[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
97
Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Data Hasil Percobaan Pendahuluan
Percobaan pendahuluan dilakukan untuk menetapkan percobaan-percobaan yang akan menunjang percobaan-percobaan utama, yaitu :
1. Pembuatan Tepung Bonggol Pisang
Tujuan :
Untuk menentukan tahapan pembuatan tepung bonggol pisang. Prosedur Pelaksanaan :
Pembuatan tepung bonggol pisang dengan metode Jasmin (2010) sebagai berikut :
Pemilihan bonggol pisang varietas batu dengan ciri-ciri berwarna putih di bagian dalamnya, tekstur keras tapi masih mudah dalam pemotongannya dan berumur 8-12 bulan setelah ditanam.
Pengupasan bonggol pisang dilakukan bertujuan untuk membuang bagian-bagian yang tidak diinginkan dan rusak seperti batang semu, akar, bagian lapisan kulit luar bonggol pisang dan kotoran yang menempel pada lapisang kulit serta bagian yang cacat. Pengupasan bonggol pisang dilakukan menggunakan pisau.
Pemotongan bonggol pisang bertujuan untuk mempermudah proses penyawutan dan proses selanjutnya.
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang masih melekat pada permukaan bonggol pisang yang telah dipotong-potong dan menghilangkan getah yang masih menempel pada permukaan bahan tersebut.
Penyawutan dilakukan secara manual menggunakan pisau dengan ukuran P = 2 -4 cm, L = 0,2 - 0,3 cm, T = 0,1 - 0,3 cm. Penyawutan ini bertujuan untuk memperluas permukaan bahan sehingga penyerapan larutan natrium metabisulfit menjadi lebih efektif. Hasil sawutan bonggol pisang harus segera direndam dalam air terlebih dahulu selama menunggu proses selanjutnya ± 10 menit, hal ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya peningkatan aktivitas enzim fenolase yang terdapat pada bahan dan menghambat terjadinya reaksi pencoklatan.
Perendaman dalam larutan natirum metabisulfit bertujuan untuk mencegah dan menghambat terjadinya reaksi pencoklatan selama proses pengolahan tepung bonggol pisang. Perendaman dilakukan sesuai dengan perlakuan, yaitu 1000 ppm. Penirisan bertujuan untuk mengurangi kandungan senyawa sulfit yang masuk ke dalam jaringan bahan. Penirisan dilakukan dengan menyaring sawutan menggunakan saringan. Selama ± 10 menit hingga tidak ada lagi air yang menetes keluar.
Pengeringan bertujuan untuk mengeluarkan kadar air yang terdapat pada bahan hingga diperoleh kadar air tertentu. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan mesin pengering kabinet pada suhu 50º C ± 5º C selama ± 20 jam. Sawutan bonggol yang akan dikeringkan diletakkan di dalam loyang berukuran 20 cm x 15 cm yang telah dialasi plastik tahan panas.
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
Penggilingan bertujuan untuk menghancurkan sawutan bonggol pisang yang telah dikeringkan hingga membentuk ukuran kecil partikel-pertikel halus. Penggilingan dilakukan menggunakan mesin penggiling tipe Hammer mill selama ± 7 menit. Penimbangan dilakukan menggunakan neraca analitis, bertujuan untuk
mengetahui berat dari hasil penggilingan sawutan kering bonggol pisang.
Pengayakan untuk memisahkan bagian-bagian yang tidak dinginkan seperti kotoran, debu atau bahan lain yang mungkin terikut sehingga akan menghasilkan tepung bonggol pisang yang memiliki tekstur halus dan seragam. Pengayakan dilakukan dengan ayakan berukuran 80 mesh. Tepung yang tidak lolos ayakan digiling lagi bertujuan untuk memaksimalkan rendemen tepung bonggol pisang yang dihasilkan.
Pengemasan untuk mempertahankan daya tahan simpan dan mencegah kontaminasi tepung dari kotoran. Pengemasan dilakukan dengan cara vacum menggunakan plastik HDPE ukuran 1 kg.
Hasil Pengamatan :
Karakteristik Tepung Bonggol Pisang Warna Krem (Putih
Kecoklatan)
Aroma Khas Bonggol Pisang
Tepung Bonggol Pisang Batu (Dokumentasi Pribadi, 2011)
Penggilingan bertujuan untuk menghancurkan sawutan bonggol pisang yang telah dikeringkan hingga membentuk ukuran kecil partikel-pertikel halus. Penggilingan dilakukan menggunakan mesin penggiling tipe Hammer mill selama ± 7 menit. Penimbangan dilakukan menggunakan neraca analitis, bertujuan untuk
mengetahui berat dari hasil penggilingan sawutan kering bonggol pisang.
Pengayakan untuk memisahkan bagian-bagian yang tidak dinginkan seperti kotoran, debu atau bahan lain yang mungkin terikut sehingga akan menghasilkan tepung bonggol pisang yang memiliki tekstur halus dan seragam. Pengayakan dilakukan dengan ayakan berukuran 80 mesh. Tepung yang tidak lolos ayakan digiling lagi bertujuan untuk memaksimalkan rendemen tepung bonggol pisang yang dihasilkan.
Pengemasan untuk mempertahankan daya tahan simpan dan mencegah kontaminasi tepung dari kotoran. Pengemasan dilakukan dengan cara vacum menggunakan plastik HDPE ukuran 1 kg.
Hasil Pengamatan :
Karakteristik Tepung Bonggol Pisang Warna Krem (Putih
Kecoklatan)
Aroma Khas Bonggol Pisang
Tepung Bonggol Pisang Batu (Dokumentasi Pribadi, 2011)
Penggilingan bertujuan untuk menghancurkan sawutan bonggol pisang yang telah dikeringkan hingga membentuk ukuran kecil partikel-pertikel halus. Penggilingan dilakukan menggunakan mesin penggiling tipe Hammer mill selama ± 7 menit. Penimbangan dilakukan menggunakan neraca analitis, bertujuan untuk
mengetahui berat dari hasil penggilingan sawutan kering bonggol pisang.
Pengayakan untuk memisahkan bagian-bagian yang tidak dinginkan seperti kotoran, debu atau bahan lain yang mungkin terikut sehingga akan menghasilkan tepung bonggol pisang yang memiliki tekstur halus dan seragam. Pengayakan dilakukan dengan ayakan berukuran 80 mesh. Tepung yang tidak lolos ayakan digiling lagi bertujuan untuk memaksimalkan rendemen tepung bonggol pisang yang dihasilkan.
Pengemasan untuk mempertahankan daya tahan simpan dan mencegah kontaminasi tepung dari kotoran. Pengemasan dilakukan dengan cara vacum menggunakan plastik HDPE ukuran 1 kg.
