSU MITRA SEJATI MEDAN. Ninda Wahyuni (D3 Keperawatan STIKes Flora Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA ARTRITIS RHEUMATOID DI RSU MITRA SEJATI MEDAN. Ninda Wahyuni (D3 Keperawatan STIKes Flora Medan)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA ARTRITIS RHEUMATOID DI RSU MITRA SEJATI MEDAN

Ninda Wahyuni

(D3 Keperawatan STIKes Flora Medan) Abstrak

Artritis rheumatoid termasuk penyakit autoimun yang menyerang persendian tulang. Artritis rheumatoid dapat menyerang semua golongan usia. Namun, penyakit ini lebih banyak menyerang kaum wanita, hampir tiga kali lipat dari pria, terutama usia 30-50 tahun. Artritis rheumatoid merupakan pembengkakan pada jaringan ikat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya Artritis Rheumatoid Pada Lansia di RSU MIitra Sejati Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data sekunder yang dicatat direkam medik Faktor-Faktor Terjadi Artritis Rheumatoid Pada Lansia di RSU MItra Sejati Medan Tahun 2018.Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling sebanyak 35 orang di Faktor-Faktor Terjadi Artritis Rheumatoid Pada Lansia di RSU Mitra Sejati Medan.

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 35 orang mayoritas terjadi atritis rheumatoid possible sebanyak 10 orang. Berdasarkan umur 60-74 tahun mayoritas terjadi artritis rheumatoid klasik sebanyak 8 orang, berdasarkan gaya hidup buruk mayoritas terjadi dengan arthritis rheumatoid possible sebanyak 5 orang.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa yang mengalami artritis rheumatoid pada lansia disebabkan oleh umur dan jenis kelamin. Diharapkan kepada RSU Mitra Sejati Medan agar dapat memberikan informasi yang lengkap mengenai artritis rheumatoid pada lansia dan semakin meningkatkan promosi kesehatan tentang pentingnya pencegahan artritis rheumatoid.

Kata Kunci : Faktor-faktor, Artritis Rheumatoid, Lansia PENDAHULUAN

Penderita artritis rheumatoid mencapai 15 % yang berusia 60 tahun keatas, banyak dijumpai bahwa artritis rheumatoid dapat menyerang semua usia, dari anak sampai usia lanjut, dan perbandingan wanita dan pria adalah 3 : 1 (Enny Sophie, 2009).

Penyakit ini dapat menyerang semua golongan usia. Namun, penyakit ini lebih banyak menyerang kamu wanita, hamper tiga kali lipat dari pria, terutama usia 30-50 tahun. Artritis rheumatoid merupakan pembengkakan pada jaringan ikat.Gangguan jenis ini kebanyakan menyerang persendian tangan dan kaki.Artritis rheumatoid bersifat kambuhan.Penyebab artritis rheumatoid tidak diketahui secara pasti.Diduga penyebab utamanya karena gangguan automunitas dan berhubungan dengan faktor genetis dan infeksi yang tidak dikenal.Saat ini arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik yang ditandai oleh poliatritis kronik yang menyerang sendi bilateral simetris, perubahan erosi pada rontgen dan dengan gejala sistemik (David Avedoff, 1995).

Penyakit peradangan sendi, hampir selalu terdapat gejala nyeri dan kaku terutama pada persendian.Nyeri merupakan sensasi subjektif dengan intensitas atau lokasi yang kadang kala sulit digambarkan.Arthritis kronis menimbulkan rasa nyeri jika persendiannya digerakkan, berbeda dengan rasa nyeri tajam pada penyakit saraf, yang tidak bergantung pada gerakan. Pada penyakit ini, kaku pada pagi hari tidak mereda setelah 1 atau 2 jam.Kadang-kadang kaku

(2)

merupakan tanda awal penyakit ini. Perandangan sendi lain dapat berupa nyeri dan keletihan yang semakin berat (Agoes, 2011).

Artritis rheumatoid merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan sendi tangan dan kaki. Secara secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Hollman.DB, 2005).

