BUPATI SIGI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 3 TAHUN 2013
TENTANG
BUPATI SIGI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 3 TAHUN 2013
TENTANG
IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SIGI,
Menimbang : a. bahwa dalam upaya mendorong tumbuh dan berkembangnya jasa konstruksi secara mantap, peningkatan keandalan dan daya saing jasa konstruksi, yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan efesiensi dan efektifitas penyelenggaraan pekerjaan konstruksi;
b. bahwa dalam rangka mewujudkan pembangunan daerah, jasa konstruksi mempunyai peranan strategis dalam perwujudan kegiatan di bidang ekonomi, sosial dan budaya dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat di daerah; c. bahwa badan usaha nasional yang
menyelenggarakan usaha jasa konstruksi wajib memiliki izin usaha yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah di tempat domisilinya;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Izin Usaha Jasa Konstruksi;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. UndangUndang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833);
atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. UndangUndang Nomor 27 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kabupaten Sigi di Provinsi Sulawesi Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4873);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3955) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 157);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3957);
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 04/PRT/M/2011 tentang Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 195);
8. Peraturan Daerah Kabupaten Sigi Nomor 3 Tahun 2010 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Sigi (Lembaran DaerahKabupaten Sigi Tahun 2010 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sigi Nomor 3).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SIGI dan
BUPATI SIGI
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI.
BAB I
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Sigi.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Sigi.
3. Bupati adalah Bupati Sigi.
4. Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi.
5. Usaha jasa konstruksi adalah usaha dalam layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan jasa konstruksi dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi.
6. Badan Usaha Jasa Konstruksi yang selanjutnya disingkat BUJK, adalah badan usaha yang kegiatan usahanya bergerak di bidang jasa jasa perencanaan, jasa pelaksanaan dan jasa pengawasan yang memiliki sertifikat keterampilan dan/atau keahlian sesuai dengan klasifikasi dan kualifikasi tenaga kerja konstruksi.
9. Sertifikat Badan Usaha yang selanjutnya disingkat SBU adalah tanda bukti pengakuan dalam penetapan klasifikasi dan kualifikasi atas kompetensi dan kemampuan usaha di bidang jasa konstruksi baik yang berbentuk orang perseorangan atau badan usaha, sebagai syarat diterbitkanya Izin Usaha Jasa Konstruksi.
10. Sertifikat Keahlian yang selanjutnya disingkat SKA adalah tanda bukti pengakuan atas kompetensi dan keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut disiplin keilmuan dan/atau kefungsian dan/atau keahlian tertentu.
11. Sertifikat Keterampilan yang selanjutnya disingkat SKT adalah tanda bukti pengakuan atas kompetensi dan kemampuan profesi
13. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masingmasing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
14. Perencana konstruksi adalah penyedia jasa orangperseorangan atau BUJK yang dinyatakan ahli dan profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan atau bentuk fisik lain.
16. Pengawas konstruksi adalah penyedia jasa orang perseorangan atau BUJK yang dinyatakan ahli dan profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.
17. Domisili adalah tempat pendirian dan/atau kedudukan/alamat badan usaha yang tetap dalam melakukan kegiatan usaha jasa konstruksi. 18. Sertifikat adalah :
a. tanda bukti pengakuan dalam penetapan klasifikasi dan kualifikasi atas kompetensi dan kemampuan usaha di bidang jasa konstruksi, baik yang berbentuk orang perseorangan atau badan usaha; atau
b. tanda bukti pengakuan atau kompetensi dan kemampuan profesi keterampilan kerja dan keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut disiplin keilmuan dan/atau keterampilan tertentu dan/atau kefungsian dan/atau keahlian tertentu.
19. Klasifikasi adalah bagian kegiatan registrasi untuk menetapkan penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi menurut bidang dan sub bidang pekerjaan atau penggolongan profesi keterampilan dan keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut disiplin keilmuan dan/atau keterampilan tertentu dan/atau kefungsian dan/atau keahlian masingmasing.
20. Kualifikasi adalah bagian kegiatan registrasi untuk menetapkan penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi menurut tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan usaha atau penggolongan profesi keterampilan dan keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan profesi dan keahlian.
21. Pembinaan adalah kegiatan pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan yang dilakukan pemerintah daerah bagi penyedia jasa, pengguna jasa dan masyarakat.
22. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi yang selanjutnya disingkat LPJK adalah Lembaga yang melaksanakan pengembangan jasa konstruksi.