Hasil Pengamatan :
Karakteristik Tepung Bonggol Pisang Warna Krem (Putih
Kecoklatan)
Aroma Khas Bonggol Pisang
Tepung Bonggol Pisang Batu (Dokumentasi Pribadi, 2011)
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
99
Diagram Alir Pembuatan Tepung Bonggol Pisang (Prameswari, 2008) Tepung Bonggol Pisang Batu Pengeringan (T = 60 ºC, t = 20 jam) Penggilingan Pengayakan (80 mesh) Sawutan Basah Bonggol Pisang Batu
Penyawutan
(Irisan tipis memanjang berukuran p = 2-4 cm, l = 0,2-0,3 cm, t = 0,1-0,3 cm) Perendaman (T = 27 ºC, t = 35 menit) Penirisan (t = 10 menit) Sortasi Pengupasan Pemotongan Pencucian Larutan Na2S2O5 1000 ppm Air sulfitasi Batang semu, akar, kulit dan bagian cacat Air bersih Air kotor Tidak lolos ayakan
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
2. Pembuatan Tepung Ubi Jalar
Tujuan :
Untuk menentukan tahapan pembuatan tepung ubi jalar. Prosedur Pelaksanaan :
Pembuatan tepung ubi jalar hasil penelitian Hanafi (1999) dikutip Jasmin (2010) sebagai berikut :
Pengupasan adalah suatu proses penghilangan kulit atau bagian-bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dimakan. Pengupasan dilakukan secara manual karena lebih efektif menghilangkan bagian-bagian yang sulit dihilangkan.
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan dan membersihkan bagian-bagian yang tidak diperlukan. Tujuannya adalah agar bagian-bagian yang kotor tidak ikut dalam proses selanjutnya.
Pengirisan adalah proses pengecilan ukuran yang bertujuan untuk memperluas permukaan bahan sehingga air pada bahan lebih mudah teruapkan. Ubi jalar diiris dengan ketebalan ± 2 mm, pengirisan berfungsi agar permukaan ubi jalar menjadi lebih luas sehingga air mudah diuapkan pada saat pengeringan.
Blansing adalah proses pemanasan menggunakan air mendidih atau uap air panas dibawah suhu 100oC dalam waktu singkat. Blansing dilakukan bertujuan untuk mempertahankan warna dan mencegah pencoklatan.
Perendaman dalam larutan Na-metabisulfit 2000 ppm dimaksudkan untuk pencegahan pencoklatan enzimatis, bersifat sebagai antimikroba, dan berguna juga sebagai pemutih.
Pengeringan adalah proses menghilangkan seluruh atau sebagian jumlah air dalam bahan. Suhu yang digunakan untuk mengeringkan ubi jalar yaitu 60oC selama 24 jam. Tujuan dari pengeringan adalah membuat bahan menjadi ebih kering sesuai dengan kadar air bahan yang diinginkan.
Penggilingan adalah proses mengecilkan ukuran sampai dihasilkan ukuran yang diinginkan dan disesuaikan dengan kebutuhan. Ubi jalar yang telah kering kemudian digiling dengan menggunakan grinder sampai halus.
Pengayakan tepung ubi jalar dilakukan menggunakan saringan ukuran 80 mesh. Pengayakan dimaksudkan agar bahan yang tidak sesuai dengan lubang saringan akan tertahan sehingga tidak tercampur dengan tepung ubi yang telah diayak. Hasil Pengamatan :
Karakteristik Tepung Ubi Jalar
Warna Kuning
Aroma Khas Ubi Jalar
Tepung Ubi Jalar (Dokumentasi Pribadi, 2011)
2. Pembuatan Tepung Ubi Jalar
Tujuan :
Untuk menentukan tahapan pembuatan tepung ubi jalar. Prosedur Pelaksanaan :
Pembuatan tepung ubi jalar hasil penelitian Hanafi (1999) dikutip Jasmin (2010) sebagai berikut :
Pengupasan adalah suatu proses penghilangan kulit atau bagian-bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dimakan. Pengupasan dilakukan secara manual karena lebih efektif menghilangkan bagian-bagian yang sulit dihilangkan.
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan dan membersihkan bagian-bagian yang tidak diperlukan. Tujuannya adalah agar bagian-bagian yang kotor tidak ikut dalam proses selanjutnya.
Pengirisan adalah proses pengecilan ukuran yang bertujuan untuk memperluas permukaan bahan sehingga air pada bahan lebih mudah teruapkan. Ubi jalar diiris dengan ketebalan ± 2 mm, pengirisan berfungsi agar permukaan ubi jalar menjadi lebih luas sehingga air mudah diuapkan pada saat pengeringan.
Blansing adalah proses pemanasan menggunakan air mendidih atau uap air panas dibawah suhu 100oC dalam waktu singkat. Blansing dilakukan bertujuan untuk mempertahankan warna dan mencegah pencoklatan.
Perendaman dalam larutan Na-metabisulfit 2000 ppm dimaksudkan untuk pencegahan pencoklatan enzimatis, bersifat sebagai antimikroba, dan berguna juga sebagai pemutih.
Pengeringan adalah proses menghilangkan seluruh atau sebagian jumlah air dalam bahan. Suhu yang digunakan untuk mengeringkan ubi jalar yaitu 60oC selama 24 jam. Tujuan dari pengeringan adalah membuat bahan menjadi ebih kering sesuai dengan kadar air bahan yang diinginkan.
Penggilingan adalah proses mengecilkan ukuran sampai dihasilkan ukuran yang diinginkan dan disesuaikan dengan kebutuhan. Ubi jalar yang telah kering kemudian digiling dengan menggunakan grinder sampai halus.
Pengayakan tepung ubi jalar dilakukan menggunakan saringan ukuran 80 mesh. Pengayakan dimaksudkan agar bahan yang tidak sesuai dengan lubang saringan akan tertahan sehingga tidak tercampur dengan tepung ubi yang telah diayak. Hasil Pengamatan :
Karakteristik Tepung Ubi Jalar
Warna Kuning
Aroma Khas Ubi Jalar
Tepung Ubi Jalar (Dokumentasi Pribadi, 2011)
2. Pembuatan Tepung Ubi Jalar
Tujuan :
Untuk menentukan tahapan pembuatan tepung ubi jalar. Prosedur Pelaksanaan :
Pembuatan tepung ubi jalar hasil penelitian Hanafi (1999) dikutip Jasmin (2010) sebagai berikut :
Pengupasan adalah suatu proses penghilangan kulit atau bagian-bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dimakan. Pengupasan dilakukan secara manual karena lebih efektif menghilangkan bagian-bagian yang sulit dihilangkan.
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan dan membersihkan bagian-bagian yang tidak diperlukan. Tujuannya adalah agar bagian-bagian yang kotor tidak ikut dalam proses selanjutnya.
Pengirisan adalah proses pengecilan ukuran yang bertujuan untuk memperluas permukaan bahan sehingga air pada bahan lebih mudah teruapkan. Ubi jalar diiris dengan ketebalan ± 2 mm, pengirisan berfungsi agar permukaan ubi jalar menjadi lebih luas sehingga air mudah diuapkan pada saat pengeringan.
Blansing adalah proses pemanasan menggunakan air mendidih atau uap air panas dibawah suhu 100oC dalam waktu singkat. Blansing dilakukan bertujuan untuk mempertahankan warna dan mencegah pencoklatan.
Perendaman dalam larutan Na-metabisulfit 2000 ppm dimaksudkan untuk pencegahan pencoklatan enzimatis, bersifat sebagai antimikroba, dan berguna juga sebagai pemutih.
Pengeringan adalah proses menghilangkan seluruh atau sebagian jumlah air dalam bahan. Suhu yang digunakan untuk mengeringkan ubi jalar yaitu 60oC selama 24 jam. Tujuan dari pengeringan adalah membuat bahan menjadi ebih kering sesuai dengan kadar air bahan yang diinginkan.
Penggilingan adalah proses mengecilkan ukuran sampai dihasilkan ukuran yang diinginkan dan disesuaikan dengan kebutuhan. Ubi jalar yang telah kering kemudian digiling dengan menggunakan grinder sampai halus.
Pengayakan tepung ubi jalar dilakukan menggunakan saringan ukuran 80 mesh. Pengayakan dimaksudkan agar bahan yang tidak sesuai dengan lubang saringan akan tertahan sehingga tidak tercampur dengan tepung ubi yang telah diayak. Hasil Pengamatan :
Karakteristik Tepung Ubi Jalar
Warna Kuning
Aroma Khas Ubi Jalar
Tepung Ubi Jalar (Dokumentasi Pribadi, 2011)
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
101
Diagram Proses Pembuatan Tepung Ubi Jalar (Modifikasi Hanafi, 1999)
Tepung Ubi Jalar Kuning Pengeringan (T = 60ºC, t = 24 jam) Penggilingan Pengayakan (80 mesh) Sawutan Basah Perendaman
(T = suhu ruang, t = 35 menit) Penirisan (t = 10 menit) Larutan Na2S2O5 2000 ppm Air sulfitasi Tidak lolos ayakan Penyawutan (Tebal irisan ± 2 mm) Ubi Jalar Kuning
Varietas Ase Sortasi Pengupasan Pemotongan Pencucian Batang semu, akar, kulit dan bagian cacat Air bersih Air kotor
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
3. Pembuatan Krim Biskuit Sandwich Tujuan :
Untuk mengetahui karakteristik krim hasil penelitian Rieuwpassa (2005). Alat dan Bahan :
Butter, margarin, gula tepung, susu UHT, mixer, baskom plastik, spatula, cup plastik, plastik clingwrap, neraca analitik, gelas ukur.
Prosedur Pelaksanaan :
a. Menimbang bahan-bahan sesuai dengan formulasi
b. Pencampuran butter dan margarin dengan kecepatan rendah (Speed 1) selama 1 menit c. Pengadukkan dengan kecepatan tinggi (Speed 5) selama 2 menit
d. Penambahan gula tepung yang telah diayak dengan ayakan 120 mesh dan susu skim cair, dengan kecepatan rendah (Speed 1) selama 1 menit
e. Pengadukkan dengan kecepatan tinggi (Speed 5) selama 3 menit Karakteristik Organoleptik Krim :
Karakteristik Hasil Pengamatan Gambar
Warna Aroma Rasa
Tekstur luar (jari) Tekstur dalam (mouthfeel)
putih kekuningan butter sangat kuat sangat manis lembut dan berpasir lembut dan berpasir
Krim Biskuit (Dokumentasi Pribadi, 2011)
Kesimpulan :
Formulasi krim biskuit yang dipilih yaitu : 10 g butter, 10 g margarin, 75 g gula tepung, dan 5 ml susu cair karena menghasilkan karakteristik krim dengan warna, rasa, aroma, dan tekstur yang baik.
3. Pembuatan Krim Biskuit Sandwich Tujuan :
Untuk mengetahui karakteristik krim hasil penelitian Rieuwpassa (2005). Alat dan Bahan :
Butter, margarin, gula tepung, susu UHT, mixer, baskom plastik, spatula, cup plastik, plastik clingwrap, neraca analitik, gelas ukur.
Prosedur Pelaksanaan :
a. Menimbang bahan-bahan sesuai dengan formulasi
b. Pencampuran butter dan margarin dengan kecepatan rendah (Speed 1) selama 1 menit c. Pengadukkan dengan kecepatan tinggi (Speed 5) selama 2 menit
d. Penambahan gula tepung yang telah diayak dengan ayakan 120 mesh dan susu skim cair, dengan kecepatan rendah (Speed 1) selama 1 menit
e. Pengadukkan dengan kecepatan tinggi (Speed 5) selama 3 menit Karakteristik Organoleptik Krim :
Karakteristik Hasil Pengamatan Gambar
Warna Aroma Rasa
Tekstur luar (jari) Tekstur dalam (mouthfeel)
putih kekuningan butter sangat kuat sangat manis lembut dan berpasir lembut dan berpasir
Krim Biskuit (Dokumentasi Pribadi, 2011)
Kesimpulan :
Formulasi krim biskuit yang dipilih yaitu : 10 g butter, 10 g margarin, 75 g gula tepung, dan 5 ml susu cair karena menghasilkan karakteristik krim dengan warna, rasa, aroma, dan tekstur yang baik.
3. Pembuatan Krim Biskuit Sandwich Tujuan :
Untuk mengetahui karakteristik krim hasil penelitian Rieuwpassa (2005). Alat dan Bahan :
Butter, margarin, gula tepung, susu UHT, mixer, baskom plastik, spatula, cup plastik, plastik clingwrap, neraca analitik, gelas ukur.
Prosedur Pelaksanaan :
a. Menimbang bahan-bahan sesuai dengan formulasi
b. Pencampuran butter dan margarin dengan kecepatan rendah (Speed 1) selama 1 menit c. Pengadukkan dengan kecepatan tinggi (Speed 5) selama 2 menit
d. Penambahan gula tepung yang telah diayak dengan ayakan 120 mesh dan susu skim cair, dengan kecepatan rendah (Speed 1) selama 1 menit
e. Pengadukkan dengan kecepatan tinggi (Speed 5) selama 3 menit Karakteristik Organoleptik Krim :
Karakteristik Hasil Pengamatan Gambar
Warna Aroma Rasa
Tekstur luar (jari) Tekstur dalam (mouthfeel)
putih kekuningan butter sangat kuat sangat manis lembut dan berpasir lembut dan berpasir
Krim Biskuit (Dokumentasi Pribadi, 2011)
Kesimpulan :
Formulasi krim biskuit yang dipilih yaitu : 10 g butter, 10 g margarin, 75 g gula tepung, dan 5 ml susu cair karena menghasilkan karakteristik krim dengan warna, rasa, aroma, dan tekstur yang baik.
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
103
Diagram Proses Pembuatan Krim Biskuit (Rieuwpassa, 2005)
4.Pembuatan Krim Probiotik a. Pembuatan Yogurt Porbiotik
Tujuan :
Untuk mengetahui tahapan pembuatan yogurt probiotik dan karakteristik organoleptik yogurt serta pengaplikasiannya pada produk krim probiotik.
Alat dan Bahan :
Susu segar, 5% susu skim, 5% kultur starter Lb.b:St:Lb.a = 1:1:1, inkubator, termometer, pH meter, bekker glass, alumunium foil, kompor, panci, dan spatula.
Prosedur Pelaksanaan :
a. Menimbang bahan-bahan sesuai dengan formulasi
Bahan Jumlah
Susu Murni Plain 500 ml
Susu skim 25 g
b. Pasteurisasi susu murni pada suhu 85OC selama 15 menit c. Pendinginan sampai susu mencapai suhu 40OC
d. Penginokulasian starter yoghurt sebanyak 5 % v/v (25 ml) e. Pengadukkan hingga starter tercampur merata
f. Penginkubasian pada suhu 42oC selama 6 jam
10 g Butter + 10 g Margarin
Pengadukan dengan horizontal mixer kecepatan rendah 1 menit
Krim biskuit 75 g gula tepung
+
5 ml susu cair Pengadukan dengan kecepatan tinggi 2 menit
Diaduk dengan kecepatan rendah 1 menit
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
500 ml Susu segar
Pasteurisasi T : 80-85ºC ; t : 15 menit
Pendinginan susu hingga 40-45ºC
Inokulasi
Inkubasi T : 37ºC ; t : 3-4 jam
Yogurt Probiotik Hasil Pengamatan :
Karakteristik Hasil Pengamatan Warna Aroma Rasa Tekstur Konsistensi pH Putih susu Asam khas yogurt
Asam Lembut
Kental 4,3
Kesimpulan :
Karakteristik fisik dan kimia (pH) yogurt yang dibuat menghasilkan yogurt dengan konsistensi kental sehingga teksturnya lembut dalam mulut, memiliki pH yang sudah mencapai standar yogurt yaitu antara 3,8 – 4,5.
b. Proses Pembuatan Krim Probiotik Tujuan :
Untuk mengetahui tahapan pembuatan krim probiotik. Alat dan Bahan :
Butter, margarin, gula tepung, susu UHT, yogurt probiotik, kultur kering
‘yogourmet’, mixer, baskom plastik, spatula, cup plastik, plastik clingwrap dan
plastik PP Perlakuan :
10 g butter + 10 g margarin + 75 g gula tepung + 5 ml susu UHT + 0,14 g
kultur kering ‘yogourmet’
10 g butter + 10 g margarin + 75 g gula tepung + 5 ml yogurt probiotik 5% Kultur Starter
Diagram Proses Pembuatan Yogurt Probiotik (Modifikasi Hadiwiyoto, 1983)
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
105
Prosedur Pelaksanaan :
a. Menimbang bahan-bahan sesuai dengan formulasi
b. Pencampuran butter dan margarin dengan kecepatan rendah (Speed 1) selama 1 menit c. Pengadukkan dengan kecepatan tinggi (Speed 5) selama 2 menit
d. Penambahan gula tepung yang telah diayak dengan ayakan 120 mesh dan kultur yogurt kering atau yogurt probiotik dengan kecepatan rendah (Speed 1) selama 1 menit
e. Penambahan Pengadukkan dengan kecepatan tinggi (Speed 5) selama 3 menit Karakteristik Organoleptik Krim :
a.Krim + Yogurt probiotik Warna : putih kekuningan
(+++)
Aroma : butter (+++) Rasa : Manis (++)
Tekstur luar (jari) : berpasir (+) Tekstur dalam (mouthfeel) :
lembut ++
b. Krim + kultur kering ‘yogourmet’ Warna : putih kekuningan
(++)
Aroma : butter (+) Rasa : Manis (+)
Tekstur luar (jari) : berpasir (++)
Tekstur dalam (mouthfeel) : lembut ++
Krim Probiotik dengan Yogurt (Dokumentasi pribadi, 2011)
Krim Probiotik dengan Kultur Kering (Dokumentasi pribadi, 2011)
Kesimpulan :
Dipilih krim dengan penambahan yogurt probiotik menghasilkan karakteristik krim yang lebih baik dari pada krim dengan kultur kering dalam hal warna, aroma, dan tekstur.
105
Prosedur Pelaksanaan :
a. Menimbang bahan-bahan sesuai dengan formulasi
b. Pencampuran butter dan margarin dengan kecepatan rendah (Speed 1) selama 1 menit c. Pengadukkan dengan kecepatan tinggi (Speed 5) selama 2 menit
d. Penambahan gula tepung yang telah diayak dengan ayakan 120 mesh dan kultur yogurt kering atau yogurt probiotik dengan kecepatan rendah (Speed 1) selama 1 menit
e. Penambahan Pengadukkan dengan kecepatan tinggi (Speed 5) selama 3 menit Karakteristik Organoleptik Krim :
a.Krim + Yogurt probiotik Warna : putih kekuningan
(+++)
Aroma : butter (+++) Rasa : Manis (++)
Tekstur luar (jari) : berpasir (+) Tekstur dalam (mouthfeel) :
lembut ++
b. Krim + kultur kering ‘yogourmet’ Warna : putih kekuningan
(++)
Aroma : butter (+) Rasa : Manis (+)
Tekstur luar (jari) : berpasir (++)
Tekstur dalam (mouthfeel) : lembut ++
Krim Probiotik dengan Yogurt (Dokumentasi pribadi, 2011)
Krim Probiotik dengan Kultur Kering (Dokumentasi pribadi, 2011)
Kesimpulan :
Dipilih krim dengan penambahan yogurt probiotik menghasilkan karakteristik krim yang lebih baik dari pada krim dengan kultur kering dalam hal warna, aroma, dan tekstur.
105
Prosedur Pelaksanaan :
a. Menimbang bahan-bahan sesuai dengan formulasi
b. Pencampuran butter dan margarin dengan kecepatan rendah (Speed 1) selama 1 menit c. Pengadukkan dengan kecepatan tinggi (Speed 5) selama 2 menit
d. Penambahan gula tepung yang telah diayak dengan ayakan 120 mesh dan kultur yogurt kering atau yogurt probiotik dengan kecepatan rendah (Speed 1) selama 1 menit
e. Penambahan Pengadukkan dengan kecepatan tinggi (Speed 5) selama 3 menit Karakteristik Organoleptik Krim :
a.Krim + Yogurt probiotik Warna : putih kekuningan
(+++)
Aroma : butter (+++) Rasa : Manis (++)
Tekstur luar (jari) : berpasir (+) Tekstur dalam (mouthfeel) :
lembut ++
b. Krim + kultur kering ‘yogourmet’ Warna : putih kekuningan
(++)
Aroma : butter (+) Rasa : Manis (+)
Tekstur luar (jari) : berpasir (++)
Tekstur dalam (mouthfeel) : lembut ++
Krim Probiotik dengan Yogurt (Dokumentasi pribadi, 2011)
Krim Probiotik dengan Kultur Kering (Dokumentasi pribadi, 2011)
Kesimpulan :
Dipilih krim dengan penambahan yogurt probiotik menghasilkan karakteristik krim yang lebih baik dari pada krim dengan kultur kering dalam hal warna, aroma, dan tekstur.
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
5. Pengujian Viabilitas Probiotik
Tujuan :
Untuk mengetahui tahapan pengujian viabilitas probiotik dan mengetahui jumlah bakteri asam laktat pada krim probiotik.
Alat dan Bahan :
Sampel krim probiotik, media MRS agar, larutan pengencer NaCl fis 0,85%, tabung reaksi, rak tabung reaksi, cawan petri, mikropipet, waterbath, oven, autoclave, Bunsen, inkubator.
Prosedur Pelaksanan :
Sampel sebanyak 1 ml diencerkan dengan 9 ml larutan NaCl fisiologis 0,85% (pengenceran dilakukan sesuai dengan kebutuhan).
Mengambil 1 ml sampel yang telah diencerkan dan dimasukkan ke dalam cawan petri.
Menambahkan media agar MRS yang telah didinginkan (47 – 500C) sebanyak 15 – 20 ml dan digoyangkan supaya contoh menyebar rata. Setelah agar beku, cawan dibungkus dan diinkubasi dalam keadaan
terbalik pada suhu + 400C selama 48 jam. Menghitung jumlah koloni yang tumbuh.
Koloni per ml = jumlah koloni per cawan × faktor pengenceran1 Proses Pembuatan Krim Probiotik
(Modifikasi Rieuwpassa, 2005) 75 g gula tepung + 5 ml yogurt probiotik/0,14 g kultur kering 10 g Butter + 10 g Margarin
Pengadukan dengan horizontal mixer kecepatan rendah 1 menit
Pengadukan dengan kecepatan tinggi 2 menit
Pengadukan dengan kecepatan rendah 1 menit
Pengadukan dengan kecepatan tinggi 3 menit
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
107
Hasil Pengujian Viabilitas Probiotik (TPC) : Hasil
Perhitungan jumlah bakteri probiotik
a. Krim + Yogurt Probiotik 1, 2 x 108koloni/g
b. Krim + Kultur Kering ‘yogourmet
1,2 x 106koloni/g
Kesimpulan :
Dipilih krim dengan penambahan yogurt probiotik karena hasil pengujian viabilitas probiotik menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari pada krim dengan penambahan kultur kering.
7. Perhitungan Neraca Massa Penambahan Bubuk Konsentrat Protein Whey (WPC 80)
1 g sampel krim
Pelarutan dengan 9 ml NaCl fis 0,85% (pengenceran 10-1) Pelarutan 1 ml sampel dari Pengenceran 10-1dengan 9 ml NaCl fis
0,85% (Pengenceran 10-2)
Pengulangan Prosedur hingga pengenceran 10-6
Penuangan 1 ml sampel dari 2 pengenceran terakhir ke cawan petri steril dan ditambahkan media MRS agar 15-20 ml
Homogenisasi
Pembekuan sampel pada media agar Inkubasi T : 37ºC ; t : 48 jam
Perhitungan jumlah koloni
Diagram Proses Pengujian Viabilitas Probiotik (Fardiaz, 1989)
MIXING
Tepung komposit (bonggol pisang dan ubi jalar)
+ WPC Wtepung komposit (S1) = 100 g Fraksi Protein (FP1) : 2,85% (kadar protein tepung ubi jalar)
S2 = ? Fraksi Protein WPC (FP2) = 77% Wtepung komposit+WPC (S3) Fraksi Protein (FP3) : 10,5% (menurut Manley, 1998, kadar
protein terigu tipe medium 8,5-10,5%)
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
Kesetimbangan massa keseluruhan :
100 + S2 = S3 (Persamaan 1) S2 = S3 − 100 (Persamaan 2)
Kesetimbangan massa kadar protein :
(0, 0285 × 100) + (0,77 x S2) = (0,105 × S3) (Persamaan 3)
Persamaan 2 disubstitusikan ke persamaan 3 :
(0,0285 × 100) + 0,77 × (S3 − 100) = (0,105 × S3) 2,85 + 0,77S3 − 77 = 0,105S3
0,77S3 − 0,105S3 = 77 − 0,0285 0,665S3 = 76,9715
S3 = 115,7466 gram (Persamaan 4)
Persamaan 4 disubstitusikan ke persamaan 2 :
S2 = 115,7466 − 100 S2 = 15,7466 ~ 16 gram
Maka dapat disimpulkan, untuk menghasilkan biskuit bonggol pisang dengan kandungan protein minimal 9% perlu dilakukan penambahan konsentrat whey protein sebanyak 16 gram (16%) pada formulasi.
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
109
Lampiran 2. Prosedur Analisis Pengamatan Utama dan Penunjang
A. Analisis Kimia
1. Pengukuran Kadar Air dengan Metode Thermogravimetri (AOAC, 1990)
Mula-mula cawan kosong dikeringkan dengan oven pada suhu 105ºC selama 1 jam dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.
Menimbang 100 g bahan kemudian dihaluskan menggunakan mortar.
Mengambil 2,5 g bahan kemudian dimasukkan dalam cawan yang telah ditimbang selanjutnya dikeringkan dalam oven bersuhu 100-105ºC selama 3-5 jam.
Cawan yang telah berisi contoh tersebut dipindahkan dalam desikator, didinginkan dan ditimbang.
Pengeringan dilakukan kembali sampai diperoleh berat yang konstan.
Kadar air dihitung berdasarkan kehilangan berat air yaitu selisih berat awal dengan berat akhir.
Kadar air = (berat awal contoh – berat akhir contoh)berat awal contoh × 100% 2. Pengukuran Kadar Air Metode Destilasi Toluene (AOAC, 1990)
Menimbang 50 g bahan padat yang telah dipotong-potong kecil atau berupa bubuk secukupnya yang lebih kurang mengandung air 2 ml – 5 ml air.
Masukkan bahan ke dalam labu destilasi.
Menambahkan 75 ml – 100 ml toluene atau xylene dan pasang labu destilasi pada alat distilasi khusus dengan penampung air yang menguap.
Mengatur pemanasan distilasi sampai kira-kira 4 tetes toluene jatuh dari kondensor setiap detik.
Melanjutkan destilasi sampai semua air menguap dan air dalam tempat penampung tidak bertambah lagi (lebih kurang 1 jam).
Membaca volume air dan hitung % air dari berat contoh.
3. Pengukuran Kadar Abu Cara Kering (AOAC, 1990)
Cawan pengabuan yang sudah disiapkan, dikeringkan di dalam tanur selama 15 menit dan didinginkan dalam desikator lalu ditimbang.
Sebanyak 3 g contoh dimasukkan dalam cawan tersebut dan dibiarkan dalam tanur pengabuan pada suhu 550ºC sampai terbentuk abu yang berwarna abu-abu atau putih dan beratnya konstan.
Setelah itu didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Perhitungan kadar abu adalah sebagai berikut :
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
4. Pengukuran Kadar Protein Metode Kjeldahl (AOAC, 1990)
Sampel sebanyak 0,5 g dimasukkan ke dalam labu kjeldahl. Ditimbang 10 ml H2SO4pekat dan satu sendok kecil selenium.
Selanjutnya, labu dipanaskan dalam ruang asam sampai berhenti berasap, pemanasan dilanjutkan dengan api besar sampai cairan mendidih dan menjadi larutan hijau jernih.
Setelah dingin, kemudian ditambahkan ± 25 ml aquades ke dalam labu ukur 100 ml lalu dibilas dengan aquades sampai tanda batas.
Memipet 10 ml larutan dimasukkan ke dalam alat destilasi.
Kemudian ditambahkan 20 ml NaOH 30% lalu didestilasi dengan alat destilasi. Destilat ditampung dalam erlenmeyer yang telah berisi 24 ml H3BO33% dan 2-3
tetes indikator campuran bromkresol hijau dan metal merah.
Destilat yang diperoleh kemudian dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai warna violet, hal yang sama dilakukan pada blanko.
Kadar protein dihitung dengan rumus sebagai berikut :
%N = (ml NaOH contoh – ml NaOH blanko) × 14,008 × 100%(gram contoh × 100) Kadar Protein = %N × 6,25
5. Kadar Lemak Metode Soxhlet (AOAC, 1990)
Labu lemak yang digunakan dikeringkan dalam oven, didinginkan dalam desikator, dan ditimbang.
Sampel dihaluskan dengan menggunakan mortar lalu ditimbang sebanyak 5 g, kemudian dibungkus dengan kertas saring.
Kertas saring berisi sampel tersebut diletakkan dalam alat ekstraksi soxhlet, kemudian dipasang alat kondensor di atasnya dan labu lemak di bawahnya.
Pelarut heksana dituang secukupnya ke dalam labu lemak sesuai dnegan ukuran soxhlet yang digunakan.
Reflux dilakukan selama minimal 5 jam sampai pelarut yang turun kembali ke labu lemak berwarna jernih.
Selanjutnya labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105ºC.
Setelah dikeringkan sampai berat tetap dan didinginkan dalam desikator, labu lemak beserta lemak ditimbang. Perhitungan kadar lemak adalah sebagai berikut :
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
111
6. Kadar Karbohidrat (by difference)
ℎ (%) = 100% − ( + + + ) Keterangan : P = kadar protein (%) KA = kadar air (%) A = kadar abu (%) L = kadar lemak (%) B. Analisis Fisik
1. Prosedur Pengujian Konsistensi dengan Rapid Visco Analyzer (Weaver dan Daniel, 2003)
Memasang spindle pada viskometer. Pada sampel krim yang digunakan spindle L-4.
Menyalakan monitor dengan menekan tombol on pada alat viskometer. Melakukan pengaturan pada alat untuk jenis spindle dan kecepatan yang
digunakan. Spindle yang digunakan untuk sampel krim adalah L4 dan kecepatan 10 rpm.
Spindle dan termometer yang digunakan dicelupkan dalam gelas kaca yang telah diisi sampel krim.
Menekan tombol enter jika semua spindle dan kecepatan telah diatur, dan menekan tombol start. Viskositas sampel krim akan terbaca pada layar monitor setelah rotor menyala.
Membaca hasil yang ditunjukkan pada layar monitor pada viskometer. Viskositas pada layar dalam satuan mPas. mPa.s = cp.s
2. Pengukuran Densitas Kamba (Kenkel, J., 2002)
Menimbang sampel sebanyak 10 g.
Memasukkan sampel ke dalam gelas ukur 50 ml dan membaca volumenya. Menghitung densitas kamba sebagai perbandingan antara berat bahan
dengan volume yang dibaca pada gelas ukur dengan satuan per ml.
Densitas kamba = volume bahan (ml)berat bahan (g)
3. Pengujian Stabilitas Emulsi
Memasukkan 5 g sampel ke dalam gelas ukur 10 ml.
Memasukkan sampel tersebut ke dalam oven bersuhu 45ºC selama 2 jam. Selanjutnya memasukkan sampel tersebut ke dalam refrigerator dan
membiarkannya selama 2 jam. Proses ini terus dilakukan sampai tiga kali keluar masuk oven dan refrigerator.
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
Kemudian menyimpan sampel dalam oven bersuhu 45ºC selama satu minggu kemudian diamati ada tidaknya pemisahan minyak pada krim.
4. Pengujian Penampakan Permukaan Krim
Sampel yang akan dianalisis diambil dari refrigator.
Kemudian didiamkan sekitar satu jam pada suhu ruang (27ºC).
Kemasan krim dibuka, lalu analisis dilakukan dengan cara melihat penampakan permukaan krim secara visual. Analisis yang dilakukan adalah melihat ada tidaknya pemisahan minyak atau fat bloom pada permukaan krim. Sampel diamati secara duplo dengan waktu pengamatan setiap hari selama satu minggu.
5. Pengujian Pengerasan Krim
Sampel yang akan dianalisis diambil dari refrigator.
Kemudian didiamkan sekitar satu jam pada suhu ruang (27ºC). Analisis kekerasan krim dilakukan setelah pengamatan penampakan permukaan krim selesai.
Analisis kekerasan krim dilakukan secara subjektif dengan cara mencolek krim pengisi coklat yang telah disimpan menggunakan biskuit. Sampel diamati secara duplo dengan waktu pengamatan setiap hari selama satu minggu.
C. Analisis Mikrobiologi
Perhitungan Total Mikroba Metode Total Plate Count (TPC) (Fardiaz, 1989)
Sampel sebanyak 1 ml diencerkan dengan 9 ml larutan NaCl fisiologis 0,85% (pengenceran dilakukan sesuai dengan kebutuhan).
Mengambil 1 ml sampel yang telah diencerkan dan dimasukkan ke dalam cawan petri.
Menambahkan media agar MRS yang telah didinginkan (47 – 500C) sebanyak 15 – 20 ml dan digoyangkan supaya contoh menyebar rata.
Setelah agar beku, cawan dibungkus dan diinkubasi dalam keadaan terbalik pada suhu + 400C selama 48 jam.
Menghitung jumlah koloni yang tumbuh.
Koloni per ml = jumlah koloni per cawan × faktor pengenceran1 D. Analisis Sel Darah Puith
1. Perhitungan jumlah leukosit (Gandasoebrata, 2007 dikutip Nadiah, 2011)
Menghisap darah kedalam pipet leukosit sampai pada garis tanda 0,5 tepat. Menghapus kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
113
Masukkan ujung pipet kedalam larutan TURK sambil mempertahankan darah tetap pada garis tadi, kemudian menghisap larutan TURK perlahan-lahan sampai garis tanda 11 tepat.
Mengangkat pipet dari cairan, kemudiau tutup ujung pipet dengan ujung jari, dan kocok pipet tadi selama 15-30 detik.
Membuang semua cairan yang ada pada batang kapiler pipet (3 – 4 tetes) dan kemudian sentuhkan ujung pipet (sudut 30 derajat) dengan menyinggung pinggir kaca penutup pada kamar hitung (hemositometer). Membiarkan kamar hitung yang sudah terisi tersebut selama 2-3 menit
agar leukkosit-leukosit mengendap.
Mengamati jumlah leukosit pada kamar hitung dengan menggunakan mikroskop. Hitung semua leukosit yang terdapat dalam keempat bidang besar pada sudut-sudut seluruh permukaan yang dibagi. Mulai menghitung dari sudut kiri atas, kemudian ke kanan, lalu turun ke bawah dan dari kanan ke kiri dan seterusnya.
Perhitungan = Jumlah sel yang terhitung × 50
2. Prosedur Perhitungan Deferensiasi Leukosit (Wattiheluw, 2007 dikutip Nadia, 2011)
Mengambil objek glass yang bersih, kemudian meletakan satu tetes darah disisi kanan.
Membuat sediaan apus, dengan menggeser darah yang telah diteteskan kearah sebelah kiri dengan sudut 45 derajat dengan menggunakan objek glass yang lain. Kemudian keringkan. Preparat yang baik adalah tipis, rata, tidak terputus-putus, ekor tidak boleh robek.
Menggenangi Peparat yang sudah kering dengan methanol 90%, selama 10 menit. Kemudian difiksasi.
Menggenangi preparat yang telah difixasi dengan menggunakan larutan giemsa selama 15 menit.
Mencuci preparat yang telah direndam larutan giemsa dengan air yang mengalir. Mengeringkan preparat dengan cara diangin-anginkan di udara.
Mengamati preparat dengan menggunakan mikroskop, hitung leukosit yang terlihat hingga jumlahnya mencapai 100.
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
E. Perhitungan Angka Kecukupan Gizi (Hardinsyah dan Dodik, B., 1994)
Protein KGij= Bj x Gijx BDDj 100 100 Lemak KGij= Bj x Gijx BDDj 100 100 Karbohidrat KGij= Bj x Gijx BDDj 100 100 Keterangan :
KGij : Kandungan zat gizi i (protein/lemak/karbohidrat) dari bahan makanan j
dengan berat B gram
Bj : Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (gram)
Gij : Kandungan zat gizi i dalam 100 gram BDD (Bahan yang dapat dimakan)
bahan makanan j
BDDj : Persen bahan makanan j yang dapat dimakan (%BDD)
Kalori
Protein
100 gram Biskuit
KGenergi protein= KGproteinx 4 kkal
Lemak
KGenergi lemak= KGlemakx 9 kkal
Karbohidrat
KGenergi karbohidrat= KGkarbohidratx 4 kkal
Kalori Biskuit Sandwich per 100 g :
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
115
Lampiran 3. Perbandingan Nilai Kenampakan Permukaan Krim Biskuit
Sandwich Probiotik Selama Penyimpanan 7 Hari Pada
Penyimpanan Suhu Ruang Lama Penyimpanan (Hari) M1 M2 M3 M4 1 5 5 5 5 2 5 4 4 5 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 5 4 3 3 4 6 3 2 2 3 7 3 2 2 2
Keterangan Nilai Kenampakan Permukaan Krim :
1 = Permukaan krim mengkilap namun terjadi pemisahan minyak (++++) 2 = Permukaan krim mengkilap namun terjadi pemisahan minyak (+++) 3 = Permukaan krim mengkilap namun terjadi pemisahan minyak (++) 4 = Permukaan krim mengkilap namun terjadi pemisahan minyak (+) 5 = Permukaan krim mengkilap dan emulsi stabil
M1 : Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik komersial (Kontrol Positif) M2 : Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik dengan konsentrasi starter 3% M3 : Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik dengan konsentrasi starter 4% M4 : Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik dengan konsentrasi starter 5%
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
Lampiran 4. Perbandingan Nilai Pengerasan Krim (Kemudahan Dicolek) Pada Penyimpanan Suhu Ruang
Lama Penyimpanan (Hari) M1 M2 M3 M4 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 5 2 2 2 2 6 1 2 2 2 7 1 2 2 2
Keterangan Nilai Pengerasan Krim :
1 = Mulai mengeras namun masih dapat dicolek 2 = Sifat kemudahan dicolek berkurang
3 = Mudah dicolek
M1 : Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik komersial (Kontrol Positif) M2 : Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik dengan konsentrasi starter 3% M3 : Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik dengan konsentrasi starter 4% M4 : Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik dengan konsentrasi starter 5%
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
117
Lampiran 5. Data Hasil Analisis Fisik Krim 1. Densitas Kamba Krim
Tabel Data Densitas Kamba Krim (g/ml)
Perlakuan 1Ulangan2 Total Rata-Rata
M1 2,0289 1,6703 3,6992 1,8496
M2 1,6899 1,6764 3,3663 1,6832
M3 1,6068 1,7264 3,3332 1,6666
M4 1,5758 1,4801 3,0559 1,5279
2. Viskositas Krim
Tabe Data Viskositas Krim (mPa.s) Perlakuan Pembacaan Nilai Total Rata-Rata 1 2 3 M1 54.520 57.140 58.080 169.740 56.580 M2 23.010 24.960 25.210 73.180 24.393 M3 34.650 39.780 40.470 114.900 38.300 M4 40.380 43.080 44.390 127.850 42.616
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
Lampiran 6. Data Hasil Pengujian Total Bakteri Asam Laktat Biskuit
Sandwich Berisi Krim Probiotik
Perlakuan Ulangan Pengenceran Nilai SPC
(CFU/g) Rata-Rata (CFU/g) 10-5 10-6 10-7 M1 1 583 376 167 1,7 x 10 9 1,5 x 109 2 467 329 128 1,3 x 109 M2 1 596 474 184 1,8 x 10 9 2,2 x 109 2 604 469 264 2,6 x 109 M3 1 546 293 145 2,9 x 10 8 8,4 x 108 2 561 308 137 1,4 x 109 M4 1 438 115 143 1,1 x 10 8 8,0 x 108 2 459 318 152 1,5 x 109
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
119
Lampiran 7. Data Hasil Pengujian Total Bakteri Asam Laktat Feses Hewan Percobaan Perlakuan Ulangan ∑X Rata-Rata (CFU/g) 1 2 3 4 M0 1,6 x 108 1,1 x 109 2,0 x 108 1,2 x 108 1,6 x 109 3,9 x 108 M1 6,0 x 108 1,0 x 108 2,2 x 109 1,4 x 109 4,3x 109 1,1 x 109 M2 1,3 x 109 2,9 x 108 8,3 x 109 2,8 x 109 1,3 x 1010 3,2 x 109 M3 1,3 x 109 2,8 x 108 7,6 x 108 1,7 x 109 4,0 x 109 1,0 x 109 M4 1,3 x 109 1,7 x 108 8,3 x 108 9,7 x 108 2,3 x 109 5,8 x 108 Perlakuan Ulangan Pengenceran Nilai SPC (CFU/g) 10-6 10-7 10-8 M0-1 1 384 12 2 1,6 x 10 8 2 376 168 5 1,1 x 109 M0-2 1 206 113 24 2,0 x 10 8 2 121 82 19 1,2 x 108 M1-1 1 380 6 5 6,0 x 10 8 2 382 11 1 1,0 x 108 M1-2 1 415 215 51 2,2 x 10 9 2 374 137 48 1,4 x 109 M2-1 1 471 131 110 1,3 x 10 9 2 292 210 138 2,9 x 108 M2-2 1 536 314 83 8,3 x 10 9 2 485 276 139 2,8 x 109 M3-1 1 568 134 105 1,3 x 10 9 2 284 120 6 2,8 x 108 M3-2 1 337 76 26 7,6 x 10 8 2 446 172 41 1,7 x 109 M4-1 1 334 221 4 1,3 x 10 9 2 170 118 5 1,7 x 108 M4-2 1 276 56 11 8,3 x 10 8 2 306 97 34 9,7 x 108
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
Lampiran 8. Data Hasil Analisis Darah Hewan Percobaan
1. Jumlah Leukosit dan Diferensiasi Leukosit Hewan Percobaan
Perlakuan
Jumlah Leukosit dan Diferensiasi Leukosit
Leukosit (sel/µL) Eusinofil (%) Basofil (%) Neutrofil Batang (%) Neutrofil Segmen (%) Limfosit (%) Monosit (%) M0-1 9.060 0 0 0 40 56 4 M0-2 11.890 2 0 0 29 64 5 M1-1 11.640 1 0 0 20 68 6 M1-2 12.770 1 0 0 21 70 8 M2-1 14.500 1 0 0 19 76 4 M2-2 13.450 1 0 0 20 76 3 M3-1 10.920 1 0 0 17 78 4 M3-2 18.790 1 0 0 35 60 4 M4-1 14.540 1 0 0 25 60 8 M4-2 15.390 1 0 0 27 63 9
2. Data Hasil Rata-Rata Jumlah Leukosit dan Diferensiasi Leukosit
Perlakuan
Jumlah Leukosit dan Diferensiasi Leukosit
Leukosit (sel/µL) Eusinofil (%) Basofil (%) Neutrofil Batang (%) Neutrofil Segmen (%) Limfosit (%) Monosit (%) M0 10.475 1 0 0 35 69 5 M1 12.205 1 0 0 21 60 7 M2 13.975 1 0 0 20 76 4 M3 14.885 1 0 0 26 69 4 M4 14.965 1 0 0 26 62 9
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
121
Lampiran 9. Persentase Hasil Perhitungan Komponen Kimia per Keping Biskuit Sandwich Probiotik
1. Tabel Jumlah Kandungan Komponen Kimia dalam Biskuit Komposit, Krim Probiotik dan Biskuit Sandwich
Komponen Kimia Biskuit (12 g) a Krim (3,6 g)b Biskuit Sandwich Karbohidrat (g) 7,189 2,730 9,919 Protein (g) 1,363 0,041 1,404 Lemak (g) 2,844 0,536 3,380 Kadar Air (g) 0,268 0,233 0,500 Kadar Abu (g) 0,336 0,060 0,396 Keterangan : a : 1 keping biskuit = 6 g
1 keping biskuit sandwich memerlukan 2 keping biskuit = 12 g
b : berat krim untuk mengisi biskuit sandwich adalah 30% dari berat 2 keping biskuit
Teladan Perhitungan : KK = 100 × 11,36 ×12 100100 = 1,363 g KK = 100 × 23,70 ×12 100100 = 2,844 g KK = 100 × 59,91 ×12 100100 = 7,189 g KK = 100 × 2,23 ×12 100100 = 0,268 g KK = 100 × 2,80 ×12 100100 = 0,336 g KK = 100 × 1,15 ×3,6 100100 = 0,041 g KK = 100 × 14,88 ×3,6 100100 = 0,536 g KK = 100 × 75,84 ×3,6 100100 = 2,730 g KK = 100 × 6,46 ×3,6 100100 = 0,233 g KK = 100 × 1,67 ×3,6 100100 = 0,060 g KK = 1,363 + 0,041 = 1,405 g KK = 2,844 + 0,536 = 3,379 g KK = 7,189 + 2,730 = 9,919 g KK = 0,268 + 0,232 = 0,500 g KK = 0,336 + 0,060 = 0,396 g
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
2. Tabel Persentase Komponen Kimia per Total Keping Biskuit Sandwich Probiotik
Komponen Kimia Biskuit Krim Biskuit Sandwich
Karbohidrat (%) 59,91 75,84 63,59
Protein (%) 11,36 1,15 9,00
Lemak (%) 23,70 14,88 21,66
Kadar Air (%) 2,23 6,46 3,21
Abu (%) 2,80 1,67 2,54
*Persentase komponen kimia (nilai gizi) per total berat 1 keping biskuit sandwich (15,6 g)
Teladan Perhitungan : % Karbohidrat = KK 15,6 × 100% = 9,91915,6 × 100% = 63,59% % Protein = KK 15,6 × 100% = 1,40515,6 × 100% = 9,00% % Lemak = KK 15,6 × 100% = 3,37915,6 × 100% = 21,66% % Air = KK 15,6 × 100% = 0,50015,6 × 100% = 3,21% % Abu = KK 15,6 × 100% = 0,39615,6 × 100% = 2,54%
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
123
Lampiran 10. Perhitungan AKG Protein, Lemak, Karbohidrat dan Kalori per Keping Biskuit Sandwich Probiotik (Hardinsyah dan Dodik, B., 1994)
3. Tabel Perhitungan AKG per Keping Biskuit Sandwich Probiotik
Data Biskuit (12 g)a Krim (3,6 g)b Protein (%) 11,36% 1,15% Lemak (%) 23,70% 14,88% Karbohidrat (%) 59,91% 75,84% KGProtein(g) 1,363 0,041 KGLemak(g) 2,844 0,536 KGKarbohidrat(g) 7,1892 2,730
KaloriProtein(kkal) 5,453 0,166
KaloriLemak(kkal) 25,596 4,821
KaloriKarbohidrat(kkal) 28,757 10,921
Total Kalori 59,806 kkal 15,907 kkal
AKG Biskuit Sandwich
Probiotik 75,713 kkal
Keterangan :
a : berat 2 keping biskuit (1 kepinh biskuit = 6 g) b : 30% dari berat 2 keping biskuit
4. Tabel Persentase Pemenuhan Angka Kecukupa Gizi Biskuit Sandwich Probiotik
Zat gizi Kebutuhan harian* % AKG
1 keping (15,6 g) 6 keping (100 g) Energi (kkal) 2000 3,78% 22,71% Protein (g) 60 2,34% 14,04% Lemak (g) 62 5,45% 32,71% Karbohidrat (g) 300 3,31% 19,84% Rata-rata 3,72% 22,32%
* BPOM (2007) dikutip Herlina (2008)
Teladan Perhitungan : KG = 12 100 × 11,36 × 100 100 = 1,363 g KG = 100 × 23,70 ×12 100100 = 2,844 g KG = 100 × 59,91 ×12 100100 = 7,189 g
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
KG = 100 × 1,15 ×3,6 100100 = 0,041 g KG = 3,6 100 × 14,88 × 100 100 = 0,536 g KG = 3,6 100 × 75,84 × 100 100 = 2,730 g
Perhitungan Nilai Kalori :
Kalori = 1,363 g × 4 kkal = 5,453 kkal
Kalori = 2,844 g × 9 kkal = 25,596 kkal
Kalori = 7,189 g × 4 kkal = 28,757 kkal
Kalori = 0,041 g × 4 kkal = 0,166 kkal
Kalori = 0,536 g × 9 kkal = 4,821 kkal
Kalori = 2,730 g × 4 kkal = 10,921 kkal
Total Nilai Energi Biskuit Sandwich probiotik per 100 g :
= +
+ ) + (
+ +
= 59, 806 kkal + 15,907 kkal = 75, 713 kkal
Perhitungan Persentase Angka Kecukupan Gizi per Keping Biskuit Sandwich :
% AKG = % AKG = , × 100% = 3,78 % % AKG = KG + KG KG × 100% =1,363 g + 0,041 g60 g × 100% = 2,34 % % AKG = KG KG + KG × 100% =2,844 g + 0,536 g62 g × 100% = 5,54 % % AKG = KG KG + KG × 100% =7,189 g + 2,730g300 g × 100% = 3,31 %
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
125
Lampiran 11. Pelaksanaan Pengujian In Vivo
Masa Adaptasi
Masa Perlakuan
Pembiusan
Pembedahan
125
Lampiran 11. Pelaksanaan Pengujian In Vivo
Masa Adaptasi
Masa Perlakuan
Pembiusan
Pembedahan
125
Lampiran 11. Pelaksanaan Pengujian In Vivo
Masa Adaptasi
Masa Perlakuan
Pembiusan
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
Pengambilan sampel darah
Pengambilan Sampel Usus
Pengujian TPC Feses Pengambilan sampel darah
Pengambilan Sampel Usus
Pengujian TPC Feses Pengambilan sampel darah
Pengambilan Sampel Usus
[2] [3] [1]
HAK CIPT
A DILINDUNGI UND
ANG
-UND
ANG
Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
T
idak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
127
Lampiran 12. Foto Produk Biskuit Sandwich Probiotik
Keterangan :
M1 : Biskuit Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik komersial
M2 : Biskuit Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik dengan konsentrasi starter 3% M3 : Biskuit Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik dengan konsentrasi starter 4% M4 : Biskuit Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik dengan konsentrasi starter 5%
M1 M2
M3 M4
127
Lampiran 12. Foto Produk Biskuit Sandwich Probiotik
Keterangan :
M1 : Biskuit Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik komersial
M2 : Biskuit Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik dengan konsentrasi starter 3% M3 : Biskuit Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik dengan konsentrasi starter 4% M4 : Biskuit Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik dengan konsentrasi starter 5%
M1 M2
M3 M4
127
Lampiran 12. Foto Produk Biskuit Sandwich Probiotik
Keterangan :
M1 : Biskuit Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik komersial
M2 : Biskuit Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik dengan konsentrasi starter 3% M3 : Biskuit Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik dengan konsentrasi starter 4% M4 : Biskuit Krim probiotik dengan penambahan yogurt probiotik dengan konsentrasi starter 5%
M1 M2