• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINAN FIRM VALUE : FINANCIAL PERFORMANCE SEBAGAI VARIABEL MODERATING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DETERMINAN FIRM VALUE : FINANCIAL PERFORMANCE SEBAGAI VARIABEL MODERATING"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

179

Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi, dan Keuangan Publik

Vol 16 No. 2 Juli 2021 : 179 - 202 ISSN : 2685-6441 (Online) Doi : http://dx.doi.org/10.25105/jipak.v16i2.8605 ISSN : 1907-7769 (Print)

DETERMINAN FIRM VALUE : FINANCIAL PERFORMANCE

SEBAGAI VARIABEL MODERATING

1Barbara Gunawan 2Jihan Mawarni

1,2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

barbaragunawan@yahoo.co.id

Abstract

This study aims to test the influence of Corporate Social Responsibility and Good Corporate Governance on Firm Value with Financial Performance as a Moderating Variable. The object of this research is a manufacturing company of consumer goods sector listed on the Indonesia Stock Exchange in 2016-2019 which amounts to 26 companies. This research uses sampling technique that is using purposive sampling method. The analysis tool used is Multiple Linear Regression and Moderated Regression Analysis (MRA) using SPSS 21 software. The results of this study showed that Corporate Social Responsibility has no effect on firm value, Corporate Governance which is proxed with institutional ownership negatively affects the firm value, Corporate Governance which is proxied with managerial ownership has a positive effect on the firm value, Corporate Governance which is proxy with the remuneration committee has no effect on the firm value, Financial Performance which is proxies by ROA is not able to strengthen the influence of Corporate social responsibility on firm value.

Keywords : Corporate Social Responsibility; Corporate Governance; Firm Value; Financial Performance.

JEL Classification : G30,G32,M14

(2)

1. PENDAHULUAN

Pada saat ini perkembangan dunia bisnis dan teknologi semakin pesat dan diikuti oleh persaingan yang semakin ketat. Persaingan bisnis yang sangat kompetitif dapat menimbulkan persaingan ketat antar perusahaan demi memenangkan persaingan pasar. Persaingan tersebut dapat berupa persaingan barang maupun modal. Oleh karena itu, perusahaan perlu berpikir kritis, efisien, dan efektif untuk unggul dalam bersaing. Perusahaan berusaha agar terus berkembang serta mempunyai financial performance yang sangat baik dan firm value yang baik, dan terus meningkat seiring berjalannya waktu. Dalam meningkatkan firm value jangka panjang merupakan salah satu tujuan dari sebuah perusahaan. Menurut Brigham & Houston (2006) firm value merupakan hal penting didalam perusahaan, karena tujuan utama perusahaan ialah dapat memaksimalkan kekayaan serta kesejahteraan shareholders dengan memaksimalkan

firm value.

Implementasi Good Corporate Governance merupakan kunci keberhasilan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang dan bisa bersaing dengan baik dalam bisnis global (Windah & Andono, 2013). Penerapan Good Corporate

Governance dengan konsisten akan memperkuat posisi kompetitif perusahaan,

mengelola sumber daya, memaksimalkan firm value, dan mengelola risiko secara lebih efisien serta efektif yang dapat memperkuat kepercayaan stakeholders dan shareholders. Fauzi & Suransi (2016) menyatakan bahwa perusahaan memastikan kepada investor bahwa dana yang telah diinvestasikan untuk kegiatan pembiayaan dan perkembangan perusahaan digunakan dengan tepat serta efisien, memastikan bahwa manajemen memberikan yang maksimal untuk kepentingan perusahaan.

Untuk meningkatkan firm value dapat menggunakan perbaikan financial

performance dengan menciptakan laba yang maksimal. Menurut Sri Rahayu dan Andri

(2010) laba ialah indikator yang bisa mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kepada shareholders dan elemen dalam menciptakan firm value. Jika perusahaan memperoleh laba yang tinggi, maka perusahaan mampu memenuhi kewajibannya kepada shareholders relatif tinggi. Hal tersebut dapat menjadi sinyal untuk investor bahwa perusahaan dalam kondisi yang menguntungkan serta dapat menarik investor untuk membeli sahamnya.

