BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. STRES
2.1.1. Pengertian Stres
Stres adalah suatu kondisi yang dialami manusia selama hidupnya, dan dalam setiap kegiatan manusia berupa tekanan mental,yang dapat mengganggu keseimbangan karena suatu masalah atau tuntutan penyesuaian diri. Stres juga memiliki arti sebagai respon manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada pada dirinya (Selye H. dalam Sunaryo, 2004). Stres dapat juga mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan individu terhadap situasi yang disebut respon stres. Saat individu dihadapkan pada situasi stres maka individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun psikologis. (Atkinson, 2000)
2.1.2. Faktor Pencetus Stres
Kondisi sehat dapat dipertahankan karena individu mempunyai ketahanan tubuh yang baik. Stres terjadi karena tidak adekuatnya kebutuhan dasar manusia yang akan bermanifestasi pada perubahan fungsi fisiologis, kognitif, emosi, dan perilaku (Gunawan, 2007).
Stres dapat berasal dari tiga sumber, yaitu:
1) Katastrofi
Katastrofi adalah kejadian besar yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi. Contoh dari katastrofi adalah bencana alam dan perang.
2) Perubahan kehidupan
Perubahan kehidupan seseorang dapat memicu terjadinya stres. Contoh dari kejadian yang dapat mengubah hidup seseorang adalah perceraian, kematian orang yang dicintai, dan kehilangan pekerjaan.
3) Kejadian sehari-hari
Kejadian sehari-hari yang dapat menimbulkan stres misalnya jadwal kerja yang padat, lalu lintas yang macet, dan antrian yang panjang di kasir, loket, atau bank (Myers, 1996).
Hal – hal yang dapat mencetuskan stres disebut stressor. Dan stressor ini sendiri memiliki beragam jenis, antara lain:
1) Stresor biologik
Stresor biologik dapat berupa bakteri, virus, hewan, binatang, tumbuhan, dan berbagai macam makhluk hidup yang dapat mempengaruhi kesehatan. Tumbuhnya jerawat, demam, dan digigit binatang dipersepsikan dapat menjadi stresor dan mengancam konsep diri individu.
2) Stresor fisik
Stresor fisik dapat berupa perubahan iklim, suhu, cuaca, geografi, dan alam. Letak tempat tinggal, demografi, jumlah anggota dalam keluarga, nutrisi, radiasi, kepadatan penduduk, imigrasi, dan kebisingan juga dapat menjadi stresor.
3) Stresor kimia
Stresor kimia dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh. Contoh stresor yang berasal dari dalam tubuh adalah serum darah dan glukosa sedangkan stresor yang berasal dari luar tubuh misalnya obat, alkohol, nikotin, kafein, polusi udara, gas beracun, insektisida, pencemaran lingkungan, bahan-bahan kosmetika, bahan pengawet, pewarna, dan lain-lain (Brannon dan Feist, 2007).
4) Stresor sosial dan psikologik
5) Stresor spiritual
Stresor spiritual yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai ke-Tuhanan. Tidak hanya stresor negatif yang dapat menyebabkan stres, tetapi stresor positif seperti kenaikan pangkat, promosi jabatan, tumbuh kembang, menikah, dan mempunyai anak juga dapat menyebabkan stres.
2.1.3. Tipe – Tipe Stres
Stres berdasarkan tipe dapat dibagi menjadi stres akut, stres episodik, dan stres kronik. Stres akut adalah stres yang terjadi hanya sesaat setelah seseorang mengalami suatu kejadian. Stres episodik sering terjadi pada mahasiswa yang akan mengikuti ujian. Mereka akan mengalami stres yang dimulai pada saat pengumuman waktu ujian sampai ujian tersebut selesai. Stres kronik adalah stres yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama (Payne & Hahn, 2002).
2.1.4. Tingkatan Stres
Stres dibagi menjadi tiga tingkatan. Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa, ketiduran, dikritik, dan kemacetan. Stres ringan biasanya hanya terjadi dalam beberapa menit atau beberapa jam. Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.
Stres sedang dan stres berat dapat memicu terjadinya penyakit. Stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa hari. Contoh dari stresor yang dapat menimbulkan stres sedang adalah kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan, mengharapkan pekerjaan baru, dan anggota keluarga yang pergi dalam waktu yang lama.
Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun. Contoh dari stresor yang dapat menimbulkan stres berat adalah hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama (Rasmun, 2004).