BAB II
ASAS, MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2
Pemberian IUJK berlandaskan pada asas kejujuran dan keadilan, manfaat, keserasian, keseimbangan, kemandirian, keterbukaan, kemitraan, keamanan dan keselamatan demi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
Pasal 3
Maksud pemberian IUJK adalah untuk pengaturan pelaksanaan sesuai asas IUJK.
a. mewujudkan tertib pelaksanaan pemberian IUJK sesuai dengan persyaratan ketentuan Peraturan Perundangundangan guna menunjang terwujudnya iklim usaha yang baik;
b. mewujudkan kepastian keandalan penyedia jasa konstruksi demi melindungi kepentingan masyarakat;
c. mewujudkan peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumberdaya dalam pembangunan sarana dan prasarana fisik; dan d. mendukung penyediaan pelayanan dasar dan pencapaian target
standar pelayanan minimal di bidang jasa konstruksi.
BAB III
USAHA JASA KONSTRUKSI Pasal 5
(1) Usaha jasa konstruksi mencakup : a. jenis usaha;
b. bentuk usaha; dan
c. bidang usaha jasa konstruksi.
(2) Jenis usaha konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi jasa perencanaan, jasa pelaksanaan dan jasa pengawasan konstruksi.
(3) Bentuk usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi usaha orang perseorangan dan badan usaha.
(4) Bidang usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :
a. Bidang Usaha Perencanaan; b. Bidang Usaha Pelaksanaan; dan c. Bidang Usaha Pengawasan.
(5) Jasa perencanaan, jasa pelaksanaan dan jasa pengawasan konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan secara terintegrasi.
(6) Bidang usaha perencanaan dan pengawasan konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dan huruf c terdiri atas bidang usaha yang bersifat umum dan spesialis.
(7) Bidang usaha jasa pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b terdiri atas bidang usaha yang bersifat umum, spesialis dan keterampilan tertentu.
Pasal 6
(1) Untuk dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi, perencana konstruksi, pelaksana konstruksi dan pengawas konstruksi yang berbentuk badan usaha wajib memiliki IUJK.
(2) IUJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan klasifikasi dan kualifikasi usaha jasa konstruksi.
(3) Klasifikasi dan kualifikasi usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus sesuai dengan yang tercantum dalam SBU.
BAB IV
Bagian Kesatu
Prinsip Umum Pemberian IUJK Pasal 7
Prinsip pelaksanaan pemberian IUJK : a. mengedepankan pelayanan prima;
b. mencerminkan profesionalisme penyedia jasa; dan c. merupakan sarana pembinaan usaha jasa konstruksi.
Bagian Kedua
Wewenang Pemberian IUJK Pasal 8
(1)Bupati berdasarkan kewenangannya memberikan IUJK kepada BUJK yang telah memenuhi persyaratan.
(2)Bupati menunjuk instansi yang diberi kewenangan menangani perizinan untuk memberikan IUJK.
(3)Instansi yang diberi kewenangan menangani perizinan memberikan IUJK setelah mendapatkan pertimbangan/rekomendasi teknis dari unit kerja/instansi yang membidangi jasa konstruksi.
(4)Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan dalam bentuk surat rekomendasi.
(5)IUJK diberikan dalam bentuk sertifikat yang ditandatangani oleh instansi yang diberi kewenangan menangani perizinan atas nama Bupati
(6)Format Sertifikat IUJK sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tercantum dalam Lampiran 1a dan 1b yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup Berlaku IUJK Pasal 9
IUJK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (5) berlaku untuk melaksanakan kegiatan usaha jasa konstruksi di seluruh wilayah Republik Indonesia.
BAB V
PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IUJK Bagian Kesatu
Umum Pasal 10
(1) Instansi yang diberi kewenangan menangani perizinanmelakukan pelayanan IUJK berdasarkan permohonan secara tertulis dari BUJK.
(2) Jenis layanan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
c. perubahan data; dan/atau d. penutupan izin.
