• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKA HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKA HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN PROJECT

BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKA

HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V

Ni Wayan Tiyas Cahyani

1

, I Ketut Ardana

2

, Ni Nyoman Ganing

3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: ctiyas91@yahoo.com

1

, ketut_ardana55@yahoo.com

2

,

nyomanganing@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan pendekatan saintifik berbantuan project based learning pada siswa kelas V B SDN 1 Pemecutan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V B SDN 1 Pemecutan tahun ajaran 2015/2016, sebanyak 39 siswa. Data penelitian tentang hasil belajar IPA dikumpulkan menggunakan metode tes. Tes yang digunakan adalah tes objektif. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukan persentase rerataan hasil belajar IPA siswa pada prasikus 54.06% (kategori sangat rendah) dengan ketuntasan belajar 2.56%, siklus I persentase rerataan hasil belajar IPA mencapai 71.10% (kategori sedang) dengan ketuntasan belajar mencapai 46.15%, pada siklus II persentase rerataan hasil belajar IPA mencapai 86.41% (kriteria tinggi) dengan ketuntasan belajar mencapai 87.18%. Sehingga indikator keberhasilan yang ditetapkan telah tercapai pada siklus II. Hal ini membuktikan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbantuan project based learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V B SDN 1 Pemecutan tahun ajaran 2015/2016.

Kata kunci: pendekatan saintifik, project based learning, hasil belajar IPA Abstract

This research aims to increase science learning outcomes through the application of scientific approach aided project based learning on students of fifth grade in SDN 1 Pemecutan. This research is classroom action research is conducted in two cycle. The subjects were students of fifth grade in SDN 1 Pemecutan on academic year 2015/2016, as many as 39 students. Data research on science learning outcomes were collected using the test method, the tests used are objective tests. Data were analyzed with descriptive statistical analysis methods and quantitative descriptive analysis method. The results of the analysis of the data shows the mean percentage of science learning outcomes of students in prasikus was 54.06% (at the very low category), with mastery learning 2.56%. In first cycle the mean percentage of science learning outcomes of students reach 71.10% (at medium category), with mastery learning reach 46.15%. In second cycle the mean percentage of science learning outcomes of students reach 86.41% (at medium category), with mastery learning reach 87.18%. So that indicators of success that are being realized in the second cycle. This proves that the application of the scientific approach aided project based learning can increase science learning outcomes of fifth grade in SDN 1 Pemecutan on academic year 2015/2016.

(2)

PENDAHULUAN

Sesuai dengan Permendikbud Nomor 81 A tentang implementasi kurikulum, Kurikulum 2013 mengamanatkan, pelaksanaan pembelajaran yang dapat mengarahkan peserta didik menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan jaman tempat dan waktu ia hidup.

Ilmu Pengetahuan Alam, sering disebut dengan istilah pendidikan sains, disingkat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. (Susanto, 2014:165).

IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan sebuah kesimpulan yang betul (truth). Hal tersebut sesuai dengan pemaparan Darmojo (dalam Samatowa, 2011:2), yang menyatakan secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Serta pemaparan Sutrisno dkk (2007:1.19) mengenai pengertian IPA, yaitu IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan sebuah simpulan yang betul (truth).

Sutarno (2009:8.18), memaparkan menurut pandangan konstruktivis dalam proses pembelajaran IPA seyogyanya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi interaksi sosial. Dengan kata lain saat proses belajar berlangsung siswa harus terlibat secara langsung dalam kegiatan nyata.

Menurut Susanto (2014:12) hasil belajar dipengaruhi oleh dua hal sebagai berikut. Pertama, siswa; dalam arti kemampuan berfikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua, adalah lingkungan. Lingungan yang dimaksud yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreatifitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga dan lingkungan.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah masalah lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan di sekolah. Proses pembelajran yang terjadi selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik. Pelaksanaan proses pembelajran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak siswa dipaksa hanya untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkannya dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari. (Susanto, 2014:165).

Kondisi ini juga menimpa pembelajaran IPA, yang memperlihatkan bahwa selama ini proses pembelajaran sains di sekolah dasar banyak yang dilaksanakan secara konvensional. Para guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif dan kreatif dalam melibatkan siswa serta belum

menggunkan berbagai

pendekatan/strategi pembelajaran yang bervariasi berdasarkan karakter materi pembelajaran. (Susanto, 2014:166).

Hal tersebut menunjukan, implementasi kurikulum 2013 pada proses pembelajaran di kelas masih jauh dari apa yang diharapkan. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di kelas V B SDN 1 Pemecutan yaitu dalam mata pelajaran IPA, diketahui hasil belajar siswa kurang optimal terlihat dari belum tercapainya kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran IPA yang ditetapkan sekolah tersebut.\

Sebagaimana yang dipaparkan oleh Kosasih (2014:72) bahwa pendekatan

(3)

saintifik merupakan pendekatan didalam kegiatan pembelajaran yang mengutamakan kreatifitas dan temuan-temuan siswa. Pengalaman belajar yang mereka peroleh tidak bersifat hafalan, dan sejenisnya. Pengalaman belajar, baik itu yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka peroleh berdasarkan kesadaran dan kepentingan mereka sendiri.

Kosasih (2014:83) mengungkapkan, pendekatan saintifik merupakan struktur umum dari keseluruhan proses pembelajaran yang menjadi standar proses pada kurikulum 2013. Yang dalam pengembangannya guru dapat mengisinya dengan beragam model pembelajaran. Ada tiga jenis model pembelajaran yang disarankan kurikulum 2013, yakni model pembelajaran penemuan, model pembelajaran berbasis masalah, dan model pembelajaran berbasis proyek.

Model pembelajaran berbasis proyek menjadi salah satu model pembelajaran yang disarankan penggunaannya dalam pembelajaran. “Istilah pembelajaran berbasis proyek merupakan istilah pembelajaran yang diterjemahkan dari istilah dalam bahasa inggris project based learning” (Al-Thabany, 2014:41).

Buck Institute for Education (dalam Ngalimun, 2014:185) memaparkan, project

based learning adalah model

pembelajaran yang berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama dari suatu disiplin, melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai, dan realistik. Kosasih (2014:96) juga menjelaskan pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai tujuan. Project based learning memfokuskan pada aktifitas siswa yang berupa pengumpulan informasi dan pemanfaatannya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi keidupan siswa itu sendiri ataupun orang lain, namun tetap berkaitan dengan Kompetensi Dasar (KD) dalam kurikulum.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan project based learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai, dan realistik sebagai tujuan, yang bermanfaat bagi keidupan siswa itu sendiri ataupun orang lain, namun tetap berkaitan dengan KD dalam kurikulum.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Pendekatan Saintifik Berbantuan Project Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V B SDN 1 Pemecutan Tahun Ajaran 2015/2016”.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah dengan penerapan pendekatan saintifik berbantuan project based learnig dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V B SDN 1 Pemecutan Tahun Ajaran 2015/2016?”

Hasil penelitian ini secara teoretis bermanfaat dalam memberikan tambahan pengetahuan tentang pembelajaran yang efektif dan efisien yang dapat diterapkan sebagai upaya untuk menciptakan inovasi dalam pembelajaran.

Selain itu hasil penelitian ini dapat menjadi referensi teori pendidikan khususnya dalam pengetahuan dan pemahaman tentang penerapan pendekatan saintifik berbantuan project based learning dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Penelitian ini juga memiliki manfaat praktis bagi beberapa pihak yaitu sebagai berikut. Bagi siswa penelitian ini bermanfaat meningkatkan hasil belajar khususnya mata pelajaran IPA. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, dan menjadi salah satu alternatif teknik pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Bagi sekolah, penelitian ini nantinya dapat memberikan kontribusi

(4)

yang positif terhadap dunia pendidikan yaitu sebagai acuan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah sehingga tercipta proses pembelajaran yang inovatif dan efisien guna untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam melakukan penelitian yang terkait. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan suatu konsep dan fakta baru yang bisa dijadikan pedoman dalam perancangan perencanaan pembelajaran maupun pedoman dalam perancangan penelitian selanjutnya.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut (Wina Sanjaya,2013:149).

Adapun rancangan pelaksanaan tindakan ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan yang dilakukan dalam suatu proses berdaur/bersiklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Setiap siklus terdiri dari empat kali pertemuan dengan tiga kali pelaksanaan dan satu kali tes pada setiap akhri siklus.

Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas V B SD N 1 Pemecutan tahun ajaran 2015 / 2016 sebanyak 39 orang yakni 12 orang laki – laki dan 27 orang siswa perempuan kelas V B dipilih dari subjek penelitian karena hasil belajar IPA dikelas ini belum optimal. Sehingga perlu dilaksanakan perenaparan pendekatan saintifik berbantuan project based learning sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan, objek penelitian ini adalah hasil belajar IPA setelah penerapan pendekatan saintifik berbantuan project based learning.

Fokus penelitian pada penelitian ini adalah penerapan saintifik berbantuan project based learning untuk

meningkatkatkan hasil belajar IPA siswa. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang menjadi fokus perhatian, yaitu pendekatan saintifik berbantuan project based learning sebagai variabel bebas dan hasil belajar IPA dan sebagai variabel terikat.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode Tes. Metode tes dalam kaitannya dengan penelitian ialah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang di tes (testee), dan dari tes tersebut dapat dihasilkan suatu data berupa skor (Agung, 2012:66)

Tes dalam Penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA. Tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA adalah tes objektif. Menurut Arikunto (Arikunto, 2009:164), tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Jenis tes objektif yang digunakan adalah tes pilihan ganda sebanyak 20 butir soal dengan perbandingan 25% soal mudah, 50% soal sedang, dan 25% soal sulit.

Untuk mendapatkan hasil atau data yang akurat diperlukan instrumen yang valid. Menurut Sugiono (2013:173) instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mengukur data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Jenis uji validitas yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah validitas ini atau content validity. Validitas ini berkaitan dengan kesangguapan instrument atau alat penilaian dalam mengukur isi suatu konsep atau variable yang hendak diukur. Tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi validitas isi sesuai dengan standar isi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu tes mampu untuk mengukur contoh bahan ajar dan atau perubahan perilaku hasil belajar secara reprentatif. Selanjutnya kisi – kisi dibahas bersama rekan guru lain dan dapat dikonsultasikan kepada para pakar atau ahli yang kompeten di bidangnya. Dalam kaitanya dengan penelitian ini, instrument dikonsultasikan kepada dosen ahli (expert)

(5)

dalam bidang IPA untuk melihat kevalidan dan juga memanfaatkan sumber yang berbeda.

Dalam penelitian ini, metoda analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian adalah analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Agung (2014:110) menyatakan, metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan cara menerapkan rumus-rumus statistik deskritif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum.

Sedangkan metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung,2014:110).

Data hasil belajar siswa yang telah terkumpul diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Pertama, melakukan analisis data hasil belajar IPA secara individu. Dengan rumus berikut.

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙× 100 (1)

Kedua, Menentukan Tingkat ketuntasan siswa. Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa, maka dilakukan penskoran dan penentuan standar ketuntasan belajar. Sistem penilaian dalam penelitian ini berpedoman pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Tingkat ketuntasan belajar (KB) dihitung menggunakan rumus sebagai berikut. 𝐾𝐵 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 × 100% (2)

(Daryanto, 2011:192) Keterangan :

KB = ketuntasan belajar

Ketiga, membuat table distribusi frekuensi. Untuk mebuat table distribusi frekuensi, terlebih dahulu menentukan skor tertinggi dan skor terendah yang diperoleh anak, kemudian menghitung

rentangan, banyak kelas interval dan panjang kelas interval. Selanjutnya, data hasil penelitian disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

Keempat, menentukan mean (M). Setelah skor individu siswa dihitung dengan menggunakan rumus yang ada diperoleh skor seluruh siswa, maka dilanjutkan penentuan nilai rata-rata kelas dengan menggunakan mean (M), yaitu dengan menjumlahkan seluruh skor dibagi dengan banyaknya subjek atau siswa. Untuk menghitung mean digunakan rumus sebagai berikut.

M =

∑𝑓𝑋𝑁 (3) (Diadaptasi dari : Agung, 2014:143) Keterangan :

M = Rata-rata

∑fX = Jumlah seluruh nilai N = Banyaknya siswa

Kelima, Menentukan modus (Mo). Modus adalah skor yang paling sering muncul, untuk menghitung modus digunakan rumus sebagai berikut.

