• Tidak ada hasil yang ditemukan

perda 2009 8 ttg lembaga kemasyarakatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "perda 2009 8 ttg lembaga kemasyarakatan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2009

TENTANG

PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GROBOGAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 97 ayat (1)

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa jo. Pasal 22

ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan

perlu mengatur pembentukan lembaga kemasyarakatan di desa /

kelurahan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu

membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan tentang

Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan di Desa / Kelurahan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4389);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

(2)

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126 Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten Kota (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4737);

8. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,

Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;

9. Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 6 Tahun 2008 tentang

Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah

Kabupaten Grobogan (Lembaran Daerah Kabupaten Grobogan Tahun

2008 Nomor 4 Seri E).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN GROBOGAN

dan

BUPATI GROBOGAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN TENTANG

PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI

(3)

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Grobogan.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Bupati adalah Bupati Grobogan.

4. Camat adalah Kepala Kecamatan di Daerah.

5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat

setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berada di Daerah.

6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan asal usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan

dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

yang berada di Daerah.

7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai

unsur penyelenggara Pemerintahan Desa yang berada di Daerah.

8. Badan Permusyawaratan Desa, selanjutnya disingkat BPD, adalah

lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan desa yang berada di Daerah.

9. Lembaga Kemasyarakatan di desa / kelurahan adalah lembaga yang

dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan

mitra pemerintah desa dan Lurah dalam memberdayakan masyarakat

10. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan yang selanjutnya disingkat LPMD / K adalah lembaga kemasyarakatan yang dibentuk warga desa/kelurahan yang bersangkutan untuk membantu Pemerintah Desa/Kelurahan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta menumbuhkembangkan swadaya masyarakat dalam pembangunan.

(4)

12. Rukun Tetangga vang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga kernasyarakatan yang dibentuk warga setempat, untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan, membantu meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di desa / kelurahan, dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan.

13. Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga yang

selanjutnya disingkat Gerakan PKK adalah gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengelolaannya dari oleh dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat, sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan.

14. Karang Taruna adalah lembaga kemasyarakatan yang merupakan wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan rasa tanggungjawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/Kelurahan atau komunitas adat sederajat dan terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Maksud pembentukan Lembaga Kemasyarakatan adalah :

a. Untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kegotongroyongan, menumbuhkembangkan peran serta masyarakat secara optimal guna membantu kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan, serta kehidupan beragama secara lebih berdaya guna dan berhasil guna untuk menunjang kesatuan dan persatuan bangsa.

b. Untuk membantu pemerintah dalam rangka meningkatkan

pemberdayaan masyarakat.

Pasal 3

Tujuan pembentukan Lembaga Kemasyarakatan adalah untuk

meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan, membantu

kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, bernegara dan bermasyarakat

serta dalam upaya menciptakan kondisi dinamis untuk pemberdayaan

(5)

BAB III

PEMBENTUKAN

Pasal 4

(1) Di Desa dan Kelurahan dapat dibentuk Lembaga Kemasyarakatan

sesuai kebutuhan.

(2) Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dibentuk atas prakarsa masyarakat dan / atau atas prakarsa

masyarakat yang difasilitasi pemerintah atau pemerintah daerah

melalui musyawarah dan mufakat.

(3) Pembentukan lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) di Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa.

(4) Pembentukan lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) di Kelurahan ditetapkan dengan Keputusan Lurah.

BAB IV

TUGAS DAN FUNGSI LEMBAGA KEMASYARAKATAN

DESA/KELURAHAN

Pasal 5

(1) Lembaga Kemasyarakatan Desa / Kelurahan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 ayat (1) mempunyai tugas membantu pemerintah desa /

kelurahan dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat

desa / kelurahan.