Guna meningkatkan financial performance, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap Undang-Undang dan kode etik yang lazim diterapkan dalam berbisnis, perusahaan wajib menjalankan kegiatan bisnis mereka sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Penerapan Good Corporate

Governance menjadi perhatian penting bagi perusahaan. Hal yang sama terjadi pada

krisis ekonomi 2008, yang juga melanda Amerika Serikat (Miralles Marcelo et al., 2013); (Ledewara & Utami, 2019). Fenomena krisis disebabkan oleh tata kelola yang buruk sehingga mengantarkan suatu negara ke krisis keuangan. Oleh karena itu, diperlukan

(3)

internasional sebagai syarat mutlak bagi perusahaan untuk berkembang dengan baik dan sehat.

Pentingnya Good Corporate Governance dalam perusahaan, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap hukum dan nilai-nilai etika yang berlaku umum. Terkait dengan Good Corporate Governance, Corporate

Social Responsibility ialah salah satu strategi guna meningkatkan firm value dengan

membangun citra yang tepat dari sudut pandang stakeholders. Wardoyo & Veronica (2013) menyatakan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam annual

report perusahaan dapat memperkuat citra perusahaan yang mana menjadi salah satu

pertimbangan yang diperhatikan oleh calon investor serta investor untuk memilih sebuah investasi. Hal ini disebabkan karena anggapan mereka bahwa perusahaan memberikan citra yang baik kepada masyarakat dan perusahaan tidak hanya mengejar keuntungan saja, akan tetapi memperhatikan masyarakat serta lingkungan sekitarnya.

Adanya risiko serta tantangan yang dihadapi oleh industri sektor barang konsumsi yang meningkat dari waktu ke waktu sehingga pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) menjadi sangat penting. Implementasi Good Corporate Governance yang dilakukan dengan konsisten dapat memperkuat posisi kompetitif perusahaan, memaksimalkan firm value, mengelola sumber daya dan risiko secara lebih efektif serta efisien, yang dapat memperkuat kepercayaan shareholders dan stakeholders, sehingga mereka bisa beroperasi serta berkembang secara berkelanjutan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin mengangkat judul “Determinan Firm Value: Financial Performance Sebagai Variabel Moderating”. Peneliti menggunakan Financial Performance sebagai variabel moderating karena dengan adanya financial performance yang baik perusahaan diharapkan memiliki tata kelola yang baik yang mana dapat memberikan sinyal positif bagi investor untuk berinvestasi pada perusahaan. Dimana investasi ini sangat berguna bagi perusahaan untuk mengembangkan perusahaan dan memiliki nilai yang tinggi. Financial performance hadir untuk memperkuat pengaruh pengungkapan Corporate Social Resposibility terhadap firm value. Dimana financial performance dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang bisa mencerminkan kemampuan perusahaan serta tingkat kesehatan perusahaan tersebut dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya (Kiranayanti & Erawati, 2016).

Masalah corporate governance muncul karena terjadinya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Pemisahan ini didasarkan pada agency theory yang dalam hal ini manajer cenderung akan meningkatkan keuntungan pribadinya daripada tujuan perusahaan. Selain memiliki financial performance yang baik perusahaan juga diharapkan memiliki tata kelola yang baik. Diharapkan semakin tinggi Return on

Assets yang mana merupakan rasio profitabilitas yang menggambarkan sejauh mana

kemampuan aset yang dimiliki oleh perusahaan dapat menghasilkan keuntungan (Tandelilin, 2010). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah penambahan variable kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan variabel

(4)

sebagai proksi dari Good Corporate Governance. Perbedaan lainnya terdapat pada sampel dan tahun yang digunakan dalam penelitian, dalam penelitian ini peneliti menggunakan annual report perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi tahun 2016-2019. Perusahaan yang dipilih ialah perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang mana dilatarbelakangi bahwa perusahaan manufaktur memiliki konsekuensi klaim dari masyarakat di lingkungan perusahaan sehingga pertanggungjawaban sosial perusahaan sangat diperlukan.

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh CSR yang diwakili dengan Corporate Social Responsibility Disclosure Index dan Corporate Governance yang diwakili oleh rasio kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komite remunerasi yang mana menggunakan variabel dummy terhadap firm value yang diwaliki dengan nilai Tobin’s Q dengan Financial Performance sebagai variabel moderating yang diwakili dengan Return on Asset.

