• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2011 - 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2011 - 2015"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Bab III

ISU-ISU STRATEGIS

A. ANALISIS SWOT

Analisis SWOT pada prinsipnya yaitu merupakan suatu analisis

untuk menilai kondisi atau kemampuan suatu organisasi, dengan

mengidentifikasi pengaruh faktor lingkungan eksternal dan internal

organisasi dengan logika. Hal ini dilakukan dengan memaksimalkan

faktor kekuatan dan memanfaatkan peluang serta sekaligus secara

bersamaan berupaya untuk meminimalkan kelemahan dan ancaman. Di

bawah ini akan dipaparkan tentang deskripsi analisis peluang, ancaman,

kekuatan, dan kelemahan.

1. Peluang dan Ancaman Eksternal a) Peluang

Definisi Peluang adalah beberapa dimensi eksternal yang dapat

menumbuhkan dan menyediakan suatu situasi yang kondusif,

sehingga dapat menjadi peluang bagi suatu organisasi.

Peluang yang dimiliki oleh organisasi BAPPEDA Kabupaten

Ponorogo adalah :

1) Perekonomian masyarakat yang potensial dan didukung

dengan keberhasilan pembangunan di berbagai sektor.

2) Kerjasama yang baik dengan Lembaga Swadaya Masyarakat,

Institusi Perguruan Tinggi, Pihak Swasta, dari Kabupaten

Ponorogo maupun luar daerah.

3) Adanya partisipasi masyarakat di era reformasi yang semakin

tinggi dengan didukung adanya transparansi pelaksanaan

(2)

4) Adanya kejelasan dasar hukum terhadap tugas-tugas dan

kewenangan BAPPEDA.

5) Komitmen Bupati Ponorogo yang kuat terhadap pemberdayaan

BAPPEDA dapat membantu kelancaran dalam merencanakan

pembangunan di Kabupaten Ponorogo.

b) Ancaman

Beberapa aspek eksternal yang dapat menjadi ancaman adalah

sebagai berikut:

1) Akurasi dan ketersediaan data dan informasi yang kurang.

2) Kurangnya pemahaman sumber daya manusia terhadap

mekanisme perencanaan.

3) Terbatasnya anggaran dari Pemerintah Pusat, Pemerintah

Provinsi Jawa Timur maupun Pemerintah Kabupaten Ponorogo.

4) Kondisi perubahan alam yang kurang menentu dengan adanya

pemanasan global (global warming), perubahan cuaca yang

tidak menentu, bencana alam, secara langsung maupun tidak

langsung juga berdampak pada kondisi alam di Kabupaten

Ponorogo.

5) Belum adanya standarisasi kualitas perencanaan.

2 Kekuatan dan Kelemahan Internal a. Kekuatan

Beberapa kondisi internal yang dapat menjadi kekuatan BAPPEDA

Kabupaten Ponorogo adalah :

1) Kejelasan Visi dan Misi. Dengan telah tersusunnya visi dan misi

Organisasi BAPPEDA Kabupaten Ponorogo secara jelas dapat

merupakan suatu kekuatan dalam proses meningkatkan kinerja

(3)

2) Kualitas Sumber Daya Manusia yang cukup memadai. Hal ini

juga didukung oleh jumlah staf yang relatif memadai serta

kualifikasi pegawai yang relatif cukup, baik pejabat struktural

maupun staf yang sebagian besar telah mengikuti berbagai

jenis Diklat yang berhubungan dengan peningkatan

kemampuan/ kompetensi perencana.

3) Ketersediaan sarana dan prasarana operasional kantor

BAPEDA Kabupaten Ponorogo yang relatif lengkap.

4) Proses perencanaan yang tepat waktu, BAPPEDA Kabupaten

Ponorogo dalam proses perencanaan harus dapat

memprediksikan situasi dan kondisi di masa mendatang dengan

tepat yang disesuaikan dengan kemampuan sumber daya yang

ada termasuk memprediksikan alternatif sebagai antisipasi

terhadap segala perubahan, sehingga proses perencanaan dan

implementasinya tidak terpaut jauh dan dapat berjalan sesuai

tujuan yang telah ditentukan.

