1
ABSORBSI ROTAN MANAU (Calamus manan )
MENGGUNAKAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA
DENGAN METODE RENDAMAN DINGIN PADA
KOSENTRASI
YANG BERBEDA
. Oleh : Moh. Ifkal NIM. 070 500 055PROGRAM STUDI TEKHNOLOGI HASIL HUTAN
JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2010
2
ABSORBSI ROTAN MANAU (Calamus manan )
MENGGUNAKAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA
DENGAN METODE RENDAMAN DINGIN PADA
KOSENTRASI
YANG BERBEDA
Oleh : Moh. Ifkal NIM. 070 500 055
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli MadyaPada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda
PROGRAM STUDI TEKHNOLOGI HASIL HUTAN
JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2010
3
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah : Absorbsi Rotan Manau (Calamus manan)
mengguanakan Asap Cair Tempurung Kelapa Dengan Metode Rendaman Dingin Dengan Konsentrasi Berbeda
Nama : Moh. Ifkal
Nim : 070 500 055
Program Studi : Teknologi Hasil Hutan
Jurusan : Pengolahan Hasil Hutan
Menge sahkan,
Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Wartomo, MP NIP. 19631028198803103
Lulus ujian pada tanggal : ... Dosen Pembimbing
Ir. Tuti Suharminah. MP
NIP. 196012121989031008
Menyetujui, Dosen Penguji
Ir. Wartomo, MP NIP. 19631028198803103
4
RINGKASAN
Moh. IFKAL. Absorbsi Asap Cair (liquid Smoke) pada Rotan Manau (calamus
manan) Dengan Konsentrasi yang Berbeda, dibawah bimbimgan Tuti Suharminah
Tempurung Kelapa merupakan limbah pertanian yang masih bias dimanfaatkan apabila diolah lebih lanjut, dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka beberapa hasil sampingan pertanian (limbah pertanian) seperti tempurung kelapa, serabut kelapa, sekam padi, cangkang sawit dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, dalam hl ini sekam padi yang sangat berpotensial untuk diolah menjadi arang dan asap cair. Asap cair yang merupakan hasil sampingan dari industri arang aktif tersebut mempunyai nilai ekoomi yang tinggi jika dibandingkan dengan dibuang ke atmosfir.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai Absorbsi pada rotan manau (calamus manan) Penelitian ini dilakukan di laboratorium Analisa Sifat-sifat kayu dan Analisis Produk Jurusan Pengolahan Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Dari hasil perhitungan absorbs asap cair (liquit smoke) tempurung kelapa dengan konsentrasi 5% diperoleh rata-rata 10,66 gram dan 10% diperoleh rata-rata 12,08 gram sedangkan 15% diperoleh rata-rata 13,55 gram.
5
RIWAYAT HIDUP
Moh IFKAL lahir pada tanggal 22 Maret 1988 di Palu Sulawesi Tenga h. Merupakan anak terakhir dari lima bersaudara dari pasangan Alm Bapak Arif dan ibu Hasna.
Pendidikan dasar dimulai tahun 1994 di Sekolah Dasar 03 Palu Utara Provinsi Sulawesi Tengah, dan lulus pada tahun 2000, pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya di SMP Negeri 16 Palu Kecamatan Palu Utara, dan tamat tahun 2003. Kemudian melanjutkan pada tahun yang sama di SMU Negeri 07 Palu Kecamatan Palu Utara, dan mendapatkan Ijazah pada tahun 2006, Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2007 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Pengolahan Hasil Hutan (PHH) bidang studi Teknologi Hasil Hutan (THH).
Pada bulan Maret-April melaksanakan Praktek Kerja Lapang di PT. WANA JAYA NAGA PUSPA di kelurahan Baiya Kecamatan Palu Utara, Pada tanggal 30 Agustus 2010 dinyatakan lulus karena telah menyelesaikan pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
6
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat allah swt atas petunjuk dan rahmat-nya sehingga saya selaku penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.
Karya ilmiah ini disusun berdasarkan pengamatan yang dilakukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi pada politeknik pertanian negegri samarinda.
Pada kesempatan ini saya selaku penulis tak lupa mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda sekaligus sebagai dosen penguji.