(2) Tugas Lembaga Kemasyarakatan Desa / Kelurahan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. menyusun rencana pembangunan secara partisipatif;

b. melaksanakan, mengendalikan, mamanfaatkan, memelihara dan

mengembangkan pembangunan secara partisipatif;

c. menggerakkan dan mengembangkan partisipasi gotong royong dan

swadaya masyarakat; dan

d. menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka

pemberdayaan masyarakat.

Pasal 6

(1) Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 mempunyai fungsi :

a. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam

(6)

b. penanaman serta pemupukan rasa persatuan dan kesatuan

masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan

Republik Indonesia;

c. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada

masyarakat;

d. penyusunan rencana, pelaksana, pengendali, pelestarian dan

pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif;

e. penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi serta

swadaya gotong royong masyarakat;

f. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga; dan

g. pemberdayaan hak politik masyarakat.

(2) Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 mempunyai fungsi:

a. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat;

b. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan

masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan

Republik Indonesia;

c. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada

masyarakat;

d. penyusunan rencana, pelaksana, dan pengelola pembangunan

serta pemanfaat, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil

pembangunan secara partisipatif;

e. penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa dan partisipasi,

serta swadaya gotong royong masyarakat;

f. penggalian, pendayagunaan dan pengembangan potensi

sumberdaya serta keserasian lingkungan hidup;

g. pengembangan kreatifitas guna pencegahan kenakalan, dan

penyalahgunaan obat terlarang (narkoba) bagi remaja;

h. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga;

i. pemberdayaan dan perlindungan hak politik masyarakat; dan

j. pendukungan media komunikasi, informasi, sosialisasi antara

pemerintah kelurahan dan masyarakat.

Pasal 7

Kegiatan Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

4 ayat (1) ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui :

a. peningkatan pelayanan masyarakat;

(7)

c. pengembangan kemitraan;

d. pemberdayaan masyarakat; dan

e. pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi

masyarakat setempat.

Pasal 8

Lembaga Kemasyarakatan dalam melaksanakan tugas dan fungsi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 dibantu Kader

Pemberdayaan Masyarakat.

BAB V

JENIS, KEPENGURUSAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN

TATA CARA PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Pasal 9

Jenis Lembaga Kemasyarakatan yang dibentuk di desa/kelurahan adalah :

a. Rukun Tetangga (RT);

b. Rukun Warga (RW);

c. Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK);

d. Karang Taruna;

e. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (LPMD/K); dan

f. Lembaga Kemasyarakatan lainnya.

Pasal 10

(1) Pengurus lembaga kemasyarakatan harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut :

a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

c. dapat membaca dan menulis serta berbahasa Indonesia;

d. berumur sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun atau

sudah pernah menikah kecuali bagi Pengurus Karang Taruna;

e. telah bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan

dengan tidak terputus-putus di Desa/Kelurahan setempat; dan

f. bukan Perangkat Desa/Kelurahan setempat.

(2) Selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) pengurus Lembaga Kemasyarakatan dilarang merangkap jabatan

(8)

(3) Masa bakti kepengurusan Lembaga Kemasyarakatan di desa selama 5

(lima) tahun terhitung sejak pengangkatan dan dapat dipilih kembali

untuk periode berikutnya.

(4) Masa bakti kepengurusan Lembaga Kemasyarakatan di kelurahan

selama 3 (tiga) tahun terhitung sejak pengangkatan dan dapat dipilih

kembali untuk periode berikutnya.

Bagian Pertama

Rukun Tetangga

Pasal 11

(1) RT dibentuk dari penduduk Desa/Kelurahan setempat

sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Kepala Keluarga dan sebanyak-banyaknya

60 (enam puluh) Kepala Keluarga.

(2) Pembentukan RT dilakukan oleh warga setempat yang dihadiri oleh

Lurah/Kepala Desa atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 12

Susunan pengurus RT terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan

beberapa seksi sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 13

(1) Pengurus RT berasal dari warga RT setempat yang dipilih atau

dimusyawarahkan sesuai dengan kehendak warga setempat dan

dituangkan dalam Berita Acara.

