57
RANCANG BANGUN KOMPRESOR DAN PIPA KAPILER
UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA
KALOR DENGAN DAYA 1 PK
Zakaria Bernando1, Himsar Ambarita2
1,2
Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
zakariabernando@yahoo.com
ABSTRAK
Rancang bangun ini bertujuan untuk mengatasi masalah yang dihadapai usaha loundry pada penyediaan mesin untuk pencuci dan pengering yang dapat bekerja cepat. Oleh sebab itu dilakukan perancangan yang bertujuan untuk menghasilkan suatu unit mesin pengering pakaian
portable dengan menggunankan AC rumah yang berorientasikan pada upaya efisiensi energi
listrik yang dapat diaplikan pada skala kecil dan besar . Perancangan model fisik kompresor dan pipa kapiler pada unit mesin pengering pakaian ini didasarkan pada hasil perhitungan teoritis dan Pompa kalor yang digunakan beroperasi menggunakan siklus kompresi uap menjadi batasan masalahnya. Manfaat penelitian ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pengeringan pakaian pada sektor rumah tangga, khususnya usaha laundry di Indonesia. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan melalui perhitungan termodinamika dengan refrigerant yang dipakai HCFC-22. Kesimpulan perancangan ini diperoleh Koefisien Performansi (COP) sebesar 5,093 dengan daya kompresor sebesar 1,03 kW dan panjang pipa kapiler 0,0366 meter.
Kata kunci: portable , refrigerant, HCFC-22, Coefficient of Perfomance (COP).
1. PENDAHULUAN
Mencuci merupakan kebutuhan pokok semua orang. Selama orang masih pakai baju, bisnis laundry masih tetap akan hidup. Pangsa pasar mulai dari mahasiswa, kost, rumah tangga, industri,
perhotelan, rumah makan,
perkantoran,dan segala bisnis yang
berkaitan dengan konveksi. Bisnis laundry kiloan tak pernah surut. Bisnis ini tumbuh subur, terutama di kawasan perkotaan. Maklum, banyak masyarakat kota hampir
tidak punya waktu buat mencuci
pakaiannya sendiri. Alhasil, jasa laundry semakin dibutuhkan.
Kendala yang dihadapai untuk membuka londry terletap pada penyediaan mesin untuk pencuci dan pengering yang dapat bekerja cepat. Selain itu harga mesin laundry ini tidak sama dengan harga mesin cuci biasa untuk skala rumahan, harga mesin laundry jauh lebih mahal dibandingkan dengan mesin cuci biasa.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Pengeringan
Pengeringan adalah proses
perpindahan panas dan uap air secara simultan yang memerlukan energi panas uantuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media engering yang biasanya berupa panas.
Pengeringan dengan
menggunakan alat pengering dimana, suhu, kelembapan udara, kecepatan udara dan waktu dapat diatur dan di awasi.
Keuntungan Pengering Buatan: Tidak tergantung cuaca
Kapasitas pengeringa dapat dipilih sesuai dengan yang diperlukan
Tidak memerlukan tempat
yang luas
Kondisi pengeringan dapat dikontrol
Pekerjaan lebih mudah.
2.2. Siklus kompresi Uap
Sistem kompresi uap merupakan dasar sistem refrigerasi yang terbanyak di gunakan, dengan komponen utama nya
adalah kompresor, evaporator, alat
58
kondensor.Keempat komponen tersebut
melakukan proses yang saling
berhubungan dan membentuk siklus refrigerasi kompresi uap seperti yang ditunjukan pada gambar berikut :
Gambar 2.1. Siklus Kompresi Uap [1]
Proses yang terjadi pada Siklus Refrigerasi Kompresi Uap adalah sebagai berikut :
2.2.1 Proses Kompresi (1 – 2)
Proses ini berlangsung di kompresor secara isentropik adiabatik. Kondisi awal refrigeran pada saat masuk di kompresor adalah uap jenuh bertekanan rendah, setelah di kompresi refrigeran menjadi uap bertekanan tinggi seperti yang ditunjukan pada gambar berikut :
Gambar 2.2a. Proses kerja Kompresi [1]
W = = ( ℎ − ℎ) 2.2.2 Proses Kondensasi (2 – 3)
Proses ini berlangsung di kondensor,
refrigeran yang bertekanan dan
temperatur tinggi keluar dari kompresor
membuang kalor sehingga fasanya
berubah menjadi cair seperti yang ditunjukan pada gambar berikut :
Gambar 2.2b. Proses Kerja Kondensasi [1]
= = (ℎ− ℎ) 2.2.3 Proses Ekspansi (3 – 4)
Proses ini berlangsung secara
isoentalpi, hal ini berarti tidak terjadi penambahanentalpi tetapi terjadi drop tekanan dan penurunan temperatur.
ℎ = ℎ
2.2.4 Proses Evaporasi (4 – 1)
Proses ini berlangsung di evaporator secara isobar isotermal. Refrigerant dalam wujud cair bertekanan rendah menyerap kalor dari lingkungan / media yang di dinginkan sehingga wujudnya berubah menjadi gas bertekanan rendah seperti yang ditunjukan pada gambar berikut :
Gambar 2.2c. Proses Kerja Evaporasi [1] = = (ℎ− ℎ)
Maka : COP =
Wc Qe
2.3. Komponen Utama Pompa Kalor Siklus Kompresi Uap
2.3.1 Kompresor
Pada sistem mesin refrigerasi, kompresor berfungsi seperti jantung.
Kompresor berfungsi untuk
mensirkulasikan refrigeran dan menaikan
tekanan refrigerant agar dapat
mengembun di kondensor pada
temperatur di atas temperatur udara sekeliling.
Berdasarkan cara kerjanya,
kompresor yang biasa dipakai pada sistem refrigerasi dapat dibagi menjadi:
Gambar 2. 3 Pembagian Kompresor
(Teknik Pendingin & Pengkondisian Udara) [2]
1. Kompresor perpindahan (positive
displacement)
Kompresor yang memerangkap refrigeran dalam suatu ruangan yang
terpisah dari saluran masuk dan
keluarnya, kemudian dimampatkan.
Kompresor ini dapat dibagi lagi menjadi: a. Bolak-balik(reciprocating)
59
b. Putar (rotary)
c. Kompresor sudu luncur (rotary
vane atau sliding vane)
d. Kompresor ulir (screw) e. Kompresor gulung (Scroll)
2. Analisa Sliding Vane Compressor
Disebut juga rotary vane
compressor atau kompresor sudu luncur.
Teridiri atas sebuah rotor yang dipasang secara eksentris pada slinder yang sedikit lebih besar daripada rotor. Gambar berikut menunjukan bagian – bagian kompresor sudu luncur :
Gambar 2. 4 bagian – bagian kompresor
sudu luncur [3]
Baling-baling bergerak maju
mundur secara radial dalam slot rotor mengikuti kontur dinding silinder saat rotor berputar. Sudu didorong oleh gaya
sentrifugal yang timbul saat rotor
berputar sehingga selalu rapat dengan dinding silinder seperti yang ditunjukan pada Tabel berikut :
Tabel 2.1 Penggunaan beberapa
refrigerant [4]
Berikut diberikan beberapa
informasi komersial dari kompresor
sentrifugal yang umum dijual dipasaran. Temperature dan tekanan evaporasi yang biasa menggunakan kompresor sentrifugal adalah -100 0C sampai 100C dan 14 kPa sampai 700 kPa. seperti yang ditunjukan pada tabel berikut :
Tabel 2.2 Pedoman Efisiensi Energi
untuk Industri di Asia – [4]
- Kecepatan tip Vane (u2), dihitung
dengan persamaan:
u2 =
ω
x r2Dengan mengasumsikan bahwa uap refrigeran masuk Vane secara tangensial, maka besarnya torsi pada fluida dapat dihitung dengan persamaan:
τ
= mr2Vt,2daya terhadap Vane adalah:
W =
τ ω
= mr2ω
Vt,2 = mu2Vt,2Dari diagram segitiga kecepatan
dapat dibuktikan bahwa kecepatan
absolut fluida arah tangensial adalah:
Vt,2 = u2 – Vn,2cot
β
= u2 − 2 2 , cot 1 u vnβ
Dengan mensubstitusi persamaan (2.7) ke persamaan (2.8) akan didapat daya yang diberikan kepada blade adalah: W = mu2 2 − 2 2 , cot 1 u vn
β
Gambar jenis kompresor yang digunakan pada mesin pengering yang ditunjukan pada gambar berikut :
60 Gambar 2.5. Assembling dari Sliding
Vane Compressor [5
Gambar 2.6. Bentuk Roller dari Sliding Vane Compressor [5] Maka : Vp = mr-22 . v1 - Rasio Kompresi : Rc = 1 2 P P
- Daya motor listrik penggerak kompresor PM = m c C x P
η
η
2.3.2 Katup EkspansiKomponen utama yang lain untuk mesin refrigerasi adalah katup ekspansi. Katup ekspansi ini dipergunakan untuk
menurunkan tekanan dan untuk
mengekspansikan secara adiabatik cairan yang bertekan dan bertemperatur tinggi sampai mencapai tingkat tekanan dan
temperatur rendah, atau
mengekspansikan refrigeran cair dari
tekanan kondensasi ke tekanan
evaporasi, refrigeran cair diinjeksikan keluar melalui oriffice, refrigeran segera berubah menjadi kabut yang tekanan dan temperaturnya rendah.
Selain itu, katup ekspansi juga sebagai alat kontrol refrigerasi yang berfungsi :
1. Mengatur jumlah refrigeran yang
mengalir dari pipa cair menuju
evaporator sesuai dengan laju
penguapan pada evaporator.
2. Mempertahankan perbedaan tekanan antara kondensor dan evaporator agar
penguapan pada evaporator
berlangsung pada tekanan kerjanya
a. Pipa Kapiler
Pipa kapiler adalah salah satu alat ekspansi. Alat ekspansi ini mempunyai dua kegunaan yaitu untuk menurunkan
tekanan refrigeran cair dan untuk
mengatur aliran refrigeran ke evaporator. Cairan refrigeran memasuki pipa kapiler
tersebut dan mengalir sehingga
tekanannya berkurang akibat dari
gesekan dan percepatan refrigeran
seperti yang ditunjukan pada gambar berikut :
Gambar 2.7. Pipa Kapiler [5]
1. Laju aliran massa refrigeran persatuan luas
W= A mr 22−
2. Kecepatan refrigeran pada pipa kapiler di titik 3 V3 =w . v3 3. Bilangan Reynolds Re = V3.D/µ3. v3 4. Faktor gesek f = 0,33/Re0.25 mencari harga Fraksi Uap (x) : a = (v4V - v4L) 2 .
( )
w 2.0,5 b = 1000(h4V- h4L) + v4L(v4V –v4L).( )
w 2 c = 1000(h4c-h1)+( )
w
2 .0,5. V4L 2 - 2 2 3V
maka fraksi uap (x) yang terkandung pada evaporator di titik 4,
x = a c a b b 2 . . 4 2− ± − 2.3.3 Refrigerant
Refrigerant adalah fluida kerja
utama pada suatu siklus refrigerasi yang
bertugas menyerap panas pada
61
membuang panas pada temperatur dan tekanan tinggi. Umumnya refrigerant mengalami perubahan fasa dalam satu siklus.
1. Kecepatan refrigeran pada Evaporator di titik 4 V4 =w . v4 2. Bilangan Reynolds Re = V3.D/µ4. v4 3. Faktor gesek f = 0,33/Re0.25
4. Faktor gesek rata-rata untuk tiap ruas fm=
2
4 3 f
f +
5. Kecepatan rata-rata refrigeran Vm = 2 4 3 V V +
(
)
(
4 3)
. 2 4 3 2v A mV V V x D L x f P P m m = − ∆ − − 1. Pengelompokan RefrigrantRefrigerant dirancang untuk
ditempatkan didalam siklus tertutup atau tidak bercampur dengan udara luar. Tetapi, jika ada kebocoran karena sesuatu hal yang tidak diinginkan, maka refrigerant akan keluar dari system dan
bisa saja terhirup manusia. Untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka refrigerant harus dikategorikan aman atau tidak aman. Ada dua faktor
yang digunakan untuk
mengklassifikasikan refrigerant
berdasarkan keamanan, yaitu bersifat racun (toxicity) dan bersifat mudah terbakar (flammability).
Refrigerant ini akan terbakar jika konsentrasinya kurang dari 0,1 kg kg/m3 atau kalor pembakarannya lebih dari 19 MJ/kg. Berdasarkan defenisi ini, sesuai
standard 34-1997, refrigerants
diklassifikasikan menjadi 6 kategori, yaitu: 1. A1: Sifat racun rendah dan tidak
terbakar
2. A2: Sifat racun rendah dan sifat terbakar rendah
3. A3: Sifat racun rendah dan mudah terbakar
4. B1: Sifat racun lebih tinggi dan tidak terbakar
5. B2: Sifat racun lebih tinggi dan sifat terbakar rendah
B3: Sifat racun lebih tinggi dan mudah terbakar.
Tabel 2. 3. Pembagian Refrigerant
berdasarkan keamanan.
Sumber,[6]
2. Persyaratan Refrigerant
Beberapa persyaratan dari
penggunaan refrigerant adalah sebagai berikut:
a. a.Tekanan Evaporasi dan Tekanan Kondensasi
Tekanan evaporasi refrigerant sebaiknya lebih tinggi dari atmosfer. Hal ini menjaga agar udara luar tidak masuk ke siklus jika terjadi kebocoran minor.
Tekanan kondensasi refrigerant
sebaiknya tidak terlalu tinggi. Tekanan
yang tinggi pada kondensor akan
membuat kerja kompressor lebih tinggi dan kondensor harus dirancang untuk tahan pada tekanan tinggi, hal ini akan menambah biaya.
b.Sifat ketercampuran dengan pelumas (oil miscibility)
Refrigerant yang baik jika dapat
bercampur dengan oli dan membantu melumasi kompressor. Oli sebaiknya kembali ke compressor dari kondensor, evaporator, dan part lainnya. Refrigerant yang tidak baik justru melemahkan sifat pelumas dan membentuk semacam lapisan kerak yang melemahkan laju perpindahan panas. Sifat seperti ini harus dihindari.
62 c. Tidak mudah bereaksi (Inertness)
Refrigerant yang bersifat inert tidak bereaksi dengan material lainnya untuk menghindari korosi, erosi, dan kerusakan lainnya.
d. Mudah dideteksi kebocorannya (Leakage Detection)
Kebocoran refrigerant sebaiknya mudah di deteksi, jika tidak akan mengurangi performansinya. Umumnya refrigerant tidak berwarna (colorless) dan tidak
berbau (odorless). Metode deteksi
kebocoran refrigerant:
a. Halide torch, jika udara mengalir di
atas permukaan tembaga yang
dipanasi dengan api methyl alcohol,
uap dari refrigerant akan
berdekomposisi dan mangubah warna api. Lidah api menjadi hijau pada kebocoran kecil, dan mengecil dan kemerahan pada kebocoran besar.
b. Electronic detector, caranya
dengan melepaskan arus pada
inonisasi refrigerant yang telah
terdekomposisi. Tetapi tidak dapat
digunakan untuk jika udara
mengandung zat yang mudah
terbakar.
c. Bubble method, campuran sabun
yang mudah menggelembung
dioleskan pada bagian yang diduga bocor. Jika terjadi gelembung, berarti terjadi kebocoran.
ODP, singkatan dari Ozone Depletion
Potential, potensi penipisan lapisan ozon.
Faktor yang dijadikan pembanding adalah kemampuan CFC-11 (R-11) merusak lapisan ozon. Jika suatu refrigerant X mempunyai 6 ODP, artinya refrigerant itu mempunyai kemampuan 6 kali R-11 dalam merusak ozon.
Tabel 2.4 Nilai ODP beberapa refrigerant.
Sumber,[6] ASHRAE Inc., (2008). ASHRAE Handbook – HVAC Systems and Equipment. SI Edition. Atlanta.
e. GWP adalah global warming potential, ada dua jenis angka (indeks) yang biasa digunakan untuk menyatakan potensi peningkatan suhu bumi.
2. 4 Hasil Survey Usaha Loundry
Hasil survey mesin pengering dilapangan: 1.Loundry Cilik
Nama mesin pengerig yang di gunakan adalah Speed Queen
Kapasitas Mesin : arus listrik : 1600 watt / 3.7 A / 50 H 2.Loundry Bule
Nama Mesin : Elektrolux 3.Loundry Fresh’O
Mesin Pengering dan ruang pengering rakitan.
4.NAIA Loundry
Mesin pengering pakaian gas LPG type standart.
5.TANIA Loundry
Mesin Pengering Laundry Gas LPG type TL – 25 Kpasitas 5 – 25 Kg.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.
Penelitian dilakukan di laboratorium Teknik pendingin Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara dan direncanakan dilaksanakan selama 9 bulan.
63 Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan penelitian
3.2. Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan.
1. Pakaian
2. Pompa Kalor (Heat Pump)
Gambar 3.2 Rancangan Mesin Pengering
Pompa Kalor.
3.2.2 Alat
Peralatan yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel penelitian, antara lain:
1. Load Cell
2. Rh (Relative Humidity) Meter
3. Annemometer 4. Pressure Gauge 3. 3 Data Penelitian
Adapun data yang direncakana akan dikumpulkan dan selanjutnya dilakukan analisis dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :
1. Massa Pakaian (M)
Massa dari pakaian di ukur pada saat keadaan kering (Mk) dan pada saat
keadaan basah (Mb).
2. Waktu pengeringan (t)
Waktu pengeringan yang dibutuhkan untuk mengingkan pakaian yaitu pada saat basah sampai pada saat keadaan kering (berat basah sampai berat kering).
3. Temperatur (T)
Temperatur yang di ukur adalah temperatur udara pada saat masuk ke evaporator (T1), keluar evaporator
(T2), ruang pengeringan (T3) dan
keluar ruang pengeringan (T4).
4. Kelembaban udara (Rh)
Kelembaban udara yang diukur pada titik saat masuk ke evaporator (Rh1),
keluar evaporator (Rh2), ruang
pengeringan (Rh3) dan kelur ruang
pengeringan (Rh4).
5. Kecepatan aliran udara (V)
Udara yang mengalir didalam saluran aliran di ukur kecepatannya.
6. Tekanan (P)
Refrigeran yang masuk ke dalam kompresor (P1), ke luar kompresor
(P2) dan masuk ke dalam evaporator (P3) di ukur tekanannya.
3. 4 Metode Pelaksanaan Penelitian
Gambar 3.7 Diagram alir proses
pelaksanaan penelitian.
4. PERANCANGAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN.
4.1. Perhitungan Termodinamika
Dari pengujian mesin AC yang dipakai didapat data sebagai :
- Tekanan Kerja Kondensor (P Mpa
- Tekanan Kerja Evaporator (Pe ) = 0,76 Mpa
- Daya Kompresor (Wc ) = 1 Hp = 746
Watt
- Temperatur Kondensor (Tk) = 57,47 - Temperatur Evaporator (Te) = 14
Gambar 4.1 Skema rancangan
mesin pengering pakaian.
Dari data hasil pengujian maka dapat dianalisa kondisi kerja mesin tersebut dengan menggunakan diagram Mollier, seperti terlihat pada gambar berikut ini : h1 P2 = P3 P1 = P4 (P = kPa) h3 = h4 1 3 4 Tk Te 2’ Gambar 4.2 P-h Diagram [7] Titik 1: T1 =14 o C , P = 0,76698 MPa = 110,24 Psi h1 = 409, 60 kJ/kg S1 = 1,7306 kj/kg.K
Titik 2’: P = 333,623 Psi = 2,3 MPa (Dari spesifikasi Mesin AC)
h2' = 417,19 kJ/kg , T2’ = 57,47 S2’ = 1,6730 Titik 2 : h2 = 436,230,19 kJ/Kg, S2 = 1,7306 kj/kg.K Titik 3: h3 = 273,891 kJ/kg, P = 2,3 Mpa T3 = 49,7 0C Titik 4: T4= T1 dan P1= P4 h4= h3 (disenthalphy)
Tekanan Kerja Kondensor (PK ) = 2,3
Tekanan Kerja Evaporator (Pe ) = 0,76 ) = 1 Hp = 746 Temperatur Kondensor (Tk) = 57,47 0C Temperatur Evaporator (Te) = 14 0C
Skema rancangan bangun
Dari data hasil pengujian maka dapat dianalisa kondisi kerja mesin tersebut dengan menggunakan diagram Mollier, seperti terlihat pada gambar
(h = kJ/kg) h2 2 [7] P = 0,76698 MPa = 110,24 Psi P = 333,623 Psi = 2,3 MPa = 57,47 0C 436,230,19 kJ/Kg, = 273,891 kJ/kg, P = 2,3 Mpa
1. Laju aliran massa refrigeran ṁ = 0.0280 Kg/s
2. Kalor yang dikeluarkan kondensor
Qk = 4,545 kW
3. Dampak refrigrasi
Qe = 3,799 kW
4. COP (Coefficient Of Performance)
COP = 5,093
4.2 Perhitungan kompresor
Berikut adalah letak garis pada diagram PH yang akan dihitung seperti y
ditunjukan pada gambar berikut
Kom pres or (P = kPa) (h = T1=14oC T2= 57,52 0C
Gambar 4.3 Diagram P-h Kompresor
Diagram [7] 4.2.1. Perhitungan kapasitas kompresor Vp = = 0,00086212 m3/s 4.2.2. Rasio Kompresi Rc == 3,002 4.2.3. Efisiensi kompresi (
η
c(
)
com r c h h x mω
η
= −22 2 − 1 = 0,99 4.2.4. Efisiensi mekanik (η
m η = 0,824.2.5. Daya motor listrik penggerak kompersor
Pm == 1,0108 kW
Namun sebaiknya dipergunakan daya motor penggerak kompresor 2
daripada N’,untuk mengatasi kenaikan
beban karena terjadinya perubahan
kondisi operasi, dan supaya memberikan momen putar yang tinggi pada waktu start (Arismunandar, 2002).
Jadi daya yang dipakai adalah (1,01 x 2%) + 1,0108 = 1,03 kW.
Maka daya refrigeran pada masing masing tingkat adalah :
= 135,709 kJ/Kg
Kecepatan tip Vane denga
menggunakan persamaan kecepatan
angular:
64
Laju aliran massa refrigeran Kalor yang dikeluarkan oleh
(Coefficient Of Performance)
Berikut adalah letak garis pada diagram PH yang akan dihitung seperti yang
ditunjukan pada gambar berikut:
= kJ/kg) h Kompresor 4.2.1. Perhitungan kapasitas c) = 0,99 )
Daya motor listrik penggerak
Namun sebaiknya dipergunakan daya motor penggerak kompresor 2-10% lebih daripada N’,untuk mengatasi kenaikan
beban karena terjadinya perubahan
i, dan supaya memberikan momen putar yang tinggi pada waktu start Jadi daya yang dipakai adalah (1,01 x 2%) + 1,0108 = 1,03 kW.
Maka daya refrigeran pada masing-
Kecepatan tip Vane dengan
65 u = 11,649 m/s
Jari-jari Vane dengan menggunakan persamaan kecepatan angular : r = 0,061 m
4.3 Perhitungan Pipa kapiler
Berikut adalah letak garis perhitungan pada pipa kapiler yang ditunjukan pada diagram P-H dan panjang ruas pipa kapiler :
Gambar 4.4 Diagram P-h Pipa Kapiler [7]
Gambar 4.5 Panjang Ruas Pipa Kapiler [7]
4.3.1 Perhitungan panjang pipa kapiler
mencari harga x (fraksi Uap): a = 2947,358
b = 144012,021 c = - 23539,99
maka fraksi uap (x) yang terkandung pada titik 4,
x =0,008
1. Kecepatan refrigeran pada titik 4 V4 =10,989 m/dt
2. Bilangan Reynolds pada titik 4 Re4 =98382,749
3. faktor gesek
f4 =0,0186
1. faktor gesek rata-rata untuk tiap ruas fm=0,0184
1. Kecepatan rata-rata refrigeran
Vm =10,131 m/s
Dengan menggunakan persamaan dibawah ini maka didapat ∆L
L
∆ = 0,0366 m
5.KESIMPULAN
Berdasarkan analisa data dan
pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kompresor yang digunakan pada mesin pengering pakaian system pompa kalor ini adalah Rotary Vane
Compressor atau kompresor sudu
luncur. Dengan Spesifikasi mesin : - Tekanan Kerja Kondensor (PK ) =
2,3 Mpa
- Tekanan Kerja Evaporator (Pe ) =
0,76 Mpa
- Daya Kompresor (Wc ) = 1 Hp =
746 Watt
- Temperatur Kondensor (Tk) = 57,47 0C
- Temperatur Evaporator (Te) = 14
0
C
Diperoleh unjuk kerja dari siklus refrigerasi adalah sebesar 5,093. Koefisien prestasi yang tinggi sangat
diharapkan karena hal itu
menunjukkan bahwa sejumlah kerja tertentu refrigerasi hanya memerlukan sejumlah kecil kerja dan proses pengering.
3. Dari perhitungan termodinamika yang berdasarkan atas spesifikasi mesin diperoleh Daya motor listrik penggerak kompresor sebesar 1,03 kW dengan efisiensi kompresi sebesar 0,99. 4. Diperoleh fraksi uap sebesar 0.008,
dengan kecepatan refrigerant yang mengalir pada pipa kapiler sebesar 10,989 m/dt. Dengan faktor gesek sebesar 0,0186 dimana diperoleh panjang pipa kapiler sebesar 0,0366 meter.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Cengel, A., Yunus, Boles, A., Michael,
Thermodynamics An engineering Approach, Third Edition, WCB/
McGraw-Hill, United States of
America, 1989.
[2] (www:Google/KomponenUtama
Siklus Kompresi Uap).
[3]
(www.google/Bab-8-Kompresor-Rotary1.pdf).
66
[5] (www.google/rotary sliding vane compressor).
[6] ASHRAE Inc. (2008). ASHRAE Handbook – HVAC Systems and Equipment. SI Edition. Atlanta.
[7] J. P. Holman, Perpindahan Kalor,
Edisi Enam, Penerbit Erlangga,