5) Proses koordinasi baik ke luar maupun ke dalam yang

dilakukan oleh BAPPEDA Kabupaten Ponorogo relatif cukup

baik. Kegiatan koordinasi relatif sudah terjadual dan terprogram

pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan proses-proses

perencanaan.

a. Kelemahan

Beberapa kondisi internal yang menjadi kelemahan BAPPEDA

Kabupaten Ponorogo adalah :

1) Sistem penempatan atau mutasi pegawai yang ditentukan

secara terpusat oleh Badan Pertimbangan Jabatan dan

Kepangkatan (Baperjakat) dapat menjadi kelemahan dalam

(4)

secara logis BAPPEDA sendirilah yang mengetahui kualifikasi

pegawai yang dibutuhkan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2) Disiplin dan Inisiatif pegawai yang kurang merupakan lemahnya

pembinaan terhadap pegawai dan kurang tegasnya

pelaksanaan hukuman terhadap pelanggaran disiplin pegawai.

3) Proses implementasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang

kurang optimal, pada tahap pelaksanaan, apabila dilihat dari

kualitas hasil akhir kerjanya secara teknis masih jauh dari

harapan, kebanyakan hanya bekerja memenuhi tuntutan dapat

dipertanggung-jawabkan secara administratif.

4) Proses pengawasan masih dirasakan kurang optimal baik

pengawasan fungsional maupun struktural. Hal ini menjadikan

kelemahan dalam mengoptimalkan proses perencanaan

Pembangunan di BAPPEDA.

5) Evaluasi yang dilaksanakan kurang optimal dan hanya

memenuhi rutinitas terhadap proses manajemen suatu

organisasi tanpa adanya tindak lanjut ataupun perbaikan yang

konkrit dan sekedar suatu pemenuhan tugas pelaporan,

sehingga hal ini dapat mempengaruhi prose perencanaan

berikutnya.

Untuk lebih memperjelas, Analisis Strategis Lingkungan Eksternal

(External Strategic Factors Analysis Summary / EFAS) dan Analisis Strategis Lingkungan Internal (Internal Strategic Factors Analysis

Summary / IFAS), akan divisualisasikan dalam bentuk matriks sebagai

(5)

Tabel 4

Matriks Ringkasan SWOT Faktor Lingkungan Strategis BAPPEDA Kabupaten Ponorogo

Aspek Lingkungan S W O T

A. Eksternal

Perekonomian masyarakat yang potensial Kerjasama dengan LSM, dll yang baik Dinamika partisipasi masyarakat Adanya kejelasan dasar hukum

Komitmen Bupati terhadap pemberdayaan BAPPEDA

Akurasi data dan Informasi yang kurang Pemahaman mekanisme perencanaan

kurang

Terbatasnya anggaran

Kondisi perubahan alam yang kurang menentu

Belum adanya standarisasi kualitas perencanaan

B. Internal

Kejelasan visi dan misi Kualitas SDM yang memadai

Sarana dan prasarana yang memadai Proses perencanaan yang tepat Proses koordinasi yang baik

Penempatan pegawai yang kurang akomodatif

Disiplin Pegawai Kurang Implementasi kurang optimal Pengawasan kurang optimal Evaluasi kurang optimal

V

Sumber : Hasil Analisis

B. ISU-ISU STRATEGIS

Setelah dilakukan penelusuran visi dan misi organisasi,

kemudian identifikasi terhadap kekuatan dan kelemahan internal, serta

(6)

isu strategis. Pengidentifikasian isu strategis pada umumnya dapat

dibangun dengan memaksimalkan kekuatan dan mengurangi kelemahan,

karena hanya aspek lingkungan internal saja yang dapat diintervensi. Hal

ini dilakukan agar dapat memanfaatkan peluang dan meminimalkan

ancaman.

