• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Terpadu Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Terpadu Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya

manusia, dimana peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor

pendukung upaya manusia dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan

ketidakpastian. Dalam kerangka inilah pendidikan diperlukan dan dipandang

sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju dan berkembang.

Demikian halnya bagi masyarakat Indonesia yang memiliki wilayah sangat luas.

Pendidikan yang dibutuhkan manusia adalah pendidikan seumur hidup. Telah

disabdakan oleh Nabi Muhammad tentang pendidikan seumur hidup dalam

haditsnya, yaitu: “Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat atau kubur.”1

Allah SWT menjanjikan kepada semua manusia bahwa Dia mengangkat

derajat orang-orang yang berilmu, yang diberi pengetahuan dan ilmu itu

selanjutnya diamalkan. Ini sesuai dengan firman Allah SWT pada surat

al-Mujadalah ayat 11, yaitu:



























1 M. Ichsan Hadisaputra, Anjuran al-Quran dan Hadits Untuk Menuntut Ilmu pemgetahuan, Pendidikan dan Pengalamannya, (Surabaya: al-Ikhlas, 1981), h. 43

(2)

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”2

Salah satu usaha pemerintah Indonesia untuk mewujudkan peningkatan

kualitas manusia adalah dengan meningkatkan pembangunan pada sektor

pendidikan. Sebagaimana tercantum dalam undang-undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretif, mandiri, dan mejadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”3

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan formal

di Indonesia dibagi menjadi beberapa tingkat, yaitu Sekolah Dasar

(SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah

Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA), dan

Universitas. Tingkatan-tingkatan ini dibuat agar berkelanjutan dan

berkesinambungan.

2 Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al- Quran, Al-‘alim: Al-Quran dan Terjemahannya: Edisi Ilmu Pengetahuan, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2009), hal. 544

(3)

Pada kurikulum SMP, siswa diberi mata pelajaran matematika. Pelajaran

matematika diberikan kepada siswa karena berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Matematika menunjukkan peran aktif di hampir semua segi kehidupan manusia.

Pendidikan matematika mempunyai potensi besar dalam memainkan

peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi era

industrialisasi dan globalisasi yang termanifestasikan dalam strukturnya

melibatkan semua jaringan dengan tatanan global, karena globalisasi menjadi

tantangan yang terkait dengan daya saing dan prakarsa. Sedang berbagai pola

pikir dan pola tindak berkenaan dengan kemampuan kreatif dan inovatif yang

belum menjadi prioritas untuk ditumbuhkembangkan dalam sistem pendidikan

kita.

Matematika adalah ilmu yang membahas perhitungan. Dengan demikian

peranan ilmu matematika dalam kehidupan sangatlah dominan. Hal ini

disebabkan karena matematika memiliki beberapa unsur di dalamnya. Menurut

De Lange unsur-unsur dalam matematika antara lain:

1. Berpikir dan bernalar, karena dalam matematika memerlukan pemahaman dan pembuktian.

2. Berargumentasi, setelah paham dan membuktikan matematika juga perlu penerapan yang membutuhkan argumentasi sebagai media dan faktor penguatnya.

3. Berkomunikasi, penerapan matematika memerlukan hubungan timbal balik dengan orang lain, dengan demikian dalam matematika diperlukan komunikasi.

(4)

5. Penyusunan dan pemecahan masalah, karena matematika diciptakan untuk mempermudah dalam mengatasi masalah terutama yang berkaitan dengan angka atau symbol.

6. Simbol, karena operasi matematika mayoritas menggunakan simbol.

7. Alat dan teknologi, dalam penerapan matematika tidak menutup kemungkinan memerlukan alat bantu perhitungan.4

Dari uraian yang diungkapkan De Lange di atas menunjukkan betapa

pentingnya matematika dalam kehidupan. Dengan matematika seseorang akan

dapat menata kemampuan berpikir, bernalar, memecahkan masalah,

berkomunikasi, mengaplikasikan teori dengan keadaan sesungguhnya, serta

mampu menggunakan dan memanfaatkan teknologi.5 Dimana unsur-unsur yang

disebutkan De Lange tersebut melibatkan proses kognitif, yakni proses-proses

mental atau aktivitas pikiran dalam mencari, menemukan/mengetahui dan

memahami informasi.

