• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Sosial Ekonomi dan Politik Volume 2 Nomor 2 Mei 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Sosial Ekonomi dan Politik Volume 2 Nomor 2 Mei 2021"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 2 Nomor 2 Mei 2021

Available online http://www.jsep.org/index.php/jsep/index

EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN JAM OPERASIONAL BAGI SEKTOR UMKM DI KOTA SURABAYA

1

Aldi Kurnia Wahyu, 2Yoga Raffi Krisnanda Putra, 3Rizky Wahyu Sri Utami, 4Diana Hertati Program Studi Administrasi Publik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Indonesia Diterima: 28 April 2021; Disetujui: 20 Mei 2021; Dipublish: 25 Mei 2021

*Coresponding Email: dianahertati.dh@gmail.com Abstrak

Pemerintah telah memberlakukan jam operasional di pusat perbelanjaan / mal dan sektor UMKM hingga pukul 21.00 WIB dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat sebagaimana dituangkan dalam Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/59 / KPTS / 013/2021 tentang Penerapan PPKM Mikro. di Jawa Timur untuk menekan jumlah Covid 19 serta upaya pemulihan perekonomian nasional. Salah satu kota yang telah menerapkan penegakan hukum kota Surabaya ini. Namun ditemukan adanya pro dan kontra dari masyarakat khususnya pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dianggap memberatkan pelaku UMKM dan penurunan jumlah pendapatan yang diperoleh pelaku UMKM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan jam operasional pada penerapan PPKM Mikro pada UMKM khususnya Kota Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi kepada pelaku UMKM Kota Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan jam operasional yang terbilang dalam pelaksanaan PPKM Mikro bagi UMKM masih kurang efektif, hal ini terlihat dari respon para pelaku UMKM yang sangat keberatan dengan pelaksanaan jam operasional yang mengakibatkan kerugian. bagi pelaku UMKM meski implementasinya telah mampu menekan angka penyebaran COVID 19 di Kota Surabaya.

Kata Kunci: PPKM Mikro, Efektivitas, Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Abstract

The government has enforced operational hours at shopping centers/malls and the UMKM sector until 21.00 WIB with the implementation of strict health protocols as outlined in the Governor of East Java Decree Number 188/59/KPTS/013/2021 regarding the implementation of PPKM Micro in East Java to reduce the number of Covid 19 as well as efforts to restore the national economy. One of the cities that has implemented this enforcement of the Surabaya city. However, it was found that there were pros and cons from the community, especially Micro, Small, and Medium Enterprises (UMKM) actors who were deemed to be burdensome for MSME actors and resulted in a decrease in the amount of income earned by MSME actors. This study aims to determine the effectiveness of implementing operational hours on the implementation of Micro PPKM on MSMEs, especially of the Surabaya city. This research uses qualitative research methods with descriptive research type, data collection techniques using interviews and observations to the MSME actors of the Surabaya City. The results of this study indicate that the implementation of operational hours spelled out in the implementation of PPKM Micro for MSMEs still not effective enough, this is shown in the response of MSME actors who strongly object to the implementation of operational hours which results in losses for MSME players even though the implementation has been able to reduce the number of the spread of covid 19 in the city of Surabaya.

(2)

PENDAHULUAN

Pelaksanaan PPKM Mikro hampir serupa dengan pelaksanaan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar yang telah dilaksanakan tahun 2020 silam, pada dasarnya kebijakan tersebut bertujuan untuk membatasi kegiatan masyarakat agar tidak berkerumun dan membatasi jam operasional masyarakat dalam kegiatan keseharian. Penerapan PPKM Mikro akan dinilai efektif jika dipandang melalui perspektif analisis kesehatan namun jika dipandang dari perspektif ekonomi yang dialami masyarakat selaku UMKM maka akan bertolak belakang pemahamannya. Urgensi pelaksanaan PPKM Mikro harus tersampaikan dengan baik kepada masyarakat guna menunjang persentase keberhasilan pelaksanaan PPKM Mikro, dengan menetapkan sanksi bagi masyarakat pelanggar PPKM Mikro maka dapat membantu kelancaran implementasi kebijakan PPKM Mikro. Dalam kondisi empiris PPKM Mikro berjalan secara lancar, namun tidak dapat dikatakan berjalan secara baik maupun secara efektif dikarenakan terdapat beberapa opini pro dan kontra yang terjadi antara masyarakat UMKM dengan pemerintah yang menerapkan pembatasan Jam Operasional dalam PPKM Mikro khususnya pada provinsi Jawa Timur Kota Surabaya. Peraturan tersebut tertuang dalam Keputusan Gubernur Jawa Timur 188/59/KPTS/013/2021 yang memutuskan untuk memberi batas aktivitas restoran bagi pengunjung yang makan atau minum di tempat sebesar 50% dengan menerapkan protokol kesehatan serta membatasi jam operasional pusat perbelanjaan/mall sampai dengan pukul 21.00 WIB.

Perlu diketahui sebelumnya bahwa pembatasan Jam Operasional merupakan salah satu metode dari pemerintah untuk menurunkan angka penyebaran Covid-19 yang diharapkan aktivitas masyarakat akan berkurang pada malam hari di tempat perbelanjaan, tetapi dewasa ini pelaku

UMKM sering dijumpai mengabaikan atau melanggar pembatasan Jam Operasional yang merupakan instruksi dari pemerintah. Masdalina Pane selaku tokoh ahli dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) menyampaikan bahwa implementasi jam malam dinilai tidak berdampak efektif untuk mengurangi angka penyebaran Virus Corona Disease-19 karena puncak kegiatan warga masyarakat terjadi pada waktu pagi hari hingga petang (CNN Indonesia, 2020). Seorang pelaku UMKM Dukuh Pakis Kota Surabaya, Faisal mengaku bahwa pembatasan Jam Operasional sangat tidak sesuai dengan kebutuhan para UMKM dikarenakan pembatasan aktivitas berdagang yang sangat sempit dan tidak memberikan kesempatan para pelaku UMKM untuk mendapatkan penghasilan yang sesuai target.

Pro dan Kontra yang terjadi dinilai memberatkan masyarakat yang berprofesi sebagai pelaku UMKM, hal tersebut dikarenakan pembatasan jam operasional yang terlalu pendek sehingga sangat mempengaruhi pendapatan atau kondisi ekonomi masyarakat selaku UMKM terutama bagi pelaku UMKM yang memiliki start jam operasional pukul pada 18.00 WIB. Dalam penulisan ilmiah ini, penulis membatasi cakupan arti dari UMKM yang berfokus kepada pedagang kaki lima, restoran kelas menengah, butik, toko elektronik, warung kopi, cafe, dan usaha kecantikan. Maksud dari penulis untuk membatasi pengertian UMKM ini ditujukan agar pembahasan ilmiah tidak melebar dari topik yang ingin diteliti dan lebih fokus terhadap UMKM yang ditentukan dalam kebijakan jam operasional.

Kebijakan publik merupakan suatu keputusan yang dibuat untuk menjawab problematika dalam lingkup kepentingan publik di suatu negara. Belakangan ini, permasalahan yang tidak kunjung usai membuat pihak pemerintah kewalahan. Covid-19 cukup meresahkan bagi pihak masyarakat maupun lembaga

(3)

pemerintahan. Keresahan tersebut dilatar belakangi oleh semakin naiknya angka penularan virus covid-19 yang kian hari kian tinggi. Semakin masifnya angka penularan virus Covid-19 ini membuat pemerintah tidak henti-hentinya untuk berupaya menekan angka penyebaran virus tersebut. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar yang telah diterapkan pemerintah pada beberapa waktu silam dinilai tak cukup untuk memberikan konklusi dari permasalahan.

Menurut Udoji dikutip dari (Yanni, 2018), berpendapat jika kebijakan merupakan bentuk dari tindakan yang saling berkaitan satu dengan yang lain serta dapat mempengaruhi sebagian besar masyarakat melalui adanya sanksi yang telah ditetapkan. Terdapat pendapat lainnya tentang kebijakan dari Nichols yang dikutip dari (Taufan & Mazhud, 2016) menurutnya, pengertian kebijakan merupakan bentuk dari keputusan yang di buat oleh para pembuat kebijakan dengan menganalisis secara terprogram dan berkala. Kemudian, menurut Iskandar (2012) dikutip dari (Ramdhani, 2016) bahwa kebijakan merupakan serangkaian dari program yang di rumuskan oleh para aktor – aktor pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan dalam organisasi. Penetapan kebijakan juga merupakan suatu faktor penting bagi organisasi untuk mencapai tujuannya. Dan pendapat dari Marzali (2012:20) yang dikutip dari (Ananta Prathama, 2019) berpendapat jika kebijakan merupakan suatu perbuatan yang dilakukan dengan terarah dan dapat mempengaruhi tingkah laku masyarakat terhadap dampak dari keputusan yang diambil, hal ini diartikan bahwa kebijakan bersifat memaksa dan mengikat apabila telah memiliki kekuatan hukum tetap. Dari uraian diatas maka kebijakan dapat disimpulkan sebagai serangkaian rencana program yang mengatur aktivitas atau tindakan masyarakat yang tertuang dalam sebuah peraturan pemerintah dan berdampak kepada aktivitas tertentu,

kebijakan juga memiliki sikap memaksa dan mengikat disertai kekuatan hukum tetap.

Pendapat Carl Frederich yang dikutip dari (Risnawan, 2017), memberikan penjelasan tentang definisi dari kebijakan publik, yaitu serangkaian tindakan yang diusulkan oleh individu, kelompok, atau pemerintah pada lingkungan tertentu, dengan risiko dan kemungkinan-kemungkinan yang ada. Kebijakan Publik menurut James E. Anderson, dalam (Akbar, 2016), yaitu kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh lembaga atau pejabat-pejabat pemerintah. Lalu Thomas R. Dye, dikutip dari (Iva, 2015) juga berpendapat, bahwa Kebijakan Publik adalah segala hal yang pemerintah pilih untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sedangkan menurut Chambers (2006:5) dikutip dari (Mutiasari, Muh. Nur Yamin, 2016) kebijakan publik adalah serangkaian ketetapan yang mengikat orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh pemegang otoritas publik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik merupakan kebijakan yang dikembangkan oleh pejabat pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dan bisa juga sebaga hubungan antara pihak pemerintah dengan lingkungannya. Kebijakan publik bersifat mengikat masyarakat yang artinya kebijakan publik harus dipatuhi dengan baik untuk tercapainya tujuan tertentu.

Rose dalam (Hidayat dkk., 2018), berpendapat tentang Implementasi Kebijakan Publik, menurutnya Implementasi Kebijakan Publik yaitu tindakan-tindakan yang selalu berkaitan dengan seluruh dampak yang akan dihasilkan nantinya dan dilakukan oleh sejumlah oknum yang berkepentingan untuk suatu keputusan bersama. Implementasi Kebijakan Publik menurut Nugroho (2008:437) dalam (Sumekar, 2016) yaitu tahapan yang bersifat dinamis atau berganti-ganti dan dalam

(4)

pelaksanaannya seperti beraktivitas, kemudian hasil yang diperoleh diharapkan akan memenuhi ekspektasi dari sasaran awal dibuatnya kebijakan tersebut. Van Meter dan van Horn dalam (M. Faizal Reza Pahlefi, 2017) juga ikut mengutarakan pemikirannya, mereka mempunyai pemikiran bahwa Implementasi Kebijakan Publik adalah langkah-langkah untuk menyukseskan penerapan kebijakan dengan cara mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan pada awalnya dan dilaksanakan oleh aktor-aktor dari pihak pemerintah maupun dari pihak swasta. Lalu, Implementasi Kebijakan Publik menurut Winarno (2002) dikutip dari (Pradana, 2016) merupakan instrumen untuk mencapai target yang diharapkan dalam suatu kebijakan, dan dalam mencapai target tersebut diperlukan kerja sama dari beragam oknum dan kelompok dengan menggunakan strategi dan juga metode. Dengan beberapa definisi-definisi yang telah dijelaskan di atas, terdapat kesimpulan bahwa Implementasi Kebijakan Publik adalah tindakan-tindakan untuk merealisasikan suatu harapan yang telah dirumuskan dalam suatu kebijakan yang telah ditentukan sebelumnya. Bisa juga diartikan sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan kebijakan yang telah ditetapkan dari awal dengan cara melakukan tindakan berupa menyalurkan hasil kebijakan yang dilakukan oleh para pelaksana kebijakan dan ditujukan kepada sekelompok masyarakat tertentu.

Paramitha (2015) dikutip dalam (Indrawati dkk., 2017) mengungkapkan bahwa Efektivitas merupakan suatu tolak ukur yang menyatakan sejauh mana target telah tercapai, apabila semakin besar persentase target yang telah tercapai, maka akan tinggi pula tingkat keefektivitasannya. Menurut (Robbins & Judge, 2013:28), dikutip dari (Trisnawati dkk., 2018) Efektivitas berasal dari kata Perancis Kuno effectif dan juga kata Latin effectivus, yang berarti telah mencapai suatu tujuan. Lalu, Emerson, 1976, dikutip dari (Fatimah,

2019) juga berpendapat bahwa efektivitas adalah sebagai pengukuran dari tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditentukan. Dari beberapa definisi tentang efektivitas tersebut, dapat disimpulkan bahwa Efektivitas memiliki fokus dasar kepada input dan output, dalam makna komparasi antara target yang ditentukan dengan hasil yang diperoleh. Untuk mencapai adanya efektivitas program, maka hal tersebut dapat diidentifikasikan pada 4 indikator yang dikembangkan oleh Budiani (2007) dikutip dari (Pravitasari, 2018) untuk mengetahui efektivitas dari adanya suatu program maka penerapan yang diambil dalam penelitian ini, berdasarkan pada 4 indikator efektivitas program, yaitu:

1. Ketepatan sasaran program, yaitu pengukuran tingkat keberhasilan dari adanya suatu program yang menjamin mengenai ketepatan sasaran sesuai dengan penetapan yang telah direncakan sebelum awal program.

2. Sosialisasi program, yaitu bentuk upaya yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan penyelenggara program dalam melakukan sosialisasi terhadap program untuk peserta program sehingga menciptakan informasi mengenai pelaksanaan program tersebut yang dapat tersampaikan kepada masyarakat.

3. Tujuan program, yaitu memperlihatkan bentuk kesesuaian dari hasil/output pelaksanaan pada program untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan 4. Pemantauan program, yaitu bentuk kegiatan program yang dilakukan setelah melakukan pelaksanaan program sebagai bentuk perhatian terhadap program tersebut dan akan dinilai keberhasilan program bagi peserta program

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan efektivitas pemberlakuan Jam Operasional terhadap UMKM khususnya di Kota Surabaya. Dengan melakukan observasi serta wawancara kepada masyarakat tentang pembatasan jam operasional yang

(5)

tertuang dalam keputusan Gubernur Jawa Timur 188/59/KPTS/013/2021 tentang pelaksanaan PPKM Mikro yang diharapkan bagi peneliti agar menemukan efektivitas program dalam pelaksanaan PPKM Mikro dan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat luas seputar perkembangan kebijakan – kebijakan publik yang ada di Indonesia.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang di gunakan aadalah pendekatan kualitatif dengan metode penelitian secara deskriptif. Fokus dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberlakuan jam operasional bagi sektor UMKM kota Surabaya dalam menurunkan angka penyebaran Covid 19 yang berada di Surabaya, dengan lokus penelitian di tempat UMKM sekitar Kota Surabaya. Sumber data yang di kumpulkan berasal dari data primer melalui metode wawancara dengan bebrapa informan diantaranya, petugas Satpol PP kota Surabaya selaku pelaksana penyelenggaraan pemberlakuan jam operasional dan beberapa masyarakat pelaku UMKM selaku sasaran dari adanya pemberlakuan jam operasional di kota Suarabaya. Sedangkan untuk data sekunder berasal dari adanya dokumen-dokumen yang mendukung penelitian penulis. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan metode analisis data yang digunakan melalui beberapa tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Efektivitas Pemberlakuan Jam

Operasional Bagi Sektor UMKM Kota Surabaya

Pada masa Covid-19 saat ini, merupakan masa yang memerlukan adanya tindakan untuk menghentikan penyebaran yang merugikan masyarakat hingga negara. Tindakan tersebut dilakukan oleh pemerintah sebagai wujud implementasi

dalam menanggulangi angka penurunan angka Covid-19 sampai membenahi perekonomian negara. Tindakan ini berupa pemberian arahan terhadap seluruh kegiatan masyarakat untuk membatasi setiap kegiatan baik bekerja, sekolah, maupun kegiatan di luar rumah. Selain itu, berbagai macam kebijakan telah diterapkan oleh pemerintah sejak tahun 2020 hingga sekarang, kebijakan tersebut mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang merupakan kebijakan pembatasan kegiatan serta area yang telah ditentukan secara besar – besaran. Kebijakan PPKM telah diterapkan pada akhir bulan februari hingga bulan april dan pemberlakuan tersebut akan terus berlanjut hingga terjadi perubahan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan pemerintah.

Mengacu kepada Instruksi Menteri Dalam Negeri nomor 6 tahun 2021 (covid19.go.id, 2021) yang mendukung arahan dari Presiden untuk mengadakan/memperpanjang masa pemberlakuan PPKM dan mengatur PPKM berbasis mikro sehingga disebut sebagai PPKM Mikro. Sementara itu, informasi yang dapat dijumpai membuktikan menurunnya angka penyebaran Covid-19 yang juga diiringi penurunan ekonomi semenjak pemberlakuan masa PSSB tahun 2020. Tingginya angka penularan sebelum diberlakukannya PSBB membuktikan bahwa kegiatan masyarakat harus dibatasi untuk mencegah semakin tingginya angka penularan tersebut, PPKM menjadi langkah pemerintah untuk membatasi kegiatan masyarakat jilid kedua sebagai lanjutan PSBB Tahun 2020 versi mini. PPKM berhasil menurunkan angka penularan covid sebanyak 274 orang pada bulan Februari Tahun 2021 menjadi 201 pada bulan Maret (suarasurabaya.net, 2021), tetapi angka penurunan tersebut masih jauh dari kata cukup untuk mengembalikan

(6)

Indonesia kepada keadaan semula. Penurunan angka penularan tersebut diiringi dengan penurunan ekonomi masyarakat selama pemberlakuan PPKM yang dikarenakan pembatasan jam operasional terhadap mall dan pusat perbelanjaan yang lain.

Saat ini, PPKM membuat keyakinan konsumen untuk melakukan pembelian barang menurun pada bulan Januari Tahun 2021 (CNBC Indonesia, 2021), hal tersebut mengartikan bahwa perekonomian menurun seiring minatnya masyarakat terhadap pembelian barang juga menurun. Maka nasib masyarakat selaku UMKM terkena dampak dari kebijakan PPKM tersebut, terlebih lagi terdapat pembatasan Jam Operasional yang membatasi hanya sampai pukul 21.00 WIB. Pendapatan masyarakat selaku UMKM semakin ditekan melalui pembatasan jam operasional ini, penghasilan yang didapatpun lebih sedikit dari modal yang dikeluarkan untuk membeli bahan-bahan pokok. Dengan tidak terjadinya peningkatan perekonomian masyarakat pada pelaksanaan PPKM Mikro selama 3 bulan semenjak Januari 2021 hingga April 2021 dan terus diperpanjangnya pemberlakuan PPKM Mikro menandakan kurang efektif dalam menjaga kestabilan perekonomian masyarakat. Sehingga masyarakat selaku UMKM banyak yang mengabaikan peraturan pembatasan jam operasional untuk memenuhi target pendapatan.

Guna mengetahui tingkat efektivitas dalam pemberlakuan jam operasional yang diterapkan pada kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat mikro bagi sektor UMKM di Kota Surabaya, maka penulis menyarankan mengukur efektivitas program yang telah dikembangkan dengan menggunakan teori dari Budiani (2007) dikutip dari (Pravitasari, 2018), sebagai berikut:

1. Ketepatan Sasaran Program

Ketepatan sasaran program yang dimana dapat mengukur tingkat keberhasilan pada suatu program untuk

menjamin ketepatan sasaran sesuai dengan penetapan yang telah direncakan direncanakan sebelum awal rencana. Menurut ketepatan dalam konteks efektivitas, program pemberlakuan jam operasional bagi UMKM Kota Surabaya menunjukkan belum sepenuhnya tepat sasaran dikarenakan pemberlakuan tersebut tidak mempertimbangkan pendapat UMKM serta membuat kerugian bagi UMKM sendiri. Sehingga tidak heran jika kerap kali terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh pihak UMKM. Oleh karena itu, peneliti beranggapan bahwa pemerintah wajib melakukan survei langsung dengan mendatangi para pelaku UMKM untuk dimintai pendapat tentang adanya pemberlakuan jam operasional pada UMKM di kota Surabaya.

2. Sosialisasi Program

Sosialisasi program dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kemampuan penyelenggara agenda pada saat melakukan pengenalan terhadap agenda kepada peserta program sehingga terciptalah sebuah informasi mengenai pelaksanaan program tersebut serta dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat. Adanya proses pengenalan agenda ini bertujuan untuk mengukur keefektivan suatu program berupa bimbingan atau pengajaran guna mempromosikan program tersebut agar dapat dilaksanakan sesuai waktu yang telah ditetapkan. Pemberlakuan jam operasional di kota Surabaya telah diterapkan sejak bulan februari hingga april, ketentuan ini dapat di lanjutkan apabila kebijakan telah sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan. Guna memberitahukan adanya pemberlakuan jam operasional untuk UMKM di kota Surabaya, pemerintah mengupayakan dengan memberikan bukti berupa surat pemberitahuan kepada beberapa UMKM di kota Surabaya agar dapat melancarkan implementasi kegiatan tersebut.

Namun sosialisasi tersebut terbilang masih belum cukup efektif dikarenakan

(7)

beberapa pelaku UMKM kota Surabaya mengaku mengetahui dan sebagian yang lain mengaku tidak mengetahui tentang adanya pemberlakuan tersebut, dan oleh karena itu peneliti beranggapan bahwa, sosialisasi atas pemberlakuan jam operasional di Kota Surabaya khususnya UMKM harus dilaksanakan sosialisasi secara tatap muka dengan menjelaskan bagaimana pelaksanaan tentang jam operasional tersebut.

3. Tujuan program

Tujuan program ini memperlihatkan bentuk kesesuaian dari hasil/output pelaksanaan pada program untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pemberlakuan jam operasional di Kota Surabaya menerapkan kegiatan baik dalam pusat perbelanjaan/mall hingga UMKM dengan pembatasan jam hingga pukul 21.00 WIB. Tujuan pemberlakuan jam operasional sendiri beriringan dengan tujuan kebijakan PPKM MIKRO Jawa Timur yakni dapat menekan angka kasus COVID 19 menjadi turun, dapat memprediksi keefektifan dalam kebijakan, serta upaya untuk memulihkan perekonomian secara nasional. Bagi para pelaku UMKM kota Surabaya adanya pemberlakuan jam operasional ini dirasa belum memenuhi standart tujuan mereka. Karena tujuan program ini justru membuat UMKM merasa rugi atas pembatasan dalam mencari sumber pendapat mereka. Pelaku UMKM menginginkan adanya penghapusan untuk kegiatan jam operasional sehingga UMKM merasa dihargai serta penghasilan UMKM dapat stabil walaupun terjadi wabah Covid 19 seperti yang dialami saat ini.

4. Pemantauan program

Peninjauan agenda merupakan bentuk aktivitas program yang dilakukan setelah melakukan implementasi program sebagai bentuk perhatian terhadap program tersebut dan akan ditinjau keberhasilan program bagi peserta program. Tujuan dari pemantauan tersebut yaitu mendesripsikan bentuk efektivitas program yang sesuai sasaran dan tujuan.

Pemantauan program tersebut juga dapat sebagai bentuk evaluasi agar kegiatan tersebut dapat diperbaiki untuk kedepannya. Dalam pelaksanaan jam operasional terpantau cukup efektif, karena dalam pemantauan perberlakuan jam operasional ini dilaksanakan oleh Satpol PP selaku pelaksana dari kegiatan pemberlakuan jam operasional melakukan pemantauan secara rutin pada pukul 22.00 WIB sesuai dengan daerah di kota Surabaya yang telah ditetapkan. Pemantauan tersebut bertujuan untuk menjalankan perintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku yang dimana melakukan patroli keliling untuk menertibkan para pelaku UMKM yang masih membuka usahanya di atas jam 21.00 WIB.

Dengan banyaknya UMKM yang mengabaikan pembatasan jam operasional menunjukkan bahwa kebijakan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat UMKM, dengan membatasi waktu kerja masyarakat UMKM yang tidak pasti pendapatannya mengartikan bahwa banyak sekali alternative yang tertutup dalam kesehariannya untuk mendapatkan penghasilan. Penghasilan yang tidak balik modal, akses waktu dan tempat yang terbatasi, banyaknya saingan baru yang menyesuaikan dengan Work From Home (WFH), kebutuhan yang semakin banyak dari segi pokok, pendidikan, dan kesehatan. Semua itu merupakan bukti keberatannya masyarakat UMKM terhadap peraturan pembatasan jam operasional yang tertuang dalam PPKM Mikro. Efektivitas pemberlakuan jam operasional untuk mall dan pusat perbelanjaan lainnya dapat dikatakan masih kurang, dengan membatasi akses waktu dan tempat akan mempengaruhi faktor perekonomian dan pendapatan dari setiap masing-masing UMKM yang utamanya beroperasi pada malam hari. Meskipun banyak UMKM yang melanggar peraturan jam operasional, alasan yang digunakan sangat manusiawi untuk meneruskan hidup keluarga kecil

(8)

masing-masing dari segi pendidikan, kebutuhan pokok, dan kesehatan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Terjadinya Pelanggaran Jam

Operasional Pada UMKM Di Kota Surabaya

Di negara Indonesia, diketahui sering kali ditemukan adanya suatu pelanggaran yang disebabkan oleh individu, keterikatan hukum maupun lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara kepada informan yang dapat diidentifikasikan, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran jam operasional oleh UMKM kota Surabaya, diketahui adanya hubungan antara kebutuhan UMKM dengan variable proses pelaksanaan program kebijakan jam operasional. Pelaksanaan dilakukan sebagai bentuk kegiatan dari adanya Keputusan Gubernur Jawa Timur 188/59/KPTS/013/2021 yang memutuskan untuk melakukan pembatasan kegiatan di tempat restoran cepat saji sebesar 50% dan pembatasan jam operasional pada pusat perbelanjaan/mall hingga pukul 21.00 WIB dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat sesuai arahan sebelumnya. Ditambah dengan adanya penambahan pembangunan posko penanganan CORONA VIRUS DISEASE 2019 di tingkat desa dan kelurahan sebagai langkah pencegahan penyebaran dari CORONA VIRUS DISEASE 2019 di Provinsi Jawa Timur. Berikut faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran jam operasional pada UMKM di kota Surabaya, yaitu:

1. Pembatasan jam operasional, pembatasan ini menjadi tekanan bagi masyarakat UMKM. Karena dengan dibatasinya jam operasional maka masyarakat UMKM hanya memiliki sedikit waktu untuk mencari pendapatan, hingga akibatnya masyarakat mengabaikan peraturan tersebut dan tetap beroperasi hingga target pendapatan tercapai.

2. Pembatasan pengunjung, dengan dibatasinya pengunjung sebanyak 50% dari biasanya maka artinya semakin terbatas konsumen yang diperbolehkan untuk berkunjung. Hal ini berarti semakin sedikit pula pendapatan yang diperoleh setiap harinya.

3. Sosialisasi yang kurang tersampaikan dengan baik, sosialisasi yang tidak tersampaikan secara sempurna berakibat pada ketidakpahaman masyarakat terhadap isi yang terkandung didalam peraturan pembatasan jam operasional atau bahkan tidak adanya ruang diskusi untuk aspirasi masyarakat. Hal ini menyebabkan program pembatasan jam operasional tidak berjalan dengan baik.

Respon UMKM Kota Surabaya Atas Pemberlakuan Jam Operasional Dalam Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM MIKRO) Jawa Timur

Pelaksanaan aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM MIKRO) Jawa Timur merupakan bentuk pelaksanaan program yang telah ditetapkan pada Keputusan Gubernur Jawa Timur 188/59/KPTS/013/2021 yang memutuskan untuk melakukan pembatasan kegiatan di tempat restoran cepat saji sebesar 50% dan pembatasan jam operasional pada pusat perbelanjaan/mall hingga pukul 21.00 WIB dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat sesuai arahan sebelumnya. Ditambah dengan adanya penambahan pembangunan posko penanganan Covid-19 di tingkat desa dan kelurahan sebagai langkah pencegahan penyebaran dari Covid-19 di Provinsi Jawa Timur.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan kepada masyarakat selaku UMKM terkait pemberlakuan jam operasional dalam kebijakan PPKM Mikro jawa timur, menyimpulkan bahwa pemberlakuan pembatasan jam operasional sangat memberatkan UMKM dalam melakukan aktivitas perdagangan.

(9)

Adanya pemberlakuan jam operasional dinilai tidak efektif dan dapat merugikan dikarenakan waktu yang dimiliki oleh para pelaku UMKM semakin sedikit dan dibatasi, sehingga menyebabkan penghasilan menjadi turun ditengah wabah Covid-19 yang menyebabkan kerugian bagi UMKM. Kesimpulan yang didapatkan saat melakukan observasi adalah tertuju kepada pemerintah untuk meninjau kembali pemberlakuan jam operasional bagi UMKM baik penambahan jam hingga penghapusan jam operasional sehingga diharapkan dapat mencapai kesejahteraan bagi pihak UMKM.

Simpulan

Dengan adanya pemberlakuan tentang Jam Operasional yang teruang dalam Keputusan Gubernur Jawa Timur 188/59/KPTS/013/2021 pada pelaksanaan PPKM Mikro di Surabaya. Dimana mengharuskan masyarakat yang memiliki usaha dalam bidang UMKM untuk menutup usahanya tidak lebih dari jam 21.00 waktu setempat. Adanya pemberlakuan jam operasional menunjukkan belum cukup efektif karena dinilai tidak perlu dan justru mengakibatkan bertambahnya kerugian dalam pendapatan sehari – hari bagi para pelaku UMKM. Di sisi lain, pihak UMKM merasa cukup mengikuti anjuran dari penerapan adanya protokol kesehatan sebagai bentuk kontribusi dalam penanganan pencegahan penyebaran Covid-19 di Surabaya. Maka permasalahan tersebut tentunya menjadi perhatian penuh untuk pemerintah pusat maupun pemerintah daerah agar berupaya dalam melakukan berbagai macam evaluasi program yang tercantum dalam kebijakan serta pemulihan untuk membangkitkan kembali pendapatan bagi UMKM dengan memberikan berbagai macam bantuan sehingga menciptakan dukungan bisnis yang lebih sejahtera di seluruh Indonesia khususnya kota Surabaya.

Referensi

Akbar, M. F. (2016). Evaluasi Kebijakan Program Pemberian Dana Bantuan.

Jurnal Analisis Kebijakan dan

Pelayanan Publik, 2(1), 47–64.

Ananta Prathama, W. Bagajadti. (2019). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENETAPAN ZONASI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DI CABANG DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR WILAYAH SIDOARJO (KABUPATEN SIDOARJO - KOTA SURABAYA). PUBLIC ADMINISTRATION JOURNAL, 1(1).

CNBC Indonesia. (2021, Februari 8). Ini

Bukti PPKM Hancurkan Ekonomi dan Kasus Covid Tetap Kacau—Halaman

2. news.

https://www.cnbcindonesia.com/ne ws/20210208131133-4-221846/ini- bukti-ppkm-hancurkan-ekonomi-dan-kasus-covid-tetap-kacau {Diakses pada 15 April 2021}

CNN Indonesia. (2020, Agustus 31). Ahli

Ragu Jam Malam Efektif Kurangi

Kasus Covid-19.

https://www.cnnindonesia.com/nas

ional/20200831145758-20- 541183/ahli-ragu-jam-malam-efektif-kurangi-kasus-covid-19 {Diakses pada 26 April 2021}

covid19.go.id. (2021, Maret 23). Instruksi

Menteri Dalam Negeri Nomor 06 Tahun 2021—Regulasi. covid19.go.id.

https://covid19.go.id/p/regulasi/ins truksi-menteri-dalam-negeri-nomor-06-tahun-2021 {Diakses pada tanggal 15 April 2021}

Fatimah, A. S. (2019). Pengaruh Implementasi Kebijakan Ketertiban Umum Terhadap Efektivitas Penertiban Pedagang Kaki Lima.

Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik, 4(2), 137–156.

Hidayat, A., Munandar, A., & Armidiana, A. (2018). Implementasi Kebijakan Pengelolaan Parkir Kota Bandung.

Publica: Jurnal Pemikiran

(10)

Indrawati, K. A. P., Sudiarta, I. N., & Suardana, I. W. (2017). Efektivitas iklan melalui media sosial facebook dan instagram sebagai salah satu strategi pemasaran di krisna oleh-oleh khas Bali. Jurnal Analisis

Pariwisata, 17(2), 78–83.

Iva, M. I. N. (2015). Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional Melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Kota Makassar. Jakpp,

1(1), 149–156.

M. Faizal Reza Pahlefi, Z. H. (2017). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELARANGAN ALAT TANGKAP CANTRANG DI KABUPATEN REMBANG. Journal Of Public Policy

And Management Review, 6(2).

Mutiasari, Muh. Nur Yamin, & S. A. (2016). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERIZINAN DAN PEMBERITAHUAN KEGIATAN MASYARAKAT PADA KEPOLISIAN RESORT (POLRES) KOTA BAUBAU. PUBLICA, 1(1), 16– 25.

https://doi.org/10.35326/kybernan. v1i1.161

Pradana, G. A. (2016). Diskresi dalam Implementasi Kebijakan Publik (Studi pada Implementasi Kebijakan BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kepanjen). Jurnal Ilmiah Administrasi

Publik, 2(3), 79–87.

Pravitasari, D. (2018). EFEKTIVITAS

PELAKSANAAN PROGRAM

NASIONAL AGRARIA (PRONA) OLEH BADAN PERTANIAN NASIONAL DI KABUPATEN SERANG TAHUN 2017.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Ramdhani, A. R. M. A. (2016). Konsep Umum Pelaksanaan Kebijakan Publik. Jurnal Publik, Vol 11(January), 1–12.

Risnawan, W. (2017). Peran dan Fungsi Infrastruktur Politik dalam Pembentukan Kebijakan Publik.

Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu

Administrasi Negara, 4(3), 511–518.

suarasurabaya.net. (2021, Maret 16).

Jumlah Pasien Covid-19 di Surabaya Turun. https://www.suarasurabaya.net/kel anakota/2021/jumlah-pasien-covid-19-di-surabaya-turun/ {Diakses pada 15 April 2021} Sumekar, R. (2016). EFEKTIVITAS REKAYASA LALU LINTAS MELALUI PROGRAM PENAMBAHAN LAJUR KHUSUS SEPEDA MOTOR DI KOTA SURABAYA. JKMP, 4(1), 19–32. Taufan, J., & Mazhud, F. (2016).

Kebijakan-kebijakan kepala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif di Sekolah X Kota Jambi. Jurnal

Penelitian Pendidikan, 14(1).

Trisnawati, N., Banga, W., & Alam, S. (2018). Analisis Efektivitas Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Inspektorat Daerah Di Kabupaten Konawe. Jurnal Administrasi Pembangunan dan Kebijakan Publik, 9(2), 51–60.

Yanni, R. P. (2018). Persepsi mahasiswa ppkn tentang pelaksanaan dan kebijakan uang kuliah tunggal di universitas negeri padang. Journal of

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Kabupaten/Kota yang termasuk PPKM Level 3 dan Level 2 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat mengikuti Instruksi Mendagri Nomor 54 tahun 2021 tentang

Persiapan untuk konsumsi ini terbilang sangat matang entah itu dari saat ditanah air dalam bimbingan manasik haji dan umrah di Arab Saudi maupun Madinah. Persiapan untuk

Menimbang : bahwa untuk menindaklanjuti Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 4, Level 3 dan Level

Dengan terjadinya pandemi Covid-19 dan adanya penyaluran Jaring Pengaman Sosial Bagi Masyarakat Terdampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa Tengah Tahun

Sehubungan dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 42 tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 4, Level 3, dan Level 2 Corona Virus

Penelitian dilakukan mulai awal Desember 2010 sampai dengan akhir Januari 2011 di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul (BBPTU) Sapi Perah Baturraden-

Menindaklanjuti Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Mengoptimalkan Posko Penanganan

Dokumen Penilaian Risiko yang terdiri dari Daftar Tujuan, Daftar Risiko dan Dokumen Rencana Tindak Pengendalian merupakan kelengkapan dari dokumen Rencana Kerja