1. Tinjauan Kritis Terhadap Aspek Kekuatan dan Kelemahan

Dengan memperhatikan begitu pentingnya kedudukan aspek

kekuatan dan kelemahan internal tersebut, maka untuk menjaga

akurasi aspek kekuatan dan kelemahan internal serta melihat tingkat

strategis tidaknya aspek kekuatan dan kelemahan internal itu, perlu

dilihat kembali determinasi aspek-aspek tersebut.

Dalam mencermati tingkat strategis kekuatan dan kelemahan

internal dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Pertama, untuk mengetahui kekuatan mana yang strategis ditentukan

dengan melihat apakah pemantapan kekuatan tersebut memerlukan

perencanaan strategis. Jika hal itu cukup dikelola dengan proses

perencanaan rutin, maka kekuatan itu tidak bernilai strategis.

Kedua, untuk mengetahui kelemahan mana yang strategis ditentukan

dengan melihat apakah kelemahan tersebut benar-benar merupakan

masalah inti (core problem). Jika itu semata-mata merupakan imbas

atau akibat dari masalah inti, maka kelemahan itu tidak strategis.

Selanjutnya dengan menggunakan pendekatan seperti tersebut

di atas, maka aspek kekuatan internal yang teridentifikasi sebagai

kekuatan yang strategis adalah : (1) Kejelasan visi dan misi

BAPPEDA, (2) Kualitas SDM yang relatif memadai, (3) Sarana dan

prasarana yang relatif memadai, (4) Proses perencanaan yang tepat,

(7)

Tetap dengan menggunakan pendekatan seperti di atas, untuk

aspek kelemahan internal terdapat kelemahan yang strategis yaitu: (1)

Penempatan pegawai yang kurang akomodatif, (2) Disiplin pegawai

kurang, (3) Implementasi kurang optimal, (4) Pengawasan kurang

optimal, dan (5) Evaluasi kurang optimal.

Sistem penempatan pegawai yang kurang akomodatif

merupakan kelemahan strategis karena kelemahan inilah yang

menjadi masalah inti dari penempatan pegawai yang tidak

memperlihatkan kebutuhan dalam organisasi BAPPEDA sehingga

berpengaruh kepada kinerja organisasi.

Pengawasan kurang optimal merupakan kelemahan strategis

karena kelemahan inilah yang menjadi masalah inti yang berakibat

pada proses pengawasan internal maupun eksternal tidak dapat

berjalan dengan baik dan maksimal.

2. Identifikasi Isu Strategis

Dalam proses identifikasi atau merumuskan suatu isu strategis,

umumnya dilakukan dengan :

a. Merumuskan dalam suatu pertanyaan / tantangan yang mungkin

dilakukan organisasi dan memilki lebih dari satu solusi;

b. Mengidentifikasi isu strategis, kemudian dikaitkan dengan mandat

dan misi organisasi, serta harus dikembangkan dengan analisis

SWOT dalam arti bagaimana memanfaatkan peluang, menghindari

kelemahan dan ancaman dengan menggunakan kekuatan;

c. Seberapa besar konsekuensi yang akan terjadi, jika isu gagal

(8)

Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan menggunakan kerangka

berpikir tersebut, terdapat beberapa isu strategis sebagai berikut :

Isu strategis SO

(Mengoptimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang)

1. Mengembangkan sistem informasi perencanaan pembangunan daerah.

Isu strategis ini muncul karena upaya mengoptimalkan

pemanfaatan kekuatan SDM serta didukung oleh sarana dan

prasarana yang relatif memadai, terutama sarana komputerisasi

dan gedung rapat yang representatif di BAPPEDA, diharapkan

akan dapat memanfaatkan peluang-peluang yang ada seperti :

perekonomian masyarakat yang potensial; kerjasama dengan LSM,

Perguruan Tinggi, Pihak Swasta yang baik; dinamika partisipasi

masyarakat; kejelasan dasar hukum dan komitmen Bupati terhadap

Pemberdayaan BAPPEDA. Kondisi tersebut dapat dimanfaatkan

dalam rangka menginformasikan proses pembangunan daerah

kepada publik dan menggali aspirasi masyarakat dalam proses

perencanaan pembangunan serta dalam rangka mengembangkan

sistem informasi perencanaan pembangunan daerah.

