• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERAPI NUTRISI : PENYULUHAN KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG DIET SEHAT PADA ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TERAPI NUTRISI : PENYULUHAN KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG DIET SEHAT PADA ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TERAPI NUTRISI : PENYULUHAN KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG DIET SEHAT PADA

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

Kingkin Ambar Wiraswati, Septy Nur Aini, Riki Handika, Nur Widya, Hikmah Nur ‘Ayuni

Akademi Keperawatan YAPPI Sragen

Email : mrs_kingkin108@gmail.com

Abstrak

Latar belakang. Data World Health Organization tahun 2015, terdapat 17 juta kasus demam

tifoid di seluruh duniadengan insiden 600 ribu kasus kematian setiap tahun. Kejadian demam tifoid di indonesia, diperkirakan terdapat 800 perderita per 100.000 penduduk setiap tahunnya ditemukan mengalami demam thypoid. Kasus tertinggi demam thypoid di Jawa Tengah 2014 adalah di kabupaten kendal yaitu sebesar 59,52% dibanding dengan jumlah keseluruhan kasus demam thypoid di kota lain. Pentingnya peran perawat dalam memberikan promosi kesehatan untuk menurunkan angka kejadian demam tifoid. Perawat dapat melakukan berbagai caraya itu peran promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Tujuan Penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang diet sehat dan upaya patuh terhadap diet pada asuhan keperawatan demam tifoid. Metode. Desain yang digunakan adalah quasi eksperimen, dengan jumlah populasi 43 pasien, total sampling, dengan Instrumen yang digunakan adalah kuesioner penelitian 20 pertanyaaan tentang diit tipoid. Hasil. Hasil analisa data menggunnakan rumus analisa data Wilcoxon test diperoleh angka asymp. sig 2 tailed 0.00 yang berarti bahwa terdapat perbedaan penegtahuan yang signifikan antara nilai sebelum diberikan penyuluhan kesehatan dan setelah diberikan penyuluhan kesehatan. Kesimpulan. Penyuluhan kesehatan efektif meningkatkan pengetahuan tentang diet sehat pada demam tifoid.

Kata kunci. Nutrisi, Demam Tifoid, Penyuluhan Kesehatan

NUTRITION THERAPY: HEALTH COUNSELING IN INCREASING KNOWLEDGE ABOUT HEALTHY DIET ON NURSING CARE TYPHOID

FEVER

Abstract

Background. Data from the World Health Organization in 2015, there were 17 million cases of typhoid fever in the whole world with an incident of 600 thousand deaths each year. The incidence of typhoid fever in Indonesia, an estimated 800 perderita per 100,000 population each year are found to have typhoid fever. The highest case of typhoid fever in Central Java in 2014 was in Kendal district which was 59.52% compared to the total number of typhoid fever cases in other cities. The important role of nurses in providing health promotion to reduce the incidence of typhoid fever. Nurses can perform a variety of ways that the role of promotive, preventive, curative and rehabilitative. The Purpose. The purpose of health education is to increase knowledge about healthy diets and adherence to diets in nursing care for typhoid fever. Method. The design used was a quasi-experimental, with a population of 43 patients, total sampling, with the instrument used was a research questionnaire of 20 questions about typoid diit. Results. The results of data analysis using the Wilcoxon test data analysis formula obtained asymp rates. sig 2 tailed 0.00 which means that there is a significant difference in knowledge between values before health education is given and after medical counseling is provided. Conclusion. Health education effectively increases knowledge about healthy diets in typhoid fever.

(2)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 10 No.1 (2020) Pendahuluan

Tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella typhi C. (Widodo Djoko, 2009).

Data World Health

Organization (WHO) pada tahun 2015, terdapat 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insiden 600 ribu kasus kematian setiap tahun. Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 400 kasus demam tifoid dan 100 kasus demam paratifoid dilaporkan, yang kebanyakan terjadi pada travelers yang baru saja dari tempat tersebut (Newton dan Eric, 2014). Kejadian demam tifoid di Indonesia sepanjang tahun selalu ada, di mana diperkirakan terdapat 800 penderita per 100.000 penduduk setiap tahun dan sepanjang tahun ditemukan mengalami demam tifoid sehingga Indonesia merupakan negara endemik demam tifoid. (Widoyono, 2011).

Hasil studi kasus yang dilakukan oleh Wuri, Nirawati Renika, 2011 yang dengan jumlah sampel 37 responden yang di ambil

secara acak ditemukan bahwa Tingkat pengetahuan responden tentang diet demam tifoid di klinik 24 jam Mardi Mulya Semarang termasuk kategori baik sebanyak 17 responden (45,9%). Hasil penelitian yang didapatkan bahwa tingkat pengetahuan responden meningkat dan sebagian besar (64,9%) responden di klinik 24 jam mardi mulya semarang patuh dalam menjalankan diet demam tifoid.

Metode Penelitian

Desain penelitian ini adalah

penelitian eksperimen semu atau Quasi eksperimen. Strategi atau pendekatan penelitian yang dipakai adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional, quasi eksperimen, pretes-postes. Penelitian ini adalah studi untuk mengekspolasi pemberian penyuluhan kesehatan tentang nutrisi dalam meningkatkan pengetahuan tentang diet sehat pada pasien demam tipoid.

Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Soeratno Gemolong, yang dimulai sejak tanggal 27 Maret 2019 sampai pada 27 Mei 2019. Subjek akan dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut: diagnosa medis

(3)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 10 No.1 (2020)

demam tifoid, tidak pada anak – anak, memerlukan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan.

Hasil penelitian

Gambaran Karakteristik Responden

1. Usia

Karakteristik responden berdasarkan Usia dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Sumber : Data Primer diolah tahun 2019

Berdasarkan diagram tersebut dapat diketahui bahwa dari 43 responden pasien tipoid di ruang Teratai di RSUD dr. Soeratno Gemolong sebagian besar berumur 46 – 65 tahun yaitu sebanyak 17 pasien (39 %).

2. Jenis kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan diagram tersebut dapat diketahui bahwa dari 43 responden pasien di ruang Teratai di RSUD dr. Soeratno Gemolong sebagian besar bekerja sebagai laki-laki sebanyak 23 pasien (53%). Sedangkan pasien yang berjenis perempuan sebanyak 20 (47%).

3. Tingkat Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan Tingkat pendidikan dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan

Sumber : Data Primer diolah tahun 2019 19% 37% 39% 5% > 25 26 - 45 46 - 65 > 65 53% 47% laki-laki perempuan 5% 39% 28% 21% 7% tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi

(4)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 10 No.1 (2020)

Berdasarkan diagram 4.2 tersebut dapat diketahui bahwa dari 43 responden pasien di ruang Teratai di RSUD dr. Soeratno Gemolong sebagian besar lulusan SD sebanyak 17 pasien (39%), lulusan SMP yaitu sebanyak 12 pasien (28%). Yang lulusan SMA 9 pasien (21 %), sebagai lulusan Perguruan Tinggi sebanyak 3 pasien (%5), dan yang tidak bersekolah sebanyak 2 pasien (5%).

Pengaruh penyuluhan kesehatan

terhadap peningkatan

pengetahuan pada pasien tipoid di RSUD dr.

Soeratno Gemolong Wilcoxon

Signed Ranks Test Ranks N Mean Rank Sum of Ranks pengetahuan - penyuluhan Negative Ranks 0a .00 .00 Positive Ranks 42b 21.50 903.00 Ties 1c Total 43 a. pengetahuan < penyuluhan b. pengetahuan > penyuluhan c. pengetahuan = penyuluhan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil pengujian dengan menggunakan rumus Wilcoxon Test didapatkan nilai probabilitas atau Sig. (2-tailed) = 0.00, maka dapt diartikan nilai probabilitas nya atau Sig. < 0.05, dapat diintrepetasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan kesehatan dengan tingkat pengetahuan setelah diberikan penyuluhan kesehatan pada pasien tipoid di ruang Teratai RSUD dr. Soeratno Gemolong.

