• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAFT NASKAH AKADEMIK SISTEM PENDIDIKAN KEPERAWATAN DI INDONESIA. Draft. Diunduh dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DRAFT NASKAH AKADEMIK SISTEM PENDIDIKAN KEPERAWATAN DI INDONESIA. Draft. Diunduh dari"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

DRAFT

NASKAH AKADEMIK

SISTEM PENDIDIKAN KEPERAWATAN DI

INDONESIA

18-19 Oktober 2012

Draft

Diunduh

dari

www.hpeq.dikti.go.id

(2)

DAFTAR ISI Hal Halaman Judul i Daftar Isi ii Kata Pengantar Sambutan BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Permasalahan 6

C. Tujuan dan Kegunaan 7

D. Metode Pendekatan 8

E. Pengorganisasian 8

BAB II PERKEMBANGAN KEPERAWATAN 9

BAB III SISTEM PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA 14

A. Ketentuan Umum/ Terminologi 13

B. Jenis Jenjang dan Beban Studi 16

C. Gelar Pendidikan Vokasi, Akademik, dan Profesi 17

D. Kompetensi Berdasarkan Jenjang Pendidikan 17

E. Penyelenggaraan Pendidikan Keperawatan 19

F. Peran Pendidikan Keperawatan Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan 20

G. Penjaminan Mutu Pendidikan Keperawatan 24

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 32 B. Rekomendasi 32 Daftar Pustaka 34 Lampiran 36

Draft

Diunduh

dari

www.hpeq.dikti.go.id

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas Rahmat dan KaruniaNya Naskah Akademik Pendidikan Perawat Indonesia ini dapat diselesaikan dengan baik. Naskah Akademik Pendidikan Perawat Indonesia disusun oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI), Asosiasi Institusi Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan Indonesia (AIPDiKI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

Terlaksananya penyusunan Naskah Akademik ini karena difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Health Professional Education Quality Project (HPEQ-Projet). Proses kegiatan yang dilalui adalah kajian literatur berkaitan dengan Regulasi Pendidikan dan Pelayanan Keperawatan Indonesia, Standar Kompetensi Perawat Indonesia, Standar Pendidikan Perawat di negara lain dan workshop.

Tersusunnya Naskah Akdemik ini karena dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu terima kasih disampaikan atas kontribusinya dalam penyelesaian Standar Pendidikan Perawat Indonesia ini. Semoga semua upaya dan dukungan yang telah diberikan berbagai pihak dapat memberikan manfaat yang bermakna bagi perkembangan profesi keperawatan, baik peningkatan mutu pendidikan maupun pelayanan keperawatan di Indonesia.

Jakarta, 18 Oktober 2012

Draft

Diunduh

dari

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ilmu Keperawatan sebagai salah satu ilmu kesehatan sangat berbeda dengan disiplin ilmu kesehatan lainnya. Perbedaan ini terletak pada fokus keilmuan dimana ilmu keperawatan mempelajari respon tubuh manusia terhadap penyakit, pengobatan, dan lingkungan yang berubah sebagai akibat penyakitnya dan mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, dari masa fetus hingga ajal. Dalam memahami respon manusia tersebut, ilmu keperawatan mempelajari mulai dari sistem sel sampai pada fungsi organ tubuh yang memungkinkan timbulnya berbagai respon baik fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural. Berbagai teori dan model konseptual keperawatan diterapkan sebagai pendekatan untuk mengatasi respon tersebut antara lain teori adaptasi, teori caring, teori berduka, teori kemampuan merawat diri, teori lintas budaya, teori promosi kesehatan.

Berdasarkan keilmuan tersebut maka bidang garapan praktik keperawatan juga berbeda dengan profesi lain misalnya dokter. Profesi dokter lebih memfokuskan pada penyakit dan terapi / tindakan medik untuk mengatasi penyakit, sedangkan praktik keperawatan dilakukan oleh perawat untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia mencakup aspek bio-psiko-sosio-kultural-spiritual, melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Lokakarya Nasional Keperawatan 1983 tersebut merupakan momentum penting bagi perkembangan keperawatan di Indonesia yang menetapkan Keperawatan sebagai profesi dan mengamanahkan agar semua kegiatan pengembangan keperawatan diarahkan kepada pemenuhan kriteria profesi, antara lain: memiliki ilmu pengetahuan, ditumbuhkan pada pendidikan tinggi, melaksanakan pelayanan profesi/ professional dengan menggunakan metode ilmiah. Kesepakatan ini diikuti dengan adanya pergeseran berbagai regulasi pendidikan keperawatan yang semula ditetapkan oleh Departemen Kesehatan diatur oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Demikian juga pendidikan yang semula ada di jenjang SPK dan Diploma III dikembangkan menjadi pendidikan tinggi pada jenjang Strata 1/ profesi.

Untuk penyetaraan dan pengintregrasian pendidikan dan pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaa di berbagai sektor maka pemerintah melalui Peraturan Presiden No. 8 tahun 2012 menetapkan

Draft

Diunduh

dari

(5)

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Dalam KKNI tersebut tenaga keperawatan berada minimal di jenjang kualifikasi 5.

Perkembangan sistem pendidikan keperawatan belum secara utuh dilaksanakan, karena regulasi pendidikan mulai dari perijinan ditangani oleh dua Departemen, yaitu Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hal ini membawa dampak adanya kebijakan ganda dalam regulasi pendidikan Diploma III Keperawatan berupa: Perijinan, mekanisme seleksi, ujian, penerbitan ijasah dan akreditasi pendidikan yang berbeda antara kebijakan Depdiknas dan Depkes. Sebagai akibatnya, perkembangan jumlah institusi pendidikan yang tidak terkendali, perbedaan standar dan kualitas pengelolaan, serta mutu lulusan.

Kebijakan ganda tersebut telah diatasi dengan diterbitkannya Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri: No. 07/XII/SKB/2010; No. 1962/MENKES/PB/XII/2010; dan No. 420/1072/2010 tentang “Pengelolaan Institusi Pendidikan Diploma Bidang Kesehatan Milik Pemda”, dan SKB 2 Menteri: No. 14/VIII/KB/2011; 1673/Menkes/SKB/VIII/2011 tentang “Penyelenggaraan Politeknik Kesehatan Yang Diselenggarakan Oleh Kementerian Kesehatan”. Namun demikian, SKB 2 Menteri dan SKB 3 Menteri tersebut belum cukup jelas sehingga belum mampu menyelesaikan permasalahan penyelenggaraan pendidikan terutama pada tingkat Diploma Keperawatan. Kementerian Kesehatan sampai saat ini masih mengeluarkan regulasi penyelenggaraan pendidikan mulai dari sistem penerimaan mahasiswa baru sampai penyelenggaraan wisuda.

Tahun 1994, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI telah menerbitkan SK Nomor 310/U/1994 tentang kurikulum yang berlaku nasional bagi program sarjana ilmu kesehatan. Dalam kurikulum ini, pembelajaran aspek akademik dan keprofesian diintegrasikan menjadi satu kesatuan. Kurikulum ini disempurnakan melalui SK nomor 129/U/1998 yang menjadikan program pendidikan Sarjana keperawatan melaksanakan kurikulum pendidikan profesi keperawatan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap akademik dan tahap profesi yang merupakan satu kesatuan. Pada tahap akademik lulusannya mendapat gelar Sarjana Keperawatan disingkat S.Kep., dan tahap profesi lulusannya mendapat gelar profesi Ners disingkat Ns. Dengan demikian gelar Sarjana Keperawatan (SKp.) sebagai hasil dari kurikulum 1985 dan 1994, memiliki makna yang sama dengan gelar Sarjana Keperawatan dan Ners (S.Kep, Ns).

Banyak pihak yang tidak dapat membedakan antara SKp. dan S.Kep. sehingga beberapa institusi merekrut S.Kep. sebagai perawat profesional padahal mereka belum memiliki

Draft

Diunduh

dari

(6)

kemampuan sebagai perawat karena belum mengikuti pendidikan profesi (Ns.). Sebagai akibat dari hal tersebut banyak lulusan yang tidak mengikuti pendidikan sampai tahap profesi.

Pola penyelenggaraan pendidikan profesi yang menjadi 2 (dua) tahap semakin dikukuhkan dengan diterbitkannya Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa, pendidikan profesi adalah pendidikan setelah sarjana. Sampai saat ini penyelenggaraan pendidikan Ners menjadi 2 (dua) tahap masih terus berlangsung. Namun, UU tersebut belum diikuti dengan Peraturan Pemerintah, yang mengatur tentang penyelenggaraan Pendidikan Profesi. Pola penyelenggaraan pendidikan tahap akademik dan profesi yang terpisah diperlakukan sebagai program studi yang terpisah juga. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, setiap program studi harus memiliki ijin tersendiri, sedangkan untuk memperoleh ijin pendirian tahap profesi ada berbagai persyaratan yang terpenuhi diantaranya program studi tahap akademik (Sarjana Keperawatan) terlebih dahulu harus terakreditasi. Sedangkan untuk memperoleh akreditasi memerlukan waktu untuk proses di BAN PT. Hal ini berakibat tertundanya ijin penyelenggaraan tahap profesi. Disamping itu, dengan perlakuan sebagai program studi yang terpisah, pengelola harus memenuhi berbagai persyaratan sebagai program studi terutama ketersediaan SDM dosen dan lahan praktik. Hal tersebut semakin menyulitkan penyelenggaraan tahap profesi. Hingga saat ini, jumlah program studi Ilmu Keperawatan jenjang S1 berjumlah: 309, sementara yang telah mendapat ijin penyelenggaraan program studi profesi (Ners): 62, ditambah 112 program studi telah mendapat hibah ijin penyelenggaraan yang harus segera diikuti dengan proses perijinan. Padahal keperawatan sebagai profesi, mewajibkan pendidikan akademik dan profesi sebagai satu kesatuan utuh dan tidak terpisah atau terhenti sampai ditahap akademik

Perkembangan keperawatan sebagai profesi saat ini dan masa yang akan datang dihadapkan pada berbagai tantangan yaitu berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, tuntutan kebutuhan masyarakat akan layanan yang berkualitas dan pengembangan profesi Keperawatan, makin meningkatnya kompleksitas penyakit dan respon pasien terhadap penyakit, pengobatan dan lingkungan. Disamping itu dampak dan tuntutan globalisasi dengan adanya: 1) MRA yang sejak tahun 2006 ditandatangani oleh Menteri Perdagangan yang memungkinkan adanya peluang bekerja di lingkungan Negara ASEAN bagi para perawat lulusan ners dan terregister; 2) ASEAN Community yang menekankan kesetaraan standar pendidikan dan pelayanan bidang kesehatan serta keterbukaan pasar kerja dan 3) Peluang kerja yang tersedia

Draft

Diunduh

dari

(7)

sampai tahun 2020 sebesar 1.5 juta tenaga perawat terutama di USA, Eropa danAustralia belum termasuk di Timur Tengah.

Hasil benchmarking di berbagai Negara menunjukkan bahwa sistem pendidikan keperawatan dan sistem pelayanan keperawatan telah berkembang dengan sangat baik karena didukung oleh system ketenagaan dan credentialing system yang mengacu pada Undang-undang Keperawatan di Negara-negara tersebut. Selain itu telah terbina interprofessional collaboration yang efektif dimana pengambilan keputusan tentang pasien dilakukan bersama-sama antar disiplin sehingga penanganan pasien dilakasanakan secara komprehensif dan holistik melibatkan semua tenaga kesehatan termasuk profesi keperawatan.

Di Indonesia, kondisi di atas belum terwujud sehingga mendorong perlunya penataan dan pengembangan pendidikan Keperawatan di Indonesia. Penataan jenis dan jenjang pendidikan keperawatan yang baik dan terarah diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dalam mengembangkan profesi keperawatan di masa depan. Pengembangan jenjang pendidikan Keperawatan termasuk di dalamnya jenjang akademik pendidikan tingkat magister (S-2) yaitu Magister Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, serta jenis pendidikan profesi tingkat spesialis diberbagai bidang layanan spesialisasi yang telah dimulai sejak tahun 1998 yang mencakup: Keperawatan Maternitas dan Keperawatan Komunitas, Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan Jiwa dan Keperawatan Anak. Pengembangan pendidikan Doktor Keperawatan untuk jenjang doktor (S-3) dimulai tahun 2008 di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Kebijakan pemerintah tentang perencanaan dan pendayagunaan tenaga keperawatan di tatanan pelayanan baik dalam hal jenjang, jenis, jumlah maupun penyebaran belum selaras dengan tuntutan masyarakat dan tantangan perkembangan ilmu dan teknologi serta penataan di bidang pendidikan. Hal ini mengakibatkan lulusan pendidikan Ners dan Ners Spesialis lebih memilih bekerja di institusi pendidikan. Selain masalah pendayagunaan tenaga kesehatan, persoalan lain tentang credentialing system.

Credentialing System keperawatan di Indonesia saat ini belum dilakukan oleh lembaga credentialing sebagai badan regulator independen (Konsil Keperawatan) yang ditetapkan melalui UU Keperawatan. Pada tahun 2001 dikeluarkan kebijakan yang mengatur sistem registrasi dan lisensi yaitu Permenkes 1239 dalam bentuk SIP, SIK, dan SIPP. Peraturan ini khususnya tentang SIPP digantikan dengan Permenkes 148 tahun 2010, dan Perkemenkes 161 tahun 2010 tentang

Draft

Diunduh

dari

(8)

registrasi tenaga kesehatan. Namun dikarenakan Permenkes 161 tahun 2010 tidak dapat dioperasionalkan maka kemudian diganti dengan Permenkes 1796 tahun 2011 tentang registrasi tenaga kesehatan yang hingga saat ini pelaksanaannya pun masih banyak kendala. Sebagai akibatnya tidak dapat dibedakan antara tenaga keperawatan yang memiliki kewenangan dengan yang tidak memiliki kewenangan sesuai amanah UU 36 tahun 2009 tentang kesehatan.

Khusus terkait dengan akreditasi program studi, pada saat ini pelaksanaan akreditasi baru sebatas pada penyelenggaraan program pada tahap akademik dan belum termasuk pada penyelenggaraan program profesi. Selain itu pelaksanaan akreditasi program studi masih bersifat umum untuk semua jenis program studi sehingga kekhasan atau kekhususan program studi keperawatan belum dapat dinilai. Hal tersebut belum sesuai dengan kaidah pendidikan profesi keperawatan, sehingga diperlukan sistem akreditasi yang mengakomodasi kebutuhan dan kekhususan profesi keperawatan. Hal ini dimungkinkan untuk dikembangkan dengan membentuk lembaga akreditasi mandiri yang sesuai dengan UU Sisdiknas pasal 60 tentang akreditasi pada ayat 2.

Sebagai upaya penjaminan mutu penyelenggaraan pendidikan keperawatan, maka perlu ditetapkan standar penyelenggaraan pendidikan keperawatan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan, dengan mengacu pada berbagai ketentuan perundangan terkait pendidikan yang berlaku khususnya Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta peraturan perundangan lainnya. Upaya penjaminan mutu ini juga direpresentasikan melalui pengembangan sistem akreditasi pendidikan keperawatan. Berdasarkan hasil survey pendidikan keperawatan yang dilakukan pada tahun 2011, memberikan data dasar tentang tingkat perkembangan institusi pendidikan keperawatan di Indonesia serta harapan masyarakat dan institusi pelayanan kesehatan terhadap kompetensi perawat. Disamping itu dari survey tesebut teridentifikasi pula kesenjangan antara harapan dan kondisi saat ini terhadap kompetensi perawat yang disebabkan oleh terbatasnya kualitas penyelenggara pendidikan. Oleh karena itu, standar kompetensi minimal lulusan setiap jenis dan jenjang pendidikan keperawatan juga perlu untuk dikembangkan agar diperoleh gambaran tentang perbedaan kompetensi dan kewenangan lulusan dari setiap jenis dan jenjang yang kemudian dituangkan indikator pengukurannya melalui sistem uji kompetensi.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku saat itu dimana kualifikasi dosen minimal satu tingkat di atasnya dan untuk memenuhi kebutuhan dosen khususnya pada pendidikan Diploma

Draft

Diunduh

dari

(9)

III maka pada tahun 1998, dibuka Program Studi Perawat Pendidik (jenjang D IV) berdasarkan SK Dirjen Dikti no 395/Dikti/Kep/1997 di lima Perguruan Tinggi Negeri yaitu UGM, UNDIP, UNAIR, UNHAS, dan USU. Program tersebut merupakan crash program untuk memenuhi kebutuhan tenaga dosen pada program pendidikan Diploma III. Program studi D IV perawat pendidik di lima PTN ini telah ditutup penyelenggaraannya karena adanya UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 46 ayat 2 yang menyebutkan kualifikasi akademik dosen untuk program Diploma dan Sarjana adalah minimal Magister. Sayangnya, Kementerian Kesehatan justru menginstruksikan membuka kembali pendidikan D IV di seluruh Poltekkes di Indonesia, yang penyelenggaraannya, 1 tahun pasca Diploma III dan lulusan difungsikan sebagai mitra dokter spesialis. Hal ini tidak sesuai dengan kaidah perkembangan profesi keperawatan.

B. Rumusan Permasalahan

1. SKB 2 Menteri dan SKB 3 Menteri tidak mengatur dengan jelas dan tegas mengenai penyelenggaraan pendidikan diploma keperawatan dan Kementerian Kesehatan masih mengeluarkan regulasi penyelenggaraan pendidikan sampai dengan wisuda yang tidak sesuai dengan kewenangannya. Hal ini mengakibatkan pengelola pendidikan DIII Keperawatan tidak dapat melaksanakan tugas pengelolaan dengan baik. Masalah yang dihadapi pengelola pendidikan antara lain tidak adanya otonomi pengelolaan pendidikan mulai dari penerimaan mahasiswa baru sampai dengan upacara wisuda.

2. Perencanaan dan pendayagunaan tenaga keperawatan belum jelas sehingga pengembangan sistem pendidikan kurang memberi dampak pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan baik di tatanan klinik maupun komunitas.

3. Interprofessional collaboration yang belum tertata baik. Pelayanan kesehatan diberikan oleh tim yang antara lain terdiri atas profesi kedokteran, keperawatan, farmasi, gizi. Pelayanan tersebut memerlukan kolaborasi berbagai profesi untuk mengatasi permasalahan pasien terutama dalam penetapan pengambilan keputusan melalui justifikasi klinik yang berasal dari profesi-profesi tersebut.

4. Kredibilitas dan pengakuan sebagai profesi perawat tidak terjaga karena belum dikelolanya credentialing system sesuai kaidah yang berlaku. Demikian juga hak masyarakat untuk mendapat pelayanan keperawatan dari seseorang yang memiliki kewenangan belum terjamin.

Draft

Diunduh

dari

(10)

5. Kurangnya dukungan terhadap praktik keperawatan yang profesional dapat berdampak pada kurangnya peran serta perawat dalam pencapaian MDGs.

6. Sistem akreditasi yang bersifat umum dan belum mengakomodasi kekhususan profesi keperawatan.

7. Kompetensi perawat dan kualitas penyelenggaraan pendidikan yang masih belum memenuhi harapan masyarakat.

8. Adanya pendidikan D IV keperawatan mitra dokter spesialis yang tidak sesuai dengan arah pengembangan profesi keperawatan.

C. Tujuan dan Kegunaan

Naskah akademik ini bertujuan memaparkan kondisi, perkembangan dan permasalahan yang ada serta berbagai upaya yang harus dilaksanakan untuk dapat memenuhi kaidah keperawatan sebagai profesi di Indonesia. Naskah ini juga dapat dijadikan landasan untuk menyusun standar kompetensi, standar pendidikan, akreditasi, acuan bagi penyelenggara pendidikan, pengambil keputusan dan juga pemangku kepentingan keperawatan terutama pengguna lulusan pendidikan keperawatan. Naskah akademik ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran tentang sistem pendidikan keperawatan di Indonesia.

Kegunaan dari naskah akademik ini adalah :

1) Memberikan arah pengembangan pendidikan keperawatan ke masa depan. 2) Memberikan gambaran yang jelas tentang jenjang karir Perawat.

3) Memberikan masukan kepada para pembuat kebijakan terkait, seperti Badan legislatif, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pemberdayaan dan Aparatur Negara dalam rangka menyempurnakan berbagai aturan dan kebijakan yang ada, termasuk perencanaan, pendistribusian dan pendayagunaan tenaga perawat.

4) Memberikan masukan kepada para penyelenggara pendidikan keperawatan dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan pembelajaran.

5) Memberikan masukan kepada pengguna jasa pelayanan keperawatan dalam rangka utilisasi yang tepat sesuai jenjang pendidikan dan perencanaan jenjang karir yang bersangkutan.

Draft

Diunduh

dari

(11)

D. Metode Pendekatan

Naskah akademik ini disusun menggunakan berbagai metoda dan pendekatan antara lain dengan mengadakan diskusi diantara pakar keperawatan dalam beberapa workshop yang diikuti oleh kalangan perguruan tinggi negeri maupun swasta yang mewakili berbagai wilayah di Indonesia, Pengurus Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Pengurus Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI), wakil beberapa kolegium terkait, dan Pengurus Asosiasi Institusi Pendidikan Diploma III Keperawatan Indonesia (AIPDiKI). Beberapa nara sumber dilibatkan dalam berbagai rangkaian pertemuan yang melibatkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Kementerian Kesehatan, Organisasi Profesi Kesehatan (Ikatan Dokter Indonesia/IDI, Persatuan Dokter Gigi Indonesia/PDGI, Ikatan Bidan Indonesia/IBI), Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT) dan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).

Berbagai rujukan telah digunakan antara lain kebijakan International Council of Nurses (ICN), standar pendidikan nasional dan internasional, standar profesi perawat Indonesia serta dilakukan kegiatan benchmarking ke beberapa negara yang pendidikan keperawatannya lebih maju. Naskah akademik juga disusun berdasarkan hasil survei tentang pendidikan dan pelayanan keperawatan di berbagai wilayah Indonesia.

E. Pengorganisasian

Naskah akademik disusun dalam 4 (empat) bab. Bab I: Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan dan kegunaan, metode pendekatan, dan pengorganisasian. Bab II: Perkembangan Keperawatan. BAB III Sistem Pendidikan Keperawatan Indonesia, berisi Ketentuan Umum/ Terminologi; Jenis Jenjang dan Beban Studi; Gelar Pendidikan Vokasi, Akademik, dan Profesi; Kompetensi Berdasar Jenjang; Penyelenggaraan Pendidikan; Peran Pendidikan Keperawatan Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan; Penjaminan Mutu Pendidikan. BAB IV Penutup, berisi kesimpulan dan rekomendasi.

Draft

Diunduh

dari

(12)

BAB II

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEPERAWATAN

Keperawatan telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW dimana seorang wanita bernama Siti Rufaidah putri seorang tabib saat itu telah mulai melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat melayani pada keadaan perang. Nilai-nilai keperawatan sudah ditumbuhkan termasuk bagaimana seseorang yang akan melakukan kegiatan membantu orang lain harus memiliki sifat-sifat tertentu seperti ramah dan beretika. Beliau dianggap sebagai perawat pertama yang dikenal di dunia pelayanan kesehatan.

Kegiatan Siti Rufaida tidak meninggalkan catatan yang berarti karena semua dokumen lenyap akibat perang, sampai kemudian seorang bernama Florence Nightingale melakukan kegiatan yang sama pada perang Krimean dan mencatat seluruh proses pelayanan kepada korban perang. Saat itu Florence Nightingale telah memperkenalkan tentang sifat pelayanan keperawatan yang memperhitungkan lingkungan untuk tetap bersih dan nyaman, ventilasi yang baik, kasih sayang dan perhatian kepada yang membutuhkan yaitu korban perang. Disamping itu, kebutuhan terhadap nutrisi diyakini dapat meningkatkan daya tahan tubuh para korban sehingga proses penyembuhan dapat dipercepat. Semua korban terluka akibat perang dicermati dan diobservasi sepanjang waktu termasuk malam hari. Dengan lilin kecil ia mendatangi satu persatu korban dan diamati perkembangan masalah kesehatannya sehingga ia terkenal sebagai “lady with the lamp”. Melalui catatan yang ditinggalkan dan dipelajari oleh ahli-ahli keperawatan pada dekade sesudahnya, Florence Nightingale yang kemudian disebut sebagai pionir keperawatan modern telah menanamkan prinsip-prinsip dasar keperawatan yang berfokus pada sikap caring terhadap pasien. Prinsip dasar tersebut menekankan kegiatan modifikasi lingkungan penting bagi kesembuhan pasien. Konsep dan prinsip ini menjadi landasan yang perlu ditumbuhkan dalam tindakan mandiri keperawatan, sebagai intervensi utama dalam keperawatan. Sejak saat itu banyak sekolah keperawatan yang didirikan oleh Rumah sakit (RS) dan penyelenggaraannya berbasis RS untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien yang manusiawi.

Di Indonesia, perkembangan pendidikan keperawatan diawali sebelum kemerdekaan. Sekolah perawat pertama kali didirikan di Rumah Sakit PGI Cikini pada tahun 1916. Sekolah ini diselenggarakan dengan mengandalkan para perawat Belanda sebagai pendidik ditambah beberapa dokter. Para siswa diajarkan teori merawat yang kemudian diaplikasikan langsung

Draft

Diunduh

dari

(13)

kedalam praktik pada saat yang sama. Selanjutnya, pendidikan keperawatan berkembang di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan. Pendidikan ini umumnya dikelola oleh perawat Belanda yang saat itu ditugaskan dirumah sakit tersebut. Syarat masuk menjadi siswa perawat adalah memiliki ijasah MULO (sistem pendidikan Belanda, setara dengan SMP). Dalam proses pembelajaran seluruh siswa diasramakan, dan setiap hari ada pelajaran teori dan praktik. Perawat yang dihasilkan pada saat itu memiliki disiplin tinggi dan sangat terampil.

Setelah kemerdekaan, berbagai jenis pendidikan perawat yang berbasis RS telah dikembangkan sesuai kebutuhan RS untuk menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat yang muncul saat itu seperti pendidikan mantri cacar, Penjenang Kesehatan, dan lain-lain, dengan lama pendidikan bervariasi dari 3 bulan sampai 2 tahun dengan dasar pendidikan Sekolah Rakyat (setara SD) dan SMP. Berdasarkan SK MENKES nomor 32971/Pend/1953 tentang Pendidikan Perawat Diploma A dan B, dihasilkan Perawat A (umum), dan Perawat B (jiwa). Pada saat yang bersamaan sejak tahun 1953 mulai didirikan Sekolah Pengatur Rawat (SPR) dengan dasar pendidikan SMP dan lama pendidikannya 3 tahun.

Pada awal 1960 teridentifikasi lebih dari 20 jenis kategori tenaga perawat dengan lama dan dasar pendidikan yang bervariasi. Demikian juga Kualitas dan tingkat kemampuannya tidak jelas. sehingga pada saat itu perawat dengan jenis pendidikan apapun boleh melakukan tindakan tanpa ada batasan kewenangan. Pada tahun 1960 banyak perawat senior Belanda yang bekerja di RS telah meninggalkan Indonesia. Pada saat yang sama Keperawatan telah berkembang dari suatu pekerjaan sederhana yang berorientasi pada tugas semata (task oriented), menjadi suatu profesi yang memiliki landasan ilmiah untuk bertindak, menggunakan keterampilan berfikir kritis dan menerapkan perilaku “caring”. Asuhan Keperawatan lebih berfokus pada respons klien terhadap penyakitnya, dari pada terhadap penyakit itu sendiri, sehingga dirasakan perlu adanya jenis tenaga perawat berpendidikan lebih tinggi untuk meningkatkan mutu pelayanan Keperawatan.

Pada tahun 1962 Departemen Kesehatan RI berdasarkan SK nomor 67516/Pend/Kab/1962 telah mengembangkan Pendidikan Akademi Perawat yang berafiliasi dengan RS Cipto Mangunkusumo. Lulusan pendidikan ini menyandang gelar Sarjana Muda Ilmu Perawatan atau BSc. Setahun berikutnya pendidikan tingkat Akademi Perawat ini diikuti oleh RS St Carolus. Sejak diluluskannya Sarjana Muda Ilmu Perawatan, maka kategori pendidikan perawat menjadi jenjang pendidikan menengah dan tinggi yang semuanya berorientasi ke RS.

Draft

Diunduh

dari

(14)

Pendayagunaan lulusan Akademi Perawat diperluas menjadi pengelola pelayanan di tingkat ruang rawat dan tingkat RS, serta perawat pelaksana di ruang khusus seperti ICU, ICCU, Bedah, Ruang pemulihan (Sejarah keperawatan, 1975). Hal ini karena pimpinan RS telah merasakan pentingnya tenaga perawat lulusan Akademi Perawat untuk diberi tanggung jawab dan kewenangan yang lebih besar. Pimpinan RS membutuhkan peningkatan kualitas layanan dengan mengirimkan beberapa perawat lulusan Akademi Perawat saat itu ke Australia, dan Negara Commonwealth lainnya untuk meningkatkan kemampuannya. Pada tahun 1979 berbagai jenis pendidikan keperawatan tersebut ditutup dan diubah menjadi Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) sesuai dengan SK Menkes nomor 245/Menkes/SK/VI/1979.

Sistem Kesehatan Nasional tahun 1982 antara lain menyatakan bahwa pendidikan bagi tenaga kesehatan harus berasal dari lulusan SMA (berada pada jenjang Pendidikan Tinggi). Untuk merespons kebijakan tersebut serta kebijakan pemerintah di bidang Pendidikan, maka dilaksanakan Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983 di Jakarta yang dihadiri oleh berbagai elemen termasuk unsur Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Kesehatan, Badan Administrasi Kepegawaian Nasional, Konsorsium Ilmu Kesehatan dan berbagai Organisasi Profesi Kesehatan. Kegiatan ini menghasilkan kesepakatan nasional yang menyatakan Keperawatan sebagai profesi dan ditumbuhkan pada sistem pendidikan tinggi. Dengan demikian profesi keperawatan diharapkan mampu memandirikan, memberdayakan masyarakat dan mampu memberikan upaya kesehatan yang paripurna.

Lokakarya Nasional Keperawatan Indonesia 1983 merupakan momentum penting bagi perkembangan keperawatan di Indonesia yang menetapkan Keperawatan sebagai profesi dan mengamanahkan agar semua kegiatan pengembangan keperawatan diarahkan kepada pemenuhan kriteria profesi, antara lain : memiliki ilmu pengetahuan, ditumbuhkan pada pendidikan tinggi, melaksanakan pelayanan profesi/professional dengan menggunakan metode ilmiah. Kesepakatan ini diikuti dengan adanya pergeseran berbagai regulasi pendidikan keperawatan yang semula ditetapkan oleh Departemen Kesehatan diatur oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Demikian juga pendidikan yang semula ada di jenjang SPK dan D III dikembangkan menjadi pendidikan tinggi pada jenjang Strata 1/ profesi.

Pada tahun 1985 dimulai Pendidikan Keperawatan pada jenjang strata satu (S-1) di Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) yang ditumbuhkan di Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia. Sementara itu pendidikan Akademi Perawat (AKPER) dengan program pendidikan

Draft

Diunduh

dari

(15)

diploma tiga (D-III) masih terus bertambah jumlahnya hingga saat ini. Pada awal perkembangannya kurikulum pendidikan S-1 Keperawatan merupakan satu kesatuan dan terintegrasi antara pendidikan akademik dan pendidikan profesi yang lulusannya diberi gelar Sarjana Keperawatan yang disingkat S.Kp. serta diakui sebagai perawat profesional.

Penyelenggara pendidikan tinggi yang pertama adalah Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1985. Pembukaan program studi tersebut diikuti oleh beberapa universitas negeri seperti Universitas Padjadjaran Bandung pada tahun 1994, pada tahun 1997-1998 berdiri di Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Diponegoro, Universitas Hasanuddin, Universitas Brawijaya, Universitas Sumatera Utara; serta perguruan tinggi swasta lainnya seperti Universitas Muhammadiyah Jakarta dan STIK St. Carolus Jakarta. Program ini menerima calon mahasiswa dari SMU (jalur reguler) dan dari DIII Keperawatan (alih jalur / “transfer”).

Tahun 1994, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI telah menerbitkan SK Nomor 310/U/1994 tentang kurikulum yang berlaku nasional bagi program sarjana ilmu kesehatan. Dalam kurikulum ini, pembelajaran aspek akademik dan keprofesian diintegrasikan menjadi satu kesatuan. Kurikulum ini disempurnakan melalui SK nomor 129/U/1998 yang menjadikan program pendidikan Sarjana keperawatan melaksanakan kurikulum pendidikan profesi keperawatan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap akademik dan tahap profesi yang merupakan satu kesatuan. Pada tahap akademik lulusannya mendapat gelar Sarjana Keperawatan disingkat S.Kep., dan tahap profesi lulusannya mendapat gelar profesi Ners disingkat Ns. Dengan demikian gelar Sarjana Keperawatan (SKp.) sebagai hasil dari kurikulum 1985 dan 1994, memiliki makna yang sama dengan gelar Sarjana Keperawatan dan Ners (S.Kep. Ns) hasil kurikulum tahun 1998. Sementara itu pendidikan SPK secara berangsur ditutup pada tahun 1996. Hal ini merupakan tindak lanjut implementasi Sistem Kesehatan Nasional 1982 dan kesepakatan lokakarya nasional tahun 1983.