Dalam era keterbukaan sekarang ini, sistem informasi perencanaan

pembangunan daerah menjadi sangat penting dan dibutuhkan oleh

masyarakat. Hal ini disebabkan oleh keinginan masyarakat untuk

dapat ikut ambil bagian dalam proses pembangunan di daerahnya.

Selain itu, isu strategis ini juga sebagai salah satu wujud

penerapan nilai-nilai akuntabilitas kepada seluruh masyarakat

(9)

Isu strategis WO

(Meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang)

1. Meningkatkan sikap profesional sebagai Perencana Pembangunan untuk memanfaatkan dukungan dan partisipasi masyarakat yang

tinggi.

Isu strategis ini muncul karena SDM di Kantor BAPPEDA

Kabupaten Ponorogo dinilai cukup memadai, akan tetapi kurang

profesional dalam merencanakan pembangunan. Hal ini dapat

dilihat dari tingkat disiplin pegawai yang masih kurang. Kondisi

demikian akhirnya berakibat pada organisasi BAPPEDA tidak dapat

secara optimal memanfaatkan peluang komitmen Bupati terhadap

pemberdayaan BAPPEDA. Peluang tersebut sebenarnya dapat

dimanfaatkan secara optimal apabila Kantor BAPPEDA Kabupaten

Ponorogo dapat memanfaatkan SDM yang relatif sudah baik

tersebut secara profesional dengan lebih mengembangkan inisiatif

dan kreatifitas staf untuk diimprovisasikan ke dalam tupoksi

masing-masing yang sudah digariskan.

2. Meningkatkan mutu/kualitas produk Perencanaan Pembangunan Daerah.

Isu ini muncul karena mutu/kualitas produk/hasil perencanaan

pembangunan yang relatif lengkap belum diimplementasikan

dengan optimal. Hal ini disebabkan adanya kelemahan pada

proses implementasi, pengawasan dan evaluasi. Untuk mengatasi

kelemahan-kelemahan tersebut maka dapat memanfaatkan

(10)

Isu strategis ST

(Menggunakan kekuatan proses mengatasi ancaman)

1. Memanfaatkan proses koordinasi untuk meningkatkan kerjasama

dengan stakeholder perencanaan pembangunan daerah yang lain.

Isu strategis ini muncul karena BAPPEDA dalam menyusun

program dan kegiatan harus melalui proses dari bawah / aspirasi

masyarakat (Buttom Up) dan bersifat partisipatif dengan tetap

memperhatikan arahan dan prioritas program dari Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai wujud satu

kesatuan proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Hal

ini diperlukan guna memperoleh data yang akurat serta

memperoleh standarisasi kualitas perencanaan yang memadai.

2. Memanfaatkan kejelasan visi dan misi, untuk menghasilkan

perencanaan pembangunan daerah yang antisipatif.

Isu strategis ini muncul karena untuk mengatasi ancaman kondisi

perubahan alam yang tidak menentu dan terbatasnya anggaran,

maka perlu memanfaatkan kekuatan strategis yang ada yaitu

kejelasan visi dan misi BAPPEDA. Dengan adanya kejelasan visi

dan misi BAPPEDA akan dapat digunakan BAPPEDA sebagai

pandangan/proyeksi atau pedoman serta strategi dalam

melaksanakan program dan kegiatan yang sudah direncanakan

dengan penggunaan anggaran yang efisien dan akuntabel serta

mempersiapkan alternatif sebagai antisipasi apabila terjadi

(11)

Isu strategis WT

(Menekan kelemahan untuk menghindari ancaman)

1. Memperbaiki proses perencanaan, implementasi, pengawasan dan

evaluasi pembangunan daerah sesuai dengan standar kualitas

perencanaan.

