• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 DATA DAN ANALISA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 DATA DAN ANALISA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

DATA DAN ANALISA

2.1 Sumber Data

Data-data yang diperoleh dalam bab ini didapat melalui beberapa metode seperti yang dijabarkan sebagai berikut :

• Data Sumatif : Berasal dari survey dan artikel internet

Data Formatif : Berasal dari literatur seperti buku, internet dan wawancara langsung dengan narasumber

2.1.1Sumber Data Harimau sumatera

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) hanya ditemukan di Pulau Sumatera di Indonesia, merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di Taman-taman nasional di Sumatra. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila berhasil lestari.

Penghancuran habitat adalah ancaman terbesar terhadap populasi saat ini. Pembalakan tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor harimau terbunuh antara 1998 dan 2000.

Harimau Sumatra adalah subspesies harimau terkecil. Harimau Sumatra mempunyai warna paling gelap di antara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet. Harimau Sumatra jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut atau sekitar 250cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300 pound atau sekitar 140kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60cm. Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198cm dan berat 200 pound atau sekitar 91kg. Belang Harimau Sumatra lebih tipis daripada subspesies harimau lain. Warna kulit Harimau Sumatra merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Ukurannya yang kecil memudahkannya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan mereka mampu berenang cepat. Harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air, terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang. Bulunya berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan

(2)

Harimau Sumatra hanya ditemukan di pulau Sumatra. Kucing besar ini mampu hidup di manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan, dan tinggal di banyak tempat yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal di cagar alam dan taman nasional, dan sisanya tersebar di daerah-daerah lain, selain itu juga terdapat lebih kurang 250 ekor lagi yang dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia.

Harimau Sumatra mengalami ancaman kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan manusia, dan seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan manusia.

Makanan Harimau Sumatra tergantung tempat tinggalnya dan seberapa berlimpah mangsanya. Sebagai predator utama dalam rantai makanan, harimau mepertahankan populasi mangsa liar yang ada dibawah pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa dan vegetasi yang mereka makan dapat terjaga. Mereka memiliki indera pendengaran dan penglihatan yang sangat tajam, yang membuatnya menjadi pemburu yang sangat efisien. Harimau Sumatra merupakan hewan soliter, dan mereka berburu di malam hari, mengintai mangsanya dengan sabar sebelum menyerang dari belakang atau samping. Mereka memakan apapun yang dapat ditangkap, umumnya celeng dan rusa, dan kadang-kadang unggas atau ikan. Orangutan juga dapat jadi mangsa, mereka jarang menghabiskan waktu di permukaan tanah, dan karena itu jarang ditangkap harimau.

Harimau Sumatra juga mampu berenang dan memanjat pohon ketika memburu mangsa. Luas kawasan perburuan Harimau Sumatra tidak diketahui dengan tepat, tetapi diperkirakan bahwa 4-5 ekor Harimau Sumatra dewasa memerlukan kawasan jelajah seluas 100 kilometer di kawasan dataran rendah dengan jumlah hewan buruan yang optimal (tidak diburu oleh manusia).

Harimau Sumatra dapat berbiak kapan saja. Masa kehamilan adalah sekitar 103 hari. Biasanya harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Mata anak harimau baru terbuka pada hari kesepuluh, meskipun anak harimau di kebun binatang ada yang tercatat lahir dengan mata terbuka. Anak harimau hanya minum air susu induknya selama 8 minggu pertama. Sehabis itu mereka dapat mencoba makanan padat, namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak harimau pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2 minggu, dan belajar berburu pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau dapat berdiri sendiri. Harimau Sumatra dapat hidup selama 15 tahun di alam liar, dan 20 tahun dalam kurungan.

(3)

2.1.2Sumber Data WWF Lindungi Harimau Sumatra

WWF bekerja sama dengan pemerintah Indonesia, organisasi konservasi lainnya, dan masyarakat setempat untuk menyelamatkan harimau Sumatera dari ancaman kepunahan. WWF juga berupaya melakukan pendekatan dan bekerja sama dengan perusahaan yang konsesinya mengancam habitat harimau agar mereka mampu menerapkan praktik-praktik pengelolaan lahan yang lebih baik (Better Management Practices) dan berkelanjutan. Pemerintah Indonesia di tahun 2004 telah mendeklarasikan sebuah kawasan penting, Tesso Nilo, sebagai taman nasional untuk memastikan perlindungan gajah dan harimau Sumatra di alam. WWF juga berpartisipasi aktif dalam penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera 2007-2017 yang dipimpin oleh Departemen Kehutanan RI.