Perkembangan intelektual pada dasarnya berhubungan dengan

konsep-konsep yang dimiliki dan tindakan kognitif seseorang, oleh karenanya

perkembangan kognitif seringkali menjadi sinonim dengan perkembangan

intelektual. Dalam proses pembelajaran, seringkali siswa dihadapkan kepada

persoalan-persoalan yang menuntut adanya pemecahan. Kegiatan itu mungkin

dilakukan siswa secara fisik, seperti mengamati penampilan obyek yang berupa

wujud atau karakteristik dari obyek tersebut. Tetapi lebih lanjut siswa dituntut

untuk menanggapinya secara mental melalui kemampuan berpikir, khususnya

4 De Lange, Mathematical Literacy for Living from OECD-PISA Perspective, (Paris: OECD-PISA, 2004), hal. 12

(5)

mengenai konsep, kaidah atau prinsip atas obyek masalah dan pemecahannya. Ini

berarti aktivitas dalam belajar tidak hanya menyangkut masalah fisik semata,

tetapi yang lebih penting adalah keterlibatannya secara mental yaitu aspek proses

kognitif yang berhubungan dengan fungsi intelektual.

Perkembangan kognitif menjadi sangat penting manakala anak akan

dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang menuntut kemampuan berpikir.

Masalah ini sering menjadi pertimbangan mendasar di dalam membelajarkan

mereka, khususnya yang menyangkut isi atau kurikulum yang akan dipelajarinya. Dalam belajar matematika di sekolah banyak menekankan kemampuan

kognitif ini. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Nana Sudjana, bahwa

proses belajar mengajar di sekolah saat ini tipe hasil belajar kognitif lebih

domain jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif dan

psikomotorik.6

Aljabar merupakan salah satu bagian dalam matematika yang mencakup

berbagai materi yang dipelajari di SMP. Pembelajaran aljabar sangat bermanfaat

bagi siswa dalam mempelajari dan memahami materi matematika yang lain

maupun konsep aljabar di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Misalnya,

penguasaan terhadap konsep aljabar sangat membantu untuk mempelajari konsep

geometri bangun datar dalam mencari besar suatu sudut.

Aljabar merupakan bahasa simbol dan relasi. Sementara menurut

beberapa ahli, aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis merupakan bagian

(6)

matematika yang timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan

dengan ide, proses, dan penalaran.

Aljabar digunakan untuk memecahkan masalah sehari-hari. Dengan

bahasa simbol dan relasi-relasi yang muncul, masalah-masalah dipecahkan secara

sederhana. Bahkan untuk hal-hal tertentu, ada algoritma-algoritma yang mudah

diikuti dalam rangka memecahkan masalah simbolik itu yang pada saatnya nanti

dikembalikan kepada masalah sehari-hari.

Menurut Soedjadi, bahwa kemampuan aljabar yang baik ternyata

membantu seseorang dalam memahami matematika.7 Selanjutnya, melalui

belajar aljabar secara baik, seseorang akan mendapatkan kemampuan analitik

yang baik. Kemampuan tersebut mempunyai peranan penting dalam mempelajari

matematika yang relatif kompleks. Dengan demikian, pemahaman konsep aljabar

merupakan hal yang penting sebagai dasar untuk memahami konsep-konsep

materi matematika lainnya.

Namun dalam kenyataannya kemampuan Aljabar siswa pada umumnya

masih lemah, karena menurut Soedjadi, bahwa telah terjadi kelemahan

pemahaman siswa Sekolah Menengah Pertama terhadap Aljabar.8

Di SD dipelajari aritmetika atau ilmu hitung. Simbol-simbol yang

digunakan adalah angka yang dengan langsung dapat dibayangkan berapa

besarnya, atau paling tidak murid dapat mengenalinya sebagai bilangan tertentu.

7 Hery Kurniawan, Identifikasi Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-soal Operasi Bentuk Aljabar di Kelas IX SMP Negeri III Kota Bengkulu, (Bengkulu: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2006), hal. 1

(7)

Karena aljabar menggunakan simbol yang bukan saja angka melainkan juga

huruf, maka bentuk aljabar yang mulai dipelajari pada kelas VII SMP sungguh

merupakan bagian yang sangat perlu dipahami siswa. Dengan kata lain,

pembelajaran aljabar sangat perlu mendapat perhatian.9

Kompetensi siswa dalam memahami dan menyusun bentuk aljabar

merupakan prasyarat siswa untuk mampu atau kompeten dalam menyelesaikan

masalah verbal baik yang menyangkut persamaan maupun pertidaksamaan dan

pengembangannya. Sementara setiap siswa memiliki tingkat intelektual yang

berbeda-beda sehingga perkembangan kemampuan berpikir siswa dalam belajar

matematika berbeda pula. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan

penguasaan pemahaman konsep dan tahapan belajar yang dialami sebagai akibat

dari berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Sementara Moch. Masykur dan Abdul Halim Fathani menjelaskan dalam