(2) Hasil pemilihan atau permusyawaratan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diusulkan kepada Camat melalui Lurah/Kepala Desa untuk

mendapatkan penetapan.

Bagian Kedua

Rukun Warga

Pasal 14

(1) RW dibentuk dari sekurang-kurangnya 2 (dua) RT setempat.

(2) Pembentukan RW dilakukan oleh warga setempat yang dihadiri oleh

Lurah/Kepala Desa atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 15

(1) Pengurus RW berasal dari warga RW setempat yang dipilih atau

dimusyawaratkan sesuai dengan kehendak warga setempat dan

(9)

(2) Hasil pemilihan atau permusyawaratan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diusulkan kepada Camat melalui Lurah/Kepala Desa untuk

mendapatkan penetapan.

Pasal 16

Susunan pengurus RW terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan

beberapa seksi sesuai kebutuhan.

Bagian Ketiga

Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga

Pasal 17

(1) Di desa/kelurahan dapat dibentuk Tim Penggerak Pemberdayaan

Kesejahteraan Keluarga (TP PKK).

(2) TP PKK dibentuk secara benjenjang sesuai dengan tingkatannya yaitu

tingkat RT, RW dan tingkat Desa/Kelurahan.

Pasal 18

Susunan pengurus TP PKK terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan

beberapa kelompok kerja sesuai kebutuhan.

Pasal 19

Mekanisme dan tatacara pembentukan pengurus TP PKK tunduk pada

ketentuan yang mengatur tentang TP PKK.

Bagian Keempat

Karang Taruna

Pasal 20

(1) Di desa/kelurahan dapat dibentuk Karang Taruna.

(2) Karang Taruna dapat dibentuk secara benjenjang sesuai dengan

tingkatannya yaitu tingkat RT, RW dan tingkat Desa/Kelurahan.

(3) Pemberian nama Karang Taruna dapat disesuaikan dengan

karakteristik dan jenjang berdasarkan musyawarah anggota karang

taruna.

Pasal 21

Susunan pengurus Karang Taruna terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara

(10)

Pasal 22

(1) Anggota Karang Taruna adalah warga setempat yang berusia paling rendah 15 (lima belas) tahun dan paling tinggi 40 (empat puluh) tahun. (2) Pengurus Karang Taruna dipilih atau dimusyawarahkan oleh

anggotanya.

(3) Hasil pemilihan atau permusyawaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diusulkan kepada Lurah/Kepala Desa untuk mendapatkan penetapan.

Bagian Kelima

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa / Kelurahan

Pasal 23

(1) LPMD/K dibentuk di tingkat desa/kelurahan.

(2) Pembentukan LPMD di desa dilaksanakan oleh Kepala Desa setelah

mendapatkan persetujuan BPD.

(3) Pembentukan LPMK di kelurahan dilaksanakan oleh Lurah setelah

mendapatkan persetujuan Camat.

Pasal 24

(1) Susunan pengurus LPMD/K terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 2 (dua) orang Wakil Ketua, 1 (satu) orang Sekretaris, 1 (satu) orang Bendahara dan Seksi-seksi sesuai kebutuhan.

(2) Pengurus LPMD/K dipilih atau dimusyawarahkan oleh warga

desa/kelurahan setempat.

(3) Hasil pemilihan atau permusyawaratan LPMD/K sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diusulkan oleh Kepala Desa/Lurah kepada Camat untuk mendapatkan penetapan.

Bagian Keenam

Lembaga Kemasyarakatan Lainnya

Pasal 25

Susunan dan pengisian pengurus serta tata cara pembentukan lembaga kemasyarakatan lainnya tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Ketujuh

Tugas Dan Fungsi Lembaga Kemasyarakatan

Pasal 26

(1) RT / RW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a dan huruf b

mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan Lurah dalam

(11)

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimakud ayat (1) RT/RW

mempunyai fungsi :

a. Pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi

pemerintahan lainnya;

b. Pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar

warga;

c. Pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan

mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat ; dan

d. Penggerak swadaya gotong-royong dan partisipasi masyarakat di

wilayahnya.