Bagian Kedua Persyaratan
Pasal 11
(1) Persyaratan permohonan izin baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a, meliputi :
a. mengisi formulir permohonan;
b. menyerahkan rekaman Akta Pendirian BUJK;
c. menyerahkan rekaman pengesahan kehakiman BUJK bagi BUJK yang berbentuk perseroan;
d. menyerahkan rekaman SBU yang masih berlaku dan telah diregistrasi LPJK;
e. menyerahkan rekaman Kartu PJTBU yang dilengkapi surat pernyataan pengikat diri SKA/SKT dengan Penanggungjawab Utama Badan Usaha;
f. menyerahkan rekaman SKA dan/atau SKT dari PJTBU yang telah diregistrasi oleh LPJK;
g. menyerahkan daftar riwayat hidup penanggungjawab badan usaha;
h. menyerahkan rekaman Kartu Tanda Penduduk penanggungjawab badan usaha;
i. menyerahkan rekaman Kartu Tanda Penduduk, Nomor Pokok Wajib Pajak, ijazah pendidikan formal, SKA, SKT tenaga ahli/terampil BUJK;
j. menyerahkan rekaman fiskal, Surat Izin Tempat Usaha, Izin Gangguan dan Izin Mendirikan Bangunan;
k. menyerahkan rekaman Kartu Tanda Anggota BUJK bila BUJK yang bersangkutan tergabung dalam asosiasi;
l. menyerahkan rekaman Surat Keterangan Domisili BUJK yang berlaku dan dileges desa/kelurahan;
c. menyerahkan rekaman SBU yang masih berlaku dan telah diregistrasi oleh LPJK;
e. menyerahkan rekaman SKA dan/atau SKT dari PJTBU yang telah diregistrasi oleh LPJK;
f. menyerahkan rekaman fiskal, Surat Izin Tempat Usaha, Izin Gangguan dan Izin Mendirikan Bangunan;
g. menyerahkan rekaman Kartu Tanda Penduduk, Nomor Pokok Wajib Pajak, ijazah pendidikan formal SKA, SKT tenaga ahli/terampil BUJK dalam hal terjadi pergantian pegawai;
h. membuat surat pernyataan tidak masuk dalam daftar hitam yang ditandatangani Penanggungjawab Utama Badan Usaha;
i. menyerahkan rekaman Surat Keterangan Domisili BUJK yang berlaku dan dileges desa/kelurahan;
j. menyerahkan rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak;
k. menyerahkan rekaman bukti telah menyelesaikan kewajiban pembayaran pajak atas kontrak yang diperoleh;
a. mengajukan perubahan data paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sebelum habis masa berlakunya;
b. mengisi formulir permohonan; c. menyerahkan rekaman:
1. Akta perubahan nama direksi/pengurus untuk perubahan data nama direksi/pengurus;
2. Surat Keterangan Domisili BUJK yang berlaku dan dilegalisir desa/kelurahanuntuk perubahan alamat BUJK;
(2) BUJK yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memperoleh Surat Keterangan Penutupan IUJK yang ditandatangani oleh instansi yang diberi kewenangan menangani perizinan.
(3) Format formulir permohonan penutupan izin sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini
(4) Format Surat Keterangan Penutupan IUJK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran 2 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 15
Pada saat mengajukan proses permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12 dan Pasal 13, pemohon wajib menunjukan dokumen asli kecuali ketentuan dalam Pasal 12 ayat (1) huruf k dan ketentuan dalam Pasal 13 ayat (1) huruf d.
Pasal 16
(1) BUJK cabang atau perwakilan yang beroperasi di wilayah kabupaten wajib memiliki klasifikasi dan kualifikasi usaha yang sesuai dengan klasifikasi dan kualifikasi usaha yang dimiliki oleh kantor pusatnya.
(2) BUJK cabang atau perwakilan wajib memiliki rekaman IUJK yang telah dilegalisasi oleh instansi yang diberi kewenangan menangani perizinan di wilayah BUJK induk berdomisili.
Pasal 17
(1) BUJK yang mengajukan permohonan IUJK wajib memiliki PJTBU. (2) PJTBU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki Kartu
Penanggung Jawab Teknik yang diberikan oleh LPJK.
(3) Persyaratan permohonan Kartu Penanggung Jawab Teknik meliputi : a. menyerahkan rekaman kontrak kerja sebagai pegawai tetap yang
ditandatangani oleh penanggung jawab utama badan usaha dan telah dilegalisir;
b. menyerahkan daftar riwayat pekerjaan;
c. menyerahkan rekaman Kartu Tanda Penduduk;
d. menyerahkan rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak; dan
e. menyerahkan rekaman Surat Keterangan Pemberdayaan Penanggung Jawab Teknik.
(4) Tenaga teknik dan/atau tenaga ahli yang berstatus tenaga tetap pada suatu badan usaha, dilarang merangkap sebagai tenaga tetap pada usaha orang perseorangan atau badan usaha lainnya di bidang jasa konstruksi yang sama.