Artritis rheumatoid juga bisa menyebabkan sejumlah gejala di seluruh tubuh.Penyakit ini terjadi pada sekitar 1 % dari jumlah penduduk dan wanita 2-3 kali lebih sering dibandingkan pria. Biasanya pertama kali muncul pada usia 25-50 tahun, tetapi bisa terjadi pada usia berapapun. Artritis rheumatoid bisa muncul secara tiba-tiba, dimana pada saat yang sama banyak sendi mengalami peradangan. Biasanya peradangan bersifat simetris, jika suatu sendi pada sisi kiri tubuh terkena, maka sendi yang sama di sisi kanan tubuh juga akan meradang. Yang pertama kali meradang adalah sendi-sendi kecil di jari tangan, jari kaki, tangan, kaki, pergelangan tangan, sikut dan pergelangan kaki (Anjarwati, 2010).

Penyakit artritis rheumatoid menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.Umumnya penyakit ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari, pergelangan tangan, bahu, lutut dan kaki. Pada penderita stadium lanjut akan membuat si penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya menurun (Hollman, 2005).

Artritis dapat mempengaruhi persendian di dalam tubuh, tetapi biasanya mempengaruhi sendi-sendi besar khususnya lutut dan paha.Jika artritis mempengaruhi tangan, maka mengerjakan hal-hal sederhana seperti memutar keran, mencuci pakaian atau memasak terasa sakit. Pada usia 70 tahun, 1 dalam 2 wanita mengeluhkan artritis atau rematik yang relative tidak sakit, kecuali pada saat-saat tertentu (Jones, 2005).

Artritis rheumatoid termasuk penyakit autoimun yang menyerang persendian tulang. Sendi yang terjangkit biasanya sendi kecil seperti tangan dan kaki secara simetris (kiri dan kanan) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan kemudian sendi mengalami kerusakan. Kerusakan sendi sudah mulai terjadi pada 6 bulan pertama terserang penyakit ini, dan cacat bisa terjadi setelah 2-3 tahun bila penyakit tidak diobati. Penyakit autoimun terjadi karena adanya gangguan pada fungsi normal dari sistem imun yang menyebabkan sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri atau dikarenakan adanya kegagalan antibodi dan sel T untuk mengenali sel tubuhnya sendiri sehingga merusak sel tubuh sendiri karena menganggap sel tubuh merupakan benda asing.Artritis rheumatoid menyerang lapisan dalam bungkus sendi (sinovium) yang mengakibatkan radang pada pembungkus sendi. Akibat sinovitis (radang pada sinovium) yang menahun, akan terjadi kerusakan pada tulang

(3)

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan mengambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya artritis rheumatoid pada lansia di RSU Mitra Sejati Medan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakanAccidental Sampling yaitu semua populasi dijadikan sampel yaitu pada lansia. Data yang dikumpulkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder yang di ambil dari data medical record. Data yang dikumpulkan di analisa secara deskriptif dengan melihat persentase data yang dikumpulkan dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,kemudian dicari besarnya persentase untuk masing-masing jawaban responden dari sini diambil satu kesimpulan.

HASIL DAN PEMBASAHAN

Artritis rheumatoid pada awalnya menghasilkan gejala yang tidak khusus seperti merasa tidak enak badan, kelelahan, adanya rasa dingin pada kaki dan tangan, demam ringan terus menerus, tidak nafsu makan, berat badan turun, serta kekakuan umumdan nyeri pada persendian. Secara khusus, kondisi artritis rheumatoid ditandai dengan peradangan pada jaringan di sekitar sendi yang disebut dengan sinovium sehingga timbul gejala nyeri yang berkepanjangan, bengkak, sendi berwarna merah dan terasa panas jika disentuh.Sendi yang terkena menjadi kaku terutama saat penderita bengun di pagi hari (Wijayakusuma, 2008).

Menurut Anjarwati (2010), ada beberapa gejala artritis rheumatoid yaitu sebagai berikut:

1) Kekakuan di pagi hari yang berlangsung lebih dari 1 jam (selama minimal 6 minggu) 2) Peradangan (artritis) pada 3 atau lebih sendi (selama minimal 6 minggu)

3) Artritis pada persendian tangan, pergelangan tangan atau jari tanan (selama minimal 6 minggu)

4) Faktor rematoid di dalam darah

5) Perubahan yang khas pada foto rontgen.