2. Bapak M. Fikri Hernandi, S.Hut. MP selaku ketua jurusan pengolahan hasil hutan.
3. Ibu Ir. Tuti Suhaminah. MP, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbng dan member petunjuk dalam penulisan karya imiah ini.
4. Para teknisi yang telah banyak membantu terselesainya penelitian ini.
5. Ibunda tercinta, kakak, beserta keluarga ya ng telah banyak memberi dukungan baik secara moril maupun spiritual.
6. Serta rekan-rekan angkatan 2007 tanpa terkecuali yang banyak mendukung secara moril maupun spiritual.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masi banyak kekurangan, unt uk itu diharapkan saran dan kritiknya. Namun demikian penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang melanjutkan penelitian ini.
Moh. Ifkal
7
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ... i
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR ... vii
I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengawetan Rotan... 4
B. Bahan Pengawetan Rotan ... 5
C. Faktor Perusak Rotan... 8
D. Manfaat Pengawetan... 8
E. Metoda Pengawetan ... 9
F. Asap Cair ... 10
G. Kegunaan Asap Cair... 11
H. Risalah Rotan (Calamus manan)... 11
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ... 13
B. Alat dan Bahan Penelitian ... 13
C. Prosedur Penelitian... 14
D. Pengolahan Data ... 15
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 15
B. Pembahasan ... 15
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 17
B. Saran ... 17 DAFTAR PUSTAKA
8
DAFTAR TABEL
( Tubuh utama )
No Halaman
1. Tabel 1. Absorsi rata-rata Pengawet asap cair pada roan maau (calamus Manan) berdasarkan konsentrasi yang berbeda (gram) ... 15
( Lampiran )
2. Tabel 2. Hasil perhitungan (gram) contoh uji rotan ( Calamus manan ) Dengan konsentrasi yang berbeda (gram) ... 20
3. Tabel 3. Data pengukuran berat awal dan berat akhir sampel rotan
9
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemakaian bahan kimia pengawet kayu selain maha l,sulit mendapatkannya perlu pengolahan limbah pada pasca penggunaannya, dan dapat menimbulkan iritasi/gatal- gatal jika terkena kulit kita. Telah diketahui bahwa rotan konstruksi ringan maupun berat, rotan furniture serta rotan untuk kerajinan rumah tangga jika tidak diawetkan akan mudah dirusak atau diserang oleh organism perusak rotan seperi jamur biru maupun bubuk
Bahan pengawet kayu yang baik adalah yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut; mempunyai daya racun terhadap organisme perusak kayu,memiliki daya tembus yang tinggi, aman bagi manusia dan lingkungan, tidak mengotori kayu dan tidak menyebabkan kembang susut pada kayu.
Asap cair komponen yang berperan dalam pengawetan dengan bertindak sebagai anti bakteri atau anti mikroba,karena adanya senyawa asam finolat dan karbonil serta memiliki gugus OH atau alkohol dan turunannya.adanya asam asetat, fenal dan alkohol tersebut dapat menyebabkan perkecembahan spora dan pertumbuhan jamur ( cendawan ) terhambat (anti jamur/bakteri) penyebab pewarna/pembusuk pada kayu ( Pari G.2007 dan Alwatan 2007 ).
Absorbsi adalah jumlah larutan yang terserap dalam kayu setelah proses pengawetan selesai atau selisih berat kayu sebelum dan sesudah diawetkan yang dinyataka dalam liter atau gram. Absorsi sangat tergantung dari jenis
10
kayu, perlakuan dan jenis larutan serta pelarut bahan pengawet yang digunakan ( Hunt dan Garrat, 1986 )
Dalam pemakaian sebagai bahan kerajinan, rotan tidak akan bisa terlepas dari cacat yang dapat mengurangi nilai kekuatan dan nilai seninya. Cacat tersebut yaitu mudahnya diserang oleh mikroorganisme perusak misalnya serangga, jamur dan rayap.
Rotan yang diserang oleh mikro organisme perusak ini akan mengalami kerusakan berupa lubang - lubang kecil, lapuk ( seperti bubuk ) atau tanda - tanda yang dapat mengurangi kekuatan dan nilai estetika rotan.
Untuk mengurangi serangan mikroorganisme perusak rotan ini, maka dilakukan pengawetan rotan dengan cara memberi bahan kimia yang bersifat racun sehingga dapat menolak serangan tadi. Dengan pemberian bahan pengawet ini diharapkan umur pemakaian rotan akan bertambah, sehingga dapat menghemat biaya pemeliharaan dan menaikan nilai keawetan agar penggunaan rotan lebih lama.
Beberapa tahun lalu, praktis dalam segala bentuk kesenian, rotan dianggap benar - benar pent ing, tetapi perubahan - perubahan fundamental tertentu yang terjadi di Amerika Serikat selama setengah abad yang lalu mengakibatkan rotan ini menghadapi persaingan yang lebih berat dari baja, tembok, aluminiun, plastik,dan produk - produk yang sejenis,namun peran rotan dalam kehidupan sangatlah penting karena rotan mempunyai kelebihan -
11
kelebihan apabila dibandingkan dengan yang lainnya karena rotan memiliki tingkat elastisitas yang tinggi sehingga mudah di bentuk.
Apabila rotan dibandingkan dengan bahan ya ng lain sebagai bahan baku kerajinan,maka rotan memiliki beberapa keuntungan, antaran lain :
1. Mudah diperoleh dalam bentuk dan ukuran 2. Relatif mudah dalam pengerjaan
3. Daya hantar listrik yang lebih rendah
4. Memiliki kelenturan yang tinggi ( elastisitas ) 5. Memiliki nilai dekoratif yang tinggi
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai absorbsi pada rotan manau ( Calamus manan ) dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 5%, 10%, dan 15%.
C. Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat dan memaksimalkan serta mengoptimalkan penggunaan rotan setelah diawetkan dengan asap cair.
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian pengawetan rotan
Keawetan rotan berhubungan erat dengan pemakaian, Rotan dikatakan awet apa bila mempunyai umur pakai yang cukup lama. Rotan berumur lama bila mampu menahan berbagai macam factor - faktor perusak rotan yang datang dari luar tubuh rotan itu sendiri. Pemakaian rotan menentukan pula umur keawetan ( Dumanauw, 1982 ).
Upaya memasukan bahan anti jamur seperti yang terdapat pada asap cair adalah merupakan perlakuan agar kayu atau rotan tahan terhadap serangan organisme perusak.
Rotan adalah bahan yang mengandung seperti halnya kayu yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Dalam penyimpanan bahan rotan mudah diserang organism perusak seperti jamur biru (blue stain), atau bubuk kering. Penyerangan atas organisme tersebut karena adanya bahan selulosa pada rotan yang menjadi sumber makanan bagi organisme tersebut.
Penga wetan rotan adalah proses perlakuan kimia atau perlakuan fisik terhadap rotan yang ditinjau untuk memperpanjang masa pakai ( sevice life ) rotan, tujuanya adalah untuk mencegah kerusakan rotan akibat serangga organisme perusak rotan sehingga rotan akan tahan lebih lama untuk mendapatkan nilai ekonomis yang tinggi.
13
Dalam Dumanauw ( 1982 ) menyatakan bahwa tujuan dari pengawetan kayu adalah :
1. Untuk memperbesar keawetan sehingga kayu atau rotan yang mulanya memiliki umur pakai yang tidak panjang menjadi lebih panjang dalam pemakaian.
2. Memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu yang berkelas keawetan rendah dan sebelumnya belum pernaah digunakan dalam pemakaian, mengingat sumber kayu di Indonesia memiliki potens i hutan yang cukup luas dan banyak dengan aneka jenis kayunya.
3. Adanya pengawetan kayu akan memberi lapangan pekerjaan sehingga pengangguran dapat diatasi.
Sedangkan Hunt dan Garrat ( 1986 ), menjelaskan bahwa pengawetan kayu mempunyai tujuan untuk memperpanjang masa pemakaian kayu. Dengan demikian dapat mengurangi biaya pemeliharaan kayu dan menghindari pergantian yang lebih sering dalam kontruksi bangunan.
B. Bahan Pengawet Kayu
Bahan pengawet adalah zat kimia yang dimasukan kedalam kayu atau rotan dengan cara impugnasi agar kayu atau rotan menjadi lebih tahan terhadap serangan penyakit seperti jamur, serangga dan mikroorganisme perusak lainya.
14
Menurut Hunt dan Garrat ( 1986 ) bahwa bahan pengawet kayu adalah bahan - bahan kimia yang apabila diterapkan secara baik pada kayu akan membuat kayu itu tahan terhadap seranggan mikroorganisme perusak, berdasarkan sifat bahan pengawet, maka dapat dibagi menjadi tiga golongan,yaitu :
1. Tipe bahan pengawet yang larut dalam air, misalnya garam- garam dan asam borat.
2. Tipe bahan pengawet yang larut dalam minyak, misalnya pentachlorophenol (PCP), copppernaphththenate.
3. Tipe bahan pengawet yang berupa minyak, misalnya creosot dan carborium
Menurut Dumanau ( 1982 ), bahan pengawet tersebut harus mempunyai syarat - syarat pengawet yang baik yaitu :
1. Bersifat racun terhadap serangga.
2. Mudah masuk dan tetap tinggal didalam rotan.
3. Bersifat permanen dan tidak mudah menguap atau luntur.
4. Bersifat toleran terhadap bahan - bahan lainya misalnya : logam perekat dan cat / finishing.
5. Tidak mempengaruhi kembang susut rotan.
6. Tidak merusak sifat-sifat rotan ; sifat fisik, sifat mekanik, sifat kimia, tidak mudah terbakar maupun mempertinggi bahaya kebakaran.
15
Apabila bahan - bahan pengawet rotan ini digolongkan berdasarkan asal-usulnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu bahan pengawet yang berasal dari alam dan bahan pengawet yang berasal dari hasil sintesis. Untuk mempelajari suatu bahan pengawet lebih diutamakan dari segi sifat fisik kimianya. Beberapa bahan pengawet rotan ada yang mudah menguap, bersifat korosif terhadap metal ( logam ) dan ada juga yang membahayakan kesehatan serta pencemaran lingkungan.
1. Syarat – syarat Bahan pengawet Kayu
Menurut AWPA ( American Wood Preservers Association ) dalam Nicholas ( 1987 ), dalam ALEX bahwa syarat – syarat bahan pengawet kayu adalah :
a. Bahan pengawet harus beracun bagi organism-organisme perusak kayu. b. Nilainya sebagai salah satu bahan pengawet harus didukung oleh data
lapangan atau data penggunaan.
c. Bahan pengawet itu harus memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang dapat menentukan kemantapanya dibawah kondisi – kondisi yang disarankan bagi penggunaanya.
d. Bahan pengawet itu secara relative harus bebas dari sifat-sifat yang tidak disukai dalam penagananya serta penggunaanya.
e. Bahan pengawet harus dikenal pengawasan laboratorium dan pengawasan pabrik secara memuaskan.
16
f. Bahan pengawet itu harus tersedia dibawah peraturan – peraturan paten masa kini.
g. bahan pengawet itu harus ada dalam penggunaan kom,ersial ya ng sesungguhnya.
C. Faktor Perusak Rotan
Kerugian tahunan dalam berbagai macam hasil hutan akibat serangga perusak meliputi jumlah jutaan dolar. Kerugian itu terjadi pada rotan yang masih dalam proses pertumbuhan dan, rotan - rotan segar atau gergajian dan produk-produk kerajinan lain. Faktor - faktor perusak rotan dibagi dalam dua golongan besar yaitu faktor biologis dan non biologis
1. Faktor biologis / Makhluk hidup
Faktor ini menyerang rotan karena dua hal yaitu, rotan sebagai bahan makanan dan sebagai tempat tinggalnya. Misalnya mikroorganisme seperti jamur dan bakteri, serangga rayap.
2. Faktor non biologis / non Makhluk hidup
Faktor perusak non biologis yang dapat menimbulkan kerusakan pada rotan. Kerusakan - kerusakan ini disebabkan antara lain oleh pengaruh-pengaruh :
a. Mekanis, disebabkan adanya gaya luar yang bekerja pada rotan tersebut
b. Bahan-bahan kimia
17
D. Manfaat pengawetan
Dengan jalan melaksanakan pengawetan dapat diperoleh beberapa keuntungan ya itu :
1. Jenis rotan yang kurang awet yang tadinya jenis-jenis ini kurang dipakai menjadi dapat digunakan yang berarti lebih efisien.
2. Dengan bertambahnya masa pakai ( sevice life ) rotan maka biaya perbaikan dan perombakan dapat ditekan
3. Rotan yang telah diawetkan dapat menggantikan nilai rotan yang bernilai ekspor.
4. Dengan berdirinya industri pengawetan rotan berarti bertambahnya kesempatan kerja untuk masyarakat, sehingga dapat memecahkan masalah penganguran.
E. Metode Pengawetan
Perlakuan atau metode yang berbeda akan memberikan absorbsi dan penetrasi yang berbeda. Sejak timbulnya pengawetan rotan, berbagai metode telah ditemukan dan secara garis besarnya dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
1. Metode pengawetan tanpa tekanan / sederhana, dimana rotan diawetkan secara :
a. Pencelupan b. Penyemprotan c. Pemolesan
18
e. Pembalut an
2. Metode pengawetan dengan tekanan, rotan - rotan diawetkan dalam silinder tertutup diberi tekanan. Dalam metode ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Proses sel penuh b. Proses sel kosong
3. Metode diffuse, rotan basah dan rotan segar diawetkan dalam bahan - bahan pengawetkan yang berkosentrasi tinggi .
4. Sap Replacemen Method, cara ini hanya digunakan untuk balok rotan yang baru.
F. Asap cair
Asap diartikan sebagai suatu suspensi partikel-partikel padat dan cair dalam medium gas (Girard, 1992) dalam Pari G. 2007. Sedangkan asap cair menurut Darmadji (1997) dalam Pari G. 2007. merupakan campuran larutan dari dispersi asap kayu dalam air yang dibuat dengan mengkondensasikan asap hasil pirolisis kayu.
Menurut Girard (1992) dalam Pari G. 2007. ditemukan lebih dari 100 senyawa kimia yang terdapat pada asap cair kayu. Beberapa senyawa kimia yang telah di definisikan yaitu fenolik 85 macam, karbonil 45, asam 35, furan 11, alcohol dan ester 15, likton 13 dan hidrokarbon alifatik 21 macam.
Sedangkan menurut Maga (1998) dalam Pari G. 2007. bahwa komposisi rata-rata asap cair dari bahan kayu terdiri atas 11 - 92% air, fenolik
19
2,8 – 4,5% dan karbonil 2,6 – 4,6% serta ter 1 – 17%.
Senyawa fenol pada asap cair berfungsi sebagai desinfektan, asam asetat dan alkohol dapat menghambat perkecambahan spora dan pertumbuhan jamur ( cendawan ) Colletotrium dan Fusarium ( Pari G. 2007 )
G. Kegunaan asap cair
Asap cair mengandung berbagai senyawa yang terbentuk karena terjadinya pirolisis tiga komponen kayu yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Lebih dari 400 senyawa kimia dalam asap telah berhasil diidentifikasi.Komponen-komponen tersebut ditemukan dalam jumlah yang bervariasi tergantung jenis kayu, umur tanaman sumberkayu, dan kondisi pertumbuhan kayu seperti iklim dan tanah. Komponen-komponen tersebut meliputi asam yang dapat mempengaruhi citarasa, pH dan umur simpan produk asapan; karbonil yang bereaksi dengan protein dan membentuk pewarnaan coklat dan fenol yang merupakan pembentuk utama aroma dan menunjukkan aktivitas antioksidan (Astuti,2000). dalam Pari G. 2007.
H. Risalah Rotan Manau ( Calamus manan )
Rotan manau secara umum warna batang kuning langsat. Diameter batang yang sudah di runti bekisar 25 mm dan panjang ruas 35 cm Total panjang batang bila merambat dan telah dewasa dapat mencapai 100 m.
Rotan ini tumbuh secara alami di daerah Thailand, Semenanjung Malaya, Pulau Sumatra, dan Kalimantan. Kondisi iklim yang di sukai adalah daerah beriklim basah, dan hidup baik di ketinggian 50 m - 600 m dari atas
20
permukaan laut. Rotan ini tumbuh tunggal ( tidak serumpun ) dan merambat diantara batang dan ranting pohon, sehingga pembudidayaanya hanya melalui biji.
Daun rotan ini termasuk majemuk menyirip, tiap daun terdiri atas kurang lebih 40 pasang anak daun. Bentuk anak daun bervariasi dari bentuk lanset sampai bulat telur lanset susang. Pelepah dan tangkai daunnya diselimuti duri yang tajam dan rapat. Bunganya tersusun dalam tandan berbentuk malay, berukuran panjang dan letaknya menggantung. Buahnya tidak terlalu besar, panjang buah kurang lebih 3 cm, bersisik, dan berbentuk lonjong .
Diameter batangnya cukup besar, kuat, dan kokoh,maka rotan ini banyak dipakai untuk rangka kursi, meja, tempat tidur, sofa, dan rangka furniture lainya.
21
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian.
Pene litian ini dilaksanakan selama satu bulan yang terdiri dari : persiapan sample, perlakuan terhadap sample, dan pengambilan data. Kemudian berikutnya pengamatan.
Penelitian dilaksanakan di labaratorium Analisa Sifat Fisika Kimia Kayu dan Analisis Produk Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
B. Alat Dan Bahan.
1. Alat yang di gunakan adalah : a. Gergaji tangan.
b. Ember / bak plastik. c. Terpal plastik. d. Timbangan. e. Mikrokaliper. f. Penggaris. g. Alat tulis.
2. Bahan yang digunakan. a. Rotan manau
b. Bahan penawet c. Lain lain
22
C. Prosedur Penelitian
1. Membuat sampel rotan manau berukuran 20 cm sebanyak 40 batang
2. menyiapkan larutan asap cair kedalam bak perendaman dengan cara ambil gelas ukuran 1000 ml, masukan asap cair 5 % sebanyak 100 ml dan air 900 ml begitu juga untuk larutan konsentrasi 10 %, yaitu 150 ml ditambah air 850 ml serta larutan konsentrasi 15 % yaitu 200 ml ditambah 800 ml air. 3. Sampel rotan masing – masing dimasukan kedalam bak perendaman sesuai
konsentrasi 5 %, 10 % dan 15 %, direndam selama dua minggu. 4. Setelah direndam sampel kemudian ditiriskan.
5. menimbang sampel setelah ditiriskan yaitu BP ( berat sampel setelah diawetkan )
D. PENGOLAHAN DATA
1. Data absorsi digunakan rumus Abs = Bp – Bo Keterangan :
Abs = Absorbsi
Bp = Berat contoh uji begitu selesai perendaman Bo = Berat contoh uji sebelum perendaman
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Nilai absorbsi bahan pengawet pada rotan disajikan pada table 1. Tabel 1. Absorbsi rata-rata pengawet asap cair pada rotan manau ( Calamus manan) berdasarkan konsentrasi yang berbeda (gram).
Konsentrasi No Contoh uji 5 % 10 % 15 % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2.722 15.435 19.015 7.593 6.974 7.905 8.718 6.654 5.488 2.155 24.106 29.167 7.408 16.742 5.615 8.186 6.136 4.648 4.92 13.888 20.234 11.678 4.756 23.436 19.934 19.278 12.093 9.436 5.215 9.479 Rata-rata 10.66 12.08 13.55 B. Pembahasan Absorbsi
Dari perhitungan absorbsi asap cair ( Liquid Smoke ) tempurung kelapa dengan konsentrasi 5 % diperoleh rata-rata 10,66 gram dan 10 % diperoleh rata-rata 12,08 gram sedangkan 15 % diperoleh rata-rata 13,55 gram. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai absorsi dari tiga konsentrasi yang berbeda diperoleh hasi yang bervariasi, hal ini dapat dipaham bahwa perbedaan konsentrasi larutan bahan pengawet akan memberikan perbedaan nilai absorbsinya, karena treatabilitas atau kemampuan penyerpan kayu terhadap larutan bahan pengawet sangat dipengaruhi oleh sifat dan struktur kayu, demikian halnya jika konsentrasi
24
larutan bahan pengawet juga brbeda. Menurut Alex, T. (2000), bahwa besarny absorsi larutan bahan pengawet sangat ditentukan oleh tiga factor yaitu jenis bahan pengawet, jenis kayu yang diawetkan dan cara pengawetanya serta besarnya konsentrasi larutan.
25
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasrkan hasil peneltian dan analisisnya, maka dapat disimplkan sebagai berikut :
1. Asap cair dapat dijadikan sebagai baha n pengawet Rotan (Calamus manan), karena mengandung senyawa anti bakteri, anti amur ( fungi ) sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
2. Semakin tinggi konsentrasi larutan bahan pengawet maka semkin tinggi pula nila absorbsinya.
3. Nilai absorbsi dengan konsentrasi 5% adalah 10.66, konsentrasi 10% adalah 12.08 dan konsentrasi 15% adalah 13.55%.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan penulis adalah diharapkan agar penelitian lebih lanjut seperti pemakaian pada jenis rotan yang berbeda, dan mencari konsentrasi yang lebih rendah agar lebih hemat (efisien) dan biaya lebih murah.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1976 . Vademecum kehutanan Indonesia. Departemen Pertanian Direktorat Jendral Kehutanan . Jakarta
ALEX, 2000. Peneltian Treatabilitas Kayu Markubung Terhadap Bahan Pengawet Impralit CKB. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda ( tidak diterbitkan)
ALWATAN, 2007. Biokimia Produk Kkarbonisasi. Peneliti Laboratorium Kimia, Jurusan Kimia, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Algamar, E. Z. 1986. “ Prospek Budi Daya Jenis Rotan Potensial.” Dalam: Procending. Seminar Rotan, Departement Kehutanan, Jakarta.
DUMANAU, 1982. Mengenal Kayu PT. Gramedia Jakarta.
Hunt dan Garrat, 1986. Pengawetan Kayu. Alih Bahasa Indonesia Penerbit UGM- PRESS Yogyakarta
Koamesakh, Alex. 1982. Pedoman Pelaksanaan Pengujian Rotan Bulat. Indonesia.
Koamesakh, Alex. 1982. Pengenalan Rotan Indonesia. Direktorat Tertib Peredaran Hasil Hutan, Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan. Jakarta.
Nicholas, D D. 1987. Kemunduran (deteriorasi) Kayu dan Pencegahannya dengan Perlakuan-perlakuan Pengawetan Jilid I dan II. Airlangga University Press Yogyakarta.
Pari G, 2007. Peneiltian Limbah Sawit Sebagai Produk Karbonisasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
27
28
Lampiran 1. Hasil Perhitungan Absorbsi ( gram ) contoh uji rotan ( Calamus
manan ) dengan konsentrasi ya ng berbeda
Konsentrasi No sampel 5 % 10 % 15 % 1 2,722 24,106 20,234 2 15,435 29,167 11,678 3 19,015 7,408 4,756 4 37,593 16,742 23,46 5 6,974 5,615 19,934 6 7,905 8,186 19,278 7 8,718 6,136 12,093 8 6,654 4,648 9,436 9 5,488 4,92 5,215 10 26,156 13,888 9,430 Jumlah 106,629 120,816 135,52 Rata-rata 10,66 12,08 13,55
29
Lampiran 2. Data pengukuran berat awal dan berat akhir sampel Rotan (calamus
manan)
Berat ( gram ) No
Awal ( Bo) Akhir ( Bp)
konsentrasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 49,216 45,170 53,989 62,653 83,281 63,536 64,102 60,431 59,731 50,067 51,938 60,605 73,004 70,216 90,255 71,441 72,820 67,085 65,219 76,222 5 % 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 48,792 55,576 81,873 43,331 37,111 58,188 56,174 51,899 48,795 34,655 72,898 84,743 89,281 60,073 42,726 66,374 62,310 56,547 53,715 48,543 10 % 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 33,278 76,376 65,457 30,614 30,198 36,245 30,127 64,732 61,128 56,094 53,512 88,054 70,213 54,074 50,132 55,523 42,220 73,168 66,343 65,533 15 %
Contoh Perhitungan Absorbsi (gram) Abs = Bp – Bo
50,067 gram – 76,222 gram = 26,155