A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya
manusia, dimana peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor
pendukung upaya manusia dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan
ketidakpastian. Dalam kerangka inilah pendidikan diperlukan dan dipandang
sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju dan berkembang.
Demikian halnya bagi masyarakat Indonesia yang memiliki wilayah sangat luas.
Pendidikan yang dibutuhkan manusia adalah pendidikan seumur hidup. Telah
disabdakan oleh Nabi Muhammad tentang pendidikan seumur hidup dalam
haditsnya, yaitu: “Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat atau kubur.”1
Allah SWT menjanjikan kepada semua manusia bahwa Dia mengangkat
derajat orang-orang yang berilmu, yang diberi pengetahuan dan ilmu itu
selanjutnya diamalkan. Ini sesuai dengan firman Allah SWT pada surat
al-Mujadalah ayat 11, yaitu:
1 M. Ichsan Hadisaputra, Anjuran al-Quran dan Hadits Untuk Menuntut Ilmu pemgetahuan, Pendidikan dan Pengalamannya, (Surabaya: al-Ikhlas, 1981), h. 43
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”2
Salah satu usaha pemerintah Indonesia untuk mewujudkan peningkatan
kualitas manusia adalah dengan meningkatkan pembangunan pada sektor
pendidikan. Sebagaimana tercantum dalam undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
berbunyi:
“Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretif, mandiri, dan mejadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”3
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan formal
di Indonesia dibagi menjadi beberapa tingkat, yaitu Sekolah Dasar
(SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah
Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA), dan
Universitas. Tingkatan-tingkatan ini dibuat agar berkelanjutan dan
berkesinambungan.
2 Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al- Quran, Al-‘alim: Al-Quran dan Terjemahannya: Edisi Ilmu Pengetahuan, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2009), hal. 544
Pada kurikulum SMP, siswa diberi mata pelajaran matematika. Pelajaran
matematika diberikan kepada siswa karena berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika menunjukkan peran aktif di hampir semua segi kehidupan manusia.
Pendidikan matematika mempunyai potensi besar dalam memainkan
peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi era
industrialisasi dan globalisasi yang termanifestasikan dalam strukturnya
melibatkan semua jaringan dengan tatanan global, karena globalisasi menjadi
tantangan yang terkait dengan daya saing dan prakarsa. Sedang berbagai pola
pikir dan pola tindak berkenaan dengan kemampuan kreatif dan inovatif yang
belum menjadi prioritas untuk ditumbuhkembangkan dalam sistem pendidikan
kita.
Matematika adalah ilmu yang membahas perhitungan. Dengan demikian
peranan ilmu matematika dalam kehidupan sangatlah dominan. Hal ini
disebabkan karena matematika memiliki beberapa unsur di dalamnya. Menurut
De Lange unsur-unsur dalam matematika antara lain:
1. Berpikir dan bernalar, karena dalam matematika memerlukan pemahaman dan pembuktian.
2. Berargumentasi, setelah paham dan membuktikan matematika juga perlu penerapan yang membutuhkan argumentasi sebagai media dan faktor penguatnya.
3. Berkomunikasi, penerapan matematika memerlukan hubungan timbal balik dengan orang lain, dengan demikian dalam matematika diperlukan komunikasi.
5. Penyusunan dan pemecahan masalah, karena matematika diciptakan untuk mempermudah dalam mengatasi masalah terutama yang berkaitan dengan angka atau symbol.
6. Simbol, karena operasi matematika mayoritas menggunakan simbol.
7. Alat dan teknologi, dalam penerapan matematika tidak menutup kemungkinan memerlukan alat bantu perhitungan.4
Dari uraian yang diungkapkan De Lange di atas menunjukkan betapa
pentingnya matematika dalam kehidupan. Dengan matematika seseorang akan
dapat menata kemampuan berpikir, bernalar, memecahkan masalah,
berkomunikasi, mengaplikasikan teori dengan keadaan sesungguhnya, serta
mampu menggunakan dan memanfaatkan teknologi.5 Dimana unsur-unsur yang
disebutkan De Lange tersebut melibatkan proses kognitif, yakni proses-proses
mental atau aktivitas pikiran dalam mencari, menemukan/mengetahui dan
memahami informasi.