Menurut Wijayakusuma (2008), ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya artritis rheumatoid yaitu sebagai berikut :

1) Infeksi, rematik pada persendian dapat disebabkan karena adanya infeksi virus atau bakteri. Hal ini dapat mengakibatkan rasa sakit yang mendadak.

2) Pekerjaan, sikap badan yang salah dalam melakukan pekerjaan sehari-hari memudahkan timbulnya rematik nonartikular.

3) Gangguan imunitas, pada artritis rheumatoid penyebab utamanya diduga karena automunitas (reaksi kekebalan karena proses dalam tubuh sendiri).

4) Faktor usia, jenis rematik yang diduga dipengaruhi oleh proses degenerative atau ketuaan.

(4)

5) Faktor jenis kelamin, faktor jenis kelamin atau keturunan hanya berpengaruh pada beberapa jenis rematik tertentu.

6) Lingkungan, kondisi lingkungan yang tidak sehat dapat mempengaruhi rematik. Pencemaran lingkungan yang mengandung radikal bebas seperti logam berat dan zat aditif/bahan kimia dalam makanan dapat masuk ke dalam tubuh sebagai racun dalam darah. Jika darah dibebani oleh sisa buangan atau racun maka kandungan oksigen dan unsure nutrisi menjadi kecil. Akibatnya, perbaikan jaringan tidak efisien. Racun dalam darah tersebut dapat memperburuk kerusakan jaringan tubuh dan memunculkan gejala artritis.

Pada artritis rheumatoid, peradangan berlangsung terus menerus dan menyebarke struktur-struktur sendi di sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa sendi, akhirnya ligamentum dan tendon ikut meradang.Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah putih, pengaktifan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan parut.Pada peradangan, membran sinovial mengalami hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan nekrosis sel dan respon peradangan berlanjut.Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus.Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga semakin merangsang pandangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara lambat merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (Yono, 2011).

Pengobatan diarahkan pada upaya untuk meredakan gejala yaitu dengan kortikosteroid dan imunosupresan. Pada prinsipnya, upaya penatalaksanaan bersifat simtomatik yaitu mencegah terjadinya flares, mengurangi keparahan dan mempersingkat waktu timbulnya flares. Pengobatan berdasarkan sistem alat tubuh yang terkena dan intensitasnya harus diukur agar tujuan pengobatan berhasil.Penyakit dengan gejala yang ringan dan berulang tidak memerlukan pengobatan.Jika diperlukan, pasien dapat diberikan antiinflamasi dan anti malaria.

Pengobatan farmakologis penyakit radang sendi dapat dibagi atas pemberian analgetik, anti inflamasi non-steroid, kortikosteroid dan obat anti reumatik. Untuk mengatasi nyeri, obat analgetik seperti asetaminofen dan anti inflamasi nonsteroid seperti ibuprofen, sering dianjurkan (Agoes, 2011)

Menurut Hollman (2005), ada beberapa penatalaksanaan artritis rheumatoid yaitu sebagai berikut :

1) Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan prognosis penyakit ini.

2) Istirahat : karena pada artritis rheumatoid ini disertai rasa lelah yang hebat.

3) Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien.

4) Termoterapi dengan radiasi sinar-X

(5)

6) Pemberian Obat-obatan : Anti Inflamasi non steroid (NSAID) seperti : aspirin yang diberikan pada dosis yang telah ditentukan.

Menurut Indrisari (2011), pengobatan hanya ditujukan untuk mengurangi gejala nyeri, meredakan peradangan dan menekan sistem imun, misalnya aspirin, ibuprofen, prednison, cyclophosphamide. Semakin kuat obat yang digunakan, maka semakin hebat potensi efek sampingnya, sehingga diperlukan pemantauan ketat.

Banyak cara untuk mengatasi artritis rheumatoid. Tetapi yang cukup tepat adalah mengatasi penyakit ini dengan olah raga. Tak perlu olah raga yang berat-berat, olah raga ringan selama 15 menit hingga 1 jam rutin setiap minggu, dampaknya akan terasa hingga 3 tahun mendatang. Olah raga yang disarankan untuk para lansia antara lain berjalan kaki, berenang, yoga, tai chi dan olah raga ringan lainnya. Selain itu, jangan lupa untuk mengkonsumsi ikan yang baik untuk kesehatan persendian, terutama ikan laut dalam seperti tuna atau salmon (Muhammad. 2010).

