• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2021 sampai Juli 2021 di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2021 sampai Juli 2021 di"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

18 III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2021 sampai Juli 2021 di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunkan untuk penelitian ini yaitu beaker glass merk pyrex, thermometer, timbangan analitik merk Ohaus PX224, hot plate, gelas ukur, blender,

Cabinet Dryer, stopwatch, loyang, dan ayakan. Alat dan mesin pendukung yaitu

pisau, sendok, spatula, saringan, baskom, plastik wrap, gunting, toples, sarung tangan, dan masker. Alat dan mesin untuk analisa yaitu satu set alat uji kuat tarik (FG/SPAG 01/2650 texture analyser), mikrometer sekrup, cawan, toples, spektrofotometer, kuvet, kurs porselen, oven, desikator, dan gelas ukur.

Bahan utama yang digunakan untuk penelitian yaitu talas dengan umur panen 8 bulan yang diperoleh dari pasar Gadang dan lidah buaya (Aloe vera L.) dengan umur panen 3 bulan dari Karangploso. Bahan Pendukung aquades, air, tissue, Ca(OH)2 dan gliserol. Bahan untuk analisa yaitu aquades, silica gel, dan NaCl 40%,

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan tiga kali ulangan dan kombinasi perlakuan dari kedua faktor yaitu 9 perlakuan. Faktor pertama yaitu perbedaan

(2)

konsentrasi penggunaan pati umbi talas yang terdiri dari tiga level, dan faktor kedua yaitu perbedaan konsentrasi penambahan lidah buaya yang terdiri dari tiga level. Faktor I Konsentrasi Pati Umbi Talas (A) (b/v)

A1: Pati Talas 2% A2: Pati Talas 3% A3: Pati Talas 4%

Faktor II Konsentrasi Gel Lidah Buaya (B) (v/v) B0: Gel Lidah Buaya 0%

B1: Gel Lidah Buaya 5% B2: Gel Lidah Buaya 10%

B0 B1 B2

A1 A1B0 A1B1 A1B2

A2 A2B0 A2B1 A3B2

A3 A3B0 A3B1 A3B2

Keterangan Kombinasi Perlakuan:

A1B0: Pati Talas 2% + Gel Lidah Buaya 0% A1B1: Pati Talas 2% + Gel Lidah Buaya 7,5% A1B2: Pati Talas 2% + Gel Lidah Buaya 15% A2B0: Pati Talas 3% + Gel Lidah Buaya 0% A2B1: Pati Talas 3% + Gel Lidah Buaya 7,5% A2B2: Pati Talas 3% + Gel Lidah Buaya 15% A3B0: Pati Talas 4% + Gel Lidah Buaya 0% A3B1: Pati Talas 4% + Gel Lidah Buaya 7,5% A3B2: Pati Talas 4% + Gel Lidah Buaya 15%

Berdasarkan rancangan tersebut maka akan dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variant (ANOVA) dan dilanjutkan uji banding Duncant’s Multiple

(3)

20 Range Test (DMRT) dengan taraf nyata 5% (α=0,05) untuk mendapatkan kesimpulan mengenai pengaruh perlakuan.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 3 bagian yang meliputi pembuatan pati talas, pembuatan gel lidah buaya kemudian dilanjutkan dengan pembuatan

edible film dan analisa yang meliputi ketebalan edible film, kelarutan dalam air,

transparansi, kuat tarik, elongasi dan laju transmisi uap. 3.4.1 Proses Pembuatan Pati Talas (Sutrisno,2009)

Proses pembuatan pati talas dimulai dari sortasi dengan tujuan memisahkan talas yang dapat dan tidak dapat digunakan. Kemudian talas dikupas untuk menghilangkan kulit, setelah itu dicuci sampai bersih. Kemudian talas direndam menggunakan larutan garam untuk menghilangkan lendir dan kalsium oksalat selama 2 jam. Setelah itu dicuci sampai bersih, talas yang sudah bersih kemudian diparut menggunakan alat parut tradisional. Penghalusan ini untuk mempermudah ekstraksi pati. Kemudian menambahkan air bersih dengan perbandingan 3 : 1 dari jumlah talas. Setelah itu disaring menggunakan saringan dengan tujuan memisahkan filtrat dengan ampas talas. Filtrat diendapkan selama 24 jam kemudian air sisa endapan dibuang. Endapan pati dicuci sebanyak 3 kali agar kotoran-kotoran yang ada di permukaan hilang. Endapan pati yang telah dicuci kemudian dikeringkan menggunakan pengering kabinet dengan suhu 50℃ selama 24 jam. Setelah kering, endapan dihaluskan menggunakan blender dan diayak menggunakan ayakan (Sutrisno, 2009)