Pasal 27

(1) TP PKK Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf

c mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa/Lurah dan

merupakan mitra dalam pemberdayaan dan peningkatan

kesejahteraan keluarga.

(2) Tugas TP PKK Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi :

a. menyusun rencana kerja PKK Desa/Kelurahan, sesuai dengan

hasil Rakerda Kabupaten;

b. melaksanakan kegiatan sesuai jadwal yang disepakati;

c. menyuluh dan menggerakkan kelompok-kelompok PKK

Dusun/Lingkungan, RW, RT dan dasa wisma agar dapat

mewujudkan kegiatan-kegiatan yang telah disusun dan disepakati;

d. menggali, menggerakan dan mengembangkan potensi

masyarakat, khususnya keluarga untuk meningkatkan

kesejahteraan keluarga sesuai dengan kebijaksanaan yang telah

ditetapkan;

e. melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada keluarga-keluarga

yang mencakup kegiatan bimbingan dan motivasi dalam upaya

mencapai keluarga sejahtera;

f. mengadakan pembinaan dan bimbingan mengenai pelaksanaan

program kerja;

g. berpartisipasi dalam pelaksanaan program instansi yang berkaitan

dengan kesejahteraan keluarga di desa/kelurahan;

h. membuat laporan hasil kegiatan kepada TP PKK Kecamatan

dengan tembusan kepada Ketua Dewan Penyantun TP PKK

setempat;

(12)

j. mengadakan konsultasi dengan Ketua Dewan Penyantun TP PKK

setempat.

Pasal 28

TP PKK Desa/Kelurahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 27 mempunyai fungsi:

a. penyuluh dan penggerak masyarakat agar mau dan mampu

melaksanakan program PKK; dan

b. fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali, pembina dan pembimbing

Gerakan PKK.

Pasal 29

Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d mempunyai

tugas menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial terutama

yang dihadapi generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif,

maupun pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya.

Pasal 30

Karang Taruna dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 29 mempunyai fungsi:

a. penyelenggara usaha kesejahteraan sosial;

b. penyelenggara pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat;

c. penyelenggara pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda di

lingkungannya secara komprehensif, terpadu dan terarah serta

berkesinambungan;

d. penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi

generasi muda di lingkungannya;

e. penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran

tanggung jawab sosial generasi muda;

f. penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa

kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai

kearifan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia;

g. pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan

tanggung jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis

produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala

sumber dan potensi kesejahteraan sosial di lingkungannya secara

swadaya;

h. pendampingan dan advokasi sosial bagi penyandang masalah

kesejahteraan sosial;

i. penguatan sistem jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan

(13)

j. penyelenggara usaha-usaha pencegahan permasalahan sosial yang

aktual;

k. pengembangan kreatifitas remaja, pencegahan kenakalan,

penyalahgunaan obat terlarang (narkoba) bagi remaja; dan

I. penanggulangan masalah-masalah sosial, baik secara preventif,

rehabilitatif dalam rangka pencegahan kenakalan remaja,

penyalahgunaan obat terlarang (narkoba) bagi remaja.

Pasal 31

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa atau Kelurahan (LPMD/K)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf e mempunyai tugas menyusun

rencana pembangunan secara partisipatif, menggerakkan swadaya gotong

royong masyarakat, melaksanakan dan mengendalikan pembangunan.

Pasal 32

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa atau Kelurahan (LPMD/K)

dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31

mempunyai fungsi:

a. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam

pembangunan;

b. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat

dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia;

c. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada

masyarakat;

d. penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan

hasil-hasil pembangunan secara partisipatif;

e. penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi, serta

swadaya gotong royong masyarakat; dan

f. penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya

alam serta keserasian lingkungan hidup.