2.2. STRES KERJA
2.1.1. Pengertian Stres Kerja
Secara awam, stres dapat diartikan dalam banyak hal dan umumnya menyatakan suatu keadaan yang bersifat negatif dan cenderung tidak menyenangkan. Dalam dunia bekerja sendiri khususnya terdapat suatu keadaan atau kondisi yang tidak menyenangkan, yang dapat mencetuskan stres itu sendiri.
Stres kerja definisikan sebagai keadan respon fisik dan emosi yang muncul ketika persyaratan–persyaratan kerja tidak sesuai dengan kapasitas sumber daya atau kebutuhan pekerja (NIOSH Research, 1998). stres kerja adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik, atau lingkungan, dan situasi sosial yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol (Morgan & King, 1986) dan bisa diakibatkan oleh jenis kerja yang mengancam pegawai (Caplan, et al dalam Rice, 1992).
Stres kerja tidak selalu membuahkan hasil yang buruk dalam kehidupan manusia. stresdapat dibedakan menjadi 2 yaitu distress yang destruktif dan
eustress yang merupakan kekuatan positif (Selye dalam Rice, 1992). Stres
diperlukan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi. Demikian pula sebaliknya stres kerja dapat menimbulkan efek yang negatif, namun, pada umumnya gejala-gejala yang ditimbulkan oleh stres kerja memiliki lebih banyak dampak yang merugikan diri pegawai maupun perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti akan berfokus pada distress yang sifatnya destruktif seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
2.1.2. Sumber Stres Kerja
Ada beberapa sumber – sumber dari stres kerja, yaitu:
Sumber stres yang bersifat pribadi
Hal – hal pribadi ini seperti masalah hubungan, keuangan, banyaknya tanggungan si pekerja, dan hal pribadi lainnya.
Sumber stres yang berasal dari lingkungan kerja
Lingkungan kerja ini meliputi hal – hal seperti tempat kerja yang kurang menyenangkan, pola kerja yang berubah, adanya proyek baru, atasan yang tidak disukai, masalah pada rekan kerja, dan lain – lain.
Sumber stres kombinasi keduanya (Towner, 2002).
Pendapat lainnya seperti dari Sutherland dan Cooper (Smet, 1994) sumber stres kerja berasal langsung dari pekerjaan dan interaksi antara lingkungan sosial dengan pekerjaan, meliputi:
1. Stressor yang ada dalam pekerjaan itu sendiri. (contoh: beban kerja, fasilitas kerja yang kurang, proses pengambilan keputusan yang lama) 2. Konflik peran, peran didalam kerja yang tidak jelas, tanggung jawab yang
tidak jelas.
3. Masalah dalam hubungan dengan orang lain. (contoh: hubungan dengan atasan, rekan sejawat, dan pola hubungan atasan dengan bawahan).
4. Perkembangan karir: under/ over – promotion, dan keselamatan kerja. 5. Iklim dan struktur organisasi.
6. Adanya konflik antara tuntutan kerja dengan tuntutan keluarga.
2.1.3. Dampak Stres Kerja
Dampak stres kerja bagi individu,antara lain :
i. Kesehatan
Tubuh manusia pada dasarnya dilengkapi sistem kekebalan untuk mencegah serangan penyakit. Tubuh manusiah dalam mencegah dan mengatasi pengaruh penyakit tertentu, dengan cara memproduksi antibodi sehingga orang yangterkena stres mudah pula terkena penyakit.
ii. Psikologis
Stres akan menyebabkan kekwatiran atau ketegangan secara terus menerus.Hal tersebutdapat membuat individu merasa hopeless dan helpless sehingga dapat menimbulkan perasaan ingin bunuh diri atau kematian pada penderita stres.
iii. Interaksi Interpersonal
Karyawan yang bekerja di suatu organisasi menunjukan bahwa stres kerja menyebabkan terjadinya ketegangan dan konflik antara pihak karyawan dengan pihak manejemen. Tingginya emosi berpotensi menghambat kerja sama antara individu satu dengan yang lain (Luthans, 2005).
2.1.4. Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah :
I. Kondisi kerja yang kurang baik, seperti penerangan yang kurang baik, bising,terlalu dingin atau panas, dan polusi udara.
II. Beban pekerjaan yang berlebihan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Tugas yang berlebihan secara kuantitatif terjadi bila penyelesaian suatu pekerjaan dalam waktu yang singkat. Sedangkan tugas yang berlebihan secara kualitatif bila tuntutan pekerjaan lebih tinggi dari pada pengetahuan danketrampilan pekerja.