Pembahasan

Menurut Widodo Djoko (2009),

bahwa demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang ditandai dengan tanda dan gejala yang umumnya muncul yaitu : demam, nyeri perut, anoreksia, mual dan muntah, lidah kotor, konstipasi, diare, perasaan tidak enak diperut, batuk, epitaksis, dan pemeriksaan fisik ditemukan suhu meningkat. Sifat demam meninggi sampai akhir minggu pertama, suhu meningkat

Test Statisticsa

pengetahuan - penyuluhan

Z -5.657b

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.

(5)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 10 No.1 (2020)

perlahan – lahan dan terutama pada sore hingga malam hari.

Definisi ketidakseimbangan nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic. Batasan karakteristik dari ketidakseimbangan nutrisi yaitu kurangnya informasi, membran mukosa dan konjungtiva pucat, Pengetahuan : diet sehat (Nanda, 2015). Batasan karakteristik tersebut sesuai dengan keadaan klien sehingga penulis sudah tepat dalam

menegakkan diagnosa

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Berdasarkan dari tujuan pada penderita demam tifoid dengan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah untuk meningkatkan pengetahuan tentang diet sehat pada demam tifoid, tercapainya diet, kepatuhan terhadap diet meningkat, pasien menghindari makanan dengan nilai kalori tinggi dan gizi sedikit. Dari penjelasan diatas peneliti berasumsi bahwa untuk meningkatkan pengetahuan pasien perlunya dilakukan penyuluhan kesehatan tentang diet sehat pada demam tifoid tersebut sesuai dengan teori Gillis & Davis (1993) dalam

Friedman (2010), mengatakan bahwa fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan yaitu mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga, namun kenyataannya banyak keluarga yang tidak memiliki kemampuan merawat anggota keluarga dengan demam tifoid sehingga diperlukan intervensi pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga. Masyarakat tidak sepenuhnya memahami demam typoid dan bagaimana cara menangganinya, terutama masyarakat berpendidikan rendah, kelompok tidak bekerja.

Definisi pengetahuan diet sehat adalah sejauh mana tingkat pemahaman yang disampaikan tentang makanan yang bergizi seimbang. Konseling nutrisi adalah penggunaan proses menolong dengan cara interaktif yang berfokus pada modifikasi diet. Dari intervensi tersebut, dipilih konseling nutrisi, dengan konseling nutrisi penulis memilih tindakan yakni penyuluhan kesehatan (Nanda, 2015).

Diet demam tifoid adalah diet yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan makan penderita demam tifoid dalam bentuk makanan lunak

(6)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 10 No.1 (2020)

rendah serat. Diet tersebut dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai diet sehat penderita demam tifoid. Tujuan utama diet deamm tifoid adalah memenuhi kebutuhan nutrisi penderita tifoid dan mencegah kekambuhan (Tania N, 2010) dalam Lutfi, (2012).

Penyuluhan kesehatan (promosi kesehatan) adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga berperilaku yang konduksif untuk kesehatan. (Hikmawati, 2011). Penyuluhan kesehatan yang sudah dilakukan yakni dengan cara penyuluhan individual, serta menggunakan media cetak (leaflet), tersebut sesuai pendapat dengan Solang et al. (2016) bentuk media promosi kesehatan yaitu salah satunya adalah media cetak. Yakni Solang et al. (2016) menyebutkan bahwa media promosi kesehatan dibedakan atas : media visual, media audio, media audiovisual, media cetak (seperti : leaflet, poster, buku bacaan, dll). Dari penjelasan diatas penulis berasumsi bahwa penyuluhan kesehatan dengan memberikan leaflet akan berpengaruh pada

seseorang yang memerlukan informasi. Leaflet merupakan salah satu publikasi singkat dari berbagai bentuk komunikasi yang berupa selebaran yang berisi tentang informasi tentang suatu pokok masalah untuk diketahui oleh umum (Iriantara, 2008). Leaflet lazim digunakan untuk pendidikan kesehatan karena mudah dilipat, dapat dibawa kemana-mana, mencakup orang banyak, mempermudah pemahaman, meningkatkan gairah belajar, tahan lama, biaya tidak terlalu banyak (Notoatmodjo, 2009). Penyuluhan kesehatan ini dilakukan selama 15 menit, tersebut efektif sesuai dengan pendapat Susanti et al. (2012) yang mengatakan bahwa efektifitas dilakukan pendidikan kesehatan yaitu 15 sampai 30 menit, dengan menggunakan metode ceramah, individual maupun menggunakan powerpoint maupun leaflet.

Sesuai dengan pendapat Solang et al. (2016) yaitu salah satu metode dan teknik promosi kesehatan berdasarkan sasaran, yaitu metode promosi kesehatan individual yakni dimana petugas kesehatan dan sasaran dapat berkomunikasi

(7)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 10 No.1 (2020)

langsung, dan tidak langsung yaitu bertatap muka (face to face) atau berkomunikasi secara langsung melalui telepon. Cara ini paling efektif, karena antara petugas kesehatan dengan klien dapat saling berdialog, saling merespons dalam waktu bersamaan. Dari penjelasan diatas penulis berasumsi bahwa dengan dilakukan penyuluhan kesehatan yang bersifat individual dengan cara tatap muka tersebut dapat meningkatkan pengetahuan pasien mengenai tatacara pengaturan diet sehat pada demam tifoid.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wuri, Nirawati Renika, 2011 yang dengan jumlah sampel 37 responden yang di ambil secara acak ditemukan bahwa Tingkat pengetahuan responden tentang diet demam tifoid di klinik 24 jam Mardi Mulya Semarang termasuk kategori baik sebanyak 17 responden (45,9%). Hasil penelitian yang didapatkan bahwa tingkat pengetahuan responden meningkat dan sebagian besar (64,9%) responden di klinik 24 jam mardi mulya semarang patuh dalam menjalankan diet demam tifoid.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widodo Agus, 2009 yang berjudul “Hubungan tingkat pengetahuan dengan upaya pencegahan kekambuhan pada penderita demam tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar”, diperoleh data 18 responden (31%) mempunyai pengetahuan yang tinggi, 17 responden sedang, 23 responden (39,7%) rendah. Sebanyak 19 responden (32,8) upaya pencegahan kekambuhan demam tifoid sudah baik, 18 responden cukup (31%) dan 21 responden (36,2%) kurang. Artinya terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan upaya pencegahan kekambuhan pada penderita demam tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardhiah Ainal, 2010 yang berjudul “Pendidikan kesehatan dalam peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan keluarga dengan demam tifoid”, dengan teknik sampel dengan simple random sampling berjumlah 37 orang, kelompok responden umur dewasa dengan dewasa awal dan dewasa

(8)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 10 No.1 (2020)

akhir 62,1 %, jenis kelamin perempuan 89,2% dan tingkat pendidikan menengah dan tinggi 72,9%, nilai rata – rata pengetahuan responden pretest 26,62% dan posttest 69,86 menunjukkan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan keluarga dengan demam tifoid. Faktor - faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dalam teori Notoatmodjo (2010) yaitu : 1) Tingkat pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah ia memahami hal baru dan menyelesaikan aneka persoalan yang berkaitan dengannya.2) Informasi, seseorang yang memiliki keluasan informasi, akan semakin memberikan pengetahuan yang lebih jelas. 3) Budaya, sangat berpengaruh karena apa yang sampai kepada dirinya, terlebih dahulu disaring berdasarkan kebudayaan yang mengikatnya. 4) Pendidikan, adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah, dan berlangsung seumur hidup, pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah seseorang menerima informasi.