2. TINJAUAN PUSTAKA Agency Theory

Menurut M. Jensen & Meckling (1986) mengatakan bahwa hubungan keagenan terjadi ketika satu atau lebih orang (principal) mempekerjakan orang lain (agen) guna memberikan layanan serta mendelegasikan wewenang dalam decision making. Teori ini mengasumsikan bahwa setiap manusia memiliki sifat egois yang mana mementingkan diri sendiri. Teori ini juga menyiratkan bahwa terdapat asimetri informasi antara manajer dengan pemilik. Manajer dalam sebuah perusahaan cenderung lebih mengetahui informasi internal sehingga akan ada ruang informasi antara manajer dengan pemilik. Pada dasarnya manajer harus bertanggung jawab untuk mengoptimalkan kepentingan pemilik serta mengesampingkan kepentingan pribadi guna memaksimalkan kepentingan perusahaan. Disisi lain pemegang saham akan fokus pada peningkatan nilai sahamnya.

Terdapat dua kepentingan yang berbeda dalam perusahaan, di mana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai tingkat kemakmuran yang diinginkan. Menurut Rusydi & Martani (2014) adanya konflik kepentingan antara keduanya ini yang memicu munculnya agency theory. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan bersama, principal harus memberikan insentif yang sesuai guna memotivasi agen untuk melakukan pengawasan dan mencegah situasi yang tidak diinginkan (M. C. Jensen & Meckling, 1976).

Agency theory mengasumsikan bahwa kepentingan principal dan agen

berbeda-beda, principal dapat mengatur dengan memberikan insentif kepada agen dan menimbulkan biaya dari operasi yang dimaksudkan untuk memantau dan membatasi operasi kepentingan pribadi agen M. C. Jensen & Meckling (1976) ; Hill & Jones (1992). Menurut Bonazzi (2007) dengan memberikan insentif kepada agen dan memantau kegiatan agen, principal akan memastikan bahwa agen bertindak untuk kepentingan perusahaan.

(5)

Signalling Theory

Signalling Theory ialah suatu langkah yang diambil oleh perusahaan untuk

memberi sinyal atau petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Manajer dipandang memiliki informasi tentang perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak eksternal. Signalling Theory menjelaskan juga alasan pentingnya perusahaan untuk menyajikan informasi kepada publik. Signalling Theory

menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal.Perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, sehingga pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk (Wulandari, 2018).

Signalling Theory menunjukkan bahwa ketika financial performance sebuah

perusahaan bagus, maka manajer akan memberi tanda kepada investor, stakeholders dan pasar dengan membuat sebuah pengungkapan, sedangkan perusahaan yang kinerjanya buruk tidak dapat membuat pengungkapan (Yimenu & Surur, 2019). Dengan meningkatkan pengungkapan, pemilik perusahaan menerima banyak manfaat yakni reputasi perusahaan yang lebih baik dan meningkatnya nilai perusahaan. Sebaliknya, jika perusahaan dengan financial performance yang buruk mungkin memilih untuk tidak mengungkapkannya.

Perumusan Hipotesis

Corporate Social Responsibility dan Firm Value

Corporate Social Responsibility merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi firm value, hal tersebut disebabkan Corporate Social Responsibility dianggap sebagai inti etika dalam berbisnis (Maqbool & Zameer, 2018). Penerapan

Corporate Social Responsibility diharapkan mampu meningkatkan firm value yang dapat

diketahui dari harga saham dan laba perusahaan sebagai hasil para investor yang telah menginvestasikan saham di perusahaan. Hal tersebut berkaitan dengan signalling teory yang mana adanya pengimplementasian CSR dapat meningkatkan firm value yang mana ditandai dengan adanya peningkatan harga saham dan laba dari perusahaan. Beberapa hasil penelitian mengenai Corporate Social Responsibility dan Firm Value yang dilakukan oleh Gunawan & Utami (2016), Wirakusuma (2017), Puteri et al., (2018) dan Saifi (2019) mengungkapkan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap Firm Value. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Wijaya & Linawati (2015) dan Natanagara (2015), Suhartanti & Asyik (2015), Mukhtaruddin et al., (2019) mengungkapkan bahwa Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh terhadap

Firm Value. Dari penjelasan yang telah diuraikan tersebut maka peneliti mengajukan

hipotesis sebagai berikut:

(6)

Kepemilikan Institusional dan Firm Value

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi lain seperti perusahaan investasi, perusahaan asuransi, bank dan pemerintah (Ardiyansyah, 2014). Kepemilikan institusional berperan sebagai monitoring agen yang mana melakukan pengawasan secara optimal terhadap perilaku manajemen dalam menjalankan perannya mengelola perusahaan. Hal tersebut berkaitan dengan agency theory yang mana adanya kepemilikan institusional dapat meminimalisir terjadinya manipulasi infomasi yang dilakukan oleh pihak agensi karena kepemilikan institusional ini dapat berperan sebagai monitoring agen. Penelitian yang dilakukan oleh Suprasto (2016), Wulandari (2018) dan Harjadi et al., (2018) yang mengungkapkan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif terhadap firm value. Tetapi dalam penelitian yang dilakukan oleh Hartoyo & Suwarno (2016) mengungkapkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap firm value. Meningkatnya kesejahteraaan pemegang saham yang tercermin dari kenaikan harga saham, mengindikasikan firm value mengalami peningkatan. Dari penjelasan yang telah diuraikan tersebut maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap Firm Value

Kepemilikan Manajerial dan Firm Value

Pihak manajer akan bekerja secara maksimal guna meningkatkan profitabilitas perusahaan (Haruman, 2008). Adanya peningkatan profit perusahaan dapat menarik investor untuk berinvestasi dan meningkatkan harga saham, sehingga dapat meningkatkan firm value. Berkaitan dengan agency theory yang mana adanya pihak agensi yang bisa memaksimalkan kepentingan perusahaan maka dapat mempengaruhi

firm value dari suatu perusahaan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suhartanti

& Asyik (2015), Purnamawati et al. (2017), Satria. et al. (2017), Wulansari (2017), Suprasto (2016), Wulandari (2018) dan Darmawan Putra (2018) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap firm value. Tetapi dalam penelitian yang dilakukan oleh Hartoyo & Suwarno (2016) mengungkapkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap firm value. Dari penjelasan yang telah diuraikan tersebut maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap Firm Value

Komite Remunerasi dan Firm Value

Menurut Ayu & Adi (2013) komite remunerasi harus mampu memberikan penilaian secara objektif terhadap kompetensi yang dimiliki oleh calon pemangku jabatan, sehingga besaran remunerasi yang ditetapkan sesuai dengan kontribusi yang telah disumbangkan kepada perusahaan. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dalam pengambilan keputusan perusahaan, yang secara tidak langsung akan berimplikasi pada meningkatnya kinerja perusahaan serta nilai perusahaan (Ayu & Adi, 2013). Dengan adanya keberadaan komite remunerasi dapat menciptakan monitoring serta pengelolaan yang lebih optimal, yang mana berkaitan dengan signalling theory yang

(7)

dapat menjadi sinyal untuk para investor berinvestasi di dalam perusahaan karena semua yang melakukan monitoring serta pengelolaan telah dipilih sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Soedaryono (2011) mengungkapkan bahwa Good Corporate Governance dengan proksi ukuran dewan direksi, komite remunerasi dan komite nominasi berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun, dalam penelitian yang dilakukan oleh Murwaningsari (2009) yang menggunakan variabel komite nominasi dan remunerasi menyatakan bahwa komite ini tidak berpengaruh terhadap peningkatan firm value. Dari penjelasan yang telah diuraikan tersebut maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H4 : Komite Remunerasi berpengaruh positif terhadap Firm Value

Financial Performance, Corporate Social Responsibility dan Firm Value

Dengan adanya pengungkapan Corporate Social Resposibility dapat memberikan sinyal positif bagi investor untuk berinvestasi pada perusahaan. Dimana investasi ini sangat berguna bagi perusahaan untuk mengembangkan perusahaan dan memiliki nilai yang tinggi. Kinerja perusahaan hadir untuk memperkuat pengaruh pengungkapan

Corporate Social Resposibility terhadap nilai perusahaan. Dimana kinerja keuangan

dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang bisa mencerminkan kemampuan perusahaan serta tingkat kesehatan perusahaan tersebut dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya (Kiranayanti & Erawati, 2016). Beberapa hasil penelitian mengenai Corporate Social Resposibility dengan kinerja keuangan Hermawan (2014) dan Putri (2015) mengungkapkan bahwa pengaruh pengungkapan Corporate Social Resposibility berpengaruh positif terhadap financial

performance. Tetapi penelitian oleh Rosiana et al. (2013), Fauzi & Suransi (2016), dan

Wahyuni (2018) menyatakan bahwa Corporate Social Resposibility tidak memiliki pengaruh terhadap Return of Asset. Dari penjelasan yang telah diuraikan tersebut maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H5 : Financial Performance memperkuat pengaruh Corporate Social Responsibility