III. Desakan waktu. Desakan waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tidak cukup sehingga pekerjaan selesai pada waktu yang ditentukan.
IV. Bahaya fisik, yang berupa kondisi kerja yang membahayakan, seperti membersihkan kaca jendela gedung bertingkat atau adanya lingkungan
kerja yang membahayakan. Contohnya bekerja di tempat ketinggian dan pemakaian mesin-mesin pemotong.
V. Spesialisasi pekerjaan. Pada pekerjaan yang rutin dan sempit, para pekerja sulit untuk mempersepsikan pekerjaannya sehingga pekerjaan menjadi menarik dan tidak membosankan pekerja (Lazarus, 1985).
Pada penelitian yang dilakukan oleh NIOSH research (1998) penyebab stres kerja dapat dibagi dua yaitu yang berasal dari dalam individu dan dari luar individu antara lain:
a) Dari diri individu adalah usia, kondisi fisik dan faktor kepribadian, apakah kepribadian tipe A atau tipe B, pribadi ekstrovert atau introvert yang secarakeseluruhan dituangkan dalam lima faktor kepribadian (Big Five
Factor Personality yang meliputi ektraversia, emotional stability, agrecables,danoperres to experience) dalam hal ini emotional stability
berhubungan denganmudah tidaknya seorang mengalami stres.
b) Faktor dari luar individu adalah lingkungan baik lingkungan keluarga maupun lingkungan kerja, cita-cita. Lingkungan mendorong kondisi kerja penuh dengan stres yang disebut streskerja dan dapat langsung mempengaruhi keamanan pekerja dan kesehatan.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor- factor yang menyebabkan stres kerja dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a) Faktor internal antara lain faktor individu, faktor individu seperti keluarga, ekonomi, kepribadian.
Faktor lingkungan berupa keamanan dan keselamatan dalam lingkungan pekerjaan, perilaku manejer terhadap bawahan, kurangnya kebersamaan dalam lingkungan pekerjaan. Faktor organisasional seperti tuntutan tugas yang berlebihan, tekanan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu
2.1.5. Hal – Hal Yang Dapat Mengurangi Stres Kerja
Stres kerja dapat berujung ke banyak hal yang cenderung kurang baik, apabila penanganannya tidak baik, stres kerja yang sifatnya kurang baik dapat dicegah atau bahkan diubah menjadi stres kerja yang baik sekagligus menghindari kejenuhan dalam bekerja melalui beberapa metode (Goliszek,1992), yaitu:
a. Berbicara dengan diri Anda secara positif. b. Bayangkan hasil yang positif.
c. Bersikap cukup fleksibel untuk berubah. d. Ambil waktu untuk istirahat.
e. Carilah waktu kerja dan lingkungan yang terbaik. f. Olahraga.
g. Jangan tinggal di masa lalu. h. Ubahlah atau hindari situasi.
i. Kenali pola energi Anda dan sesuaikan jadwal kerja Anda dengan pola itu. j. Jangan pernah menjadwalkan lebih dari satu kegiatan penuh stres pada
waktu yang sama.
k. Belajar untuk mengatakan „tidak‟. l. Tingkatkan keterampilan Anda. m. Belajar untuk rileks.
Jadi peneliti berkesimpulan bahwa stres kerja adalah suatu respon dari seseorang, baik secara fisik maupun secara psikis, yang merupakan wujud dari adanya rasa takut, cemas, tidak puas, tidak nyaman, dan lain sebagainya di
lingkungan kerja, baik pada rekan kerja, atasan, lingkungan kerja itu sendiri, bahkan dapat pula bersumber dari si pekerja sendiri.
Untuk sebab dari stres kerja itu sendiri peneliti menggunakan pernyataan Towner (2002), yaitu stres yang berasal dari pribadi si pekerja, lalu stres yang berasal dari lingkungan kerja, dan yang terakhir adalah gabungan dari kedua sumber tersebut. Untuk dampak dari stres, faktor – faktornya dan bagaimana cara mengurangi rasa – rasa dari emosi itu sendiri peneliti mengikuti pendapat – pendapat dari ahli yang sudah dicantumkan sebelumnya.(Luthans, 2005; Lazarus dalam Freaser, 1985; Goliszek,1992).
Langkah selanjutnya, peneliti akan meneliti seberapa tinggi stres pekerjaan pekerja dan seberapa besar dampaknya bagi si pekerja.