Perkembangan intelektual pada dasarnya berhubungan dengan
konsep-konsep yang dimiliki dan tindakan kognitif seseorang, oleh karenanya
perkembangan kognitif seringkali menjadi sinonim dengan perkembangan
intelektual. Dalam proses pembelajaran, seringkali siswa dihadapkan kepada
persoalan-persoalan yang menuntut adanya pemecahan. Kegiatan itu mungkin
dilakukan siswa secara fisik, seperti mengamati penampilan obyek yang berupa
wujud atau karakteristik dari obyek tersebut. Tetapi lebih lanjut siswa dituntut
untuk menanggapinya secara mental melalui kemampuan berpikir, khususnya
4 De Lange, Mathematical Literacy for Living from OECD-PISA Perspective, (Paris: OECD-PISA, 2004), hal. 12
mengenai konsep, kaidah atau prinsip atas obyek masalah dan pemecahannya. Ini
berarti aktivitas dalam belajar tidak hanya menyangkut masalah fisik semata,
tetapi yang lebih penting adalah keterlibatannya secara mental yaitu aspek proses
kognitif yang berhubungan dengan fungsi intelektual.
Perkembangan kognitif menjadi sangat penting manakala anak akan
dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang menuntut kemampuan berpikir.
Masalah ini sering menjadi pertimbangan mendasar di dalam membelajarkan
mereka, khususnya yang menyangkut isi atau kurikulum yang akan dipelajarinya. Dalam belajar matematika di sekolah banyak menekankan kemampuan
kognitif ini. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Nana Sudjana, bahwa
proses belajar mengajar di sekolah saat ini tipe hasil belajar kognitif lebih
domain jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif dan
psikomotorik.6
Aljabar merupakan salah satu bagian dalam matematika yang mencakup
berbagai materi yang dipelajari di SMP. Pembelajaran aljabar sangat bermanfaat
bagi siswa dalam mempelajari dan memahami materi matematika yang lain
maupun konsep aljabar di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Misalnya,
penguasaan terhadap konsep aljabar sangat membantu untuk mempelajari konsep
geometri bangun datar dalam mencari besar suatu sudut.
Aljabar merupakan bahasa simbol dan relasi. Sementara menurut
beberapa ahli, aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis merupakan bagian
matematika yang timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, proses, dan penalaran.
Aljabar digunakan untuk memecahkan masalah sehari-hari. Dengan
bahasa simbol dan relasi-relasi yang muncul, masalah-masalah dipecahkan secara
sederhana. Bahkan untuk hal-hal tertentu, ada algoritma-algoritma yang mudah
diikuti dalam rangka memecahkan masalah simbolik itu yang pada saatnya nanti
dikembalikan kepada masalah sehari-hari.
Menurut Soedjadi, bahwa kemampuan aljabar yang baik ternyata
membantu seseorang dalam memahami matematika.7 Selanjutnya, melalui
belajar aljabar secara baik, seseorang akan mendapatkan kemampuan analitik
yang baik. Kemampuan tersebut mempunyai peranan penting dalam mempelajari
matematika yang relatif kompleks. Dengan demikian, pemahaman konsep aljabar
merupakan hal yang penting sebagai dasar untuk memahami konsep-konsep
materi matematika lainnya.
Namun dalam kenyataannya kemampuan Aljabar siswa pada umumnya
masih lemah, karena menurut Soedjadi, bahwa telah terjadi kelemahan
pemahaman siswa Sekolah Menengah Pertama terhadap Aljabar.8
Di SD dipelajari aritmetika atau ilmu hitung. Simbol-simbol yang
digunakan adalah angka yang dengan langsung dapat dibayangkan berapa
besarnya, atau paling tidak murid dapat mengenalinya sebagai bilangan tertentu.