(8)

Model Penelitian

Gambar 1. Model Penelitian

(Sumber: Diolah Penulis, 2020)

3. METODOLOGI

Rancangan Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian ini ialah perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 sampai 2019. Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data yang digunakan yaitu data sekunder yang data tersebut berupa laporan keuangan tahunan (annual report) yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.com. Penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling dengan kriteria yang ditetapkan antara lain perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan (annual report) berturut-turut dari tahun 2016-2019, perusahaan yang mengungkapkan informasi terkait variabel penelitian dan perusahaan yang memperoleh laba. Data dikumpulkan dari hasil analisis yang akan diuji menggunakan software SPSS 21.

Definisi Operasional Variabel

Menurut Azwar (2003) definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat. Penelitian ini terdiri dari empat variabel independen, satu variabel moderating yaitu

(9)

tersebut terdiri dari Corporate Social Responsibility yang diukur menggunakan angka indeks CSR, kepemilikan institusional yang diukur menggunakan rasio antara jumlah lembar saham yang dimiliki institusi terhadap jumlah lembar saham perusahaan yang beredar secara keseluruhan, kepemilikan manajerial yang diukur menggunakan rasio antara jumlah lembar saham yang dimiliki manajer terhadap jumlah lembar saham perusahaan yang beredar secara keseluruhan, komite remunerasi yang diukur menggunakan variabel dummy, firm value yang diukur menggunakan rasio Tobin’s Q dan

financial performance yang diukur dengan menggunakan ROA. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan alat analisis yang dengan regresi linier berganda dan regresi model moderasi dengan basis interaksi dan uji Moderated Regression Analysis (MRA). Penelitian ini menggunakan alat analisis linier berganda karena variabel yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari satu. Dan menggunakan uji MRA atau lebih dikenal dengan uji interaksi karena dalam penelitian ini terdapat variabel moderating yaitu Financial Performance (ROA).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah purposive sampling yang mana pengambilan sampel sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2018). Sampel awal yang diperoleh berjumlah 104 sampel data, namun setelah diseleksi berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka diperoleh sampel akhir sebanyak 44 sampel data.

Tabel 1

Penentuan Sampel Penelitian

No Kriteria Jumlah

1. Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

26 2. Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) yang tidak mempublikasikan laporan keuangan tahunan (annual

report) berturut-turut dari tahun 2016-2019.

(3)

3. Perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi terkait tentang variabel yang digunakan di dalam penelitian selama periode penelitian.

(1) 4. Perusahaan yang tidak memperoleh laba pada tahun 2016-2019. (11)

Perusahaan yang menjadi Sampel 11

Total Sampel 44

(10)

Statistik Deskriptif

Tabel 2

Hasil Statistik Deskriptif

N Min Max Mean Std. Deviation

Corporate Social Responsibility 44 .1978 .4945 .361143 .0817685

Kepemilikan Institusional 44 .3079 .9201 .663548 .1905144

Kepemilikan Manajerial 44 .0002 .8053 .210864 .2573066

Komite Remunerasi 44 0 1 .82 .390

Firm Value 44 .8644 3.8853 2.180536 .9881912

Financial Performance 44 .0005 .5267 .130548 .1180172

Sumber: Data diolah SPSS (2020)

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh total nilai observasi data sebanyak 44 observasi yang tersebar dalam 4 tahun penelitian. Sepanjang periode penelitian antara tahun 2016 sampai 2019 jumlah pengungkapan CSR terendah yaitu 19,78% sedangkan jumlah tertinggi mencapai 49,45%. Secara keseluruhan jumlah pengungkapan CSR rata-rata seluruh perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi di BEI mencapai 36,11% pengungkapan CSR dapat disimpulkan bahwa pengungkapan CSR pada perusahaan observasi kurang baik karena dibawah 50%. Financial Performance sepanjang tahun 2016 sampai 2019 terlihat bahwa rata-rata yang diperoleh pada umumnya perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi di BEI adalah 13,05% relatif kecil dibanding kepemilikan institusional, kepemilikan nonmanajerial, komite remunerasi dan firm value. Variabel Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki nilai minimum sebesar 0,1978, nilai maksimum sebesar 0,4945 dan nilai rata-rata sebesar 0,361143 dengan standar deviasi sebesar 0,0817685. Variabel Kepemilikan Institusional (KI) memiliki nilai minimum sebesar 0,3079, nilai maksimum sebesar 0,9201 dan nilai rata-rata sebesar 0,663548 dengan standar deviasi sebesar 0,1905144. Variabel Kepemilikan Manajerial (KM) memiliki nilai minimum sebesar 0,0002, nilai maksimum sebesar 0,8053 dan nilai rata-rata sebesar 0,210864 dengan standar deviasi sebesar 0,2573066. Variabel Komite Remunerasi (KR) memiliki nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 1 dan nilai rata-rata sebesar 0,82 dengan standar deviasi sebesar 0,390. Variabel Firm Value diukur dengan proksi Tobin’s Q memiliki nilai minimum sebesar 0,8644, nilai maksimum sebesar 3,8853 dan nilai rata-rata sebesar 2,180536 dengan standar deviasi sebesar 0,9881912. Variabel Financial Performance (FP) diukur dengan proksi ROA memiliki nilai minimum sebesar 0,0005, nilai maksimum sebesar 0,5267 dan nilai rata-rata sebesar 0,130548 dengan standar deviasi sebesar 0,1180172.

Uji Normalitas

Tabel 3 Hasil Uji Normalitas

Model Kolmogorof-Smirnov Asymp. Sig (2-tailed)

1 0,748 0,630

2 0,704 0,705

(11)

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas pada model penelitian 1 dan 2 adalah 0,630 dan 0,705. Angka tersebut menunjukkan bahwa hasil uji normalitas > 0,05 yang artinya data berdistribusi normal.

Uji Multikolonieritas

Tabel 4

Hasil Uji Multikolonieritas

Model Variabel Tolerance VIF

1 CSR 0,813 1,230 KI 0,868 1,153 KM 0,868 1,152 KR 0,848 1,179 2 CSR 0,811 1,233 KI 0,825 1,212 KM 0,784 1,276 KR 0,810 1,234 CSR*ROA 0,765 1,307

Sumber: Data diolah SPSS (2020)

Hasil dari uji multikolorienitas pada Tabel 4 menunjukkan bahwa model 1 dan 2 pada tiap variabel nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada mutikolonieritas antar variabel independen pada model 1 dan 2.

Uji Heteroskedastisitas

Tabel 5

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Model Variabel Sig.

1 CSR 0,290 KI 0,085 KM 0,740 KR 0,135 2 CSR 0,396 KI 0,84 KM 0,971 KR 0,217 CSR*ROA 0,278

Sumber: Data diolah SPSS (2020)

Tabel 5 menunjukkan bahwa semua variabel pada model 1 dan 2 memiliki nilai sig. > 0,05 yang berarti variabel dari kedua model regresi bebas dari heteroskedastisitas.

Uji Autokorelasi

Tabel 6

Hasil Uji Autokorelasi

Model DW DL DU 4-DU

1 1,524 1,3263 1,7200 2,28

2 1,334 1,2769 1,7777 2,2223

(12)

Tabel 7

Hasil Uji Autokorelasi dengan Uji Cochrane Orcutt

Model DW DL DU 4-DU

1 1,934 1,3263 1,7200 2,28

2 1,844 1,2769 1,7777 2,2223

Sumber: Data diolah SPSS, 2020

Berdasarkan Tabel 6 terjadi autokorelasi positif pada model 1 dan 2, untuk mengatasi masalah autokorelasi peneliti menggunakan uji cochrane orcutt. Pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa nilai uji DurbinWatson (DW) untuk model 1 dan model 2 adalah 1,934 dan 1,844. Rumus uji autokorelasi DU < DW < 4-DU. Model 1 menunjukkan DU = 1,7200, 4-DU = 2,28, maka 1,7200 < 1,934 < 2,28 dan pada model 2 menunjukkan DU = 1,7777, 4-DU = 2,2223, maka 1,7777 < 1,844 < 2,2223 menyatakan bahwa data sudah lolos uji autokorelasi atau tidak terjadi autokorelasi.