(5) Tenaga teknik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus berdomisili di wilayah kabupaten dimana badan usaha berdomisili atau kabupaten yang berdekatan yang dapat dijangkau dengan mudah. (6) Format Kartu PJTBU sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum
Bagian Ketiga
Tata Cara Pemberian IUJK Pasal 18
(1) Instansi yang diberi kewenangan menangani perizinan melakukan pemeriksaan terhadap dokumen permohonan yang diajukan oleh BUJK.
(2) Instansi yang diberi kewenangan menangani perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum memberikan IUJK wajib meminta pertimbangan/rekomendasi kepada instansi teknis yang membidangi jasa konstruksi.
(3) Dalam memberikan rekomendasi, instansi teknis dapat melakukan verifikasi lapangan terlebih dahulu bila diperlukan.
(4) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan kepada BUJK dengan syarat :
a. SBU, SKA dan/atau SKT yang dimiliki BUJK adalah yang diterbitkan oleh LPJK;
b. Lokasi kantor BUJK sesuai dengan surat keterangan domisili; c. BUJK yang bersangkutan tidak sedang terkena sanksi; dan
d. BUJK yang bersangkutan tidak sedang masuk ke dalam daftar hitam/black list.
(5) Proses pemberian IUJK dilakukan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah berkas dokumen persyaratan dinyatakan lengkap.
(6) Format surat rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) tercantum dalam Lampiran 4 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(7) Alur proses permohonan pelayanan IUJK tercantum dalam Lampiran 5a, 5b, 5c dan 5d yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Keempat Penomoran IUJK
Pasal 19
(1) Setiap IUJK menggunakan nomor kode izin.
(2) Tata cara penomoran kode izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran 6 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kelima Masa Berlaku IUJK
Pasal 20
IUJK mempunyai masa berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang untuk setiap kali habis masa berlaku.
Bagian Keenam
(1) Usaha orang perseorangan wajib memiliki SKA/SKT dan terdaftar pada instansi teknis yang membidangi jasa konstruksi.
(2) Usaha orang perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan Kartu Tanda Daftar Usaha Orang Perseorangan.
(3) Persyaratan permohonan Kartu Tanda Daftar Usaha Orang Perseorangan sekurangkurangnya meliputi :
a. mengisi formulir permohonan;
b. menyerahkan rekaman SKA atau SKT; c. menyerahkan daftar riwayat hidup;
d. menyerahkan rekaman Kartu Tanda Penduduk; dan e. menyerahkan rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak.
(4) Format permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam lampiran 7 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5) Format Kartu Tanda Daftar Usaha Orang Perseorangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran 8 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG IUJK Pasal 22
Pemegang IUJK berhak :
a. mengikuti proses pengadaan jasa konstruksi; dan
b. mendapatkan pembinaan dari pemerintah dan pemerintah daerah. Pasal 23
Pemegang IUJK berkewajiban :
a. mentaati ketentuan Peraturan Perundangundangan;
b. melaporkan perubahan data BUJK dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kalender setelah terjadinya perubahan data BUJK;
c. menyampaikan dokumen yang benar dan asli dalam proses permohonan pemberian IUJK; dan
d. menyampaikan laporan akhir tahun yang disampaikan kepada instansi teknis yang membidangi jasa konstruksi paling lambat bulan Desember tahun berjalan.
Pasal 24
(1) Laporan akhir tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf d meliputi :
a. nama dan nilai paket pekerjaan yang diperoleh; b. institusi/lembaga pengguna jasa; dan
c. kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
BAB VII
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN INSTANSI YANG MEMBERIKAN IUJK
Pasal 25
(1) Instansi yang diberi kewenangan menangani perizinan, wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban pemberian IUJK secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Bupati dan ditembuskan kepada instansi teknis yang membidangi jasa konstruksi.
(2) Bupati menyampaikan laporan pemberian IUJK kepada Gubernur secara berkala setiap 4 (empat) bulan sekali.
(3) Laporan pertanggungjawaban pemberian IUJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi :
a. daftar pemberian IUJK baru; b. daftar perpanjangan IUJK; c. daftar perubahan data IUJK; d. daftar penutupan IUJK;
e. daftar usaha orang perseorangan;
f. daftar BUJK yang terkena sanksi administratif; dan
g. kegiatan pengawasan dan pemberdayaan terhadap tertib IUJK.
