MENGUKUR PENDAPATAN DAN
KEMISKINAN MULTI-DIMENSI: IMPLIKASI
TERHADAP KEBIJAKAN
Sudarno Sumarto
Policy Advisor - National Team for the Acceleration of Poverty Reduction Senior Research Fellow—SMERU Research Institute
Asia Public Policy Forum: Poverty, Inequality and Social Protection Jakarta, 29 Mei 2013
Garis Besar Pembahasan Hari ini
Masalah-masalah Pengukuran Kemiskinan
Kemiskinan dari Perspektif Satu-Dimensi (Moneter)
Kemiskinan dari Perspektif Multi-Dimensi
Upaya Indonesia untuk Mengentaskan Kemiskinan
Masalah-masalah Pengukuran
Kemiskinan
Mendefinisikan dan Mengukur Kemiskinan (1/2)
Kemiskinan secara luas diterima sebagai multi-dimensi yang melekat Namun, telah terbukti sulit untuk mengembangkan pengukuran yang
dapat:
menangkap multi dimensionalitas ini
bertanggung jawab atas konteks kesejahteraan "ekologis" dan bertingkat
memfasilitasi perbandingan dari waktu ke waktu
Sementara mendefinisikan dan mengukur kemiskinan adalah sulit karena kompleksitasnya, penting untuk merancang dan menerapkan program-program penanggulangan kemiskinan
Definisi dan pengukuran kemiskinan yang handal :
• membantu perumusan dan pengujian hipotesis mengenai penyebab
kemiskinan
• memungkinkan pemerintah dan masyarakat internasional untuk
menetapkan sasaran-sasaran terukur untuk mengukur dampak intervensi mereka
Mendefinisikan dan Mengukur Kemiskinan
(2/2)
Pendekatan Pengukuran Kemiskinan
Pendapatan per kapita
Pengeluaran/konsumsi per
kapita
Pendekatan Moneter
• Pendekatan Kemampuan? (Sen; HDI)
Pengecualian Sosial? (pengangguran,
kurangnya jaminan sosial, tidak ada perumahan, tidak ada
partisipasi sosial dan politik)
Pendekatan partisipatif ? (Chambers) Indikator-indikator Kesehatan
Indikator-indikator Pendidikan
Kemiskinan dari Perspektif
Satu-Dimensi (Moneter)
Mengukur Kemiskinan Satu-dimensi:
Kemiskinan Moneter
Berdasarkan gagasan garis kemiskinan yang memisahkan
penduduk miskin dan tidak miskin
Kemiskinan Absolut- terkait dengan kesejahteraan dasar
– Pendapatan dan Konsumsi
– Masalah: sekelompok barang & jasa di dalam keranjang konsumsi, per kapita atau unit setara orang dewasa, skala ekonomi
Kemiskinan Relatif
– Menafsirkan kemiskinan dalam kaitannya dengan standar hidup suatu masyarakat tertentu
– Menekankan kesenjangan ekonomi sebagai indikator utama kemiskinan
Titik pemutusan berubah-ubah
Mengukur Kemiskinan Satu-dimensi:
Kemiskinan Moneter - Kasus Indonesia
Distribusi pendapatan/pengeluaran rumah tangga
– Data dari survei rumah tangga (modul Konsumsi survei sosial
ekonomi/Susenas digunakan untuk mengukur kemiskinan di Indonesia)
Garis Kemiskinan
a. Garis Kemiskinan Pangan (FPL) 2,100 k/c/kapita/hari
b. Garis Kemiskinan Non-Pangan (NfPL)
kebutuhan dasar atau kurva Englec. Garis Kemiskinan (total) = FPL + NfPL
d. Konsumsi kurang dari Garis Kemiskinan (PL) Buruk
Kelompok referensi penduduk untuk pola konsumsi
Mengukur Kemiskinan Satu-dimensi: Kemiskinan
Moneter - Pentingnya Kelompok Referensi
Pengeluaran (Rupiah/bulan) 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 Polynominal model
Semi log model
20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 R u p ia h / K al or i
Kemiskinan moneter: Lanskap Dunia yang Berubah
Asia Timur: Kemajuan Penting dalam Menanggulangi
Kemiskinan Moneter
Proporsi penduduk yang hidup dengan kurang dari $1.25 per hari
Mengukur Kemiskinan Satu-dimensi:
Kemiskinan Pendapatan/Pengeluaran
– Keterbatasan
•
Tidak menangkap akses terhadap barang- barang publik dan
komoditas non-pasar
•
Tidak menangkap pengecualian sosial
•
Mengasumsikan distribusi merata dari sumber daya di tingkat rumah
tangga
•
Memiliki pendapatan yang cukup tidak menjamin
perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan untuk kesejahteraan minimal
•
Penghasilan di atas garis kemiskinan namun memutuskan untuk
menghabiskannya untuk obat- obatan – tingkat kesehatan rendah,
usia hidup lebih pendek
Kemiskinan dari Perspektif
Multi-Dimensi
Kemiskinan Pendapatan Memberikan Gambaran yang
Tidak Lengkap
Ketidaksesuaian antara kemiskinan pendapatan dan kekurangan
pendidikan dan gizi Negara
Pendidikan Gizi/Kesehatan
Anak Dewasa Anak Dewasa
Kehilangan fungsi namun bukan
pendapatan / pengeluaran India 43% 60% 53% 63% Peru 32% 37% 21% 55% Pendapatan / pengeluaran orang miskin
yang tidak kekurangan fungsi India 65% 38% 53% 91% Peru 93% 73% 66% 94%
Pendekatan Kemampuan
Amartya Sen
"Kehidupan manusia dihancurkan
dan berkurang dalam segala macam
cara yang berbeda, dan tugas
pertama ... adalah mengakui bahwa
kehilangan berbagai jenis yang
sangat berlainan harus ditampung
dalam kerangka yang menyeluruh
dan umum ."