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 8

Uji Koefisien Determinasi (R2)

R2 Adjusted R2

0,737 0,710

Sumber: Data diolah SPSS (2020)

Tabel 8 menunjukkan besarnya nilai Adjusted R2 sebesar 0,710. Artinya, variabel independen yang digunakan mampu mempengaruhi variabel dependen sebesar 0,710%. Sementara sisanya yaitu 0,29% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Uji Parsial t Tabel 9 Uji Parsial t Model Unstandardized

Coefficients Sig. Keterangan

B Std. Error

1

(Constant) 3.622 .000 .000

Corporate Social

Responsibility -1.683 .134 .134 H1 ditolak

Kepemilikan Institusional -2.412 .000 .000 H2 ditolak Kepemilikan Manajerial 3.410 .000 .000 H3 diterima

Komite Remunerasi .058 .798 .798 H4 ditolak

Sumber: Data diolah SPSS (2020)

Rumus atau persamaan yang muncul sesuai dengan hasil uji parsial t Tabel 9. Tobin’s Q = 3,622 – 1,683 CSR – 2,412 KI + 3,410 KM + 0,058 KR + e

(13)

Berdasarkan Tabel 9 dapat disimpulkan bahwa variabel pengungkapan CSR nilai sig. 0,134 > 0,05 dan nilai koefisien sebesar –1,683 berarah negatif. Ini artinya variabel

Corporate Social Responsibility Disclosure Index tidak berpengaruh terhadap Firm Value. Hal ini tidak sejalan dengan H1 yang mengungkapkan bahwa Corporate Social

Responsibility Disclosure Index berpengaruh positif terhadap Firm Value serta sekaligus

menyimpulkan H1 ditolak.

Selanjutnya menguji secara individual pengaruh variabel independen yang lainnya yaitu Good Corporate Govarnance yang diproksi dengan kepemilikan institusional terhadap variabel dependen yaitu firm value. Hasil uji parsial t Tabel 9 variabel kepemilikan institusional menunjukkan nilai sig. 0,000 < 0,05 dan menghasilkan nilai koefisien sebesar –2,412 berarah negatif. Hal ini berarti Corporate Govarnance yang diproksi dengan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap firm value sebagai variabel dependen. Hal ini tidak sejalan dengan H2 yang mengungkapkan bahwa

kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif terhadap firm value dengan demikian H2 ditolak.

Selain kepemilikan institusional sebagai proksi dari Good Corporate Govarnance, terdapat proksi yang lain yaitu kepemilikan manajerial. H3 menyatakan bahwa

kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif terhadap firm value. Tabel 9 variabel kepemilikan manajerial menunjukkan nilai sig. 0,000 < 0,05 dan nilai koefisien sebesar 3,410 berarah positif. Artinya variabel Corporate Govarnance yang diproksi dengan kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap firm value, sehingga hal ini sejalan dengan hipotesis ketiga yang mengungkapkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap firm value; dengan demikian H3 diterima.

Adapun proksi lain dari Corporate Govarnance yaitu komite remunerasi. H4

menyatakan bahwa komite remunerasi memiliki pengaruh positif terhadap firm value. Tabel 9 variabel komite remunerasi menunjukkan nilai sig. 0,798 > 0,05 dan nilai koefisien sebesar 0,058 berarah positif. Artinya variabel GCG yang diproksi dengan komite remunerasi tidak berpengaruh terhadap firm value, sehingga hal ini tidak sejalan dengan hipotesis keempat yang mana mengungkapkan bahwa komite remunerasi berpengaruh positif terhadap firm value; dengan demikian H4 ditolak.

Uji Moderated Regression Analysis

Tabel 10 Uji Interaksi

Model

Unstandardized

Coefficients Sig. Keterangan

B Std. Error 1 (Constant) 2.504 .067 1.885 Corporate Social Responsibility -1.041 .790 -.268 Financial Performance -7.925 .501 -.679 CSR*ROA 23.680 .511 .664 H5 ditolak

(14)

Persamaan yang muncul berdasarkan hasil uji Moderated Regression Analysis Tabel 10. Tobin’s Q = 2,504 – 1,041CSR – 7,925ROA + 23,680CSR*ROA + e

Uji interaksi pada Tabel 10 perkalian dengan variabel moderating menunjukkan nilai sig. 0,511 > 0,05 dan nilai koefisien sebesar 23,680 berarah positif. Artinya CSR tidak berpengaruh terhadap firm value yang dimoderasi oleh Financial Performance (ROA). Hal ini tidak sejalan dengan H5 yang mengungkapkan bahwa Financial

Performance dapat memperkuat hubungan CSR terhadap firm value. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis

Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Firm Value

Berdasarkan uji regresi linier berganda yang telah dilakukan, hasil uji parsial t pada Tabel 9 menunjukkan variabel Corporate Social Responsibility Disclosure menunjukkan nilai sig. 0,134 > 0,05 dan nilai koefisien sebesar –1,683 berarah negatif. Ini artinya variabel Corporate Social Responsibility Disclosure Index tidak berpengaruh terhadap

Firm Value. Hal ini tidak sejalan dengan hipotesis pertama yang mengungkapkan bahwa Corporate Social Responsibility Disclosure Index berpengaruh positif terhadap Firm Value serta sekaligus menyimpulkan H1 ditolak.