Penataan jenis dan jenjang pendidikan keperawatan yang baik dan terarah diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dalam mengembangkan profesi keperawatan di masa depan. Pengembangan jenjang pendidikan Keperawatan termasuk di dalamnya jenjang akademik pendidikan tingkat magister (S-2) yaitu Magister Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, serta jenis pendidikan profesi tingkat spesialis diberbagai bidang layanan spesialisasi yang telah dimulai sejak tahun 1998 yang mencakup:Keperawatan Maternitas dan Keperawatan Komunitas, Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan Jiwa dan Keperawatan Anak. Pengembangan pendidikan Doktor Keperawatan untuk jenjang doktor (S-3) dimulai tahun 2008 di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Draft

Diunduh

dari

(16)

BAB III

SISTEM PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA

A. Ketentuan Umum/ Terminologi

Beberapa ketentuan umum/ terminologi pada naskah akademik pendidikan keperawatan sebagai berikut:

1. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan/asuhan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan/asuhan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

2. Ilmu keperawatan adalah ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Ilmu keperawatan merupakan sintesis dari ilmu biomedik, psikologi, sosial, perilaku, antropologi, dan trans budaya. Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi ilmu keperawatan adalah penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual) mulai dari tingkat individu utuh mencakup seluruh siklus kehidupan, yang juga tercerminkan pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat sistem organ fungsional sampai molekuler, sampai pada tingkat masyarakat.

3. Pendidikan keperawatan adalah proses pendidikan yang diselenggarakan di Perguruan Tinggi untuk menghasilkan berbagai lulusan Ahli Madya Keperawatan, Ners, Magister Keperawatan, Ners Spesialis, dan Doktor Keperawatan.

4. Jenis pendidikan perawat adalah pendidikan akademik, vokasi, dan profesi. Pendidikan akademik merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu pengetahuan. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu sebagai perawat. Pendidikan profesi merupakan pendidikan yang diarahkan untuk mencapai kompetensi profesi keperawatan.

5. Peserta didik pendidikan keperawatan yang selanjutnya disebut mahasiswa keperawatan adalah seseorang yang telah terdaftar dan mengikuti kegiatan akademik profesional di Perguruaan Tinggi.

Draft

Diunduh

dari

(17)

6. Pelayanan profesi adalah pelayanan keperawatan professional yang menggunakan metode ilmiah untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. Diberikan secara holistik dan komprehensif meliputi kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural secara manusiawi dan bersifat caring.

7. Perawat adalah seseorang yang lulus pendidikan tinggi Keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah RI sesuai dengan peraturan perundangan serta teregistrasi.

8. Perawat Ahli Madya adalah Perawat yang telah menyelesaikan pendidikan jenjang Diploma Tiga (D III) Keperawatan.

9. Ners adalah Perawat profesional yang telah menyelesaikan pendidikan profesi dalam bidang keperawatan umum dan memiliki kemampuan sebagai perawat profesional jenjang pertama (first professional degree).

10. Magister Keperawatan adalah Perawat profesional jenjang pertama (first professional degree) yang telah menyelesaikan pendidikan Magister pada program Magister Keperawatan.

11. Ners spesialis adalah Perawat yang telah menyelesaikan pendidikan Spesialis Keperawatan

12. Doktor Keperawatan adalah Perawat profesional yang telah menyelesaikan pendidikan doktor keperawatan.

13. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama memfasilitasi, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di bidang keperawatan.

14. Standar pendidikan keperawatan adalah kriteria minimal komponen pendidikan yang harus dimiliki oleh institusi pendidikan tinggi keperawatan yang terdiri atas standar pendidikan profesi keperawatan.

15. Standar kompetensi adalah kompetensi minimal yang harus dicapai dalam pendidikan keperawatan yang mencakup pengetahuan, sikap, dan, keterampilan.

16. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan

Draft

Diunduh

dari

(18)

tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi terdiri atas kompetensi utama, kompetensi pendukung, kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama (SK Mendiknas No. 045/U/2002). Elemen-elemen kompetensi terdiri atas a) Landasan kepribadian, b) Penguasaan ilmu dan keterampilan, c) Kemampuan berkarya, d) Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai, dan e) Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.

17. Kompetensi perawat Indonesia terdiri dari kompetensi perawat praktisi (perawat ahli madya dan ners spesialis), kompetensi perawat manajer dan kompetensi perawat peneliti 18. Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang

perawat untuk menjalankan praktik keperawatan di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.

19. Institusi Pendidikan Tinggi Keperawatan adalah institusi yang menyelenggarakan pendidikan keperawatan dalam bentuk fakultas, jurusan atau program studi yang merupakan bagian dari pendidikan tinggi/universitas/sekolah tinggi/ Institut dan Akademi.

20. Kurikulum pendidikan keperawatan yang selanjutnya disebut kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan keperawatan.

21. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Keperawatan adalah penjenjangan capaian pembelajaran keperawatan yang menyetarakan luaran pendidikan formal, nonformal, informal, atau sesuai dengan struktur pekerjaan keperawatan.

22. Uji Kompetensi suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap tenaga perawat sesuai dengan standar profesi perawat.

23. Surat Tanda Registrasi adalah yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan lembaga yang berwenang.

24. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga keperawatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi perawat dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/pekerjaan profesinya.

Draft

Diunduh

dari

(19)

B. Jenis Jenjang dan Beban Studi

1. Jenis pendidikan keperawatan meliputi:

a. Pendidikan Vokasi yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu sebagai perawat vokasi. b. Pendidikan Akademik yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan

dan pengembangan disiplin ilmu keperawatan.

c. Pendidikan Profesi yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mampu memecahkan masalah sains dan teknologi dalam bidang ilmu keperawatan untuk mampu mengambil keputusan strategis dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas tindakan keperawatan dibawah tanggung jawabnya.

2. Jenjang pendidikan tinggi keperawatan, meliputi: a. Pendidikan Diploma III Keperawatan b. Pendidikan Ners

c. Pendidikan Magister Keperawatan

d. Pendidikan Spesialis Keperawatan terdiri dari: 1) Spesialis Keperawatan Maternitas

2) Spesialis Keperawatan Anak

3) Spesialis Keperawatan Medikal Bedah 4) Spesialis Keperawatan Jiwa

5) Spesialis Keperawatan Komunitas

Pendidikan spesialis tersebut di atas akan berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan kebutuhan pengembangan ilmu.

e. Pendidikan Doktor Keperawatan

3. Beban Studi

Pendidikan keperawatan dilaksanakan dengan sistem kredit semester sebagaimana diamanatkan oleh Undang Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Draft

Diunduh

dari

(20)

Beban studi pendidikan keperawatan untuk semua jenjang sesuai SK Mendiknas No. 232/U/2000 sebagai berikut:

a. Diploma Tiga Keperawatan memiliki beban studi 110-120 SKS

b. Pendidikan Ners memiliki beban studi pada tahap akademik antara 144-160 SKS, dan pada tahap Profesi memiliki beban studi antara 36-50 SKS

c. Magister Keperawatan memiliki beban studi antara 36-50 SKS. d. Spesialis Keperawatan memiliki beban studi antara 36-50 SKS

e. Beban studi program doktor bagi peserta yang berpendidikan magister (S2) sebidang sekurang-kurangnya 40 SKS yang dijadwalkan untuk empat semester dengan lama studi selama-lamanya sepuluh (10) semester. Beban studi program doktor bagi peserta yang berpendidikan magister (S2) tidak sebidang sekurang-kurangnya 52 SKS yang dijadwalkan untuk lima semester dengan lama studi selama-lamanya sebelas (11) semester.

C. Gelar Pendidikan Vokasi, Akademik, dan Profesi

1. Lulusan program pendidikan diploma tiga mendapatkan sebutan Ahli Madya Keperawatan (AMd. Kep.)

2. Lulusan program pendidikan Ners mendapat gelar Ners (Ns.)

3. Lulusan program pendidikan Magister Keperawatan mendapat gelar Magister Keperawatan ( M.Kep.).

4. Lulusan program pendidikan Spesialis Keperawatan mendapat gelar Spesialis Keperawatan (Sp. Kep. sesuai pencabangan ilmu keperawatan)

5. Lulusan program pendidikan doktor mendapat gelar akademik Doktor Keperawatan (Dr.Kep.).

D. Kompetensi Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Kompetensi berdasarkan Jenjang Pendidikan digambarkan dalam tabel dibawah ini. Tabel tersebut digambarkan hubungan antara jenis pendidikan, jenjang pendidikan, gelar lulusan dan kompetensi (rincian uraian kompetensi terdapat pada lampiran). Pada tabel 2 digambarkan hubungan antara jenjang pendidikan, Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) bidang keperawatan dan lama pendidikannya.