Isu strategis ini muncul karena untuk menghindari

ancaman-ancaman yaitu akurasi data dan informasi yang kurang,

pemahaman terhadap mekanisme perencanaan yang kurang dan

belum adanya standarisasi kualitas perencanaan, maka dengan

mengetahui ancaman-ancaman tersebut dapat dilakukan suatu

tindakan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat

pada proses implementasi, pengawasan dan evaluasi perencanaan

pembangunan daerah sehingga diharapkan mampu memiliki

produk perencanaan yang berkualitas.

Untuk memperjelas isu strategis tersebut dapat divisualisasikan

(12)

Internal

v Proses Perencanaan yang tepat

v Proses Koordinasi yang relative baik

Weakness (W)

v Penempatan pegawai yang kurang akomodatif

v Disiplin Pegawai Kurang

v Implementasi kurang optimal

v Pengawasan kurang optimal

v Evaluasi kurang optimal

Opportunities (O) v Prekonomian

masyarakat yang potensial

v Kerjasama dengan LSM, PT, Swasta yang baik

v Dinamika Partisipasi Masyarakat

v Adanya kejelasan dasar hukum

v Komitmen Bupati terhadap Pemberdayaan BAPPEDA

Isu Strategis SO

1. Mengembangkan Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah.

Isu Strategis WO

1. Meningkatkan sikap profesional sebagai

v Pemahaman mekanisme perencanaan kurang

v Terbatasnya anggaran

v Situasi sosial politik yang tidak kondusif visi dan misi, untuk menghasilkan perencanaan

pembangunan daerah yang antisipatif.

Isu Strategis WT

1. Memperbaiki proses perencanaan,

(Sumber : Matrik Data Bappeda, 2010)

Dari matriks SWOT tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat

isu-isu strategis yang dapat digunakan BAPPEDA Kabupaten Ponorogo

dalam menyusun strategi. Isu-isu yang strategis tersebut adalah sebagai

(13)

1. Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam proses perencanaan

pembangunan daerah

2. Meningkatkan mutu/kualitas produk perencanaan pembangunan

daerah dengan dukungan kerjasama dari masyarakat, LSM dan pihak

swasta.

3. Mengembangkan sistem informasi perencanaan pembangunan

daerah.

4. Meningkatkan sikap profesional sebagai perencana pembangunan

daerah untuk memanfaatkan dukungan dan partisipasi masyarakat

yang tinggi.

5. Memperbaiki proses perencanaan, implementasi, pengawasan dan evaluasi perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan standar

kualitas perencanaan.

6. Meningkatkan koordinasi dengan semua pihak terkait dalam proses perencanaan, implementasi, pengawasan dan evaluasi.

7. Memanfaatkan kejelasan visi dan misi, untuk menghasilkan

Gambar

Tabel 4 Matriks Ringkasan SWOT Faktor Lingkungan Strategis BAPPEDA

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konteks kebijakan publik, replikasi adalah tindakan yang harus didorong agar suatu perubahan terjadi secara lebih meluas dan cepat. Replikasi juga dapat

Dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Sistem Pemesanan Kain Batik sudah dapat membantu admin, karyawan, dan pelanggan dalam melakukan transaksi

Substansi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan pertanian menjadi perumahan dilihat dari faktor

¾ Booking (kode_book, nama_pelanggan, nama_pic, tgl_kirim, judul, pembayar, dokumen, tgl_transmisi, waktu_mulai, waktu_selesai, asal, tujuan, video_standar,

Untuk itu, maka peneliti memberi ruang lingkup sebagai batasan masalah yang jelas untuk penelitian ini, yaitu hanya pada sistem praktik penerapan (implementasi)

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja menurut Manulang (2002) : 1) tingkat pendidikan atau keterampilan, para karyawan yang memiliki tingkat pendidikan

Hipotesis adalah suatu anggapan atau pernyataan yang mungkin benar atau mungkin tidak benar atas suatu populasi. 10 Hipotesis merupakan jawaban sementara

Di SMP Muhammadiyah 3 Jetis khususnya kelas VIIIa hasil belajar siswa sangat rendah, hal ini disebabkan guru dalam mengajar masih bersifat satu arah (teaching