Mathematical Intelligent, untuk dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah, harus disusun konsep kurikulum matematika yang

digunakan secara jelas dan terarah.10 Sehingga proses pembelajaran matematika

dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut PP No. 19/2005 Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah

kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing

9 Tim PPPG Matematika, Diklat Instruktur Pengembang Matematika SMP Jenjang Dasar: ALJABAR, (Yogyakarta: Departemen Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika, 2004), hal. 1

(8)

satuan pendidikan.11 Hal ini mengisyaratkan bahwa setiap satuan pendidikan

diberi kewenangan menyusun kurikulumnya sendiri dengan tetap mengacu pada

Badan Standar Nasional (BSNP). Oleh karena itu guru perlu memahami kondisi

kognitif dari siswa dan mengatur tingkat proses belajar karena setiap siswa akan

melalui proses-proses kognitif. Ini sesuai dengan pendapat E.T. Russefendi

bahwa agar anak didik memahami dan mengerti tentang konsep (struktur)

matematika seyogyanya diajarkan dengan urutan konsep murni, dilanjutkan

dengan konsep terapan.12

Mengingat kemampuan kognitif tiap siswa dan segala sesuatu yang terkait

dengan berpikir berbeda-beda untuk setiap tahap perkembangan maka akan

kurang efisien tujuan pembelajaran jika pengajaran konsep atau materi

matematika diberikan sebelum siswa mencapai tahap perkembangan kognitif

tersebut.

Bloom mengklasifikasikan dimensi proses kognitif ini ke dalam 6

kategori, yakni mengingat, memahami, mengaplikasikan, manganalisis,

mengevaluasi dan mencipta. Kontinum yang mendasari proses kognitif dianggap

sebagai tingkat-tingkat kognisi yang kompleks.13 Memahami dianggap

merupakan tingkat kognisi yang lebih kompleks ketimbang mengingat;

mengaplikasikan diyakini lebih kompleks secara kognitif daripada memahami,

dan seterusnya. Selanjutnya, dengan menggunakan pengklasifikasian beserta 11 Susanto, pengembangan KTSP dengan perspektif manajemen Visi, (Matapena, 2007), hal 17

12 Lisnawati simajuntak, et. All., metode mengajar matematika Jilid I, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), hal. 72

(9)

indikator yang tersusun tersebut dapat diketahui kemampuan proses kognitif

belajar siswa.

Klasifikais Bloom secara logis dan sistematis menunjukkan bahwa awal

suatu pembelajaran adalah pembelajaran tentang hal-hal yang mendasar sebelum

hal-hal yang rumit atau tujuan-tujuan yang lebih tinggi tingkat kesulitannya

diberikan.

Beberapa dimensi proses kognitif yang telah disebutkan, sebagian hanya

cocok diterapkan di Sekolah Dasar (ingatan, pemahaman, dan aplikasi),

sedangkan analisis, sintesis dan evaluasi baru dapat dilatihkan di SLTP, SMU,

dan perguruan tinggi secara bertahap.14 Meskipun demikian tahap berpikir rendah

jangan sampai membuat siswa pada tingkat SMP, SMA dan selanjutnya jadi

mengesampingkan tahap berpikir tersebut sebab setiap tahap merupakan

persyaratan bagi tahap berikutnya.

Dari uraian di atas, agar dalam pembelajaran aljabar berjalan dengan baik

maka seorang pendidik harus mengetahui kemampuan proses kognitif belajar

siswa. Mengingat materi aljabar di SMP disampaikan pada semester I kelas VII

dan semester I kelas VIII maka untuk mengetahui kemampuan proses kognitif

belajar aljabar siswa SMP, peneliti mengadakan penelitian dengan judul

Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Terpadu Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek.”