7 Hery Kurniawan, Identifikasi Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-soal Operasi Bentuk Aljabar di Kelas IX SMP Negeri III Kota Bengkulu, (Bengkulu: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2006), hal. 1
Karena aljabar menggunakan simbol yang bukan saja angka melainkan juga
huruf, maka bentuk aljabar yang mulai dipelajari pada kelas VII SMP sungguh
merupakan bagian yang sangat perlu dipahami siswa. Dengan kata lain,
pembelajaran aljabar sangat perlu mendapat perhatian.9
Kompetensi siswa dalam memahami dan menyusun bentuk aljabar
merupakan prasyarat siswa untuk mampu atau kompeten dalam menyelesaikan
masalah verbal baik yang menyangkut persamaan maupun pertidaksamaan dan
pengembangannya. Sementara setiap siswa memiliki tingkat intelektual yang
berbeda-beda sehingga perkembangan kemampuan berpikir siswa dalam belajar
matematika berbeda pula. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan
penguasaan pemahaman konsep dan tahapan belajar yang dialami sebagai akibat
dari berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Sementara Moch. Masykur dan Abdul Halim Fathani menjelaskan dalam
Mathematical Intelligent, untuk dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah, harus disusun konsep kurikulum matematika yang
digunakan secara jelas dan terarah.10 Sehingga proses pembelajaran matematika
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut PP No. 19/2005 Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah
kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
9 Tim PPPG Matematika, Diklat Instruktur Pengembang Matematika SMP Jenjang Dasar: ALJABAR, (Yogyakarta: Departemen Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika, 2004), hal. 1
satuan pendidikan.11 Hal ini mengisyaratkan bahwa setiap satuan pendidikan
diberi kewenangan menyusun kurikulumnya sendiri dengan tetap mengacu pada
Badan Standar Nasional (BSNP). Oleh karena itu guru perlu memahami kondisi
kognitif dari siswa dan mengatur tingkat proses belajar karena setiap siswa akan
melalui proses-proses kognitif. Ini sesuai dengan pendapat E.T. Russefendi
bahwa agar anak didik memahami dan mengerti tentang konsep (struktur)
matematika seyogyanya diajarkan dengan urutan konsep murni, dilanjutkan
dengan konsep terapan.12
Mengingat kemampuan kognitif tiap siswa dan segala sesuatu yang terkait
dengan berpikir berbeda-beda untuk setiap tahap perkembangan maka akan
kurang efisien tujuan pembelajaran jika pengajaran konsep atau materi
matematika diberikan sebelum siswa mencapai tahap perkembangan kognitif
tersebut.
Bloom mengklasifikasikan dimensi proses kognitif ini ke dalam 6
kategori, yakni mengingat, memahami, mengaplikasikan, manganalisis,
mengevaluasi dan mencipta. Kontinum yang mendasari proses kognitif dianggap
sebagai tingkat-tingkat kognisi yang kompleks.13 Memahami dianggap
merupakan tingkat kognisi yang lebih kompleks ketimbang mengingat;
mengaplikasikan diyakini lebih kompleks secara kognitif daripada memahami,
dan seterusnya. Selanjutnya, dengan menggunakan pengklasifikasian beserta 11 Susanto, pengembangan KTSP dengan perspektif manajemen Visi, (Matapena, 2007), hal 17
12 Lisnawati simajuntak, et. All., metode mengajar matematika Jilid I, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), hal. 72
indikator yang tersusun tersebut dapat diketahui kemampuan proses kognitif
belajar siswa.
Klasifikais Bloom secara logis dan sistematis menunjukkan bahwa awal
suatu pembelajaran adalah pembelajaran tentang hal-hal yang mendasar sebelum
hal-hal yang rumit atau tujuan-tujuan yang lebih tinggi tingkat kesulitannya
diberikan.
Beberapa dimensi proses kognitif yang telah disebutkan, sebagian hanya
cocok diterapkan di Sekolah Dasar (ingatan, pemahaman, dan aplikasi),
sedangkan analisis, sintesis dan evaluasi baru dapat dilatihkan di SLTP, SMU,
dan perguruan tinggi secara bertahap.14 Meskipun demikian tahap berpikir rendah
jangan sampai membuat siswa pada tingkat SMP, SMA dan selanjutnya jadi
mengesampingkan tahap berpikir tersebut sebab setiap tahap merupakan
persyaratan bagi tahap berikutnya.