Draft

Diunduh

dari

(21)

Tabel 1. Kompetensi Berdasarkan Jenjang Pendidikan Saat Ini Jenis

Pendidikan

Jenjang

Pendidikan Gelar Lulusan Kompetensi

Vokasi Diploma Tiga Keperawatan

Ahli Madya Keperawatan (AMd.Kep.)

Setelah menyelesaikan pendidikan diploma tiga, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran

Profesi Ners Ners (Ns) Setelah menyelesaikan pendidikan profesi, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran

Ners Spesialis Keperawatan

Ns. Sp. Kep. Setelah menyelesaikan pendidikan profesi Spesialis Keperawatan, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran Akademik Magister

Keperawatan (*)

M.Kep Setelah menyelesaikan pendidikan

magister, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran

Doktor Keperawatan

Dr. Kep. Setelah menyelesaikan pendidikan doktor, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran

Catatan :

(*) Khusus untuk program Magister, terdiri dari Magister ilmu keperawatan dasar dan Magister kepemimpinan.

Tabel 2. Jenjang dan Tingkat Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Bidang Keperawatan

Jenjang Pendidikan Tingkat KKNI Bidang Keperawatan Beban Studi Vokasi Beban Studi Akademik Beban Studi Profesi D III Keperawatan 5 110-120 SKS - - Ners 7 - 144-160 SKS 36-50 SKS Magister Keperawatan 8 - 36-50 SKS - Ners Spesialis 8 - 36-50 SKS - Doktor Keperawatan 9 - 50 SKS (matrikulasi 12 sks/semester selama 2 semester -

Draft

Diunduh

dari

www.hpeq.dikti.go.id

(22)

E. Penyelenggaraan Pendidikan Keperawatan

Jenjang pendidikan keperawatan yang ada pada jenjang pendidikan tinggi adalah pendidikan Diploma III Keperawatan yang bersifat vokasi, pendidikan Ners, Magister Keperawatan, Ners Spesialis dan Doktor Keperawatan.

Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan adalah pendidikan vokasi yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi keperawatan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sebagai pelaksana asuhan keperawatan.

Program Pendidikan Ners adalah program pendidikan akademik profesi yang bertujuan menghasilkan Ners yang memiliki kemampuan sebagai perawat profesional jenjang pertama (first professional degree).

Program magister keperawatan adalah program pendidikan akademik yang bertujuan menghasilkan magister yang memiliki kemampuan : (1) mengembangkan dan memutakhirkan IPTEKS dengan cara menguasai dan memahami, pendekatan, metode, kaidah ilmiah disertai keterampilan penerapannya, (2) memecahkan permasalahan di bidang keperawatan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan berdasarkan kaidah ilmiah, dan (3) mengembangkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan ketajaman analisis permasalahan, keserbacakupan tinjauan, kepaduan pemecahan masalah atau profesi yang serupa.

Program Spesialis keperawatan diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kemampuan (1) Mengembangkan dan memutakhirkan ipteks dengan cara menguasai dan memahami, pendekatan, metode, kaidah ilmiah disertai keterampilan penerapannya, (2) Memecahkan permasalahan di bidang keperawatan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan berdasarkan kaidah ilmiah, dan (3) Mengembangkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan ketajaman analisis permasalahan, keserbacakupan tinjauan, kepaduan pemecahan masalah atau profesi yang serupa.

Program Doktor Keperawatan diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kemampuan sebagai berikut : (1) mengembangkan konsep ilmu, teknologi /atau kesenian baru di dalam bidang keahlianya melalui penelitian, (2) Mengelola, memimpin dan mengembangkan program penelitian (3) Pendekatan interdisipliner dalam berkarya dibidang keperawatan.

Penyelenggara pendidikan tersebut diatas harus memenuhi standar penyelenggaraan pendidikan yang mencakup 7 standar mencakup 1) Visi, Misi, Tujuan, sasaran dan stratetgi pencapaian; 2) Tata pamong, kepemimpinan, sisytem pengelolaan dan penjaminan mutu: 3)

Draft

Diunduh

dari

(23)

Mahasiswa dan Lulusan; 4) Sumber Daya Manusia; 5) Kurikulum, Pembelajaran dan Suasana akademik; 6) Pembiayaan, Sarana dan Prasarana, Sistem Informasi; 7) Penelitian, pelayanan/Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerjasama (Secara lengkap dapat di lihat pada Lampiran).

F. Peran Pendidikan Keperawatan Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan

Pelayanan Kesehatan berkualitas yang sebagian besar diberikan oleh Perawat kompeten sangat diharapkan oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan hasil survey yang dilakukan oleh PPNI bekerjasama dengan HPEQ Project pada tahun 2010 diidentifikasi bahwa terdapat kesenjangan antara harapan masyarakat dengan kompetensi perawat yang ada saat ini. Hasil survei ini mengindikasikan bahwa perlu adanya peningkatan kompetensi perawat baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. (Tim HPEQ Project Komponen I, 2010).

Keberadaan pendidikan tinggi keperawatan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Permasalahan yang ada adalah distribusi dan pendayagunakan tenaga kesehatan/lulusan pendidikan tinggi belum tertata dengan baik. Hal ini mengakibatkan belum meratanya jangkauan pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh para lulusan pendidikan tinggi. Lulusan dari berbagai jenjang pendidikan ini perlu diatur pendayagunaannya secara baik berdasarkan asas keadilan dan pemerataan keterjangkauan. Masalah kesehatan yang semakin kompleks menyebabkan semakin tingginya kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh para perawat untuk mengatasi masalah tersebut. Hal ini pula yang mendasari perlu peningkatan jenjang pendidikan spesialis dan program pendidikan doktor keperawatan untuk mengembangan IPTEKS Keperawatan melalui pengembangan penelitian.

Penyelenggaraan Pendidikan Keperawatan khususnya pada pembelajaran klinik merupakan serangkaian kegiatan yang mewujudkan interaksi antara pembimbing klinik, mentor/perceptor dengan mahasiswa, dalam melakukan pelayanan keperawatan berdasarkan standar prosedur operasional berkontribusi untuk dalam peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan pelayanan kesehatan melalui praktik terbaiknya.

Untuk memberikan jaminan kepada masyarakat, bahwa pelayanan perawat diberikan oleh Perawat yang kompeten perlu dibuktikan melalui uji kompetensi yang telah dilakukan oleh lembaga yang berwenang. Sejak tahun 2007 sistem uji kompetensi telah dikembangkan oleh

Draft

Diunduh

dari

(24)

Organisasi profesi (PPNI) terhadap para perawat khususnya yang akan bekerja ke luar negeri dan lulusan baru dimana pelaksanaannya dilakukan oleh Komite Nasional Uji Kompetensi Perawat (KNUKP). Dengan dikeluarkannya Kepmenkes Nomor 1796 tahun 2011 yang mengatur tentang Registrasi Tenaga Kesehatan termasuk Perawat, maka setiap lulusan baru harus mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR). STR merupakan persyaratan bagi para tenaga perawat untuk melakukan praktik mulai diberlakukan pada tahun 2013.

Pelaksanaan uji kompetensi berdasarkan peraturan menteri kesehatan tersebut merupakan kewenangan dari lembaga/Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI). Dalam menjalankan tugasnya tersebut, MTKI bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi (LPUK) untuk mengembangkan sistem termasuk soal uji kompetensi. Bukti dari kelulusan seorang perawat dalam uji kompetensi berupa Surat Tanda Registrasi (STR) identik dengan Registered Ners (RN) di luar negeri.

Pendayagunaan lulusan diberbagai fasilitas pelayanan kesehatan maupun pendidikan didasarkan pada kompetensi, yang selanjutnya ditata dalam sistem jenjang karir perawat professional. Penataan jenjang karir perawat di tatanan pelayanan keperawatan telah diatur sejak 2008 melalui suatu sistem jenjang karir yang telah diadopsi oleh Kementerian Kesehatan namun aturan hukum yang mengatur pelaksanaannya belum ada. Dalam sistem jenjang karir perawat klinik tersebut, sebagai contoh seorang lulusan program pendidikan Diploma III Keperawatan dengan masa kerja 0-2 tahun dikategorikan sebagai seorang Perawat Klinik I (PK I). Pada kategori yang sama (PK I), seorang lulusan ners dengan masa kerja 0-1 tahun. Untuk mencapai jenjang PK II, seorang lulusan D III Keperawatan memerlukan masa kerja 5 tahun, sementara seorang lulusan ners hanya memerlukan waktu 1-2 tahun. Seorang lulusan DIII Keperawatan hanya bisa mencapai maksimal jenjang PK III, sedangkan lulusan Ners dapat mencapai PK IV. Sementara lulusan Spesialis dan sub spesialis dapat mencapai PK V. Untuk lebih jelasnya mengenai system jenjang karir dapat pada lihat pada tabel berikut ini.