(4) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 10 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5) Laporan Pemberian IUJK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 11 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB VIII
PEMBERDAYAAN DAN PENGAWASAN Pasal 26
Bupati melalui Sekretaris Daerah atau pejabat/instansi teknis yang membidangi jasa konstruksi yang ditunjuk oleh Bupati selaku Pembina Jasa Konstruksi melakukan pemberdayaan dan pengawasan terhadap pemberian IUJK dan penggunaannya di setiap pekerjaan konstruksi dengan cara :
a. memberikan penyuluhan tentang Peraturan Perundangundangan jasa konstruksi;
b. memberikan informasi tentang ketentuan keteknikan, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan setempat;
c. melakukan pelatihan terhadap tenaga ahli maupun tenaga terampil jasa konstruksi;
d. menyebarluaskan ketentuan perizinan pembangunan; dan
e. melaksanakan pengawasan untuk terpenuhinya tertib penyelenggaraan dan tertib pemanfaatan jasa konstruksi.
Pemberdayaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dilakukan melalui pemantauan dan evaluasi laporan secara berkala dari pimpinan BUJK atau data dari sumber lainnya yang bersangkutan.
Pasal 28
(1) Setiap bulan pengguna jasa BUJK wajib melaporkan kinerja BUJK kepada instansi teknis yang membidangi jasa konstruksi.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kemajuan pelaksanaan pekerjaan, pelaksanaan mutu pekerjaan dan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi.
(3) Pemantauan mutu dan kinerja BUJK dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
BAB IX
SANKSI ADMINISTRASI Pasal 29
(1) BUJK yang tidak melaksanakan perpanjangan izin dan perubahan data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a dan Pasal 13 ayat (1) huruf a, dikenakan sanksi berupa peringatan tertulis.
(2) Bentuk usaha orang perseorangan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dikenakan sanksi berupa peringatan tertulis.
Pasal 30
BUJK akan dikenakan sanksi pembekuan IUJK bila :
a. mengabaikan peringatan tertulis sebagaimana diatur dalam Pasal 29 ayat (2) sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu masing masing 1 (satu) bulan, namun tidak memenuhi kewajibannya dan tidak mengindahkan peringatan yang disampaikan;
b. melanggar ketentuan Pasal 6 ayat (3), Pasal 17 ayat (2) dan ayat (4); atau
c. masuk dalam daftar hitam/black list.
Pasal 31
Mekanisme pembekuan IUJK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sebagai berikut:
a. sertifikat IUJK dari BUJK yang dijatuhkan sanksi pembekuan ditarik oleh instansi yang diberi kewenangan menangani bidang perizinan setelah mendapat laporan dari instansi teknis yang membidangi jasa konstruksi; dan
b. instansi yang diberi kewenangan menangani bidang perizinan menerbitkan surat keterangan pembekuan IUJK.
BUJK akan dikenakan sanksi pencabutan IUJK bila:
a. melakukan perlanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan telah terkena sanksi pembekuan IUJK sebanyak 2 (dua) kali;
b. mendapatkan sanksi pembekuan IUJK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 namun tetap melaksanakan pekerjaan; atau
c. telah terbukti menyebabkan kegagalan konstruksi dan/atau kegagalan bangunan.
Pasal 33
Sanksi yang dikenakan terhadap BUJK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 30, dan Pasal 32 harus diumumkan kepada masyarakat umum diantaranya melalui sistem informasi jasa konstruksi dan/atau papan pengumuman instansi yang diberi kewenangan menangani bidang perizinan.
Pasal 34
IUJK yang dibekukan dapat diberlakukan kembali bila telah memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. BUJK telah mengindahkan peringatan teguran dan melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
b. BUJK dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana ekonomi sesuai dengan keputusan lembaga peradilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pasal 35
Mekanisme pemberlakuan kembali IUJK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 adalah sebagai berikut:
a. BUJK mengajukan permohonan pemberlakuan kembali IUJK secara tertulis beserta buktibukti pemenuhan kewajiban yang diperlukan kepada instansi yang diberi kewenangan membidangi perizinan;
b. instansi teknis yang membidangi jasa konstruksi memeriksa berkas permohonan dan melakukan verifikasi lapangan bila perlu;
c. bila berkas permohonan berserta buktibukti pemenuhan kewajiban dinyatakan layak, maka instansi yang diberi kewenangan membidangi perizinan dapat memberikan surat pemberlakuan kembali IUJK setelah mendapat surat persetujuan dari instansi teknis yang membidangi jasa konstruksi;
d. instansi yang diberi kewenangan membidangi perizinan dapat memberikan kembali sertifikat IUJK kepada BUJK pemohon; dan
BAB X
SISTEM INFORMASI Pasal 36
(1) Instansi teknis yang membidangi jasa konstruksi melakukan input data pelayanan IUJK ke dalam Sistem Informasi Jasa Konstruksi yang sekurangkurangnya meliputi:
a. data BUJK yang sudah memiliki IUJK; b. daftar Usaha Orang Perseorangan;
c. status berlaku IUJK; dan d. status sanksi terhadap BUJK.