WWF juga melakukan penelitian ilmiah tentang harimau Sumatra di Riau dengan menggunakan kamera jebakan (camera trapping) untuk memperkirakan besarnya populasi, habitat, dan distribusi satwa loreng tersebut, serta untuk mengidentikasi koridor-koridor satwa liar yang membutuhkan perlindungan. WWF--bersama dengan mitra terkait di lapangan--juga membentuk tim patroli anti perburuan dan tim pendidikan dan penyadaran yang bertugas membantu masyarakat lokal memitigasi konflik manusia-harimau di daerah-daerah rawan konflik manusia-harimau

2.1.2Sumber Data Forum Harimau Kita

Forum HarimauKita merupakan forum yang didirikan oleh para praktisi dan pemerhati konservasi Harimau Sumatera sejak tahun 2008 yang memiliki visi mengupayakan kelestarian Harimau Sumatera hidup berdampingan secara harmonis dengan masyarakat

MISI

Dalam melaksanakan kegiatannya Forum HarimauKita mengacu pada misi-misi: • Memperkuat upaya pelestarian dan bentang alam Harimau Sumatera dengan

menjalin komunikasi, menyediakan informasi dan memadukan aksi antar para pihak

• Menjadikan Forum HarimauKita sebagai acuan utama upaya pelestarian Harimau Sumatera melalui peran aktif dalam isu terkait Harimau Sumatera baik dalam lingkup nasional maupun internasional

• Memastikan dan mengawasi pelaksanaan Strategi dan Rencana Aksi Pelestarian Harimau Sumatera Indonesia

KEGIATAN

• Peningkatan kapasitas institusional Forum

• Pembangunan Pusat Informasi dan Database Harimau Sumatera

• Penyusunan Modul Pelatihan untuk Konservasi Harimau Sumatera, untuk Pemantauan Populasi serta Penegakan Hukum

(4)

• Melakukan pemantauan jaringan perdagangan ilegal Harimau Sumatera PERAN

1. Bekerjasama dengan WCS, ICITAP, Departemen Kehutanan dan Departemen Hukum Amerika Serikat, HarimauKita menyelenggarakan Pelatihan Identifikasi Bagian Tubuh Satwa Liar untuk kepentingan Investigasi Perdagangan dan Penegakan Hukum atas perdagangan satwa liar ilegal. Pelatihan ini diselenggarakan di Medan, Padang, Pontianak dan Bogor. Para peserta berlatih untuk mengidentifikasi bagian tubuh satwa liar hasil sitaan termasuk membedakan yang asli dengan yang palsu, sekaligus belajar bagaimana mengatur dan merawat barak bukti.

2. Ketua Forum HarimauKita dilibatkan oleh Departemen Kehutanan untuk menjadi anggota delegasi Indonesia pada Internasional Tiger Forum/Tiger Summit di St. Petersburg – Rusia pada 21 – 24 Nopember 2010 yang lalu. HarimauKita berperan dalam membantu mempersiapkan materi pidato. 3. Forum HarimauKita dilibatkan dalam penyusunan protokol untuk monitoring

populasi harimau dan mamalia besar di Indonesia. Ketua Forum HarimauKita yang merupakan satu-satunya nara sumber dalam pertemuan ini, mengusulkan 3 metode dasar dalam monitoring, yaitu Metode “Camera Trap Capture-Recapture “untuk monitoring secara intensif, Metode “Patch Occupancy” untuk monitoring skala luas, serta Distance Sampling.

4. Pada bulan Desember 2010, dua anggota Forum HarimauKita mempublikasikan jurnal ilmiah berjudul “ Sumatran Tiger (Panthera tigris sumatrae) : A Review of Conservation Status” melalui situs Interactive Zoology.

2.1.3Sumber Data Yayasan PKHS

Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatra (Yayasan PKHS) didirikan dan dibentuk berdasarkan legalitas hukum dengan akta notaris No: C-1526.HT.01.02.TH.2007 pada tanggal 1 Februari 2007. Tujuan berdirinya Yayasan PKHS adalah untuk melanjutkan program dan kegiatan yang telah dilakukan oleh lembaga konservasi sebelumnya yaitu Program Kenservasi Harimau Sumatera yang telah berakhir masa perjanjiannya (MoU) pada Januari 2007.

Pada tanggal 29 Juni 2007 bertempat di Kantor Yayasan PKHS ditandatangani perjanjian kerjasama antara Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatra (Yayasan PKHS) dengan Sumatran Tiger Trust (STT) dan Wildlife Protection Foundation (WPF) untuk pembiayaan pelaksanaan Program Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera (PKHS)/Sumatran Tiger Trust Conservation Program (STTCP) periode 2007-2012.

Dalam perjanjian kerjasama ini juga disepakati bahwa dana yang akan diberikan oleh STT dan WPF seluruhnya akan dipergunakan untuk kegiatan PKHS/STTCP atau dengan kata lain 0% untuk administrasi. Orang-orang yang terlibat di dalam yayasan ini bersifat sukarelawan dan tidak mendapat gaji/honor. Gaji atau honor diperoleh jika orang – orang tersebut terlibat dalam kegiatan lapangan PKHS/STTCP.

(5)

Untuk teknis pelaksanaan dilapangan, Yayasan PKHS telah bekerjasama dengan UPT - UPT Ditjen PHKA atau instansi terkait lainnya. Pada tanggal 31 Juli 2007 ditandatangani MoU antara Ketua Yayasan PKHS dengan Kepala Balai Taman Nasional Bukit Tigapuluh tentang Program Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera di Taman Nasional Bukit Tigapuluh dan Sekitarnya. Kemudian pada tanggal 1 Agustus 2007 juga ditandatangani MoU dengan Balai Taman Nasional Way Kambas tentang Program Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera. Adapun lokasi/wilayah kerja PKHS/STTCP adalah:

• Taman Nasional Way Kambas, Propinsi Lampung • Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Propinsi Riau-Jamb

• Kawasan Konservasi Harimau Sumatera Senepis, Propinsi Riau

• Lokasi lain jika dianggap perlu (Untuk penanganan konflik manusia vs harimau sumatera dilakukan diseluruh pulau sumatera)

Visi :

• Harimau sumatera lestari di habitat alaminya

• Terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan mendukung keberadaan serta kelestarian hidupan liar dan keberadaan kawasan konservasi.

• Pembangunan dan pemanfaatan hasil hutan yang lestari Misi:

• Mendukung Departemen Kehutanan dalam menjaga kelestarian harimau sumatera, hewan mangsa dan habitat alaminya. Bentuk kegiatan: Monitoring, perlindungan, dan penanganan konflik Terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan mendukung keberadaan serta kelestarian hidupan liar dan keberadaan kawasan konservasi.

• Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar dan dalam kawasan konservasi. Bentuk kegiatan: Penyuluhan dan pendidikan konservasi.

• Mendorong pembangunan, penggunaan dan pemanfaatan hasil hutan yang lebih memperhatikan kelestarian kehidupan alami. Bentuk kegiatan: Advokasi.

(6)

2.2Sumber Data Penyelenggara

WWF INDONESIA (WORD WILD FOUNDATION)

Gambar 2.2.1: Logo WWF

Sejarah WWF INDONESIA

Pada April 1998, WWF Internasional kantor Program Indonesia berubah menjadi WWF-Indonesia, yang secara hukum diakui sebagai organisasi Indonesia dengan status yayasan. Sejalan dengan perubahan ini, WWF-Indonesia, sebagai Organisasi Nasional menjadi bagian dari WWF Global Network. Diseluruh dunia terdiri dari 27 Organisasi Nasional, 6 Organisasi Asosiasi, dan 22 kantor program.

Sebagai Organisasi Nasional, WWF-Indonesia kemudian melakukan desentralisasi menjadi 3 kantor bioregion, yakni kantor Sundaland, Walacea dan Sahul untuk melaksanakan proyek pelestarian di wilayah Global 200 Ecoregions.

WWF sangat peduli dengan populasi Harimau Sumatra yang sudah mengkhawatirkan , maka dari itu WWF sebagaii organisasi yang peduli terhadap hal-hal seperti itu mengadakan kampanye untuk meningkatkan populasi Harima Sumatra.

(7)

Gambar 2.2.2: Logo Year Of Endagered Tiger

Gambar 2.2.3: Poster The Year Of Tiger

WWF-Indonesia meluncurkan kampanye publik “Year of Endangered Tiger 2010” pada hari Jumat 12 Febuari di Taman Menteng, JakartaPusat. Kampanye ini dilakukan secara serentak oleh jaringan global WWF di berbagai negara yang memiliki populasi harimau.

Dalam konferensi pers peluncuran “Year of Endangered Tiger 2010” yang dihadiri oleh Dirjen PHKA Darori, Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Tata Lingkungan Hermin Roosita serta Direktur Program Kehutanan dan Spesies WWF-Indonesia Ian Kosasih, dijabarkan berbagai upaya yang dilakukan WWF bersama dengan Kemenhut dan Kementerian LH dalam melestarikan harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae

(8)

Gambar 2.2.4: Logo Sahabat Harimau

SAHABAT HARIMAU adalah program penggalangan dana untuk pelestarian harimau Sumatera. WWF-Indonesia menginisiasi program SAHABAT harimau sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konservasi harimau Sumatera dan memastikan pendanaan berkelanjutan yang akan digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk perlindungan harimau Sumatera dan habitatnya. Donasi Anda akan digunakan untuk mendukung konservasi harimau Sumatera melalui kegiatan-kegiatan seperti penelitian, pengelolaan habitat dan pemantauan habitat. WWF-Indonesia memiliki tim riset harimau Sumatra yang melakukan penelitian menggunakan kamera video jebak dan pemantauan intensif di koridor Rimbang Baling-TN. Bukit Tigapuluh, Baling-TN. Tesso Nilo, Provinsi Riau

AHABAT harimau memiliki empat tipe paket donasi, dua paket donasi ditargetkan untuk individual, sedangkan dua paket donasi lainnya ditargetkan untuk kelompok/grup. Donasi mulai dari Rp 100,000 untuk paket Cubs dan Rp 500,000 untuk paket Tigerhood, anda akan menerima sertifikat dan paket SAHABAT harimau sebagai tanda terima kasih.

1.2.1 Target Audience 1. Demografi

• Pria dan wanita • Usia 20 - 35 tahun • Tingkat sosial B 2. Geografi

Gambar

Gambar 2.2.1:  Logo WWF
Gambar 2.2.2:  Logo Year Of Endagered Tiger
Gambar 2.2.4:  Logo Sahabat Harimau

Referensi

Dokumen terkait

S : Ibu mengatakan merasa mules pada perutnya. O : Keadaan ibu:baik, kesadaran: composmentis, kontraksi uterus baik, 19) Memakai sarung tangan streril pada kedua tangan.

Gempabumi yang sering terjadi berdasarkan peta seismisitas dari bulan Juli 2016- Maret 2017 adalah gempabumi dangkal yang ditunjukan oleh titik berwarna merah pada

Berdasarkan model penelitian dan hasil pengujian hipotesis dapat dijelaskan bahwa untuk meningkatkan kinerja perusahaan farmasi diperlukan tiga tahap pengembangan,

[r]

dan/atau sanksi administratif serta publikasi di media cetak. Uang paksa merupakan salah satu tekanan agar orang atau pihak yang dihukum mematuhi dan melaksanakan

Strategi sangat penting bagi pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran dimana langkah-langkah Dinas Tenaga Kerja Kota Pekanbaru dalam mengatasii masalah

Ekamas Fortuna dan juga SPSI me ncoba menyelesaikan perselisihan PHK di luar pengadilan melalui Penyelesaian Bipartit, yang merupakan perundingan antara SPSI dengan

Ada hal penting lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa di daerah tropis seperti di Indonesia, dengan curah hujan yang tinggi, maka setelah fasilitas pemilahan,