Draft

Diunduh

dari

(25)

Tabel 3 Pemetaan Jenjang Karir Tahun 2008

Jenjang

karir Pendidikan Masa Kerja Kompetensi

Perawat Klinik I (PK I) D3 Keperawatan S1 Keperawatan/Ners 0-2 tahun 0-1 tahun

– Memberikan keperawatan dasar – Memberikan asuhan keperawatan dgn

bimbingan dari perawat klinik lebih tinggi

– Melakukan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarganya

– Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan

– Melakukan kolaborasi dgn profesi lain PK II D3 Keperawatan

S1 Keperawatan/Ners

5 Tahun 1-2 Tahun

– Memberikan keperawatan dasar dalam lingkup keperawatan: medical-bedah maternitas/pediatrik/jiwa/komunitas/ gawat darurat tanpa komplikasi/tidak

kompleks dengan bimbingan terbatas

dari perawat klinik yang lebih tinggi. – Melakukan tindakan kolaborasi dengan

profesi lain

– Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan

– Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi klien dan keluarganya serta bagi perawat klinik pada tingkat dibawahnya – Membimbing PK I PK III D3 Keperawatan S1 Keperawatan/Ners S2 Keperawatan (Sp1) >5 sd 9 tahun >3 sd 6 tahun 0-1 tahun

– Memberikan keperawatan dasar pada klien dalam lingkup keperawatan: medikal bedah / maternitas / pediatrik / jiwa / komunitas / gawat darurat dengan

komplikasi/ kompleks

– Melakukan tindakan keperawatan khusus dengan resiko

– Melakukan konseling kepada klien – Melakukan rujukan keperawatan – Melakukan asuhan keperawatan dengan

keputusan secara mandiri ( tanpa bimbingan )

– Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan

– Melakukan kolaborasi dengan profesi lain

– Melakukan pendidikan kesehatan bagi pasien, keluarga

– Membimbing PK II

– Mengindentifikasi hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut

Draft

Diunduh

dari

(26)

PK IV S1 Keperawatan / Ners (Ns) S2 Keperawatan (Sp1) S3 Keperawatan (Sp2) >9tahun >2tahun 0 tahun

– Memberikan asuhan keperawatan khusus atau sub-spesialisasi. – Melakukan tindakan keperawatan

khusus atau sub-spesialis dengan keputusan secara mandiri

– Melakukan bimbingan bagi PK III – Melakukan dokumentasi asuhan

keperawatan

– Melakukan kolaborasi dengan profesi lain

– Memberikan asuhan keperawatan khusus atau sub-spesialisasi.

– Melakukan pendidikan kesehatan bagi pasien, keluarga

– Membimbing peserta didik keperawatan

– Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut

PK V (expert) S2 Keperawatan (Sp1) S3 Keperawatan (Sp2) >4tahun >1 tahun

– Memberikan asuhan keperawatan khusus atau sub-spesialisasi dalam lingkup medikal bedah /maternitas/ pediatrik/ jiwa/ komunitas / gawat darurat

– Melakukan tindakan keperawatan khusus atau sub-spesialis dengan keputusan secara mandiri

– Melakukan bimbingan bagi PK IV – Melakukan dokumentasi asuhan

keperawatan

– Melakukan kolaborasi dengan profesi lain

– Melakukan konseling kepada pasen – Melakukan pendidikan kesehatan bagi

pasien dan keluarga – Membimbing peserta didik

keperawatan

– Berperan sebagai konsultan dalam lingkup bidangnya

– Berperan sebagai peneliti

*) Sistem jenjang karir ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat ini dan kebutuhan di masa datang

Draft

Diunduh

dari

(27)

G. Penjaminan Mutu Pendidikan Keperawatan

1. Untuk menjamin mutu intake, proses dan output lulusan, setiap penyelenggara pendidikan keperawatan harus melakukan program penjaminan mutu pendidikan.

2. Program penjaminan mutu dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Penjaminan mutu internal dilakukan dengan membentuk badan jaminan mutu internal, sedangkan penjaminan mutu eksternal dapat melibatkan lembaga penjaminan mutu independen yang diakui pemerintah.

3. Penjaminan mutu pendidikan keperawatan perlu ditetapkan bahwa untuk dapat melanjutkan pendidikan profesi ke jenjang lebih tinggi, seperti dari Ners generalis ke pendidikan Ners spesialis, diperlukan paling sedikit pengalaman kerja 2 (dua) tahun di bidang profesinya termasuk internship.

4. Dalam rangka penjaminan mutu pendidikan keperawatan terutama pendidikan di wahana praktik mahasiswa, perlu ditetapkan peluang untuk memperoleh pengakuan kepakaran sebagai Ners Konsultan dari para sejawat Ners Spesialis sejenis dapat diberikan setelah Ners Spesialis mendapatkan pengalaman kespesialisasiannya paling sedikit 5 (lima) tahun di bidang kepakarannya melalui berbagai kegiatan ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan secara nasional dan atau internasional.

Sistem Akreditasi Pendidikan Keperawatan

Akreditasi merupakan upaya pengendalian mutu secara eksternal yang dilakukan oleh suatu badan mandiri. Di Indonesia, saat ini hanya ada satu badan mandiri akreditasi Perguruan Tinggi yaitu Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Program Health Professional Education Quality Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (HPEQ DIKTI 2009 - 2014) sedang mengembangkan sistem akreditasi yang diharapkan dapat melakukan akreditasi pada pendidikan profesi kesehatan di masa mendatang yang disebut dengan Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM-PT Kes). Akreditasi oleh LAM-PT Kes dilakukan dengan menilai proses dan kinerja serta keterkaitan antara tujuan, masukan, proses dan keluaran suatu perguruan tinggi atau program studi keperawatan melalui penilaian formatif. Prinsip akreditasi adalah Continous Quality Improvement.

Sejak bulan Mei 2010 melalui program HPEQ DIKTI mulai dikembangkan instrumen untuk program studi pendidikan Ners sebagai kegiatan awal sebelum mengembangkan

Draft

Diunduh

dari

(28)

instrumen sejenis untuk program studi diploma dan program studi pasca sarjana (Program Magister, Program Doktor dan Program Spesialis).

Standar kompetensi sesuai jenis dan jenjang pendidikan telah ditetapkan bersama antara Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) dan Asosiasi Institusi Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan Indonesia (AIPDiKI). Standar Pendidikan Ners yang menjadi tanggung jawab AIPNI telah disusun melalui serangkaian kerja bersama dengan PPNI dan beberapa pemangku kepentingan lainnya. Melalui kedua standar ini maka pengembangan instrumen akreditasi untuk program studi pendidikan Ners telah dilaksanakan dengan mengacu pada kedua standar ini, disamping itu juga mempertimbangkan berbagai aturan dan kebijakan tentang pendidikan profesi kesehatan dan keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan standar pendidikan Diploma III, Magister, Spesialis dan Doktor keperawatan sedang dalam proses penyusuanan dengan melibatkan berbagai stakeholder

Standar Kompetensi dan Standar Pendidikan menjadi dasar implementasi sistem akreditasi pada pendidikan profesi keperawatan sebagaimana contoh skema untuk pendidikan ners seperti berikut ini:

ACCREDITATION SYSTEM FOR BSN NURSING

EDUCATION INSTITUTION

TH-1 TH-2 TH-3 TH-4 TH-5

AKADEMIK 144 SKS

PROFESI 36-40 SKS

IQF LEVEL 6 IQF LEVEL 7

S.Kep

NERS

ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN

ORGANISASI PROFESI REKOMENDASI

AKREDITASI

TIM GAB PPNI-AIPNI

8/4/2010 ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN NERS 13

INDONESIA

INPUT PROSES OUT PUT

Draft

Diunduh

dari

(29)

Berdasarkan skema diatas maka tim penilai atau asesor merupakan komponen penting dalam proses akreditasi ini. Oleh karena itu melalui naskah akademik ini diharapkan dapat dibentuk tim yang terdiri dari berbagai komponen seperti terlihat pada skema berikut. Harapannya akan terjadi proses akreditasi yang transparans, trustable, kredibel dan akuntabel sebagaimana contoh skema tim akreditasi untuk program pendidikan ners dibawah ini:

ACCREDITATION TEAM

4/20/2011 19 BAN-PT AIPNI PPNI Government (KEM.DIKNAS & KEMENKES) Public Representative USER (STUDENT) ACCREDITATION TEAM

NURSING HIGHER EDUCATION INDEPENDENT

ACCREDITATION BOARD

Pada akhirnya, sistem akreditasi yang baik dapat menghasilkan citra yang baik bagi lulusan maupun institusi yang menghasilkannya. Landasan hukum pelaksanaan akreditasi yang dilaksanakan oleh LAM-PTKes antara lain;

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496);

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2011;

Draft

Diunduh

dari

(30)

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;

Sertifikasi Lulusan Pendidikan Keperawatan

Sertifikasi merupakan tanda bukti keabsahan suatu akhir proses, dalam hal ini proses pendidikan keperawatan. Sertifikasi lulusan pendidikan keperawatan ini diberikan dalam bentuk/jenis sebagai berikut:

1. Ijazah diberikan oleh perguruan tinggi kepada lulusan yang telah menyelesaikan jenjang tertentu meliputi: pendidikan diploma tiga keperawatan, pendidikan Ners, pendidikan Magister Keperawatan, pendidikan Ners spesialis keperawatan dan pendidikan doktoral keperawatan.