Simpulan

1. Terdapat 43 responden pasien tipoid di ruang Teratai di RSUD dr. Soeratno Gemolong sebagian besar berumur 46 – 65 tahun yaitu sebanyak 17 pasien (39 %). 2. Terdapat 43 responden pasien di

ruang Teratai di RSUD dr. Soeratno Gemolong sebagian besar bekerja sebagai laki-laki sebanyak 23 pasien (53%). Sedangkan pasien yang berjenis perempuan sebanyak 20 (47%). 3. Terdapat 43 responden pasien di

ruang Teratai di RSUD dr. Soeratno Gemolong sebagian besar lulusan SD sebanyak 17 pasien (39%), lulusan SMP yaitu sebanyak 12 pasien (28%). Yang lulusan SMA 9 pasien (21 %), sebagai lulusan Perguruan Tinggi sebanyak 3 pasien (%5), dan yang tidak bersekolah sebanyak 2 pasien (5%).

4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan kesehatan dengan tingkat pengetahuan setelah

(9)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 10 No.1 (2020)

diberikan penyuluhan kesehatan pada pasien tipoid di ruang Teratai RSUD dr. Soeratno Gemolong

Daftar pustaka

Creswell, John W. (2014). Penelitian Studi Kasus (Desain dan Metode). http:// pasca sarjana - halimi. blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 29 November 2017.

Dinas kesehatan jawa tengah (2011).Demam Tifoid. http://www.ProfilKesehatanJawa Tengah.go.id. Diakses pada tanggal 17 November 2017.

Inawati. (2013). Demam Tifoid.

Elib.fk.ac.id Diakses tanggal 27 November 2017.

Newton, and Eric Mintz (2014) Tifoid and Paratyphoid Fever. http://wwwnc.cdc.gov. Diakses pada tanggal 28 November 2017.

Pramitasari. (2012). Faktor Resiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid pada Penderita yang dirawat di rumah sakit Umum

Daerah

Ungaran.http://eprints.undip.ac.i d. Diakses pada 23 november 2017.

Ranuh. (2013). Beberapa Cacatan Kesehatan Tifoid. CVS Agung Seto. Jakarta.

Solang S.D, Nansy L, dan Naomy M.T. (2016). Promosi kesehatan.In Media. Bogor. Tania N. (2010). Demam Tifoid.

Faculty Of Medicine University Of Riau Pekan Baru. Sumatera. Widiyono (2011). Penyakit Tropis

Epidemiologi, Penularan,

Pencegahan, Dan

Pemberantasannya. Erlangga. Jakarta.

Widodo Djoko. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Wong (2008) Buku Ajar

Keperawatan Pediatrik. Kedokteran EGC: Jakarta. World Health Organization. (2015).

Tifoid Fever.

http://www.who.int. Diakses pada tanggal 28 November 2017

Gambar

Diagram  Karakteristik  Responden  Berdasarkan jenis kelamin

Referensi

Dokumen terkait

Adapun perlaksanaan bimbingan konseling Islam dengan Terapi Ruqyapuncture dalam mengurangi Migrain akibat Stress adalah ada gangguan pengaruh sekeliling, yang menyebabkan klien

Cara pengumpulan data penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling, dimana setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian yaitu pasien dengan Diabetes

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana perbandingan struktur bangunan yang menggunakan kolom bulat terhadap kolom persegi pada bangunan empat lantai

Dalam penelitian diatas saya sebagai calon pembeli Mp3 shuffle tersebut sebelum saya membeli terlebih dahulu saya melihat rating penjualan penjual yang diberikan

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pengetahuan tentang asma dengan tingkat kontrol asma pada penderita asma umur lebih dari atau sama dengan

Faktor ketidaklengkapan pengisian rekam medis di Puskesmas Gilingan, Sangkrah, Gambirsari dan Pucangsawit dilihat dari sisi man yaitu kurangnya ketelitian petugas,

Seluruh dosen Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan.. Karyawan

Pro gradu-työni on osa Yhdyskuntasuunnittelun tutkimus- ja koulutuskeskuksen (YTK) koordinoimaa Urbaani onni-hanketta, jossa asukkaiden asuinympäristöön liittyvää