• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 ABSTRACT"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Disampaikan pada Pertemuan Nasional AIDS V 25-29 Oktober 2015,

Hotel Sahid Jaya, Makassar- Indonesia 1

Resiliensi ODHA Resilience of ODHA

Sukirno, S. Kep1 Giat Wantoro, S. Kep2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA3

1

Departement of Nursing/Baiturrahim School of Health Science 2

Departement of Nursing/Baiturrahim School of Health Science 3

Departement of Psychology, Jambi University/[email protected]

ABSTRACT

INTRODUCTION A person whose suffering HIV - AIDS often get experience psychological problems, especially anxiety, depression, guilt (due to sexual behavior and drug abuse), angry and suicidal feelings, it takes the ability of resilience for PLWHA. Resilience is generally define as the ability to cope with or adapt of extreme stress and misery. A lot of factors that affect the ability of resilience such a emotional regulation, optimism, and social support, educational level, marriage status.

METHOD This study is quantitative with cross-sectional approach aims to determine the relationship of educational level, marriage status, emotional regulation, optimism, and social support on the resilience of people living with HIV in Jambi City. The population was 127 peoples living with HIV – AIDS, the sample of this research were 60 respondents, sampling method with purposive sampling technique. Data analysis method using univariate and bivariate analysis with the chi-square statistical test

RESULT This study shows there was significant relation between educational level with resilience with p-value 0.048 and significant relationship between marriage status with resilience with p-value 0.016, and significant relationship between social support to people living with HIV with resilience to the p-value 0.000. Emotional regulation has significant relation with resilience with p value 0.017. Optimism has significant relation with resilience p-value 0,044.

CONCLUSSIONS AND RECOMENDATIONS All Peoples and the Government is expected to be a mediator to encourage and promote activities that can be a support and increase resilience for people with HIV - AIDS, among others ie the activities related to counseling that supports local community activities that served to increase resilience. Keywords : Educational Level, Marriage Status, Emotional Regulation, Optimism, Social Support, and resilience of ODHA

Pendahuluan

Aquired Immune Defficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan

sistem kekebalan tubuh, bukan

penyakit bawaan tetapi didapat dari

hasil penularan. Penyakit ini

disebabkan oleh Human

Immunodeficiency Virus (HIV).

HIV/AIDS telah menjadi

masalah internasional karena dalam waktu yang relatif singkat terjadi

peningkatan jumlah pasien dan

(2)

Disampaikan pada Pertemuan Nasional AIDS V 25-29 Oktober 2015,

Hotel Sahid Jaya, Makassar- Indonesia 2

Masdrop (2004) menjelaskan bahwa

HIV-AIDS menimbulkan masalah

yang sulit, misalnya seputar kesehatan,

hubungan dengan orang lain,

keuangan, kematian, dan perasaan mengenai seksualitas. Prasangka dan diskriminasi (perlakuan tidak adil) dari orang lain serta masalah sosial dan ekonomis yang lebih luas juga banyak menyebabkan persoalan bagi ODHA (Orang Dengan HIV-AIDS).

Masalah-masalah yang dialami membuat

ODHA membutuhkan suatu

kemampuan yang dapat membantu ODHA untuk bangkit kembali dari masalah yang dihadapi, salah satunya yaitu dengan kemampuan resiliensi.

Resiliensi secara umum

didefinisikan sebagai kemampuan

untuk mengatasi atau beradaptasi terhadap stres yang ekstrim dan kesengsasaraan. Individu dianggap sebagai seseorang yang resilient jika mereka mampu untuk kembali normal pada kondisi setelah trauma dan terlihat kebal dari berbagai peristiwa-peristiwa kehidupan yang negatif (Carver, 1998).

Resiliensi tidak hanya dikaji oleh ilmu psikologi namun juga dikaji oleh ilmu kesehatan masyarakat, sosiologi, antropologi, bahkan ilmu kedokteran dan keperawatan, termasuk keperawatan pediatrik onkologi dan keperawatan jiwa (Haase, 2004).

Menurut Synder dan Lopez

(2007) beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap kemampuan

resiliensi seseorang yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal diantaranya regulasi emosi dan optimisme (Reivich & Shatte,

2002) sedangkan untuk faktor

eksternal meliputi dukungan sosial (Smet, 1994).