2. Sertifikat kompetensi sebagai tanda bukti telah diselesaikannya program pendidikan berkelanjutan, diberikan oleh lembaga sertifikasi Perawat sebagai tanda telah lulus uji kompetensi perawat.

Penyelenggaraan pendidikan di masa kini dan mendatang

Pengembangan pendidikan Keperawatan saat ini diarahkan sejalan dengan perkembangan IPTEK, perubahan demografik kependudukan di Indonesia, arus global dan masalah kesehatan yang kompleks serta tuntutan akan layanan kesehatan yang paripurna dan berkualitas. Diperlukan beberapa profil Perawat mulai dari dasar sampai tingkat lanjut. Jenis Perawat terdiri dari jenjang vokasi (Diploma III) dan jenjang profesi yang meliputi Ners dan Ners Spesialis pada berbagai bidang keperawatan, serta adanya pengakuan kepakaran pada Ners Spesialis sebagai Ners Konsultan. Disamping itu keberadaan Perawat Diploma tiga sebagai tenaga vokasi masih diperlukan untuk berperan serta mendukung Ners di berbagai tatanan layanan termasuk

Draft

Diunduh

dari

(31)

Rumah Sakit dan komunitas. Jenis Perawat yang dikembangkan juga saat ini adalah yang berjenjang pendidikan akademik (Magister dan Doktor). Pendidikan akademik bertujuan untuk memenuhi persyaratan memasuki jenjang pendidikan profesi spesialis dan upaya pengembangan keilmuan Keperawatan (Ilmu Keperawatan Dasar dan Kepemimpinan).

Salah satu upaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan Ners adalah dengan penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pendidikan Sarjana Keperawatan oleh AIPNI dan PPNI mulai tahun 2006 dengan mengacu pada SK No. 232/U/2000 dan memberlakukannya pada tahun 2008. Kurikulum Diploma III juga di lakukan pembenahan oleh Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan sejak tahun tahun 2006 dan diberlakukan tahun 2008 sampai dengan sekarang.

Pada bulan Juli tahun 2010 telah ditetapkan kurikulum pendidikan profesi Ners yang mengembalikan pola pendidikan tahapan menjadi terintegrasi kembali dengan struktur dan pola yang telah disempurnakan dari sebelumnya (kurikulum 1985 dan 1998). AIPNI dan PPNI melakukan kesepakatan perubahan pola kurikulum ini dalam rangka memperoleh standarisasi kurikulum dan implementasinya yang pada kenyataan selama ini sangat bervariasi mengingat kemampuan setiap institusi juga sangat bervariasi. Kurikulum yang dikembangkan berupa kurikulum inti berbobot 60% dan isu global 20% dari kurikulum institusi. Tujuannya adalah diperolehnya kompetensi inti yang setara pada lulusan pendidikan Ners yang ada di Indonesia.

Pola penyelenggaraan pendidikan Ners yang baru ini merupakan pola terintegrasi antara tahap akademik dan tahap profesi yang diukur melalui pembagian kegiatan akademik yang berbeban studi 68% dan kegiatan profesi berbeban studi 32% dari total 180 sks (berasal dari tahap akademik 144 sks dan tahap profesi 36 sks.

Draft

Diunduh

dari

(32)

Gambaran pola penyelenggaraan pendidikan Ners digambarkan pada skema berikut:

Skema 3: Pola penyelenggaraan pendidikan Ners.

Pada saat yang sama juga telah dikembangkan beberapa Kolegium Keperawatan termasuk Kolegium Pendidikan Ners. Kolegium ini memiliki fungsi antara lain mengkawal kualitas penyelenggaraan Pendidikan Profesi melalui kurikulum yang dapat menjamin diperolehnya lulusan yang berkualitas, mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (untuk Perawat) dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara nasional maupun global.

Dalam upaya menstandarisasi kualitas lulusan maka pada standar pendidikan dicantumkan pula ketentuan tentang Uji Kompetensi Nasional bagi peserta didik sebelum dinyatakan lulus, yang disebut dengan Exit exam atau Entry level exam. Bagi peserta yang lulus Uji kompetensi akan diberikan sertifikat kompetensi yang menjadi syarat memperoleh Surat Tanda Registrasi (STR). Berdasarkan pola pengembangan tenaga keperawatan maka jenis dan jenjang pendidikan keperawatan adalah sebagai berikut:

1. Jenjang pendidikan Diploma III keperawatan memangku peran dan fungsi sebagai tenaga perawat vokasi yang proses pendidikanya menggunakan kurikulum terintegrasi. Sampai dengan saat ini jenis tenaga vokasi masih dibutuhkan baik dalam negeri maupun diluar negeri. Oleh karena dalam beberapa dekade kedepan pendidikan jenjang Diploma III masih tetap eksis.

36 sks 144 sks KEGIATAN AKADEMIK 122,4 sks KEGIATAN PROFESI 57,6 sks 180 sks

(total beban studi)

Draft

Diunduh

dari

(33)

2. Jenjang pendidikan dasar Ners generalis untuk memangku peran dan fungsi sebagai tenaga profesional yang memiliki kompetensi dan kewenangan profesi pada tingkat keperawatan umum. Jenjang pendidikan ini pola kurikulumnya terintegrasi walaupun masih tersirat persyaratan tahap akademik dan tahap profesi yang mencerminkan eksistensi Undang Undang No. 20 tahun 2003 yaitu tentang pendidikan profesi setelah pendidikan sarjana. Pertimbangan utamanya adalah meningkatkan kualitas layanan yang diberikan pada klien dan masyarakat melalui kinerja Ners yang memperlihatkan penguasaan keilmuan dan pengetahuan keperawatan yang tinggi dan kemampuan kritikal dalam menetapkan tindakan dengan justifikasi ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan. Disamping itu, pola terintegrasi antara tahap akademik dan profesi ini diperlukan untuk mengakomodasi upaya pengembangan profesi keperawatan di Indonesia dan menyesuaikan dengan kondisi ketenagaan keperawatan di dunia internasional. Jabaran kompetensi Ners disampaikan pada bagian C tentang kompetensi setiap jenjang pendidikan keperawatan

3. Jenjang berikutnya adalah Ners Spesialis yang memiliki kompetensi sesuai bidang spesialisasi yang memperkuat dan meningkatkan kualitas layanan keperawatan di bidang spesialisasi tersebut melalui upaya mewujudkan praktik keperawatan berbasis bukti (evidence based nursing practice) yang terdiri dari :

a. Keperawatan Medikal Bedah dengan beberapa area peminatan. b. Keperawatan Jiwa c. Keperawatan Maternitas d. Keperawatan Anak e. Keperawatan Komunitas f. Keperawatan Kritis g. Keperawatan Kardiovaskuler h. Keperawatan Emergensi i. Keperawatan Onkologi j. Keperawatan Gerontik k. Keperawatan Nefrologi l. Keperawatan Neurologi

Draft

Diunduh

dari

www.hpeq.dikti.go.id

Gambar

Tabel tersebut digambarkan hubungan antara jenis pendidikan, jenjang pendidikan, gelar lulusan  dan  kompetensi  (rincian  uraian  kompetensi  terdapat  pada  lampiran)
Tabel 1.  Kompetensi Berdasarkan Jenjang Pendidikan Saat Ini  Jenis
Tabel 3 Pemetaan Jenjang Karir Tahun 2008

Referensi

Dokumen terkait