(4)

21 Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Pati Talas (Sutrisno, 2009)

Gambar 3Diagram Alir Pembuatan Pati Talas (Sutrisno, 2009) Talas 4,25 Kg

Pengupasan dan Pencucian

Perendaman (t=2 jam) (1 : 5)

Pencucian

Pemarutan

Ekstraksi Pati (Parutan talas : Air)

(1 : 3) Penyaringan Cairan Pengendapan (24 jam) Endapan Pengeringan (T = 55o C, t = 24 jam) Penggilingan Pengayakan Pati Talas Limbah Cair Ampas Air Garam 125 g Analisa : 1. Amilosa 2. Kadar Pati 3. Kadar Air

(5)

22 3.4.2 Proses Pembuatan Gel Lidah Buaya (termodifikasi Miranda dkk,2018) Lidah buaya segar dicuci terlebih dahulu dan dipisahkan dari bagian sisi atas dan bawah daun. Lidah buaya kemudian dipotong menjadi beberapa bagian dan dicuci ulang dengan air bersih. Potongan lidah buaya dihaluskan dan hasilnya disaring dengan saringan berdiameter 1 mm2. Filtrat yang diperoleh dari proses penyaringan merupakan gel lidah buaya yang siap digunakan.

Lidah buaya

Pencucian dan pengupasan

Pemotongan bagian lidah buaya

Gel Lidah buaya

Pencucian dengan air

Penghalusan

Penyaringan

Kulit lidah buaya

Air

Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Lidah Buaya (termodifikasi Miranda dkk, 2018)

Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Lidah Buaya (termodifikasi Miranda dkk, 2018)

(6)

23 3.4.3 Proses Pembuatan Edible Film (termodifikasi Siswanti dkk., 2013)

Pembuatan edible film dilakukan dengan menyiapkan aquades 100 ml. Pati talas sesuai perlakuan (2%, 3%, dan 4%) ditambahkan dan gel lidah buaya sesuai perlakuan (0%, 7,5%, 15%) dan gliserol 0,8 ml ditambahkan, kemudian dipanaskan diatas hotplate selama 15 menit. Setelah itu larutan dituangkan kedalam cetakan dan dilakukan pengeringan pada suhu 50ºC selama 24 jam. Kemudian dilakukan analisis fisik dan mekanik edible film.

Pati Talas (2% ; 3% ; 4%) Pelarutan disertai pengadukan (t = 3 menit) Pelarutan disertai pengadukan (t = 3 menit) Edible film Pelarutan disertai pengadukan (t = 3 menit) Pencetakan Pengeringan (T = 50ºC, t= 24 jam) Aquades 100 ml ml Gliserol (0,8 ml) Lidah buaya (0%, 7,5 %,15%) Pemanasan (T:80ºC t=15 menit) Analisa : 1. Ketebalan Edible Film 2. Kelarutan dalam Air 3. Tranparansi 4. Kuat Tarik 5. Elongasi 6. Laju Transmisi Uap Air

Gambar 5. Diagram Alir Pembuatan Edible Film (termodifikasi Siswanti dkk., 2013)

(7)

24 3.5 Parameter Penelitian

3.4.4 Analisa Uji Ketebalan Edible Film (Setiani dkk.,2013)

1. Edible film yang dihasilkan diukur ketebalannya dengan menggunakan

mikrometer sekrup dengan ketelitian alat 0,01 mm.

2. Pengukuran dilakukan pada lima titik yang berbeda.

3. Rata-rata nilai yang diperoleh dihitung sebagai ketebalan edible film. 3.4.5 Analisa Kelarutan dalam Air (Farahnaky dkk, 2012)

1. Pengujian dilakukan dengan cara memotong edible film dengan ukuran 1 cm x 1 cm.

2. Sampel ditimbang sebagai berat awal (W0).

3. Sampel dimasukkan ke dalam gelas beaker yang telah diisi aquades sebanyak 50 ml selama 10 menit.

4. Sampel lalu dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 60o C selama 24 jam. 5. Sampel ditimbang sebagai berat akhir (W1), sehingga diperoleh nilai

penyerapan air pada edible film.

6. Persentase kelarutan edible film dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: % 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 =𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑊𝑂)– 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑊1)

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑊𝑂) 𝑥 100

3.4.6 Uji Transparansi (Bao dkk, 2009)

1. Edible film yang dihasilkan dipotong dengan ukuran 1 x 5 cm. 2. Edible film dimasukkan ke dalam kuvet.

3. Transparansi Edible film diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang (λ) 550 nm.

(8)

𝑇 =𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 (∧)550 𝑛𝑚 𝑥

3.4.7 Analisis Kuat Tarik (Tensile strength)(ASTM D882-12, 2012)

1. Edible film dipotong dengan ukuran 20 mm x 50 mm.

2. Kuat tarik edible film diuji dengan Universal Testing Machine.

3. Nilai kekuatan tarik setelah penarikan sampel akan dibaca dengan persamaan

sebagai berikut:

𝐾𝑢𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 =𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 (𝐹𝑚𝑎𝑥) 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 (𝐴)

3.4.8 Analisis Elongasi (Elongation at Break) (ASTM D882-12, 2012) 1. Edible film dipotong dengan ukuran 20 x 50 mm.

2. Kuat tarik diuji dengan Universal Testing Machine.

3. Elongasi edible film dihitung dengan rumus sebagai berikut: 𝐸𝑙𝑜𝑛𝑔𝑎𝑠𝑖 (%) =𝑑 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ − 𝑑 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 (𝑚𝑚)

𝑑 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 (𝑚𝑚) 𝑥 100 3.4.9 Laju Transmisi Uap Air (Water Vapor Transmission Rate/WVTR)

(ASTM D882-12, 2012)

1. Edible film dipasang pada cawan yang berisi 2 gram silica gel.

2. Bagian tepi cawan dan edible film ditutup dengan menggunakan film dan direkatkan dengan karet.

3. Cawan dan edible film ditimbang sebagai berat awal, kemudian dimasukkan kedalam toples yang berisi 100 ml larutan NaCl 40% (RH = 75%) pada suhu 25℃

(9)

26 4. Toples kemudian ditutup rapat, setiap 24 jam cawan ditimbang dan pengamatan

dilakukan selama 6 hari.

5. Data yang telah diperoleh dibuat persamaan regresi linier, sehingga diperoleh

slope kenaikkan berat cawan (g/hari) dibagi dengan luas area edible film yang

di uji (m2).

6. Laju transmisi uap air dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : Transmisi uap air = 𝑊

𝑡 𝑥 𝐴

W = perubahan berat film setelah 6 hari t = 24 jam

A = Luas permukaan (m2) 3.6 Analisa Data

Pengolahan data hasil penelitian selanjutnya dilakukan dengan uji statistika menggunakan metode analisis ragam atau ANOVA (Analysis of Variance). Apabila hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (berbeda nyata), maka dilanjutkan lagi uji lanjut menggunakan metode Duncan's Multiple Range Test (DMRT). Penentuan perlakuan terbaik dengan menggunakan metode De Garmo.

Gambar

Gambar 3.  Diagram Alir Pembuatan Pati Talas (Sutrisno, 2009)  21
Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Lidah Buaya (termodifikasi Miranda  dkk, 2018)
Gambar  5.    Diagram  Alir  Pembuatan  Edible  Film  (termodifikasi  Siswanti dkk., 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian terdiri atas beberapa tahap, yaitu: 1) Penanaman planlet pisang raja bulu umur 2 bulan kedalam medium MS yang sudah ditambahkan PEG 6000 sesuai konsentrasi, 2)

Tanaman selada dapat tumbuh dengan baik pada suhu sedang, maka dalam penelitian ini suhu diusahakan konstan.. Suhu yang dipertahankan dalam ruang penanaman berkisar antara 27

1) Bahasa merupakan seperangkat bunyi. Bahasa adalah seperangkat bunyi bersistem yang dikeluarkan oleh alat ucap manusia. Melalui sistem tersebut, bahasa

[2] Anthoni Santoso Putra dalam tugas akhir yang berjudul “Pemanfaatan Harmonisa Sebagai Sumber Energi Dengan Menggunakan Filter (Boost Converter Dan Inverter 1

Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah diubah beberapa

Rangkaian alat penelitian yang digunakan, terdiri dari tabung mariotte (pensuplay air kedalam bambu) yang dibuat dari pipa berukuran 4 inchi dan 0,5 inchi, ember cat yang telah

Data masukan yang diolah antara lain pembuatan domain model dengan menggunakan data batimetri perairan, pengolahan data arah maupun kecepatan angin yang dihitung tiap-tiap grid

Agama Kota Malang faktor-faktor terjadinya dispensasi pernikahan anak di bawah umur ada dua yaitu karena sudah hamil duluan sebelum menikah dan karena sudah pacaran