Menurut Indrisari (2011), cara mengatasi penyakit artritis rheumatoid adalah mengistirahatkan sendi yang terkena, karena pemakaian sendi yang sakit akan memperburuk peradangan. Dengan mengistirahatkan sendi secara rutin, hal ini dapat membantu mengurangi nyeri.Namun untuk mencegah kekakuan, perlu dilakukan beberapa pergerakan ringan dan sistematis.

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 35 responden berdasarkan umur mayoritas pada umur 60-74 tahun dengan artritis rheumatoid klasik sebanyak 8 orang (42.1%), dan minoritas umur 75-90 tahun dengan artritis rheumatoid klasik sebanyak 1 orang (6.3%).

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Hendra (2008), bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang umur usia lanjut kemampuan penerimaan mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

Semakin bertambahnya umur, semakin tinggi resiko terkena artritis rheumatoid. Setelah berusia 60 tahun keatas, resiko terjadi artritis rheumatoid sangat mudah terkena. Artritis rheumatoid yang diduga dipengaruhi oleh proses degeneratif atau ketuaan (Feby, 2010).

Menurut asumsi peneliti bahwa semakin bertambahnya umur seseorang maka tingkat resiko mengalami artritis rheumatoid pada lansia akan semakin tinggi dimana umur sangat mempengaruhi proses degenerasi (penuaan) yang terjadi secara alamiah. Berdasarkan hasil penelitian diatas bahwa umur 60-74 tahun sebagian besar mengalami artritis rheumatoid dan hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan peneliti dengan responden sebanyak 35 orang.

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 35 responden berdasarkan jenis kelamin mayoritas jenis kelamin perempuan dengan artritis rheumatoid possible sebanyak 7 orang (31,8%) dan minoritas jenis kelamin laki-laki dengan minoritas artritis rheumatoid probable sebanyak 2 orang (15,4%).

(6)

Menurut David Ovedoff (1995) penyakit sistemik yang di tandai oleh poliatritis kronik yang menyerang sendi bilateral simetris. Perubahan erosi pada rontgen dan sering dengan gejala sistemik di mana penyebab tidak diketahui, tetapi terdapat bukti adanya riwayat keluarga, jenis kelamin petanda jenis kelamin tertentu (dari system HLA). Sering di temukan dan mekanisme autonium tersangkut mungkin berhubungan dengan infeksi yang tidak dikenal.

Berdasarkan hasil penelitian diatas bahwa jenis kelamin perempuan sebagian besar mengalami artritis rheumatoid dan hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan peneliti dengan responden sebanyak 35 orang.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya artritis rheumatoid pada lansia di RSU Mitra Sejati Medanyang berjumlah 35 responden maka diambil kesimpulan, maka Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya artritis rheumatoid pada lansia berdasarkan umur mayoritas pada umur 60-74 tahun terjadi artritis rheumatoid klasik dan minoritas pada umur 75-90 tahun artritis rheumatoid klasik. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya artritis rheumatoid pada lansia berdasarkan jenis kelamin mayoritas jenis kelamin perempuan terjadi artritis rheumatoid possible dan minoritas jenis kelamin laki-laki terjadi artritis rheumatoid definit.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A, dkk, 2011. Penyakit di Usia Tua. EGC, Jakarta.

Anjarwati, W, 2010. Tulang dan Tubuh Kita. Getar Hati, Yogyakarta David, Ovedoff, 1995. Kapita Selekta Kedokteran. FK Universitas Trisakti.

Indriasari, D, 2010. 100% Sembuh Tanpa Dokter, A-Z Deteksi, Obat dan Cegah Penyakit. Pustaka Grahatama, Yogyakarta.

Jones, D, L, 2005. Setiap Wanita. Delapratasa Publishing.

Kushariyadi, 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika, Jakarta. Muhammad, N, 2010. Tanya Jawab Kesehatan Harian Untuk Lansia, Tunas Publishing,

Jogjakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta. , 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Wijayakusuma, H, M,H, 2008. Atasi Asam Urat dan Rematik, Ala Hembing. Puspa Swara, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait