• Tidak ada hasil yang ditemukan

tugas 1 makalah pasar oligopoli kartel dan kv. bengkok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "tugas 1 makalah pasar oligopoli kartel dan kv. bengkok"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Pasar Oligopoli ( Kurva Demand Bengkok Dan Kartel )

Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Mikro II

Disusun oleh kelompok 7:

1. Ayu Fitri Apriliyani (090810101082)

2. Lisa Ayu Mayliana (090810101088)

3. Yumnu Nisa (090810101092)

JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan unit ekonomi terdiri dari masyarakat (rumah tangga konsumen) dan rumah tangga produsen yang dipisahkan oleh dua pasar yaitu pasar output (barang dan jasa) dan pasar input (factor produksi).

Pasar output memegang peranan penting dalam menentukan jenis barang apa yang akan dihasilkan, berapa jumlahnya dan untuk siapa. Sedangkan pasar input berperan untuk menentukan cara menghasilkannya.

Harga yang dapat diterima oleh kedua unit ekonomi itu akan menentukan pilihan untuk semuanya. Harga yang diterima kedua belah pihak disebut sebagai harga keseimbangan.

Harga suatu barang ditentukan oleh permintaan pasar dan penawaran pasar akan barang bersangkutan. Keadaan ini hanya berlaku dalam bentuk pasar tertentu, yaitu bentuk pasar persaingan (pasar kompetitif).

(3)

Pada umumnya dalam pasar oligopoli terdapat beberapa perusahaan raksasa yang memiliki pangsa pasar (market share) 70 sampai 80 persen dan disamping itu terdapat pula perusahaan dengan pangsa pasar yang kecil. Beberapa perusahaan yang termasuk golongan pertama(yang menguasai pasar )sangat saling mempengaruhi satu sama lain. Disamping itu keputusan dan tindakan dari salah satu perusahaan besar sangat mempengaruhi kebijakan peruhaan-perusahan lainnya. Sikap ini menyebabkan setiap perusahaan harus mengambil keputusan secara berhati-hati dalam merubah harga, membuat desain, merubah teknik produksi. Pada perekonomian yang sudah maju, pasar yang bersifat oligopolistik banyak di jumpai karena teknologi sudah sangat modern. Teknologi modern pada umumnya akan mencapai efisiensi optimum hanya jika jumlah produksi yang dihasilkan besar sekali. Keadaan ini secara otomatis akan menimbulkan kecenderungan pengangguran sejumlah perusahaan yang melakukan kegiatan industry.

Sebagai akibat dari hubungan saling mempengaruhi yang sangat erat tersebut, pengusaha di pasar oligopoli (oligopolis) harus membuat perhitungan yang cermat terhadap reaksi dari perusahaan lain bila mereka berniat menurunkan atau menaikan harga komoditasnya. Bila suatu perusahaan menurunkan harga, upaya yang dilakukannya akan menyebabkan pelanggan perusahaan-perusahaan lain berpindah membeli komoditas yang dihasilkan oleh perusahaan yang menurunkan harga tersebut. Sebaliknya bila suatu perusahaan menaikan harga, produksi perusahaan-perusahaan lain menjadi relatif lebih murah. Sebagai akibatnya perusahaan yang menaikan harga akan berkurang pelanggannya karena sebagian atau seluruh pelanggan mereka membeli komoditas yang dihasilkan oleh perusahaan lain, sedangkan perusahaan lain yang tidak menaikan harga akan bertambah banyak pelanggannya.

(4)

Oleh karena perbedaaan – perbedaan tersebut kita tidak dapat membuat suatu analisis yang bersifat umum, untuk menerangkan perilaku produsen dalam pasar oligopoly. Dalam pasar oligopoly paling tidak dapat dibedakan dua keadaaan yang dapat menganalisis perilaku perusahaan atau produsen yakni dalah satunya ialah pasar oligopoly tanpa kesepakatan atau dengan kata lain tidak terdapat kesepakatan diantara perusahaan-perusahaan di dalam pasar oligopoly (non collusive oligopoly)

Di samping penjelasan penting diatas yang baru dijelaskan pasar oligopoli mempunyai ciri khas yaitu :

1. Menghasilkan komoditas standar atau komoditas berbeda corak.

Pada perusahaan–perusahaan yang menghasilkan komoditas berbeda corak, komoditas yang di hasilkan pada umumnya adalah komoditas akhir. Contoh dari pasar oligopoli yang menghasilkan komoditas akhir adalah industri mobil, industri rokok dan sebagainya.

2. Kekuasaan menentukan harga ada kalanya lemah dan ada kalanya sangat tangguh.

Dari kedua kemungkinan ini, mana yang akan terealisasi tergantung kepada bentuk kerjasama dari perusahaan-perusahaan dalam pasar oligopoli. Tanpa adanya kerjasama di antara perusahaan-perusahaan yang beroperasi di pasar, kekuasaan menentukan harga meenjadi lebih terbatas.

3. Pada umumnya pasar oligopoli perlu melakukan promosi iklan yang intensif terutama bila perusahaan oligopoli tersebut menghasilkan komoditas yang berbeda karakteristik. Kegiatan promosi iklan yang dilakukan secara aktif akan dapat menciptakan tujuan yakni menarik pembeli baru dan mempertahankan pembeli lama.

(5)

 Bagaimana penentuan harga output dalam pasar oligopoly yang tidak bergabung (non collusive oligopoly) dalam model kurva permintaan bengkok atau The Kinked – Demand Model ?

 Bagaimana menentukan teori harga – output dalam pasar oligopoly yang bergabung (dalam kaitannya menggunakan model penggabungan yaitu Kartel) ?

BAB II

PEMBAHASAN

(6)

perusahaan yang lain juga ikut menurunkan harga, sebab jika ia tidak ikut menurunkan harga maka ia dapat kehilangan pelanggannya yang beralih pada perusahaaan yang menurunkan harga produknya. Sebaliknya yang terjadi apabila suatu perusahaan menaikkan harga produknya maka hal ini tidak akan diikuti oleh perusahaan yang lain sebab jika perusahaan yang lain ikut menaikkan harga maka ia akan kehilangan banyak pelanggannya, karena pelanggan akan berpindah menuju perusahaan yang menjual produk dengan harga murah. Sehingga dapat disimpulkan dari asumsi diatas bahwasanya “dalam pasar non collusive oligopoly penurunan ataupun kenaikan harga produk akan mendorong perusahaaan lain untuk ikut menurunkan atau menaikkan harga” . Dalam hal ini penurunan harga oleh suatu perusahaan yang diikuti dengan perusahaan yang lain, tetapi aksi menaikkan harga yang cenderung tidak diikuti oleh pesaingnya mengakibatkan suatu perusahaan menghadapi kurva permintaan yang patah atau bengkok (The Kinked Demand Curve). Model ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ekonom P. Sweezy pada tahun 1939. Sweezy dalam modelnya menggunakan kurva permintaan bengkok atau The Kinked-Demand Curve sebagai alat analisanya. The Kinked Kinked-Demand Curve , yaitu kurva permintaan untuk mengantisipasi apabila terjadi kenaikan harga dan kurva permintaan untuk mengantisipasi apabila terjadi penurunan harga. Pada model ini juga ditegaskan bahwa perubahan pada biaya jarang sekali diimbangi dengan perubahan pada harga pasar,

(7)

Kurva D1 adalah kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan oligopoly dengan

asumsi apabila ia merubah ( menaikkan atau menurunkan ) harga maka perusahaan lain tidak memberikan reaksi terhadap perubahan harga tersebut. Sedangkan kurva D2

merupakan kurva permintaan yang dihadapi pada perusahaan oligopoly dengan asumsi perubahan harga produk yang dilakukannya akan diikuti oleh perusahaan lain yang ada dalam industry yang sama. Misalkan perusahaan berada pada tingkat harga mula – mula Po,

jumlah permintaan yangdihadapi adalah sebayak Qo. Jika perusahaan tersebut menurunkan

harga produknya, maka jumlah permintaan akan suatu produk tersebut akan bertambah. Seandainya penurunan harga Po ke P1 tersebut tidak diikuti oleh perusahaan lain maka

permintaan yang di hadapinya akan bertaabah sebesar Qa. Namun apabila perusahaan –

perusahaan lain dalam pasar oligopoly tersebut ikut menurunkan harga seperti yang telah di lakukan oleh perusahaan pertama maka permintaan output yang dihadapi hanya cukup pada Qb. Kenaikan ini hanya disebabkan oleh substitution effect dan income effect dari

(8)

Sebaliknya jika yang terjadi adalah suatu perusahaan berusaha menaikkan harganya sebesar P2, sedangkan perusahaan lain tidak ikut dalam menaikkan harga atas produknya

yang dijual dan perusahaan lain itu tetap menjualnya dengan harga Po maka perusahaan

pertama ini akan banyak mengalami kehilangan pelanggan dan jumlah barang yang dapat dijual hanya mampu bertahan pada Qd. Akan tetapi, jika perusahaan yang lain ikut

manaikkan harga , maka ia hanya akan mampu menjual jumlah output pada Qc, meskipun

resiko ia akan kehilangan konsumen atau pelanggan masih tetap terjadi.

Dengan asumsi bahwa suatu perusahaan tidak ingin kehilangan pelanggannya dan senang ketika mendapat pelanggan yang baru maka perusahaan oligopoly tersebut akan berperilaku sebagai berikut:

1. Mereka akan ikut menurunkan harga apabila ada perusahaan yang lain didalam pasar yang ikut menurunkan harganya, sehingga ia tidak akan kehilangan pelanggannya.

2. Mereka tidak akan ikut menaikkan harga, apabila perusahaan yang lain menaikkan harga dari produk yang mereka jual. Karena apabila mereka tidak ikut menaikkan hrga maka mareka akan mendapat tambahan pelanggan dari perusahaan pertama yang telah menaikkan harga tersebut.

(9)

MODEL KURVA PERMINTAAN BENGKOK ( THE KINKED DEMAND

output , dan P = harag dalam milyar rupiah. Jika fungsi biaya produksi totalnya adalah : TC = 2Q + 0.025Q2 , maka :

a. Berapakah jumlah output yang terjual dan harga penjualan output produsen oligopoly ?

b. Karena produsen non collusive oligopoly menghadapi kinked demand curve, maka berapakah batas atas dan batas bawah dari terputusnya MR?

PENYELESAIAN :

a. Patahan kurva terjadi pada titik potong antara kurva demand D1 dan D2.

Sehingga pada titik potong tersebut akan diperoleh Q1=Q2=Q dan D1=D2.

Dan jika P1=P2, sehingga : 7 – 0,025Q = 10 – 0,1Q atau 0,075 = 32

Q = 3 : 0,075 = 40 unit, P1 = 7 – 0,025 (40) = 6 M,

P2 = 10 – 0,1 (40) = 6 M.

b. Batas atas dan batas bawah dari terputusnya kurva MR yang diskontinyu. MR1=dTR1/dQ1

Karena TR1= P1 . Q1 =( 7 – 0,025Q1)Q1 = 7Q1 – 0,025Q1 maka :

MR1=7 - 0,025Q1 ,

(10)

Karena TR2= P2 . Q2 = ( 10 – 0.1Q2)Q2 = 10Q2 – 0,1Q22 maka :

MR2=10 – 0,2Q2

Jadi, MR1= 7 – 0,05 (40) = 7 – 2 = 3 M, dan

MR2= 10 – 0,2 (40) = 10 – 8 = 2 M.

2.2 Menentukan teori harga – output dalam pasar oligopoly yang bergabung (dalam kaitannya menggunakan model penggabungan yaitu Kartel)

Kartel adalah kesepakatan diantara produsen-produsen yang independen untuk mengkoordinasi keputusan mereka, sehingga masing-masing dari anggota kartel dapat memperoleh keuntungan monopoli. Kesepakatan dapat berupa pembatasan atau kuota produksi, daerah penjulana maupun kesepakatan harga. Dengan bentuk kartel, diharapkan mereka dapat mengurangi rasa ketidakpastian terhadap perilaku perusahaaan perusahaan pesaing. Dalam prakteknya, kartel seringkali mengalami kegagalan. Beberapa factor yang menyebabkan kegagalan kartel adalah sebagai berikut :

1. Masing-masing perusahaan memiliki dorongan yang kuat untuk melanggar kesepakatan kartel

2. Anggota kartel biasanya akan berselisih pendapat mengenai kesepakatan kartel yang di inginkan terutama mengenai jumlah output, harga, pembagian pangsa pasar dan pembagian keuntungan.

(11)

Contoh dari kartel adalah OPEC, yaitu organisasi dari Negara-negara pengekspor minyak yang didirikan pada tahun 1960. Sebagai sebuah kartel, OPEC adalah perusahaan dominan dalam menetapkan harga minyak dunia.

Kartel dalam prakteknya ada dalam beberapa macam bentuk, yaitu kartel dengan tujuan memaksimumkan keuntungan pasar ( industry profit maximization cartel ) dan kartel dengan tujuan membagi pasar ( the sharing of the market cartel ).

 Kartel dengan tujuan memaksimumkan keuntungan pasar .