(10)

B. Fokus Permasalahan

Secara spesifik, masalah diartikan sebagai suatu objek yang dijadikan

sasaran penelitian. Penelitian dilaksanakan guna memecahkan suatu masalah atau

mengungkapkan sesuatu yang masih belum jelas. Sementara secara umum

masalah dapat dipahami sebagai problem atau suatu keadaan yang memerlukan

pemecahan atau solusi (jalan keluar). Selain itu, suatu gejala yang menarik,

menantang, terselubung, dan mengandung minat dapat juga dijadikan objek

penelitian asalkan jelas manfaatnya jika diungkapkan melalui penelitian ilmiah.15 Sesuai latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam

penelitian ini untuk menghindari meluasnya masalah sehingga didapatkan fokus

permasalahan dilakukan pembatasan masalah. Mohamad Ali dalam Pohan dalam

Andi Prastowo menyatakan bahwa membatasi masalah penelitian adalah upaya

membatasi dimensi masalah atau upaya agar jelas ruang lingkup dan batasan

yang akan diteliti. Dalam hal ini, peneliti mengusahakan melakukan penyempitan

dan penyederhanaan terhadap sasaran penelitian yang terlalu luas dan rumit.16

Adapun cara untuk membatasi masalah, yaitu dengan hati-hati peneliti

melakukan pemeriksaan lebih jauh terhadap topik apa saja dari

permasalahan-permasalahan yang layak diambil.

Adapun fokus di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar

siswa kelas VIII pada kategori mengingat?

2. Bagaimanakah tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar

siswa kelas VIII pada kategori memahami?

15Andi Prastowo, Metode penelitian kualitatif dalam perspektif rancangan penelitian,

(Jogjakarta: Arr-Ruzz Media, 2012), hal. 114

(11)

3. Bagaimanakah tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar

siswa kelas VIII pada kategori mengaplikasikan?

4. Bagaimanakah tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar

siswa kelas VIII pada kategori menganalisis?

C. Tujuan Penelitian

Menurut Nyoman Kutha Ratna tujuan penelitian dapat diartikan sebagai

pernyataan mengenai apa yang hendak dicapai.17 Jadi, secara redaksional, tujuan

penelitian berbentuk kalimat pernyataan.

Sementara secata spesifik, tujuan penelitian adalah pernyataan yang

dirumuskan secara konkret, tegas dan sederhana tentang hal-hal yang ingin

diungkapkan atau ingin dijawab melalui penelitian.

Tujuan penelitian berhubungan secara fungsional dengan rumusan masalah

penelitian, yang dibuat secara spesifik, terbatas, dan dapat diperiksa dengan hasil

penelitian. Tujuan penelitian merupakan muara dari suatu penelitian, dengan

mengerahkan segala kemampuan peneliti untuk mencapai tujuan tersebut.18 Adapaun tujuan penelitian ini, sesuai dengan rumusan masalah yang

diajukan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar

siswa kelas VIII pada kategori mengingat.

2. Untuk mengetahui tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar

siswa kelas VIII pada kategori memahami.

3. Untuk mengetahui tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar

siswa kelas VIII pada kategori mengaplikasikan.

4. Untuk mengetahui tingkat kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar

siswa kelas VIII pada kategori menganalisis.

17Ibid., hal. 154

(12)

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan/manfaat penelitian disesuaikan dengan tujuannya. Manfaat

penelitian digali dalam dan dari objek penelitian. Manfaat penelitian dibedakan

menjadi dua macam, yaitu manfaat praktis dan manfaat teoretis.

1. Manfaat Praktis

Manfaat praktis adalah manfaat dari penelitian yang dapat digunakan

dalam kehidupan sehari-hari secara langsung. Manfaat ini berhubungan erat

dengan kegunaan suatu penelitian untuk memenuhi berbagai kebutuhan

pokok manusia, baik secara jasmani maupun rohani. 2. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis adalah manfaat penelitian yang masih berupa

konsep-konsep, memerlukan pengembangan lebih lanjut, sebagai kegunaan tidak

langsung. Manfaat ini berkaitan dengan penyusunan konsep-konsep dasar

dengan berbagi perangkat, seperti metode, teknik, dan instrumen.

Mengacu pada kedua jenis manfaat di atas, kegunaan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Akan diketahui kemampuan proses kognitif dalam belajar Aljabar siswa

kelas VIII pada kategori mengingat, memahami, mengaplikasikan, dan

menganalisis.

2. Bahan informasi bagi pengajar mengenai kemampuan proses kognitif

dalam belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika pokok

bahasan aljabar.

3. Bahan masukan bagi siswa mengenai kemampuan proses kognitif dalam

(13)

4. Sebagai informasi yang penting bagi guru agar dapat digunakan sebagai

tolok ukur dalam menjelaskan Materi Pokok aljabar di SMP.