Indeks Kemiskinan Multidimensional OPHI:
Bobot & Indikator
Perhitungan Kemiskinan Moneter dan Multi-Dimensi
– Negara-negara Terpilih
Sumber: Oxford Policy and Human Development Initiative (2013), Multidimensional Poverty index (MPI) Data Bank.
Indonesia: Kehilangan di setiap Indikator
Persentase penduduk yang termasuk Kemiskinan MPI dan terbuang di masing-masing indikator Sumber: Oxford Policy and Human Development Initiative (2013), Multidimensional Poverty index (MPI) Data Bank
Kehadiran sekolah Masa Sekolah Gizi Kematian Anak Aset Minyak goreng Lantai Air Minum Sanitasi Listrik P end id ik an K es eha ta n Indik at or St an da r Hi dup
Indonesia: Kontribusi Indikator terhadap MPI
Sumber: Oxford Policy and Human Development Initiative (2013), Multidimensional Poverty index (MPI) Data Bank Lantai, 2.7% Listrik, 2.5% Air Minum, 5.9% Aset, 5.9% Masa-masa Sekolah, 7.0% Sanitasi, 7.7% Kehadiran sekolah, 8.6% Tidak ada data tentang gizi, 0.0% Kematian Anak, 50.6% Minyak goreng, 9.1%
Upaya Indonesia untuk
Upaya Indonesia dalam Mengatasi Kemiskinan: Evolusi
Kebijakan
Tatanan Baru:
Sebagian besar upaya
tidak langsung diarahkan pada masyarakat miskin
Krisis Keuangan Asia (AFC):
Dampak sosial ekonomi dari krisis
keuangan Asia sangat buruk .
Pemerintah membentuk program
jaring pengaman sosial (SSN) di bidang ketahanan pangan, Pendidikan,
Kesehatan, Pekerjaan Penciptaan, dan Pemberdayaan Masyarakat .
Paska Krisis Keuangan:
Pengurangan subsidi BBM dan
pemberlakukan bantuan langsung tunai (BLT), perluasan bantuan sasaran selama krisis keuangan, program pengembangan masyarakat, dan pemberlakukan bantuan tunai bersyarat
Empat Kelompok dengan Kebutuhan Berlainan
Kurva Insiden Pertumbuhan, 2008-2012
10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 4.87 Persentil 70 mil Miskin 29 mil Rentan Menengah 100 mil Tinggi 50 mil Pengurangan Kemiskinan & Perlindungan
Sosial Perlindungan sosial, iklim investasi & Akses Pasar Iklim Investasi
Sumber: BPS dan TNP2K
Pembangunan Berbasis Masyarakat
+Rp 250.000/kap/bl +Rp 370.000/kap/bl +Rp750.000/kap/bl
Pertumb.2008-2012 Pertumb. rata-rata
12% 40% 80% Laj u p er tu mb u h an T ah u n an %
Upaya Indonesia untuk Mengatasi Kemiskinan dan
Kerentanan
Melindungi masyarakat miskin, meningkatkan kesejahteraan dan memperluas penciptaan lapangan kerja Mempercepat Pengentasan KemiskinanTim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) telah dibentuk untuk mengoordinasikan upaya-upaya ini
Cluster-1 Menstabilkan pendapatan melalui program-program perlindungan sosial dan kemiskinan di tingkat rumah tangga Cluster-2 Mempromosikan pembangunan dan pemberdayaan di tingkat masyarakat Cluster-3 Mendorong pertumbuhan tingkat mikro melalui program-program yang menargetkan keuangan mikro dan dukungan bagi usaha kecil dan menengah Mendekati Kemiskinan Miskin Sangat Miskin
Pernyataan Penutup
• Menetapkan definisi dan pengukuran kemiskinan yang dapat diandalkan merupakan langkah penting dalam bekerja dan membantu orang miskin dan rentan.
• Ukuran kemiskinan berbasis konsumsi adalah salah satu cara, dan
Indonesia telah mencapai kemajuan dalam pengukuran ini. Namun, ada keterbatasan signifikan pada ukuran kemiskinan satu-dimensi .
• Kemiskinan multidimensi dapat melengkapi tetapi tidak harus
menggantikan ukuran-ukuran (perhitungan standar) berbasis konsumsi kita.
• Mengukur saja tidak cukup, kita juga perlu bertindak.
• Untuk bertindak secara efektif, kita perlu terus mengakui dan
mendasarkan kebijakan pada kenyataan bahwa kemiskinan adalah multi-dimensi dan mempengaruhi kelompok- kelompok populasi secara
berbeda .
• Sama halnya kemiskinan adalah multi-dimensi, begitu juga dengan
respons Indonesia dengan mempertahankan strategi multi-dimensi yang kuat (termasuk bentuk-bentuk baru pengukuran) untuk menanggulangi kemiskinan dan memperkuat negara .