Dalam kasus ini disumsikan pembentukan kartel adalah bertujuan memaksimumkan keuntungan mereka secara bersama – sama. Suasana ini mirip dengan suasana monopolis yang mempunyai dengan beberapa perusahaan, karena pada hakikatnya monopolis ini juga ingin memaksimumkan keuntungan. Dalam model ini barang atau produk yang dijual oleh oligopolis bersifat homogeny dalam arti barang yang dihasilkan salah satu oligopolis dapat mengganti atau diganti secara sempurna oleh barang yang dihasilkan oleh oligopolis lain, yang biasa juga disebut sebagai istilah oligopoly murni (pure oligopoly).

Masalahnya saat ini tidak hanya terletak pada bagaimana menentukan harga jumlah output yag harus diproduksi agar keuntungan pasar meksimum tetapi juga terletak pada penentuan jatah output yang harus diproduksi oleh masing – masing produsen anggota dan juga pembagian keuntungan diantara mereka. Kartel memiliki kurva – kurva ongkos produksi yang sama dengan kurva – kurva yang sam dimiliki oleh kuva oligopolies. Dari penjumlahan kurva – kurva MC yang dimiliki oleh oligopolies yang ada dipasar dapatlah diperoleh kurva MC kartel. Untuk meningkatkan tingkat output optimal bagi kartel kurva MC haruslah digabungkan dengan kurva MR yang ada di pasar. Output timal terjadi pada waktu kurva MC tepat berpotongan dengan kurva MR dan memotongnya dari bawah.

(12)

Dalam gambar ini dimisalkan dipasar hanya ada dua oligopolies yang masing – masing struktur ongkos seperti yang digambarkaoleh gambar 4.64 (a) dan (b). kurva – kurva MC yang ad digambar tersebut kalau dijumlahkan dapat diperolehkuva MC yang ada pada gambar 4.64 (c). kurva MC ini merupakan kurva MC kartel.

Dengan kurva permintaan pasar tertentu atau misalkan kurva DD maka output optimal, yaitu output yang menghasilkan keuntungan pasar maksimum yang dapat ditentukan. Output optimal tersebut terjadi pada tingkat output Q = Q1 + Q2 , yaitu pada waktu kurva MR

berpotongan denagn kurva MC kartel. Dari gambar 4.64 dapat disimpulkan bahawa perusahaan yang mempunyai struktur ongkos lebih rendah akan memproduksi output dalam jumlah yang lebih banyak, meskipun demikian belum tentu berarti bahwa perusahaan yang memproduksi output dalam jumlah yang lebih besar akan mendapatkan bagian keuntungan yang lebih bayak. Pembagian keuntungan diantara para perusahaan angota kartel diatur oleh kartel itu sendiri.

 Kartel dengan tujuan membagi pasar.

Dalam model ini ada dua konsep dasar yang dapat digunakanuntuk pembagian pasar, yaitu : melaui kesepakatan tingkat harga jual atau non price competition serta melalui penetapan kuota atau determination of quotas.

(13)

proses tawar – menawar dimana ada satu tendensi perusahaan yang mempunyai struktur ongkos rendah akan mmengusulkan tingkat harga jual yang murah dan perusahaan anggota kartel yang mempunyai struktur ongkos tinggi akan mengusulkan tingkat harga jual yang tinggi pula .

Untuk lebih jelasnya, lihatlah gambar berikut ini

Dalam gambar ini diandaikan perusahaan B mempunyai struktur ongkos yang lebih rendah dibanding A. Dengan demikian perusahaan B mempunyai dorongan untuk menentukan harag yang lebih rendah dari harga yang ditetapkan monopolis. Sehingga perusahaan B akan mendorong perusahaan A untuk keluar dari pasar. Oleh sebab inilah, be tuk kartel kedua ini sering disebut dengan bentuk penggabungan yang tidak stabil.

(14)

Akibatnya kurva permintaan yang dihadapi perusahaan ini akan lebih elastic dan keuntungannya pun akan juga meningkat. Oleh karenanya model ini menjadi sangat tidak stabil terkecuali kalau kartel belum – belum disiplin dan mengenakan sanksi yang cukup berat bagi perusahaan – perusahaan anggota yang melanggar ketentuan – ketentuan yang telah ditentukan. Kartel yang kurang disiplin banyak mengalami kegagalan.

Sedangkan pada metode kedua dimana pembagian pasar melalui perjanjian penetapan kuota dapat dilakukan dengan suatu perjanjian yang berisi kesepakatan mengenai jumlah yang dapat dijual oleh masing – masing perusahaan anggota kartel pada tingkat harga yang telah ditetapkan. Contoh misalanya di pasar hanya ada dua perusahaan yang masing – masing mempunyai struktur ongkos yang sama. Dalam hal ini masing – masing perusahaan akan menerima harga jual seperti halnya harga monopolis dan masing – masing akan menerima bagian setengah dari pasar.