Dari uraian di atas, agar dalam pembelajaran aljabar berjalan dengan baik
maka seorang pendidik harus mengetahui kemampuan proses kognitif belajar
siswa. Mengingat materi aljabar di SMP disampaikan pada semester I kelas VII
dan semester I kelas VIII maka untuk mengetahui kemampuan proses kognitif
belajar aljabar siswa SMP, peneliti mengadakan penelitian dengan judul
“Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Terpadu Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek.”
B. Fokus Permasalahan
Secara spesifik, masalah diartikan sebagai suatu objek yang dijadikan
sasaran penelitian. Penelitian dilaksanakan guna memecahkan suatu masalah atau
mengungkapkan sesuatu yang masih belum jelas. Sementara secara umum
masalah dapat dipahami sebagai problem atau suatu keadaan yang memerlukan
pemecahan atau solusi (jalan keluar). Selain itu, suatu gejala yang menarik,
menantang, terselubung, dan mengandung minat dapat juga dijadikan objek
penelitian asalkan jelas manfaatnya jika diungkapkan melalui penelitian ilmiah.15 Sesuai latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam
penelitian ini untuk menghindari meluasnya masalah sehingga didapatkan fokus
permasalahan dilakukan pembatasan masalah. Mohamad Ali dalam Pohan dalam
Andi Prastowo menyatakan bahwa membatasi masalah penelitian adalah upaya
membatasi dimensi masalah atau upaya agar jelas ruang lingkup dan batasan
yang akan diteliti. Dalam hal ini, peneliti mengusahakan melakukan penyempitan
dan penyederhanaan terhadap sasaran penelitian yang terlalu luas dan rumit.16
Adapun cara untuk membatasi masalah, yaitu dengan hati-hati peneliti
melakukan pemeriksaan lebih jauh terhadap topik apa saja dari
permasalahan-permasalahan yang layak diambil.
Adapun fokus di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar
siswa kelas VIII pada kategori mengingat?
2. Bagaimanakah tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar
siswa kelas VIII pada kategori memahami?
15Andi Prastowo, Metode penelitian kualitatif dalam perspektif rancangan penelitian,
(Jogjakarta: Arr-Ruzz Media, 2012), hal. 114
3. Bagaimanakah tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar
siswa kelas VIII pada kategori mengaplikasikan?
4. Bagaimanakah tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar
siswa kelas VIII pada kategori menganalisis?
C. Tujuan Penelitian
Menurut Nyoman Kutha Ratna tujuan penelitian dapat diartikan sebagai
pernyataan mengenai apa yang hendak dicapai.17 Jadi, secara redaksional, tujuan
penelitian berbentuk kalimat pernyataan.
Sementara secata spesifik, tujuan penelitian adalah pernyataan yang
dirumuskan secara konkret, tegas dan sederhana tentang hal-hal yang ingin
diungkapkan atau ingin dijawab melalui penelitian.
Tujuan penelitian berhubungan secara fungsional dengan rumusan masalah
penelitian, yang dibuat secara spesifik, terbatas, dan dapat diperiksa dengan hasil
penelitian. Tujuan penelitian merupakan muara dari suatu penelitian, dengan
mengerahkan segala kemampuan peneliti untuk mencapai tujuan tersebut.18 Adapaun tujuan penelitian ini, sesuai dengan rumusan masalah yang
diajukan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar
siswa kelas VIII pada kategori mengingat.
2. Untuk mengetahui tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar
siswa kelas VIII pada kategori memahami.
3. Untuk mengetahui tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar
siswa kelas VIII pada kategori mengaplikasikan.
4. Untuk mengetahui tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar
siswa kelas VIII pada kategori menganalisis.
17Ibid., hal. 154
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan/manfaat penelitian disesuaikan dengan tujuannya. Manfaat
penelitian digali dalam dan dari objek penelitian. Manfaat penelitian dibedakan
menjadi dua macam, yaitu manfaat praktis dan manfaat teoretis.