(2) IUJK dan Tanda Daftar Usaha Orang Persorangan yang sudah diberikan, ditayangkan melalui media internet.
(3) Instansi teknis yang membidangi jasa konstruksi melakukan pemutakhiran data pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara berkala.
BAB XI
KETENTUAN LAINLAIN Pasal 37
Instansi teknis yang membidangi jasa konstruksi wajib melakukan koordinasi dan melaporkan kepada TPJK tingkat kabupaten, tingkat provinsi dantingkat pusat.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN Pasal 38
(1) IUJK yang diberikan sebelum diundangkannya Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan tanggal berakhirnya izin tersebut.
(2) Dalam hal SKA dan/atau SKT dan/atau SKPT belum memadai di wilayah kabupaten maka dapat dipergunakan:
a. Sertifikat Pendidikan dan Pelatihan dengan materi manajemen konstruksi yang dikeluarkan oleh lembaga/institusi diklat dengan masa berlaku paling lama 2 (dua) tahun; atau
b. Surat Keterangan Sementara yang dikeluarkan oleh instansi teknis yang membidangi jasa konstruksi menyatakan yang bersangkutan kompeten sebagai penanggungjawab teknik dengan masa berlaku paling lama 2 (dua) tahun.
BAB XIII
Peraturan Pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.
Pasal 40
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sigi.
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2013 NOMOR 3
Ditetapkan di Sigi Biromaru pada tanggal 7 Maret 2013
BUPATI SIGI,
ttd
ASWADIN RANDALEMBAH
Diundangkan di Sigi Biromaru pada tanggal 11 Maret 2013
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SIGI
ttd
HUSEN HABIBU
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM DAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SIGI
DIDI BAKRAN, SH Pembina
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR TAHUN 2013
TENTANG
IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI
I. UMUM
Jasa konstruksi memiliki peran yang strategis dalam pembangunan nasional dan semakin mendapat perhatian masyarakat pada berbagai tingkat, sebagaimana terlihat semakin besarnya jumlah badan usaha yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Peningkatan jumlah BUJK tersebut ternyata belum diimbangi dengan peningkatan kualitas dan kinerjanya, sehingga perlu dilakukan pembinaan baik terhadap penyedia jasa, pengguna jasa, maupun masyarakat guna menumbuhkan pemahaman dan kesadaran terhadap tugas dan fungsi serta hak dan kewajiban masingmasing dalam mewujudkan tertib usaha jasa konstruksi yang terlihat dalam tertib penyelenggaraan dan tertib pemanfaatan hasil pekerjaan konstruksi. Sejalan dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap proses, kualitas hasil maupun tertib pelaksanaan jasa konstruksi, telah membawa konsekuensi tuntutan kualifikasi penyedia jasa dan pengguna jasa konstruksi yang memiliki kompetensi tinggi. Selain itu, tata ekonomi dunia telah membuka peluang hubungan kerja sama ekonomi internasional yang semakin terbuka dan memberikan peluang yang semakin luas bagi badan usaha jasa konstruksi nasional. Maksud dan tujuan Peraturan Daerah tentang Izin Usaha Jasa Konstruksi ini, adalah untuk memberikan pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Sigi dalam penerbitan Izin Usaha Jasa Konstruksi guna melindungi kepentingan masyarakat dan pembinaan masyarakat bidang jasa konstruksi, sehingga terwujud tertib penyelenggaraan konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban, meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan/peraturan yang berlaku, serta mewujudkan peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang jasa
II.PASAL DEMI PASAL Pasal 1
Cukup jelas Pasal 2
Cukup jelas Pasal 3
Cukup jelas Pasal 4
Cukup jelas Pasal 5
Pasal 32
Cukup jelas Pasal 33
Cukup jelas Pasal 34
Cukup jelas Pasal 35
Cukup jelas Pasal 36
Cukup jelas Pasal 37
Cukup jelas Pasal 38
Cukup jelas Pasal 39
Cukup jelas Pasal 40
Cukup jelas