5. Sebagai masukan bagi pihak terkait dalam pengajaran kurikulum SMP,

misalnya guru, kepala sekolah serta pihak Depdiknas dan jajarannya. 6. Bahan pemikiran yang lebih mendalam bagi peneliti akan pentingnya

kemampuan proses kognitif dalam belajar siswa.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu adanya

penegasan istilah sebagai berikut: 1. Secara konseptual

a. Analisis memiliki makna menyelidiki sesuatu peristiwa (karangan,

perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui sebab-sebabnya, bagaimana

duduk perkaranya dan sebagainya.19 Disebut juga pengolahan data atau

pengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

mentabulasi data berdasarkan variabel-variabel dari keseluruhan

responden, menyajikan data dari setiap variabel yang diteliti.20 Analisis

ini dilakukan melalui tahapan identifikasi, pengolahan dan penafsiran

data dengan menggunakan data kuantitatif.

Analisis dalam penelitian ini terpusat pada deskripsi tingkatan

kemampuan proses kognitif dalam belajar aljabar siswa kelas VIII.

b. Proses kognitif adalah proses-proses mental atau aktivitas pikiran dalam

mencari, menemukan/mengetahui dan memahami imformasi. Proses

kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah empat kategori awal

19 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 43

(14)

berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi, yakni: mengingat,

memahami, mengaplikasikan, dan menganalisis.

c. Aljabar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah materi aljabar yang

diajarkan di SMP. 2. Secara operasional

Dalam pandangan peneliti, judul skripsi “Analisis Kemampuan Proses Kognitif dalam Belajar Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Al Anwar Baruharjo Durenan Trenggalek” dimaknai dengan penyelidikan fakta terhadap kemampuan siswa ranah kognitif dalam belajar aljabar dengan taksonomi

Bloom sebagai panduannya. Peneliti ingin mengetahui seberapa tingkat

kemampuan proses kognitif siswa kelas VIII SMP dalam belajar aljabar.

F. Sistematika Pembahasan

Penyusunan skripsi ini dikemukakan ke dalam tiga bagian, yaitu awal,

utama, dan akhir. Bagian awal memuat halaman sampul, halaman judul,

persetujuan pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar

tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan abstraksi.

Bagian utama terdiri dari limam bab, yaitu:

Bab I adalah Pendahuluan, yang memuat Latar Belakang Masalah;

Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Kegunaan Hasil Penelitian; Penegasan

(15)

Bab II adalah Landasan Teori, yang memuat enam sub bab, yaitu:

Hakekat Matematika; Hakekat Matematika Sekolah; Proses Kognitif; Taksonomi

Pendidikan; Materi Aljabar Matematika SMP; dan Peneletian Terdahulu.

Bab III adalah Metode Penelitian, yang memuat enam sub bab, yaitu:

Pendekatan dan Jenis Penelitian; Populasi dan Sampel Penelitian; Variabel, Data,

dan Sumber Data; Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian; Teknik

Analisis Data; Prosedur Penelitian.

Bab IV adalah Laporan Hasil Penelitian, yang memuat paparan data dan

analisis data; Temuan Penelitian; Pembahasan Hasil Penelitian.

Bab V adalah Penutup. Pada bab ini berisi Kesimpulan dan; Saran-saran

dari hasil penelitian.

Bagian akhir dari skripsi ini memuat Daftar Pustaka; Lampiran-lampiran

Referensi

Dokumen terkait

dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VIII DI SMPN 2i.

judul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Prestasi Belaja r Pendidikan Agama Islam Siswa kelas VIII SMPN 2 Durenan Trenggalek..

Berdasarkan Teori Jean Piaget dalam Memahami Teorema Phytagoras Kelas. VIII-A SMP Islam Durenan Trenggalek Tahun Pelajaran 2015/2016” ,

hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1

terhadap pengamalan ibadah bidang shalat lima waktu siswa kelas VIII di.. SMP Islam Durenan Trenggalek tahun pelajaran

Teaching Speaking at MA Terpadu Al-Anwar Durenan Trenggalek Academic Year 2013/2014. Skripsi Jurusan Tadris Bahasa Inggris, IAIN Tulungagung. Pembimbing: Nanik Sri Rahayu,

Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: model kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam pembentukan disiplin siswa di MA Terpadu Al-Anwar Durenan