Pasal 33

Lembaga kemasyarakatan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

huruf f, mempunyai tugas dan fungsi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI

HUBUNGAN KERJA

Pasal 34

(1) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Desa dengan pemerintahan

(14)

(2) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Desa dengan Lembaga

Kemasyarakatan lainnya di desa bersifat koordinatif dan konsultatif.

(3) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Desa dengan pihak ketiga di

desa bersifat kemitraan.

Pasal 35

(1) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan dengan

kelurahan bersifat konsultatif dan koordinatif.

(2) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan dengan Lembaga

Kemasyarakatan lainnya di Kelurahan bersifat koordinatif dan konsultatif.

(3) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan dengan pihak

ketiga di kelurahan bersifat kemitraan.

BAB VII

WEWENANG, HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 36

Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dirnaksud dalam Pasal 4 ayat (1)

berwenang :

a. menyerap dan menyalurkan aspirasi masyarakat;

b. melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan upaya

pemberdayaan masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku;dan

c. melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka meningkatkan peran-serta

masyarakat dalam pembangunan.

Pasal 37

Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)

mempunyai hak :

a. menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah Desa/

Kelurahan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kelancaran

tugas pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan kemasyarakatan;

dan

b. membantu terciptanya kehidupan yang dinamis dalam iklim yang sejuk,

(15)

Pasal 38

Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)

mempunyai kewajiban :

a. membina kerukunan hidup dan kegotong-royongan warga;

b. melaksanakan keputusan musyawarah anggota;

c. melaporkan hal-hal yang terjadi di masyarakat yang dianggap perlu

kepada Kepala Desa/Lurah untuk mendapatkan penyelesaian;

d. ikut serta meningkatkan kesejahteraan warga; dan

e. membantu merencanakan dan melaksanakan pembangunan di

desa/kelurahan yang bersangkutan.

BAB VIII

PEMBINAAN DAN PENDANAAN

Pasal 39

Pemerintah Daerah dan Camat wajib membina dan mengawasi Lembaga

Kemasyarakatan.

Pasal 40

Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 39 meliputi :

a. memberikan pedoman teknis pelaksanaan dan pengembangan Lembaga Kemasyarakatan;

b. memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;

c. menetapkan bantuan pembiayaan alokasi dana untuk pembinaan dan

pengembangan Lembaga Kemasyarakatan;

d. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan serta

pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan;

e. melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Lembaga

Kemasyarakatan; dan

f. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Lembaga

Kemasyarakatan;

g. memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan Lembaga

Kemasyarakatan.

Pasal 41

Pembinaan dan Pengawasan Camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39

(16)

a. memfasilitasi penyusunan Peraturan Desa yang berkaitan dengan

Lembaga Kemasyarakatan;

b. memfasilitasi pelaksanaan tugas, fungsi dan kewajiban Lembaga

Kemasyarakatan;

c. memfasilitasi penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;

d. memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat;

e. memfasilitasi kerjasama antar Lembaga Kemasyarakatan dan kerjasama

Lembaga Kemasyarakatan dengan pihak ketiga;

f. memfasilitasi bantuan teknis dan pendampingan kepada Lembaga

Kemasyarakatan; dan

g. memfasilitasi koordinasi unit kerja pemerintahan dalam pengembangan

Lembaga Kemasyarakatan.

Pasal 42

Pendanaan Lembaga Kemasyarakatan Desa bersumber dari :

a. Swadaya masyarakat;

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Grobogan;

d. Bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan/atau

Pemerintah Daerah; dan

e. Bantuan lain yang sah dan tidak mengikat.