1. Manfaat Praktis
Manfaat praktis adalah manfaat dari penelitian yang dapat digunakan
dalam kehidupan sehari-hari secara langsung. Manfaat ini berhubungan erat
dengan kegunaan suatu penelitian untuk memenuhi berbagai kebutuhan
pokok manusia, baik secara jasmani maupun rohani. 2. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis adalah manfaat penelitian yang masih berupa
konsep-konsep, memerlukan pengembangan lebih lanjut, sebagai kegunaan tidak
langsung. Manfaat ini berkaitan dengan penyusunan konsep-konsep dasar
dengan berbagi perangkat, seperti metode, teknik, dan instrumen.
Mengacu pada kedua jenis manfaat di atas, kegunaan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Akan diketahui kemampuan proses kognitif dalam belajar Aljabar siswa
kelas VIII pada kategori mengingat, memahami, mengaplikasikan, dan
menganalisis.
2. Bahan informasi bagi pengajar mengenai kemampuan proses kognitif
dalam belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika pokok
bahasan aljabar.
3. Bahan masukan bagi siswa mengenai kemampuan proses kognitif dalam
4. Sebagai informasi yang penting bagi guru agar dapat digunakan sebagai
tolok ukur dalam menjelaskan Materi Pokok aljabar di SMP.
5. Sebagai masukan bagi pihak terkait dalam pengajaran kurikulum SMP,
misalnya guru, kepala sekolah serta pihak Depdiknas dan jajarannya. 6. Bahan pemikiran yang lebih mendalam bagi peneliti akan pentingnya
kemampuan proses kognitif dalam belajar siswa.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu adanya
penegasan istilah sebagai berikut: 1. Secara konseptual
a. Analisis memiliki makna menyelidiki sesuatu peristiwa (karangan,
perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui sebab-sebabnya, bagaimana
duduk perkaranya dan sebagainya.19 Disebut juga pengolahan data atau
pengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel-variabel dari keseluruhan
responden, menyajikan data dari setiap variabel yang diteliti.20 Analisis
ini dilakukan melalui tahapan identifikasi, pengolahan dan penafsiran
data dengan menggunakan data kuantitatif.
Analisis dalam penelitian ini terpusat pada deskripsi tingkatan
kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar siswa kelas VIII.
b. Proses kognitif adalah proses-proses mental atau aktivitas pikiran dalam
mencari, menemukan/mengetahui dan memahami imformasi. Proses
kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah empat kategori awal
19 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 43
berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi, yakni: mengingat,
memahami, mengaplikasikan, dan menganalisis.
c. Aljabar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah materi aljabar yang
diajarkan di SMP. 2. Secara operasional
Dalam pandangan peneliti, judul skripsi “Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek” dimaknai dengan penyelidikan fakta terhadap kemampuan siswa ranah kognitif dalam belajar aljabar dengan taksonomi
Bloom sebagai panduannya. Peneliti ingin mengetahui seberapa tingkat
kemampuan proses kognitif siswa kelas VIII SMP dalam belajar aljabar.
F. Sistematika Pembahasan
Penyusunan skripsi ini dikemukakan ke dalam tiga bagian, yaitu awal,
utama, dan akhir. Bagian awal memuat halaman sampul, halaman judul,
persetujuan pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan abstraksi.
Bagian utama terdiri dari limam bab, yaitu:
Bab I adalah Pendahuluan, yang memuat Latar Belakang Masalah;
Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Kegunaan Hasil Penelitian; Penegasan
Bab II adalah Landasan Teori, yang memuat enam sub bab, yaitu:
Hakekat Matematika; Hakekat Matematika Sekolah; Proses Kognitif; Taksonomi
Pendidikan; Materi Aljabar Matematika SMP; dan Peneletian Terdahulu.
Bab III adalah Metode Penelitian, yang memuat enam sub bab, yaitu:
Pendekatan dan Jenis Penelitian; Populasi dan Sampel Penelitian; Variabel, Data,
dan Sumber Data; Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian; Teknik
Analisis Data; Prosedur Penelitian.
Bab IV adalah Laporan Hasil Penelitian, yang memuat paparan data dan
analisis data; Temuan Penelitian; Pembahasan Hasil Penelitian.
Bab V adalah Penutup. Pada bab ini berisi Kesimpulan dan; Saran-saran
dari hasil penelitian.
Bagian akhir dari skripsi ini memuat Daftar Pustaka; Lampiran-lampiran