• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOCIAL RESPONSIBILITY UNTUK MENINGKATKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SOCIAL RESPONSIBILITY UNTUK MENINGKATKAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MENGKOMUNIKASIKAN PROGRAM CORPORATE

SOCIAL RESPONSIBILITY UNTUK MENINGKATKAN

CITRA PERUSAHAAN

Suherman Kusniadji*

email : hermankusniadji@gmail.com

Abstract:

Any business corporation should have a keen observation in selecting the right media to publish its CSR programs. The right choice of media can draw more public attention and secure the corporate image if the CSR programs have been materialized in a persistent and well-organized way with measurable achievements. There is a responsibility for any business corporation to inform the public as objectively as possible about its CSR programs.

Keywords: Corporate social responsibility, corporate image.

Pendahuluan

rogram tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate sosial responsibility (CSR) pertama kali dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada tahun 1953. Setelah itu, CSR mengalami pengembangan konsep secara terus-menerus.

Bila awalnya kegiatan CSR lebih banyak dilandasi oleh kegiatan yang bersifat filantropi, sekarang program ini dijadikan sebagai salah satu strategi oleh perusahaan untuk meningkatkan citranya. Hal tersebut, tentu saja, turut mempengaruhi kinerja perusahaan.

Meningkatnya citra perusahaan akan memiliki implikasi yang strategis bagi perusahaan itu sendiri karena reputasi yang baik merupakan salah satu keunggulan kompetitif. Reputasi merupakan akumulasi dari corporate image, baik antar stakeholders maupun lintas waktu (over the time).

Perusahaan memiliki stakeholder, seperti pemegang saham, karyawan, pelanggan, serta komunitas yang acapkali dikelompokkan sebagai primary groups. Sedangkan media, pemerintah, dan pemasok termasuk dalam secondary groups (AB. Susanto, 2009, hlm. 25). Kegiatan CSR yang dilakukan oleh korporat secara terus-menerus dan berkesinambungan merupakan salah satu cara untuk mencegah krisis, yaitu dengan peningkatan reputasi dan imej.

CSR bukan program yang dilakukan secara periodik, mengikuti tren, atau tanpa rencana. Program ini dapat membantu mencegah krisis dalam perusahaan apabila dilakukan secara sustainable dan menciptakan long-term relationship dengan komunitas (Reza Rahman, 2009, hlm. 33).

Kesuksesan program CSR sangat ditentukan oleh pemilihan isu yang tepat. Pemilihan tersebut biasanya mempertimbangkan sejumlah data yang diperoleh dari

P

(2)

lapangan, atau mengambil isu yang sedang hangat dibicarakan. Isu program CSR yang dipilih harus memberi posisi yang baik bagi suatu organisasi dan memperkuat reputasi organisasi itu sendiri. Supaya terlihat menarik isu CSR harus dikemas dengan menggunakan kalimat-kalimat yang tidak baku, diikuti oleh bahasa yang juga tidak kaku, serta mudah diingat.

Program CSR yang menarik perlu dikomunikasikan kepada stakeholder -nya. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana mengkomunikasikan program ini supaya dapat meningkatkan reputasi perusahaan?

Dalam hal ini, organisasi atau perusahaan harus menentukan metode komunikasi yang akan digunakan, media yang dipakai atau penggabungan keduanya, serta mengundang media untuk membantu mengkomunikasikan program yang dibuat perusahaan tersebut kepada seluruh stakeholder-nya.

Intensitas liputan media dibutuhkan untuk mengetahui frekuensi liputan dan ragam ulasan media tentang program CSR. Tolak-ukur keberhasilan aktivitas program tersebut dapat dilihat dari banyaknya liputan media lokal maupun nasional tentang aktivitas CSR. Sedangkan, intensitas komunikasi dengan masyarakat lokal dapat diukur dengan indikator berupa kuantitas komunikasi perusahaan dengan masyarakat lokal dan kualitas komunikasi perusahaan dengan masyarakat lokal dengan tolak-ukur keberhasilan berupa model komunikasi yang akan digunakan dan dukungan ketersediaan saluran akan media komunikasi.

Terkait dengan pelaksanaan CSR, aktivitas pengkomunikasian CSR merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada seluruh stakeholders untuk menyampaikan ide, saran yang membangun, bahkan bentuk kritik, serta respon yang adaptif. Adanya aktivitas komunikasi CSR dapat mendorong perusahaan lain untuk melakukan kegiatan CSR dalam rangka peningkatan citra perusahaan di mata stakeholders.

Reza Rahman (2009, hlm. 33) mengemukakan, kegiatan CSR yang dilakukan korporat secara kontinyu dan terus-menerus, merupakan salah satu cara untuk mencegah krisis melalui peningkatan reputasi dan imej korporat. Hanya perlu diingat bahwa CSR bukanlah program yang dilakukan secara periodik, mengikuti tren, atau tanpa rencana. CSR dapat mencegah krisis bila dilakukan secara berkelanjutan dan dalam rangka menciptakan long-term relationship dengan komunitas.

Arti Penting CSR Bagi Pembentukan Citra Perusahaan

Philip kotler, dalam buku CSR Doing the Most Good for Your Company and Your Cause, membeberkan beberapa alasan tentang perlunya perusahaan menggelar aktivitas CSR. Dalam buku tersebut dikatakan, CSR bisa membangun positioning merek, mendongkrak penjualan, memperluas pangsa pasar, meningkatkan loyalitas karyawan, mengurangi biaya operasional, serta meningkatkan daya tarik korporat di mata investor. Konsep dasar CSR pada awalnya dilatarbelakangi oleh motivasi korporasi yang sifatnya karitatif (philantrophy/charity).

Pelaksanaan CSR yang paling umum adalah pemberian bantuan (donasi/charity) kepada masyarakat miskin di sekitar korporasi tersebut beroperasi. Konsep charity tersebut hanya parsial dan tidak melembaga. CSR pada tataran ini

(3)

hanya bentuk kegiatan korporasi untuk berbuat baik (do good) dan atau agar terlihat baik (good image) (Edi Suharto dalam DR. Mukti Fajar ND., 2010, hlm. 6).

Bentuk program CSR memiliki dua orientasi. Pertama: internal, yakni CSR yang berbentuk tindakan atas program yang diberikan terhadap komunitas. Kedua: eksternal, yakni CSR yang mengarah pada tipe ideal yang berupa nilai dalam korporat yang dipakai untuk menerapkan atau mewujudkan tindakan-tindakan yang sesuai keadaan sosial terhadap komunitas sekitarnya (Budimanta, Prasetio&Rudito, dalam Reza Rahman, 2004, hlm. 77).

Menurut Reza Rahman (2009, hlm. 13), di Indonesia, CSR gencar dikampanyekan oleh Indonesia Business Link (IBL). Terdapat lima pilar aktivitas CSR, yaitu:

1. Building human capital

Berkaitan dengan internal perusahaan untuk menciptakan sumber daya manusia yang andal. Di sisi lain, perusahaan juga dituntut melakukan pemberdayaan masyarakat.

2. Strengtening economies

Perusahaan harus memberdayakan ekonomi masyarakat sekitarnya agar terjadi pemerataan kesejahteraan masyarakat.

3. Assesing social chesion

Upaya menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitar agar tidak menimbulkan konflik.

4. Encouraging good governance

Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya mengacu pada Good Corporate Governence (GCG).

5. Protecting the environment

Mengharuskan perusahaan untuk menjaga lingkungan sekitarnya. (Wahyudi&Azheri, dalam Reza Rahman, 2008, hlm. 37).

Majalah Marketing edisi 11/VII/November 2007 mengulas tentang “Brand Social Responsibility”, dan “Kerja Sosial Sambil Membangun Merek”. CSR seolah menjadi kewajiban korporasi atau holding company semata. Padahal, CSR seharusnya dijalankan oleh setiap organisasi yang mengelola merek di dalam perusahaan tersebut. Banyak pula perusahaan yang menjalankan CSR, namun melupakan pengelolaan citra merek perusahaan, sehingga tidak memiliki dampak bagi perusahaan.

Konsep Brand Social Responsibility (BSR) mungkin lebih menarik untuk dijalankan. Fenomena yang umum terjadi dalam pelaksanaan CSR adalah memberikan bantuan sosial secara langsung maupun tidak langsung guna membantu perbaikan kesejahteraan masyarakat, baik eksternalitas negatif yang ditimbulkan sendiri maupun yang bertujuan sebagai sumbangan sosial semata. Pengamatan juga menunjukkan, CSR adalah konsep yang mendorong organisasi untuk memiliki tanggung jawab sosial yang seimbang kepada pelanggan,

(4)

CSR tanpa inovasi dan kolaborasi dengan stakeholder akan menghasilkan program “basa-basi”, sedangkan program CSR yang efektif dan terdiferensiasi akan memunculkan sebuah inovasi. CSR dapat diartikan sebagai sebuah komitmen dalam menjalankan bisnis dengan memperhatikan aspek sosial, norma-norma, dan etika yang berlaku, bukan saja pada lingkungan sekitar, tetapi juga pada lingkup internal dan eksternal yang lebih luas. Dalam jangka panjang, CSR memiliki kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Perkembangan CSR untuk konteks Indonesia, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan untuk kategori discresi-onary responsibility, dapat dilihat dari dua perspektif yang berbeda. Pertama, pelaksanaan CSR memang merupakan praktek bisnis secara sukarela (discretionary business practice). Artinya, pelaksanaan CSR lebih banyak berasal dari inisiatif perusahaan dan bukan merupakan aktivitas yang dituntut untuk dilakukan perusahaan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Kedua, pelaksanaan CSR bukan lagi merupakan discretionary business practice, karena pelaksanaannya sudah diatur oleh undang-undang (bersifat mandatory). Sebagai contoh, badan usaha milik negara (BUMN) memilki kewajiban untuk menyisihkan sebagian laba yang diperoleh perusahaan untuk menunjang kegiatan sosial, seperti pemberian modal bergulir untuk usaha kecil dan menengah (UKM). Demikian halnya, bagi perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang sumber daya alam atau berkaitan dengan sumber daya alam diwajibkan untuk melaksanakan CSR, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas pasal 74. (Ismail Solihin, hlm. 161).

Manfaat dan Tujuan CSR

CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan menjadi bagian yang penting dari kegiatan organisasi. CSR didasarkan pada konsep bahwa bisnis bersifat accountable atau dapat dipertanggungjawabkan kepada banyak pihak atau pemangku kepentingan. Manfaat dan tujuan CSR dapat dirasakan bagi perusahaan, karyawan, masyarakat, lingkungan, serta bagi khalayak.

Menurut Eva Zhoriva Yusuf dan Lesley Williams (2007, p. 242), CSR dapat membantu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, menurunkan biaya operasinya, meningkatkan citra merek dan reputasinya, meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan, menghasilkan produktivitas dan kualitas produk yang lebih tinggi, menarik dan mempertahankan karyawan, mengakses modal, membantu memastikan keselamatan produk, serta menurunkan kewajiban legal suatu organisasi. CSR juga memberikan manfaat kepada masyarakat dan khalayak. Misalnya, dana, pekerja atau pelatih sukarela, keterlibatan atau dukungan perusahaan bagi pendidikan masyarakat, program ketenagakerjaan, dan program-program serupa lainnya, juga memberikan produk yang aman dan berkualitas. CSR juga memberi manfaat lingkungan. Manfaat ini biasanya meliputi daur ulang materi yang lebih besar, ketahanan, dan fungsionalitas produk yang lebih baik, lebih banyak penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui, pemanfaatan perangkat manajemen lingkungan dalam perencanaan bisnis, termasuk standar eko-labeling dan manajemen lingkungan.

Selanjutnya, A.B. Susanto mengemukakan dari sisi perusahaan, terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR. Pertama, mengurangi

(5)

risiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. Kedua, CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. Ketiga, keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Keempat, CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan stakeholder-nya. Kelima, meningkatnya penjualan seperti yang terungkap dalam riset Roper Search Worldwide, yaitu bahwa konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik. Dan keenam, insentif-insentif lainnya, seperti insentif pajak, dan berbagai perusahaan akan lebih giat lagi menjalankan tanggung jawab sosialnya.

Dari tujuan dan manfaat pelaksanaan CSR, dapat dikemukakan bahwa CSR memberikan kontribusi kepada masyarakat berdasarkan kemampuan internal perusahaan. CSR akan menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam usaha penciptaan kesejahteraan oleh korporat, yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan dan memperkuat nilai korporat di mata komunitas.

Namun Philip Kotler, dalam bukunya yang berjudul Doing the Most Good for Your Company and Your Cause, membeberkan beberapa alasan tentang perlunya perusahaan menggelar aktivitas CSR. Disebutkannya, CSR bisa membangun positioning merek, mendongkrak penjualan, memperluas pangsa pasar, meningkatkan loyalitas karyawan, mengurangi biaya operasional, serta meningkatkan daya tarik korporat di mata investor.

Godo Tjahyono, dalam Majalah Marketing edisi 11/VII/November/2007, hlm. 39 mengatakan, CSR memang punya beberapa manfaat yang bisa dikategorikan dalam empat aspek, yaitu license to operate, sumber daya manusia, retensi, dan produktivitas karyawan.

Mengkomunikasikan Program CSR Untuk Meningkatkan Citra

Perusahaan

Kesuksesan program CSR amat ditentukan oleh pemilihan isu yang tepat dalam fokus kegiatannya. Pemilihan isu tersebut perlu mempertimbangkan sejumlah data lapangan, atau mengambil isu yang sedang hangat dibicarakan, kemudian menyesuaikannya dengan kebutuhan stakeholder. Dengan demikian, isu program CSR yang dipilih harus mendukung dan memberikan posisi yang baik bagi perusahaan.

Pemilihan isu CSR yang menarik dan mengandung isu yang sedang hangat dibicarakan akan dapat mengundang media untuk membantu mengkomunikasikan program CSR kepada seluruh stakeholders. Setelah perusahaan merealisasikan aktivitas kegiatan CSR, pada tahapan berikutnya, perusahaan mengkomunikasikan program CSR. Tujuan dari dari aktivitas komunikasi adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada seluruh stakeholders yang berhubungan dengan aktivitas CSR yang dilakukan. Hal seperti ini juga dapat mendorong perusahaan lain untuk melakukan aktivitas CSR.

Dampak dari efek ini tidak hanya kepada perusahaan saja, tetapi kegiatan tersebut merupakan program kampanye yang ditujukan bagi kalangan bisnis dan masyarakat. Sebelum mengkomunikasikan program CSR, sebaiknya perusahaan memahami tentang model komunikasi seperti apa yang dilakukan oleh perusahaan.

(6)

Mekanisme pemilihan model komunikasi tertuju kepada sebuah alur proses penyampaian pesan dari komunikator sebagai sumber pesan kepada komunikan yang menjadi sang penerima pesan. Komunikator sebagai sumber pesan dapat berupa individu maupun lembaga atau organisasi tertentu. Bentuk komunikator ini disesuaikan dengan tingkat komunikasi yang terjadi. Dalam mengkomunikasikan program CSR, perusahaan perlu mempertimbangkan pemilihan media komunikasi yang akan digunakan.

Sebelum memilih media yang relevan,terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan (Reza Rahman, hlm. 74), antara lain:

1. Karakteristik stakeholders yang akan menjadi target komunikasi.

Dengan kata lain, pemilihan media tidak dapat dipisahkan dengan identifikasi komunikan. Dengan mempertimbangkan karakteristik komunikan, dapat dirumuskan pesan dan jenis media yang paling menyentuh komunikan.

2. Pemilihan media berdasarkan karakter dan kredibilitasnya.

Setiap media memiliki segmentasi dan target pasar yang berbeda. Selain itu, media juga memiliki ideologi yang akan berpengaruh pada sejumlah kebijakan produknya. Kredibilitas media juga berkaitan dengan seberapa sering ia dikonsumsi oleh khalayak. Tentunya, untuk mengidentifikasikan media perlu dilakukan penelitian yang representatif.

3. Manajemen waktu penyampaian pesan kepada komunikan.

Hal ini berkaitan dengan pemilihan momen yang tepat untuk mengirimkan pesan kepada komunikan. Momen yang tepat akan membuat komunikasi CSR lebih “bergaung”.

4. Banyaknya anggaran komunikasi yang tersedia.

Bagian ini akan berpengaruh pada jenis media yang dipilih sebagai saluran komunikasi. Semakin luas jangkauan media tersebut, kemungkinan khalayak yang mengkonsumsinya akan semakin besar. Implikasinya, pembelian space di media ini pun akan semakin mahal.

Kekuatan dan kelemahan berbagai media komunikasi dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Televisi

Kekuatan: memiliki visualisasi yang baik untuk menampilkan bentuk fisik dari sebuah produk dan aktivitas. Televisi memilki daya jangkau yang luas sehingga mampu menyampaikan pesan dalam waktu yang cepat kepada khalayak, memiliki efek suara, penglihatan, dan gerak, serta penggemar yang berjumlah besar sehingga dapat mempermudah penetrasi kegiatan CSR kepada masyarakat luas.

Kelemahan: televisi merupakan media komunikasi yang mahal. Bila kegiatan komunikasi CSR ditayangkan menggunakan televisi maka perusahaan harus menganggarkan biaya yang cukup besar, adanya durasi dalam penayangan pesan mengakibatkan pembatasan kuantitas jumlah pesan yang akan

(7)

ditayangkan, penonton televisi datang dari berbagai kalangan sehingga pesan atau isu CSR yang akan disampaikan tidak mengena kepada segmen sasaran. 2. Radio

Kekuatan: pesan yang disampaikan melalui media ini dapat berbentuk ulasan. Pendengar dapat berimajinasi melalui suara dan biaya sewa space relatif murah dibanding televisi. Selain itu, radio dapat menjangkau daerah terpencil.

Kelemahan: jangkauan siaran radio yang kadang terbatas dapat berpengaruh terhadap kurang efektifnya penyampaian kegiatan CSR karena perusahaan menghendaki kegiatan CSR-nya dikomunikasikan secara besar-besaran agar populer.

3. Suratkabar

Kekuatan: dapat dibaca dimana saja, biaya relatif rendah, dan penyampaian pesan yang lebih terperinci dibandingkan media elektronik. Adanya berbagai koran lokal dapat dijadikan alternatif untuk mengkomunikasikan kegiatan CSR, bila tujuannya membangkitkan semangat lokal.

Kelemahan: adanya isu CSR yang berwarna untuk pemasangan iklan menyebabkan tampilan pesan kurang optimal. Hal ini dapat terjadi karena kualitas kertas yang kurang baik, juga adanya kecenderungan suratkabar itu akan langsung dibuang setelah selesai dibaca, serta kualitas visual yang tergantung pada kualitas cetakan.

4. Majalah

Kekuatan: siklus hidup pesan umurnya relatif panjang. Majalah memiliki khalayak yang lebih spesifik, jenis kertas yang digunakan lebih bermutu sehingga kualitas hasil tampilan lebih baik dan menarik, apalagi bila banyak memuat tampilan gambar, majalah memiliki khalayak yang lebih spesifik. Kelemahan: majalah merupakan media yang terbatas jumlah peredarannya. Penyampaian pesan melalui majalah tidak dapat disampaikan dengan segera. Di samping itu, kebanyakan majalah hanya dibeli bila ada berita yang cukup menarik.

5. Internet

Kekuatan: internet memiliki waktu tayang 24 jam. Internet bagi pengguna utama merupakan media yang simpel untuk mengirimkan pesan. Kandungan pesan dalam internet dapat diperbarui setiap saat sehingga komunikator pun dapat memperbarui pesan-pesan CSR-nya setiap saat. Lalu faktor lainnya, mudah dan praktis.

Kelemahan: bagi sebagian masyarakat, kepemilikan komputer atau laptop, dan sejenisnya masih merupakan barang mewah. Masih rendahnya penetrasi internet menyebabkan masih sedikitnya kelompok masyarakat yang dapat menerima pesan.

(8)

Setelah mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan masing-masing media komunikasi, perusahaan dapat memilih satu atau kombinasi media komunikasi yang cocok untuk mengkomunikasikan kegiatan CSR nya, seperti termuat dalam majalah Marketing edisi 11/VII/November/2007 yang mengulas tentang topik: “Dari CSR Ke Brand Social Responsibility”. Dalam edisi tersebut, dimuat ulasan tentang PT. Unilever Indonesia sebagai perusahaan consumer goods terbesar yang mengintegrasikan CSR ke dalam seluruh kegiatan bisnis perusahaan.

Selain majalah tersebut di atas, Kompas sebagai media komunikasi juga pernah memuat tulisan tentang kegiatan CSR yang dilakukan oleh Panasonic Gobel dengan topik “Menggalang Aksi Di Semua Lini”. Dengan lini berita utama adalah tentang program-program pemberdayaan melalui CSR yang mutlak dibutuhkan di hampir setiap bidang, seperti kesehatan, lingkungan, hingga pendidikan.

Di akhir ulasan dituliskan, perusahaan berkomitmen untuk meningkatkan kontribusinya kepada masyarakat indonesia melalui industri. Produk yang inovatif dan ramah lingkungan adalah ide utama Panasonic dalam menyediakan produk elektronik di Indonesia. Hal ini sejalan dengan visi 100 tahun Panasonic Corporation di tahun 2018 untuk menjadi perusahaan elektronik terdepan dengan teknologi inovasi yang ramah lingkungan (Kompas, 25 agustus 2010).

Berkaitan dengan komunikasi CSR yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan citra, perusahaan harus memilih isu-isu CSR yang menarik dan mampu memperkuat reputasinya. Isu yang menarik ini dapat diperoleh dari komunikasi yang memang didesain secara terencana oleh perusahaan, dan dikemas secara menarik untuk meningkatkan citra perusahaan. Salah satu kegiatan CSR yang menarik, misalnya, berawal dari aktivitas community development dan dapat dikomunikasikan kepada stakeholders.

Kesimpulan

Kesuksesan mengkomunikasikan program CSR ditentukan oleh penayangan isu-isu yang dikemas secara menarik di suatu media komunikasi yang tepat. Pemilihan media komunikasi yang tepat ini menjadi sarana untuk mengkomunikasikan program CSR dengan mempertimbangkan berbagai kekuatan dan kelemahannya, serta didukung oleh kemampuan dana perusahaan. Program CSR dapat memiliki dampak yang positif untuk meningkatkan citra perusahaan bila kegiatannya dilakukan secara kontinyu, terukur, dikelola dengan baik, serta berorientasi internal maupun eksternal. Kegiatan CSR yang dilakukan secara terus-menerus merupakan salah satu cara untuk mencegah krisis melalui peningkatan citra perusahaan di benak stakeholders.

Daftar Referensi:

Majalah Bisnis & CSR, 2010. Reference For Decision Maker. Latofi Enterprise. Majalah Marketing, 2007. Inspiring The leadership. Edisi

no.11/VII/November/2007.

Mukti Fajar, 2010. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Studi

tentang Penerapan Ketentuan CSR pada Perusahaan Multinasional, Swasta Nasional&BUMN di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Reza Rahman, Reza. 2009. Corporate Social Responsibility, Antara Teori dan

(9)

Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Susanto, A.B. 2009. Reputation-Driven, Corporate Social Responsibility, Pendekatan Strategic Management dalam CSR. Jakarta: Esensi

Erlangga Grup.

Yusuf, Eva Zhoriva & Lesley Williams. 2007. Manajemen Pemasaran, Studi Kasus Indonesia. Seri Manajemen Pemasaran no. 16, Lembaga Manaje

men

PPM dengan Penerbit

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam perusahaan ini belum terdapat adanya suatu perencanaan distribusi produk yang terkoordinasi dengan baik, sehingga permintaan untuk semua jenis produk yang datang

54 Dalam praktek usaha perasuransian, penetapan besarnya premi biasanya tergantung dari jenis dan jumlah resiko yang akan dipertanggungkan dan besarnya premi tersebut

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian pakan dengan lama yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya cerna

Supported mainly by qualitative data, this study attempts to figure out the effect of Writing Listening Journal on Learners Listening Comprehension Skills and on Learner’s

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi

Sinar Surya Indah Lestari, mengetahui waktu yang diperlukan untuk mengetahui masing-masing pekerjaan dan hubungan masing-masing pekerjaan dalam proses produksi kain

Untuk perhitungan GDH sum rule pada reaksi fotoproduksi kaon hingga en- ergi tinggi secara teoretik dengan menggunakan model isobarik, penggunaan model ini memberikan kurva

Paration merupakan insektisida dan akarisida, memiliki mode of action sebagai racun saraf yang menghambat kolinesterase, bersifat non-sistemik, serta bekerja