Pasal 43

Pendanaan Lembaga Kemasyarakatan kelurahan bersumber dari :

a. swadaya masyarakat;

b. bantuan dari Anggaran Pemerintah Kelurahan; dan

c. bantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah; dan

d. bantuan lain yang sah dan tidak mengikat.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 44

Paling lambat 1 (satu) tahun sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini

lembaga kemasyarakatan yang telah ada harus disesuaikan dengan

(17)

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 45

Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah

Kabupaten Grobogan Nomor 10 Tahun 2000 tentang Pembentukan

Lembaga Kemasyarakatan di Desa / Kelurahan (Lembaran Daerah

Kabupaten Grobogan Tahun 2000 Nomor 7 Seri D) sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 13 Tahun

2003 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan

Nomor 10 Tahun 2000 tentang Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan di

Desa / Kelurahan (Lembaran Daerah Kabupaten Grobogan Tahun 2003

Nomor 3 Seri D) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 46

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai

teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 47

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten

Grobogan

Ditetapkan di Purwodadi.

pada tanggal 16 Pebruari 2008

BUPATI GROBOGAN,

BAMBANG PUDJIONO Diundangkan di Purwodadi

pada tanggal 16 Pebruari 2009

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN GROBOGAN,

SUTOMO HERU PRIANTO

(18)

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2009

TENTANG

PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN

I. PENJELASAN UMUM

Sehubungan dengan telah diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

tentang Desa juncto Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang

Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan, maka perlu dilakukan penyusunan

kembali terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan yang mengatur tentang

Pembentukan Lembaga Kemasyarakatn Di Desa / Kelurahan.

Jenis – jenis Lembaga Kemasyarakatan yang dibentuk di desa/kelurahan adalah Rukun

Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan

Keluarga (TP PKK), Karang Taruna, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Desa/Kelurahan (LPMD/K) dan Lembaga Kemasyarakatan lainnya. Lembaga

Kemasyarakatan di Desa/Kelurahan dibentuk atas prakarsa masyarakat dan / atau atas

prakarsa masyarakat yang difasilitasi pemerintan atau pemerintah daerah melalui

musyawarah dan mufakat.

Arti penting Lembaga Kemasyarakatan bagi masyarakat adalah melalui lembaga

kemasyarakatan tersebut, masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif dalam

pembangunan serta penyelenggaraan pemerintahan pada wilayah desa/kelurahan yang

bersangkutan. Hal ini disebabkan karena antara Lembaga Kemasarakatan Desa dengan

Pemerintahan Desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif. Sedangkan pada

tingkat kelurahan hubungan antara Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan dengan

Pemerntahan Kelurahan bersifat koordinatif dan konsultatif.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

(19)

Pasal 2

Pejabat yang ditunjuk adalah Pejabat yang ditunjuk oleh Lurah/Kepala Desa.

(20)
(21)

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Referensi

Dokumen terkait

Dibandingkan dengan memori jangka pendek, memori jangka panjang memiliki kapasitas yang lebih besar, waktu akses yang lebih lambat, serta proses hilangnya informasi lebih

Berkaitan dengan massa yang keluar dan masuk, beberapa studi dalam hal pengaruh produksi (massa keluar) dan injeksi (massa masuk) seperti (Lippmann ett all, 1977) yang

Tahapan kedua meliputi: perhitungan biaya pembebanan (overhead costing) pada tiap aktivitas, dan tahap ketiga menghitung dan membandingkan biaya produksi dengan menggunakan

زتللإاو لمع لامعل ةضورفلما تاولصلا ةدابع فى ما سيروسيسأ اهارنج جنوجأ ىراس ةكرشلا (SAGA) ملعلا ثحبلا .جنوجأ جنولوت وترناع ،ى جنوجأ جنولوت

Erland Hamzah, S.Kom, M.Ikom MP.. Gunadi, Drs,

Sebagian besar siswa beranggapan bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sangat sulit dan rumit, fakta yang ada bahwa sedikit sekali siswa yang menyukai

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, tak lupa shalawat dan salam tercurahkan kepada

Hal ini sejalan dengan penelitian Soleman (2007) yang menguji pengaruh ketaatan pada peraturan perundangan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah,