• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKABAHASAAN (MULTILINGUALISME) DALAM VIDEO PROMOSI DESTINASI PARIWISATA JEGEG BAGUS DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEANEKABAHASAAN (MULTILINGUALISME) DALAM VIDEO PROMOSI DESTINASI PARIWISATA JEGEG BAGUS DENPASAR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

189

Unmas Denpasar

KEANEKABAHASAAN (MULTILINGUALISME) DALAM VIDEO

PROMOSI DESTINASI PARIWISATA

JEGEG BAGUS DENPASAR

Nyoman Deni Wahyudi dan Luh Ketut Sri Widhiasih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Mahasaraswati Denpasar deni_ajuz@yahoo.com dan sriwidhiasih@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi (1) keanekabahasaan (multilingualisme) yang muncul dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar, dan (2) bentuk-bentuk lingual yang muncul dan digunakan dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi dokumentasi. Pengolahan atau analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data, penarikan simpulan serta verifikasi data penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) keanekabahasaan (multilingualisme) yang muncul dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar antara lain digunakannya bahasa Indonesia sebagai bahasa utama dan bahasa pendukung lain seperti bahasa Bali danbahasa Inggris, serta (2) bentuk-bentuk lingual yang digunakan dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar antara lain bentuk lingual kata dan bentuk lingual frasa. Bentuk lingual dalam bahasa Bali yang paling sering muncul adalah frasa. Bentuk lingual dalam bahasa Inggris yang paling sering muncul adalah frasa. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa, dosen, pelaku pariwisata, dan dunia pendidikan. Peneliti lain diharapkan melakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam.

Kata Kunci: keanekabahasaan, multilingualisme, video

ABSTRACT

This study was a descriptive qualitative research that aimed at identifying (1) multilingualism which appeared in tourism destinations promotion videos of Jegeg Bagus Denpasar, and (2) lingual forms which appeared and used in tourism destinations promotion videos of Jegeg Bagus Denpasar. The method used in this study were documentation method. Data organization and analysis were conducted through data reduction, data presentation, conclusion, and data verification. The results of this study showed that (1) multilingualism which appeared in tourism destinations promotion videos of Jegeg Bagus Denpasar involves the use of Indonesian language as the primary language and other supportive languages such as Balinese language and English, and (2) lingual forms used in tourism destinations promotion videos of Jegeg Bagus Denpasar involves words lingual forms and phrases lingual forms. The lingual form of Balinese language which frequently appeared was the phrase. The lingual form in English which frequently appeared was also the phrase. The results of this study are useful for students, lecturers, stakeholders in tourism, and education field. Other researchers are expected to conduct further deeper research.

(2)

190

Unmas Denpasar

PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang tentu saja tidak dapat hidup sendiri melainkan harus selalu berinteraksi dengan sesamanya. Interaksi antarmanusia tersebut tercipta melalui komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi terbentuknya suatu kelompok sosial. Untuk keperluan tersebut, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas kelompok.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang dibentuk dan digunakan oleh masyarakat pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial dan budaya masyarakat penuturnya. Sebagai fenomena sosial, bahasa merupakan suatu bentuk perilaku sosial. Sebagai fenomena budaya, bahasa merupakan sarana untuk mengekspresikan nilai-nilai budaya (Brown, 1987). Bahasa adalah media untuk berekspresi sekaligus media penggambaran situasi yang ada di tengah masyarakat.

Pada dasarnya, penggunaan bahasa tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya masyarakat penuturnya. Selain menjadi sebuah fenomena sosial, bahasa juga merupakan sebuah fenomena budaya. Sebagai fenomena sosial, penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi melibatkan faktor-faktor sosial pengguna bahasa itu sendiri. Sebagai fenomena budaya, penggunaan bahasa merupakan usaha untuk mengelola dan melestarikan nilai-nilai budaya.

Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi menunjukkan bahwa masyarakat pada masa sekarang tidak hanya mengenal atau menguasai penggunaan satu bahasa saja, namun mereka telah mau dan mampu menguasai dua bahasa atau lebih. Situasi ini menunjukkan bahwa mereka merupakan masyarakat bilingual atau multilingual. Hal itu menunjukkan bahwa mereka telah menjadi dwibahasawan atau multibahasawan.

Dwibahasawan diartikan sebagai masyarakat yang menguasai atau menggunakan dua bahasa. Hal itu sejalan dengan pendapat Weinreich (dalam Tarigan, 1988:3) yang mengemukakan bahwa kedwibahasaan itu adalah kemampuan seseorang menggunakan dua bahasa secara bergantian. Sementara jika masyarakat menguasai atau menggunakan multibahasa (aneka bahasa/multilingual) dikatakan sebagai multibahawasan. Keanekabahasaan (multilingualism) dalam masyarakat sangat jelas tampak pada masyarakat dari kelompok sosial yang beragam. Salah satu penyebab penggunaan multilingual adalah karena guyup tutur yang heterogen.

Istilah multilingualisme dapat disepadankan maknanya dalam bahasa Indonesia dengan istilah keanekabahasaan, yakni penggunaan lebih dari dari dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Multilingualisme pada umumnya dihubungkan dengan masyarakat multilingual, masyarakat yang anggota-anggotanya berkemampuan atau biasa menggunakan lebih dari dua bahasa saat berkomunikasi antarsesama anggota masyarakat. Harimurti (dalam Fansori dkk, 2010) menyatakan bahwa pemahaman terhadap masyarakat multilingual juga menghantarkan pada pemahaman akan konsep multilingualisme, yakni gejala pada seseorang atau suatu masyarakat yang ditandai oleh kemampuan dan kebiasaan memaknai lebih dari dua bahasa.

Interaksi sosial dalam masyarakat aneka bahasa, dengan tersedianya beberapa bahasa atau ragam bahasa menuntut tiap-tiap penutur mampu memilih secara tepat bahasa atau ragam bahasa yang sesuai dengan situasi komunikasi. Pemilihan bahasa ini tidak bersifat

(3)

191

Unmas Denpasar

acak melainkan mempertimbangkan berbagai faktor seperti peserta tutur, situasi tutur, topik tutur, dan sebagainya.

Jegeg Bagus Denpasar merupakan duta pariwisata Kota Denpasar di bawah naungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Denpasar. Jegeg Bagus Denpasar dipilih dari para peserta pemilihan Jegeg Bagus Denpasar yang digelar setiap tahunnya. Pemenang Jegeg Bagus Denpasar tiap tahunnya akan mewakili Kota Denpasar dalam ajang Jegeg Bagus Bali yang merupakan duta pariwisata Provinsi Bali. Salah satu penilaian yang menarik untuk diteliti adalah video promosi destinasi pariwisata dari tiap-tiap duta pariwisata (Jegeg Bagus) yang mewakili 8 Kabupaten dan 1 Kota yang ada di Provinsi Bali.

Penggunaan bahasa dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar tiap tahunnya selalu menarik perhatian karena direpresentasikan oleh sepasang Jegeg (perempuan) dan Bagus (laki-laki) yang mempromosikan salah satu tujuan wisata unggulan yang ada di Kota Denpasar. Salah satu hal yang menarik untuk diteliti adalah penggunaan aneka bahasa (multilingual) yang muncul dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar yang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Beranjak dari pemaparan di atas maka penulis melakukan penelitian yang berjudul Keanekabahasaan (Multilingualisme) dalam Video Promosi Destinasi Pariwisata Jegeg Bagus Denpasar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan penelitian dengan deskriptif kualitatif dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang terjadi secara alamiah. Model penelitian ini mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel, gejala, atau keadaan yang diteliti untuk kemudian dimaknai atau diapresiasi. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia (Aries, 2008).

Pada penelitian deskriptif kualitatif, peneliti berusaha menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek tertentu secara jelas dan sistematis. Dengan demikian, penelitian ini ingin mendeskripsikan bahasa-bahasa yang digunakan dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar baik dari segi jenis bahasa maupun bentuk lingual yang dimunculkan dalam masing-masing bahasa tersebut.

Sumber data dalam penelitian ini adalah cuplikan tuturan yang digunakan oleh Jegeg Bagus Denpasar dalam video promosi destinasi pariwisata yang diambil pada pemilihan Jegeg Bagus Bali tahun 2015 dan 2016. Objek penelitian adalah hal yang dikaji dalam penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah penggunaan aneka bahasa (multilingual) dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar.

Data yang didapatkan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui studi dokumentasi. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini adalah pencatatan dokumen. Moleong (2004:160) menyatakan bahwa pengumpulan data dengan menggunakan studi dokumentasi itu dapat dimulai dari pengenalan objek, pencatatan data, dan seleksi data. Peneliti menggunakan metode studi dokumentasi untuk mengumpulkan data penelitian. Metode studi dokumentasi adalah suatu metode yang digunakan untuk

(4)

192

Unmas Denpasar

mengumpulkan data mengenai suatu variabel yang diteliti dari catatan atau naskah tertulis. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kartu-kartu data. Kartu data yang digunakan berisi garis-garis besar kategori data yang bersangkutan. Perangkat pengumpulan data yang berupa kartu data ini berukuran A5. Dalam kartu data tersebut berisi hal-hal sebagai berikut: (a) nomor data, (b) jenis data, (c) keterangan data, (d) catatan atau kutipan data (dilengkapi dengan situasi atau konteks tutur), dan (e) analisis data.

Karena peneliti bertindak sebagai instrumen utama atau instrumen kunci, ada kemungkinan unsur subjektivitas peneliti membiaskan data penelitian ini. Untuk menekan hal tersebut, bahkan meniadakan subjektivitas tersebut sehingga bias tersebut dapat diminimalkan, peneliti perlu memeriksa keabsahan data yang dikumpulkan. Teknik pengujian keabsahan data yang peneliti gunakan antara lain ketekunan pengamatan dan pengecekan melalui teman sejawat.

Analisis data di dalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data.Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis nonstatistik. Analisis data dilakukan secara induktif. Mengolah data secara induktif artinya mengolah data yang berupa fakta-fakta, sehingga dapat ditarik suatu simpulan yang bersifat umum (Zuriah, 2006:93).Namun, simpulan umum yang diperoleh tersebut tidak digunakan untuk menggeneralisasikan suatu gejala. Analisis data di dalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Dengan demikian, temuan peneliti di lapangan yang kemudian dibentuk ke dalam bangunan teori, bukan dari teori yang telah ada, melainkan dikembangkan dari data lapangan (induktif).

Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti dalam pengolahan atau analisis data yang diperoleh antara lain reduksi data, penyajian data, penarikan simpulan serta verifikasi data penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini, peneliti memaparkan data yang berkaitan dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini. Masalah-masalah tersebut antara lain keanekabahasaan (multilingualisme) yang muncul dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar dan bentuk-bentuk lingual yang muncul dan digunakan dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar.

Dalam setiap sajian data, data tersebut secara langsung dianalis dan dimaknai. Setelah data pada setiap masalah tersebut dianalisis dan dimaknai, penulis menarik simpulan sementara yang nantinya dibahas pada bagian pembahasan. Karena dalam penelitian ini ditemukan bahwa Jegeg Bagus Denpasar mempromosikan destinasi pariwisata dalam video yang diwujudkan dalam berbagai bahasa yang beraneka ragam maka pengodean data yang telah dijabarkan pada bagian sebelumnya dikembangkan lebih lanjut.

Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pokok (utama) dalam video tidak terlalu diindahkan. Analisis data difokuskan pada munculnya bahasa daerah dan bahasa asing yang terdapat pada video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar 2016. Data yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Bali diberikan kode B.Bl. Data yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Inggris diberikan kode B.Ig. Kedua kode data tersebut mendukung butir masalah (1). Data yang berkaitan dengan penggunaan bentuk lingual kata dalam bahasa Bali

(5)

193

Unmas Denpasar

diberikan kode BL.KB. Data yang berkaitan dengan penggunaan bentuk lingual frasa dalam bahasa Bali diberikan kode BL.FB. Data yang berkaitan dengan penggunaan bentuk lingual kata dalam bahasa Inggris diberikan kode BL.KI.Data yang berkaitan dengan penggunaan bentuk lingual frasa dalam bahasa Inggris diberikan kode BL.FI.Keempat kode data tersebut mendukung butir masalah (2).

Dari analisis data, peneliti memperoleh data B.Bl sebanyak 9 data. Penggunaan bahasa Bali dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar dapat diidentifikasi dan dianalisis berdasarkan munculnya padanan kata dalam bahasa Bali baik dalam wujud kata maupun frasa. Dari analisis data, peneliti memperoleh data B.Ig sebanyak 13 data. Penggunaan bahasa Inggris dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar dapat diidentifikasi dan dianalisis berdasarkan munculnya padanan kata dalam bahasa Inggris baik dalam wujud kata maupun frasa.

Data berupa penggunaan bahasa Bali dan bahasa Inggris berdasarkan bentuk-bentuk lingual yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut.

No Penggunaan Bahasa Bentuk Lingual Jumlah Kata Frasa

1. Bahasa Bali 3 8 11

2. Bahasa Inggris 3 14 17

Total 6 22 28

Penelitian ini didasarkan atas pemikiran adanya fenomena penggunaan aneka bahasa (multilingual) yang ditampilkan pada video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar. Berdasarkan pemaparan hasil penelitian di atas, terdapat beberapa temuan penting dalam penelitian ini yang sejalan dengan rumusan masalah penelitian. Temuan-temuan tersebut antara lain sebagai berikut. Pertama, bahasa-bahasa yang digunakan dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar antara lain bahasa Indonesia sebagai bahasa utama dan munculnya bahasa-bahasa lain, yakni bahasa daerah (bahasa Bali) dan bahasa asing (bahasa Inggris). Bahasa Bali dan bahasa Inggris yang muncul dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar pada umumnya terlihat secara eksplisit melalui campur kode (code mixing), baik dalam bentuk lingual kata maupun bentuk lingual frasa. Kedua, bentuk-bentuk lingual yang muncul dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar baik dari bahasa Bali maupun bahasa Inggris adalah bentuk lingual kata dan frasa. Bentuk lingual frasa menempati posisi tertinggi atau yang paling sering muncul di kedua bahasa tersebut, baik bahasa Bali maupun bahasa Inggris.

Berdasarkan pembahasan temuan-temuan dalam penelitian ini, secara analitis tinjauan keanekabahasaan (multilingualisme) maka didapatkan hasil sebagai berikut. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama (primer) dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar disisipi adanya bahasa daerah (bahasa Bali) dan bahasa asing (bahasa Inggris) secara umum melalui campur kode (code mixing). Munculnya bahasa-bahasa selain bahasa Indonesia didasarkan pada situasi kebahasaan dan latar belakang kultural penutur dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar yang merupakan pemuda-pemudi Bali yang secara umum sudah menguasai dengan baik minimal tiga bahasa, yakni

(6)

194

Unmas Denpasar

bahasa Bali sebagai B1 atau bahasa daerah, bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar resmi Indonesia, dan bahasa Inggris yang merupakan bahasa pengantar internasional dan juga bahasa yang sering digunakan masyarakat Bali di kawasan-kawasan destinasi pariwisata yang ada di Provinsi Bali.

Bentuk-bentuk lingual yang dimunculkan video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar secara umum adalah bentuk lingual kalimat berbahasa Indonesia sebagai bahasa utama (primer) yang disisipi bentuk lingual kata dan bentuk lingual frasa, baik berupa bahasa Bali maupun bahasa Inggris. Munculnya bentuk-bentuk lingual kata dan frasa tersebut secara umum ditampakkan dalam penyisipannya dalam bahasa Indonesia atau campur kode (code mixing). Bentuk-bentuk lingual tersebut dimunculkan dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar didasarkan pada beberapa faktor, di antaranya kesan prestise pada tuturan, kecakapan berbahasa daerah/asing penutur, dan persuasi penutur yang ditujukan pada berbagai lapisan khalayak, baik warga Bali, Indonesia, maupun wisatawan asing. Hal ini menyebabkan timbulnya penggunaan aneka bahasa (multilingual) dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran tentang penggunaan bahasa dalam tuturan, khususnya bagi dosen pengajar mata kuliah etnografi komunikasi, sosiolinguistik, dan sebagainya. Hasil penelitian ini juga bisa dijadikan dasar pertimbangan dalam pengajaran teori sosiolinguistik, pragmatik, atau sosiopragmatik. Pembaca khususnya peneliti lain diharapkan mampu melakukan penelitian lanjutan mengenai permasalahan yang serupa dengan penelitian ini.

SIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya maka peneliti dapat menarik simpulan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. Bahasa-bahasa yang digunakan dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar antara lain bahasa Indonesia sebagai bahasa utama dan munculnya bahasa-bahasa lain, yakni bahasa daerah (bahasa Bali) dan bahasa asing (bahasa Inggris). Bahasa Bali dan bahasa Inggris yang muncul dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar pada umumnya terlihat secara eksplisit melalui campur kode (code mixing), baik dalam bentuk lingual kata maupun bentuk lingual frasa. Bentuk-bentuk lingual yang muncul dalam video promosi destinasi pariwisata Jegeg Bagus Denpasar baik dari bahasa Bali maupun bahasa Inggris adalah bentuk lingual kata dan frasa. Bentuk lingual frasa menempati posisi tertinggi atau yang paling sering muncul di kedua bahasa tersebut, baik bahasa Bali maupun bahasa Inggris.Hasil penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa, dosen, pelaku pariwisata, dan dunia pendidikan. Peneliti lain diharapkan melakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih bagi Rektor Unmas Denpasar beserta staf, Dekan FKIP Unmas Denpasar beserta staf, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan semangat, Semeton Jegeg Bagus Denpasar dan Jegeg Bagus Bali yang telah mengunggah video promosi destinasi pariwisata

(7)

195

Unmas Denpasar

Jegeg Bagus Denpasar di media sosial, baik Instagram, Facebook, maupun akun Youtube sehingga memudahkan penulis untuk mengunduh data dan melakukan analisis data.

DAFTAR PUSTAKA

Aries, Erna Febru. 2008. Penelitian Deskriptif. http://ardhana12.wordpress.com/ 2008/02/27/penelitian-deskriptif/. Diunduh pada 17 Oktober 2015.

Brown, H. Douglas. 1987. Principles of Language Learning and Teaching. San Fransisco: San Fransisco State University.

Fransori, Arinah dkk. 2010. Sosiolinguistik. http://nenggelisfransori.wordpress. com/2010/01/27/sosiolinguistik/. Diunduh pada 12 November 2015.

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Kedwibahasaan. Bandung: Angkasa.

Referensi

Dokumen terkait

1. Terdapat banyak kelemahan di dalam penerapan strategi penjualan langsung. Pda saat permintaan DOC tinggi, perusahaan sering kekuraangan stok DOC.. dan sebaliknya pada saat

Susun algoritma dan flowchart untuk menginput sebuah nilai integer (misal N), kemudian periksa isi array, dan cetak ada berapa buah isi array yang nilainya sama dengan

(2014) diperoleh 56 Responden yang terdiri dari 28 orang ibu post partum dengan persalinan normal dan 28 orang ibu post sectio caesarea, didapatkan hasil bahwa dari 28 orang ibu

menunjukkan terdapat infeksi salmonella serogroup D walau tidak secara spesifik menunjuk pada S.typhi. infeksi oleh S.paratyphi akan memberikan hasil negative. 2 Secara

Secara bersama-sama simultan varibel bebas lingkungan kerja (X1), disiplin kerja (X2), upah kerja (X3) dan tingkat pendidikan (X4) berpengaruh signifikan terhadap

Pada kondisi setelah pemberian kemoterapi paliatif, didapatkan hasil EQ-5D-3L 11111, yang mengindikasikan tidak adanya masalah pada 5 dimensi tersebut, yang

bn\g?" Air BfT h@ng palembang, program penirrgkatan Produksi Hasil Petern akan, Kegsatan p embaigunan saraia dan Pr asay ana Pembibitan Ternak.