Dalam gambar 4.66 berikut ini, harga monopolis adalah (Pm) dan kuota yang disepakati oleh masing – masing perusahaan adalah Q1 = Q2 = ½ Qm.

(15)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan untuk pasar oligopoly model kartel yang tergabung adalah model pasar yang tertutup. Sebab apabila masuk kepasar bebas maka akibatnya perusahaan anggota kartel tidak dapat mem[erkirakan secara pasti perilaku perusahaan baru yang masuk kepasar tersebut. Secara teori memang tidak ada kepastian bahwa perusahaan yang baru tersebut akan menjadi anggota kartel. Sebaliknya , apabila kartel tersebut cukup menguntungkan maka hal itu akan menarik perusahaan – perusahaan baru untuk masuk pasar. Dimana dalam hal ini perusahaan baru tersebut ada tendensi untuk tidak menjadi anggota kartel, karena dengan cara demikian mereka akan lebih baik sebab berarti kurva permintaan mereka lebih elastic. Artinya mereka menetapkan harga lebih rendah dari harga yang ditetapkan oleh kartel akibatnya, mereka akan menarik pelanggan yang banyak.

(16)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam pasar non collusive oligopoly penurunan ataupun kenaikan harga produk

akan mendorong perusahaaan lain untuk ikut menurunkan atau menaikkan harga. Kegiatan ini akan mengakibatkan suatu perusahaan menghadapi kurva permintaan yang patah atau bengkok (The Kinked Demand Curve). Model ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ekonom P. Sweezy pada tahun 1939.

 Perilaku perusahaan oligopoly adalah sebagai berikut:

1. Mereka akan ikut menurunkan harga apabila ada perusahaan yang lain didalam pasar yang ikut menurunkan harganya, sehingga ia tidak akan kehilangan pelanggannya.

2. Mereka tidak akan ikut menaikkan harga, apabila perusahaan yang lain menaikkan harga dari produk yang mereka jual. Karena apabila mereka tidak ikut menaikkan hrga maka mareka akan mendapat tambahan pelanggan dari perusahaan pertama yang telah menaikkan harga tersebut.

 Kartel adalah kesepakatan diantara produsen-produsen yang independen untuk mengkoordinasi keputusan mereka, sehingga masing-masing dari anggota kartel dapat memperoleh keuntungan monopoli.

 Beberapa factor yang menyebabkan kegagalan kartel adalah sebagai berikut : 1. Masing-masing perusahaan memiliki dorongan yang kuat untuk

(17)

2. Anggota kartel biasanya akan berselisih pendapat mengenai kesepakatan kartel yang di inginkan terutama mengenai jumlah output, harga, pembagian pangsa pasar dan pembagian keuntungan.

3. Ancaman dari pemain-pemain baru karena keuntungan yang di peroleh oleh anggota kartel .

 Kartel dalam prakteknya ada dalam beberapa macam bentuk, yaitu kartel dengan tujuan memaksimumkan keuntungan pasar ( industry profit maximization cartel ) dan kartel dengan tujuan membagi pasar ( the sharing of the market cartel ).

3.2 SARAN

Dalam pasar oligopoly, seharusnya antar perusahaan yang tergabung dapat bekerja sama dengan baik dalam menentukan harga jual produk, tempat atapun adanya kebebasan untuk perusahaan lain yang ingin bergabung guna pencapaian keuntungan maksimum. Serta meningkatkan kegiatan iklan atau promosi produk yang dijualnya secara lebih aktif guna menarik pembeli baru dam mempertahankan pembeli lama. Sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan karena keberadaan pasar ini.

Untuk menghindari kegagalan kartel, para perusahaan yang tergabung dalam anggota kartel baik perusahaan lama maupun perusahaan baru yang akan bergabung harusnya mempunyai kesepakatan atau komitmen mengenai jumlah output, harga, pembagian pangsa pasar dan pembagian keuntungan yang telah dibuat, sehingga pelanggaran – pelanggaran kartel ini dapat dicegah.

DAFTAR PUSTAKA

Fathorrazy M., Saleh M., 2005, Buku Ajar Pengantar Ekonomi Mikro, Fakultas Ekonomi Universitas Jember:Jember

Sudarman Ari,1999,Teori Ekonomi Mikro Jilid II, Universitas Gajah Mada:Yogyakarta

(18)

Referensi

Dokumen terkait