Mo = b + i ( 𝑏1

𝑏1+𝑏2) (4)

(Diadaptasi dari : Agung, 2014:143) Keterangan :

Mo = Modus

b = batas bawah kelas interval pada daerah modus (daerah modus adalah kelas interval yang

memiliki frekuensi tertinggi) i = kelas interval

b1 =frekuensi tertinggi dikurangi frekuensi kelas interval terdekat yang lebih rendah

b2 =frekuensi tertinggi dikurangi frekuensi kelas interval terdekat yang lebih tinggi

Keenam, menentukan median (Me). Median atau nilai tengah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Me = b + i ( 1 2𝑛−𝑓𝑘𝑏

𝑓𝑚 ) (5)

(Diadaptasi dari : Agung, 2014:143) Keterangan :

Me = Median

B = batas bawah kelas interval i = kelas interval

(6)

fkb = frekuensi komulatif bawah kelas media

fm = frekuensi pada kelas median Ketujuh, mengajikan data hasil belajar IPA kedalam grafik polygon. Kemudian menentukan letak mean,median, dan modus dalam kurva.

Kedelapan, menentukan rata-rata presentase hasil belajar. Dengan rumus sebagai berikut.

𝑀% = [𝑆𝑀𝐼𝑀 ] 𝑥 100% (6) (diadaptasi dari Agung, 2014: 144) Keterangan:

M% = Rata-rata persen M = Rata-rata skor SMI = Skor maksimal ideal

Tingkat hasil belajar IPA dengan penerapan pendekatan saintifik berbantuan project based learning dapat ditentukan dengan membandigkan M (%) atau rata-rata persen kedalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut.

Tabel 1 Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Tingkatan Hasil Belajar IPA

Persentase Nilai Angka Nilai Huruf Kriteria Hasil Belajar Pengetahuan IPA 90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54 4 3 2 1 0 A B C D E Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah (Agung, 2011:67 yang telah dimodifikasi)

Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam penelitian ini ditetapkan indikator keberhasilan. Indicator keberhasilan dari penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, persentase hasil belajar IPA minimal berada pada kriteria tinggi (80%-89%). Kedua, tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal minimal mencapai 80%. Apabila indikator keberhasilan pada

pencapaian materi sudah tercapai maka penelitian dapat dihentikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian siklus I dimulai diawali dengan berbagai persiapan. Persiapan yang dilakukan meliputi melakukan koordinasi dengan kepala sekolah serta wali kelas V B serta observasi awal terhadap proses pembelajaran IPA yang dilaksanakan di sekolah, menganalisis silabus, membuat Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mengusun instrumen penelitian, serta menyiapkan media yang dibutuhkan. Penelitian dilaksanakan sesuai dengan jadwal pembelajaran muatan IPA di kelas V B SDN 1 Pemecutan.

Pelaksanaan siklus I berlangsung dalam 4 kali pertemuan yaitu 3 kali pertemuan untuk pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus 1. Muatan materi IPA yang dibahas pada siklus 1 adalah komponen ekosistem. Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan RPP yang telah dibuat.

Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa serta ketuntasan belajar siswa, pada pertemuan 4 dilaksanakan tes hasil belajar siklus 1. Data mengenai hasil belajar IPA diperoleh melalui metode tes. Instrumen yang digunakan berupa tes Pilihan Ganda Biasa (PGB), yang dibuat berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun.

Setelah pelaksanaan tes hasil belajar siklus I, dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh. Dari data hasil belajar IPA siswa pada siklus I, diperoleh hasil analisis sebagai berikut. Mean (M) hasil belajar IPA pada siklus I sebesar 71.80. Dengan median (Me) hasil belajar IPA pada siklus I adalah 73.58. Sedangkan modus (Mo) atau nilai yang paling sering muncul pada siklus I adalah 84.22.

Data hasil belajar IPA pada siklus I dapat dilihat pada grafik berikut.

(7)

Gambar 1. Grafik Data Hasil Belajar IPA Siklus I

Untuk menentukan tingkat hasil belajar IPA siswa kelas V B SDN 1 Pemecutan pada siklus II dilakukan dengan membandingkan M% ke dalam tabel PAP skala 5. Persentase rata-rata hasil belajar IPA yang diperoleh pada siklus I adalah 71.80%. Setelah membandingkan rata-rata persen hasil belajar siklus I dengan tabel PAP skala 5 maka diketahui tingkat hasil belajar IPA siswa kelas V B SDN 1 Pemecutan pada siklus I berada pada kriteria sedang.

KKM yang digunakan untuk menentukan siswa yang tuntas adalah 80. Dari 39 orang siswa, baru terdapat 18 orang siswa yang tuntas. Jadi persentase ketuntasan belajar yang dicapai pada siklus I adalah 46.15%. Hasil analisis dari data pada siklus I menunjukan belum tercapainya indicator keberhasilan sehingga dilanjutkan ke siklus II.

Penelitian siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I.. Persiapan yang dilakukan meliputi menganalisis silabus, mebuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyusun instrumen penelitian, serat

meyiapkan media yang dibutuhkan. Penelitian siklus I dilaksanakan sesuai dengan jadwal pembelajaran muatan IPA di kelas V B SDN 1 Pemecutan.

Sama seperti pada siklus I, pelaksanaan siklus II berlangsung dalam 4 kali pertemuan yaitu 3 kali pertemuan untuk pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus 1. Materi yang dibahas pada siklus 1I adalah hubungan makhluk hidup dalam ekosistem. Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan RPP yang telah dibuat. Data mengenai hasil belajar IPA pada siklus II diperoleh melalui metode tes. Instrumen yang digunakan berupa tes PGB. Instrumen dibuat berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun sebelumnya.

Setelah pelaksanaan tes hasil belajar siklus II, dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh. Dari data hasil belajar IPA siswa pada siklus II, diperoleh hasil analisis sebagai berikut. Mean (M) hasil belajar IPA pada siklus II adalah 86.41 dengan median yang diperoleh sebesar 85.95 dan modus pada

siklus II yaitu 87.49. 0 2 4 6 8 10 12 14 16 43,5 51,5 59,5 67,5 75,5 83,5 91,5 Fr e ku e n si

Titik Tengah Kelas Interval

Mo = 84.22

M = 71.80

(8)

Data hasil belajar IPA pada siklus II dapat dilihat pada grafik berikut. Gambar 2. Grafik Data Hasil Belajar IPA Siklus II

Setelah membandingkan rata-rata persen hasil belajar siklus II dengan tabel PAP skala 5 maka diketahui tingkat hasil belajar IPA siswa kelas V B SDN 1 Pemecutan pada siklus II berada pada kriteria tinggi yaitu sebesar 86.41%. dengan ketuntasan belajar sebesar 87.18%. hal ini menunjukan tujuan perbaikan siklus II telah tercapai, maka penelitian dapat dihentikan.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan penerapan pendekatan saintifik berbantua project based learning menunjukan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas V B SDN 1 Pemecutan. Hal ini dapat dilihat pada analisis data hasil belajar siklus I, setelah dilaksanakan pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan saintifik berbantuan Project Based Learning, diperoleh peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas V B SDN 1 Pemecutan dari sebelum penelitian dan setelah penelitian siklus I. Sebelum penelitian, persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa 54.06%

berada pada kategori sangat rendah. Setelah dilaksanakan siklus I rata-rata persentase hasil belajar IPA siswa meningkat sebesar 71.80% berada pada kategori sedang. Peningkatan juga terjadi pada ketuntasan belajar siswa. sebelum dilaksanakan penelitian siklus I, ketuntasan belajar siswa secara kelaskal hanya mencapai 2,56%. Atau hanya satu orang siswa dari 39 orang siswa mendapatkan nilai yang memenuhi KKM yaitu 80. Setelah dilaksanakan penelitian siklus II, ketuntasan belajar siswa mencapai 46.15% atau terdapat 18 siswa dari 39 siswa memperoleh nilai yang memenuhi KKM. Akan tetapi hasil belajar IPA pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Dalam pelaksanaan siklus I masih terdapat beberapa kendala, di antaranya kerjasama dalam kelompok yang masih kurang. Terdapat siswa yang mendominasi kerja dalam kelompok serta beberapa siswa yang kurang aktif dalam kerja kelompok. Beberapa siswa masih

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 59 66 73 80 87 94 101 Fr e ku e n si

Titik Tengah Kelas Interval

Me = 85.95

M = 86.41

(9)

malu dan ragu-ragu dalam bertanya maupun berpendapat. Selain itu, pembelejaran masih terkesan baru untuk siswa, sehingga siswa belum terbiasa melaksanakan kegiatan proyek.

Berdasarkan hasil analisis data serta refleksi pada siklus I, diputuskan untuk melakukan tindakan siklus II. Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V B SDN 1 Pemecutan agar mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Pada pelaksanaan siklus II dilaksanakan beberapa perbaikan untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I. Peningkatkan kerjasama dalam kelompok diupayakan dengan menerapkan aturan dalam berkerja kelompok, menyiakan proyek yang mengharuskan keaktifan seluruh siswa dalam kelompok serta mengharuskan siswa yang lebih pintar membantu siswa yang masih kurang dalam pembelajaran. Memberikan motivasi kepada siswa agar lebih berani dalam bertanya dan mengemukakan pendapat. Mengarahkan siswa agar terbiasa dalam melaksanakan kerja kelompok dalam membuat proyek.

Setelah dilaksanakan siklus II dengan perbaikan-perbaikan sesuai hasil refleksi siklus I, diperoleh peningkatan hasil belajar serta peningkatan ketuntasan belajar kelasikal siswa dari pelaksanaan siklus I. Dari hasil analisis data hasil belajar IPA siswa pada siklus II diperoleh rata-rata hasil belajar IPA meningkat menjadi 86.41% berada pada keriteria tinggi dari hasil sebelumnya pada siklus I yang baru mencapai 71.80% berada pada keriteria sedang. Dari 39 orang siswa, terdapat 34 siswa yang memperoleh nilai yang memenuhi KKM. Sehingga ketuntasan belajar klasikal siswa pada siklus II mencapai 87.18% meningkat dari siklus I yang baru mencapai 46.15%. Berdasarkan peningkatan yang terjadi terhadap hasil belajar IPA siswa, pendekatan saintifik berbantuan project based learning membantu siswa belajar lebih baik. Dengan penerapan pendekatan saintifik berbantuan project based learning siswa belajar dalam situasi nyata sehingga siswa mampu mengkonstruksi

pengetahuannya lebih baik. Selain itu dengan pengerjaan proyek yang dilaksanakan secara berkelompok memberikan kesempatan siswa belajar dari teman sekelompoknya. Dengan berdiskusi dan berbagi informasi bersama teman sebaya, siswa akan dapat memahami pembelajaran lebih baik. Penerapan pendekatan saintifik berbantuan project based learning juga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Dengan perasaan memiliki terhadap proyek yang dibuat, siswa belajar lebih tekun untuk dapat menyelesaikan proyek dengan baik.

Al-Tabany (2014:48) memaparkan, project based learning adalah penggerak yang unggul untuk membantu siswa belajar melakukan tugas-tugas autentik dan multidisipliner, menggunakan sumber yang terbatas secara efektif dan bekerja dengan orang lain. Pengalaman dilapangan baik dari guru maupun siswa bahwa project based learning menguntungkan dan efektif sebagai pembelajaran, selain itu project based learning memiliki nilai tinggi dalam peningkatan kualitas belajar siswa. Ngalimun (2014:189) juga menyatakan, “Project based learning memiliki potensi yang besar untuk membuat pengalaman belajar yang menarik dan bermakna.”.

Sejalan dengan keduanya Anatta (dalam al-Tabany, 2014:48) memaparkan beberapa kelebihan dan project based learning. diantaranya: (1) Meningkatkan motivasi, dimana siswa tekun dan berusaha keras dalam mencapai proyek dan merasa bahwa belajar dalam proyek lebih menyenangkan daripada komponen kurikukulum yang lainnya. (2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dari berbagai sumber yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan behasil memecahkan problem yang kompleks. (3) Meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivis menegaskan bahwa pelajar adalah phenomena sosial, dan bahwa siswa akan

(10)

belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif. (4) Meningkatan keterampilan mengelola sumber, bila diimplementasikan secara baik maka siswa akan belajar dan praktik dalam mengorganisasi proyek, membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang pernah dilakukan oleh Yulita Amanda menunjukan terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran yang menggunakan model project based learning dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Model project based learning mampu meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa lebih baik dibanding model pembelajaran konvensional. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Suarni juga menunjukan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model project based learning lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbantuan project based learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V B SDN 1 Pemecutan.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pembahasan penelitian sebelumnya, maka dapat diperoleh simpulan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar IPA melalui penerapan pendekatan saintifik berbantuan project based learning pada siswa kelas V B SDN 1 Pemecutan. Persentase rata-rata hasil belajar IPA sebelum penelitian sebesar 54.06% berada pada kriteria sangat rendah dengan ketuntasan belajar hanya mencapai 2.56%. Setelah pelaksanaan siklus I persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa sebesar 71.80 % berada pada kriteria sedang dengan ketuntasan belajar mencapai 46.15%. Sedangkan pada siklus II persentase rata-rata hasil belajar siswa mencapai 86.41% berada pada kriteria tinggi dengan ketuntasan belajar mencapai 87.18%. Peningkatan persentase hasil belajar IPA siswa dari sebelum penelitian ke siklus I sebesar

17.74% dan peningkatan ketuntasan belajar siswa dari sebelum penelitian ke siklus I sebesar 43.59%. Sedangkan peningkatan persentase hasil belajar IPA siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 15.61% dan peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 41.03%.

Berdasarkan simpulan penelitian sebelumnya, saran diberikan kepada berbagai pihak, sebagai berikut. Kepada siswa, diharapkan siswa lebih aktif dalam menggali pengetahuannya sendiri melalui belajar bersama teman sebaya dan meningkatkan kreatifitas dan motivasi dalam belajar. Kepada guru, guru hendaknya menggunkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan jenjang kelas maupun karakteristiknya sehingga dapat mendukung kebutuhan siswa untuk meningkatkan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA serta kualitas perbaikan pembelajaran sesuai dengan tujuan. Kepada Kepala Sekolah, Kepala Sekolah hendaknya mendukung program perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, guna menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran yang ditemukan serta meningkatkan prestasi sekolah kearah yang lebih baik. Kepada peneliti lain, peneliti dalam melaksanakan Peneliti Tindakan Kelas hendaknya selalu melaksanakan pengamatan setiap kali pelaksanaan tindakan agar pelaksanaan tindakan selanjutnya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.A Gede, 2011.Pengantar

Evaluasi Pendidikan. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha Agung, A.A Gede. 2012. Metode

Penelitian Pendidikan. Singaraja

UNDIKSHA

Agung, A.A Gede, 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Aditya Media Publishing

Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2014.

Mendesain Model Pembelajaran

Inovatif, Orogresif, dan Kontekstual. Jakarta:Kecana

(11)

Amanda, Ni Wayan Yulita. 2014.

Pengaruh Model pembelajaran

berbasis Proyek Terhadap Hasil belajar IPA ditinjau dari Self Efficacty Siswa. Tesis (tidak diterbitkan). Program Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Ganesha.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evalusasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembeajaran

Saintifik Kurikulum. Yogyakarta:

Gava Media.

Kemendikbud. 2013. Permendikbud No. 81A tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan

Pembelajaran. Bandung:Yrama

Widya

Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Aswaja Pressindo

Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Indeks Permata Puri Media:Jakarta Barat Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian

Pendidikan Jenis Metode dan

Prosedur. Jakarta : Kencana

Prenanda Media Grup

Suarni, Ni Ketut. 2014. Pengaruh Model

Pembelajaran Berbasis Projek

Terhadap Minat dan Hasil Belajar IPA, Siswa Kelas V Gugus 1

Kecamatan Kuta. Tesis (tidak

diterbitkan). Program Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Ganesha Sugiyono. 2013. Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D.

Bandung:Alfabeha

Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana

Sutarno. Nono. 2009. Materi dan

Pembelajaran SD. Universitas

terbuka: Jakarta

Sutrisno dkk. 2007. Pengantar Evalusasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Gambar

Gambar 1. Grafik Data Hasil Belajar IPA Siklus I
Gambar 2. Grafik Data Hasil Belajar IPA Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

RPP dibuat untuk satu kali pertemuan (dua jam pelajaran) atau disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai

Pada Gambar 6 dinyatakan pengaruh perubahan tebal diafragma sekat terhadap nilai deformasi maksimum untuk setiap variasi model sekat.. Pada Model 1, 2, dan 3

untuk menopang kehidupan dirinya dan kelaurganya. Kemiskinan seperti ini adalah kemiskinan yang tergolong kronis karena berlangsung secara turun temurun. Berdasarkan

pertama. 2) Cinta merek yang dapat mempengaruhi Word Of Mouth pengguna sabun muka produk ponds di Surabaya. Konsumen yang sudah merasakan kecintaannya terhadap merek maka konsumen

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa variabel Enveronmental Consequence, Brand Preference, Brand Awareness, Core Brand Image, Attitude Advertisement, Brand

Berdasarkan analisa data dari hasil in-depth interview, didapatkan petugas memahami tentang pengertian, manfaat, dan jenis alat pelindung diri yang harus digunakan selama

Penelitian ini dilakukan di perumahan Dusun Parimono Desa PlandiKecamatan Jombang Kabupaten Jombang dan pengujian bakteri Escherichia coli pada air PDAM siap minum

Berdasarkan hasil penelitian pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Hemodialisa RSD Mardi Waluyo Kota Blitar menunjukkan penambahan berat badan antara dua waktu