Metode

Jenis penelitian ini adalah

kuantitatif dengan pendekatan cross

sectional bertujuan untuk mengetahui

hubungan regulasi emosi, optimisme,

dan dukungan sosial terhadap

resiliensi ODHA di kota Jambi.

Populasi penelitian ini adalah

penderita HIV-AIDS 127 ODHA, besar sampel dalam penelitian ini

sebanyak 60 responden, cara

pengambilan sampel dengan teknik

purpose sampling. Analisis data yang

digunakan yaitu analisa univariat dan analisa bivariat dengan uji statistik chi

square.

Hasil dan Pembahasan Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian

diperoleh deskripsi berdasarkan jenis kelamin pada tabel 1 :

Tabel 1. Deskripsi Responden Berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi %

Laki-Laki 22 36.7

Perempuan 38 63.3

Jumlah 60 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa

penderita HIV-AIDS yang terbanyak menjadi responden berjenis kelamin

perempuan yaitu 38 responden

(63.3%).

Tabel 2. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur Umur Frekuensi % 15 – 25 4 6.7 26 – 35 35 58.3 36 – 45 17 28.3 46 – 55 4 6.7

(3)

Disampaikan pada Pertemuan Nasional AIDS V 25-29 Oktober 2015,

Hotel Sahid Jaya, Makassar- Indonesia 3

Jumlah 60 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa rentang usia penderita HIV-AIDS yang menjadi responden adalah usia 26 - 35 tahun sebanyak 35 responden (58.3%).

Tabel 3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Frekuensi % SD 2 3.3 SMP 11 18.3 SMA 33 53.0 PT 14 23.3 Jumlah 60 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa

sebanyak 33 responden (53.0%)

memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA.

Tabel 4. Deskripsi Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Status Frekuensi %

Kawin 29 48.3

Belum Kawin 31 51.7

Jumlah 60 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa status perkawinan penderita HIV-AIDS adalah belum kawin sebanyak

31 responden (51.7%) dan 29

responden (48.3%) berstatus kawin.

Hubungan antara variabel

dependen dan independen

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yaitu regulasi emosi, optimisme, tingkat pendidikan, status perkawinan dan dukungan sosial

dengan variabel dependen yaitu

resiliensi ODHA

Regulasi Emosi dengan Resiliensi ODHA

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 16 responden yang

memiliki regulasi emosi rendah,

sebanyak 10 (62.5%) responden

memiliki kemampuan resiliensi yang rendah, sedangkan dari 44 responden yang memiliki kemampuan regulasi emosi yang tinggi, sebanyak 33 (75%) yang memiliki kemampuan resiliensi yang tinggi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ODHA yang memiliki kemampuan regulasi emosi rendah mengakibatkan kemampuan resiliensi ODHA juga rendah (62.5%) dan sebaliknya ODHA yang memiliki kemampuan regulasi emosi tinggi mengakibatkan kemampuan resiliensi yang dimiliki oleh ODHA juga semakin tinggi (75%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0.017. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang

signifikan antara regulasi emosi

dengan resiliensi ODHA.

Optimisme dengan Resiliensi ODHA

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa dari 20

responden yang memiliki optimisme rendah, sebanyak 11 (55%) responden memiliki kemampuan resilien yang rendah, sedangkan dari 40 responden yang memiliki kemampuan optimisme yang tinggi, sebanyak 30 (75%) yang memiliki kemampuan resiliensi yang tinggi. Sisi lain hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ODHA yang

memiliki kemampuan optimisme

rendah mengakibatkan kemampuan resiliensi ODHA juga rendah (55%) dan sebaliknya ODHA yang memiliki

kemampuan optimisme tinggi

(4)

Disampaikan pada Pertemuan Nasional AIDS V 25-29 Oktober 2015,

Hotel Sahid Jaya, Makassar- Indonesia 4

yang dimiliki oleh ODHA juga semakin tinggi (75%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0.044. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara optimisme dengan resiliensi ODHA.

Dukungan Sosial dengan Resiliensi ODHA

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 26 responden yang memiliki dukungan sosial kurang baik,

sebanyak 16 (61.5%) responden

memiliki kemampuan resilien yang rendah, sedangkan dari 34 responden yang memiliki dukungan sosial yang baik, sebanyak 29 (85.5%) yang memiliki kemampuan resiliensi yang tinggi. Artinya ODHA yang memiliki

dukungan sosial kurang baik

mengakibatkan kemampuan resiliensi ODHA juga rendah (61.5%) dan sebaliknya ODHA yang memiliki

dukungan sosial yang baik

mengakibatkan kemampuan resiliensi yang dimiliki oleh ODHA juga semakin tinggi (85.5%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan resiliensi ODHA.

Tingkat Pendidikan dengan

Resiliensi ODHA

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 responden (100%) yang memiliki pendidikan terakhirnya SD memiliki kemampuan resiliensi yang tinggi, sedangkan dari 11 responden yang memiliki pendidikan terakhirnya SMP, sebanyak 11 (100%) responden memiliki kemampuan resiliensi yang tinggi, dari 33 responden yang memiliki pendidikan terakhirnya SMA

sebanyak 20 (60,6%) responden

memiliki kemampuan resiliensi yang

tinggi. 14 responden yang memiliki pendidikan terakhir yaitu perguruan tinggi, sebanyak 6 (42,9%) responden memiliki kemampuan resiliensi yang tinggi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0.016 artinya menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan resiliensi ODHA.

Status Perkawinan dengan

Resiliensi ODHA

Hasil analisis menunjukkan

bahwa dari 29 responden yang memiliki status perkawinan sebanyak

23 (79.3%) responden memiliki

kemampuan resiliensi yang tinggi, dan 31 responden yang belum melakukan perkawinan sebanyak 16 (51.6%) yang memiliki kemampuan resiliensi yang tinggi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0.048 artinya menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara status pernikahan dengan resiliensi ODHA. Kesimpulan

Berdasarkan teori dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Hasil uji statistik diperoleh nilai p

0.017 (<0.05) berarti ada hubungan yang bermakna antara regulasi emosi dengan resiliensi ODHA. Regulasi emosi yang tinggi akan

mengakibatkan kemampuan

resiliensi yang dimiliki oleh ODHA juga akan tinggi.

2. Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0.044 (<0.05) berarti ada hubungan yang bermakna antara optimisme

dengan resiliensi ODHA.

Optimisme yang tinggi akan

mengakibatkan kemampuan

resiliensi yang dimiliki oleh ODHA juga akan tinggi.

3. Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0.000 (<0.05) bearti ada hubungan

(5)

Disampaikan pada Pertemuan Nasional AIDS V 25-29 Oktober 2015,

Hotel Sahid Jaya, Makassar- Indonesia 5

yang bermakna antara dukungan sosial dengan resiliensi ODHA. Dukungan sosial yang baik akan

mengakibatkan kemampuan

resiliensi yang dimiliki oleh ODHA juga akan tinggi.

4. Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,016 (<0.05) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan resiliensi ODHA.

5. Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0.048 (<0.05) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara status perkawinan dengan resiliensi ODHA.

Saran

Pemerintah dan masyarakat

diharapkan dapat menjadi mediator

untuk mendorong dan

mensosialisasikan kegiatan yang dapat menjadi dukungan dan meningkatkan resiliensi bagi para penderita HIV-AIDS.

Daftar Pustaka

Carver, C. S. (1998). Resilience and thriving: Issues, models, and linkages. Journal of Social Issues, 54, 245 – 266

Haase, J. E. (2004). The Adolescent Resilience Model as a Guide to

Interventions. Journal of

Pediatric Oncology Nursing.

http://jpo.sagepub.com

Maasdorp, dkk. (2004). Pemberdayaan Positif. Alih Bahasa: Chris W. Green. Jakarta. Yayasan Spiritia Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The

resilience factor: 7 essential skills for overcoming life’s inevitable obstacles. New York: Broadway books.

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT. Grasindo

Snyder, C. R., Lopez, S. J. (2007).

Positive psychology: The

scientific and practical. Sage Publication

Referensi

Dokumen terkait