Pengaruh negatif yang ditimbulkan Corporate Social Responsibility Disclosure terhadap firm value dapat disebabkan oleh sebagian investor yang beranggapan bahwa semakin banyak Corporate Social Responsibility Disclosure yang dilakukan oleh perusahaan dapat berdampak buruk untuk firm value. Hal tersebut mengindikasikan bahwa investor menganggap banyaknya Corporate Social Responsibility yang dilakukan bukan suatu hal yang dapat merugikan, melainkan sebaliknya Corporate Social

Responsibility yang dilakukan dapat meningkatkan legitimasi perusahaan dimata stakeholders. Adanya peningkatan legitimasi masyarakat terhadap perusahaan, maka bisa

dipastikan hanya sebagian kecil perusahaan mendapatkan sanksi dan kemungkinan sedikit pula yang mendapatkan protes serta kritik dari stakeholders.

Secara teori, pengungkapan CSR seharusnya sudah menjadi pertimbangan bagi para investor sebelum melakukan investasi, karena didalamnya mengandung informasi terkait kegiatan sosial yang telah dilakukan oleh perusahaan. Adanya informasi tersebut diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan para investor untuk berinvestasi. Akan tetapi, pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investor tidak merespon atas pengungkapan Corporate Social Responsibility yang telah dilakukan perusahaan. Terdapat indikasi bahwa para investor tidak perlu melihat pengungkapan Corporate

Social Responsibility, karena terdapat jaminan yang tercantum pada Undang-Undang

Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa perusahaan pasti melaksanakan CSR serta mengungkapkannya (Wardoyo & Veronica, 2013). Dalam Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 apabila perusahaan tidak melaksanakan Corporate Social Responsibility, maka perusahaan akan mendapatkan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan sehingga dianggap pengungkapan

(15)

Corporate Social Responsibility tidak memberi pengaruh terhadap nilai perusahaan

(Wardoyo & Veronica, 2013).

Semakin banyak perusahaan yang mengimplementasikan Corporate Social

Responsibility, maka akan semakin rendah nilai perusahaanya. Hal ini dikarenakan

investor juga menilai Corporate Social Responsibility dapat menyebabkan biaya ke perusahaan, yang mana merupakan suatu bentuk pemborosan sumber daya perusahaan (Mukhtaruddin et al., 2019). Sehingga peningkatan belanja untuk Corporate Social

Responsibility harus diikuti dengan kenaikan rasio keuangan. Peningkatan pengeluaran

perusahaan untuk CSR yang tidak diikuti oleh perubahan rasio keuangan dari perusahaan seperti profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan, dan rasio yang berbeda menyebabkan investor mengukur bahwa peningkatan pengeluaran untuk Corporate

Social Responsibility adalah sebuah pemborosan sumber daya perusahaan yang

menyebabkan penurunan firm value (Pramana & Mustanda, 2016).

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dapat menyebabkan biaya agensi dan pemborosan biaya tambahan sumber daya perusahaan sehingga merendahkan kinerja dan nilai perusahaan (Barnea & Rubin, 2010). Biaya-biaya agensi ini muncul karena konflik kepentingan shareholders yang melihat peningkatan pengeluaran untuk

Corporate Social Responsibility sebagai upaya untuk meningkatkan citra positif

perusahaan yang akan berdampak pada firm value, akan tetapi dapat mengakibatkan pemborosan sumber daya perusahaan terutama jika tidak diikuti oleh peningkatan kinerja perusahaan yang signifikan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Barnea & Rubin (2010), Warsini & Sixpria (2011), Retno & Priantinah (2012), Nurhayati & Medyawati (2012) Aristo et al., (2013), Casario et al., (2014), Dian & Lidyah (2014), Wijaya & Linawati (2015) dan Natanagara (2015), Suhartanti & Asyik (2015), Mukhtaruddin et al., (2019) yang menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility

Disclosure Index tidak berpengaruh terhadap firm value. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa perusahaan yang melakukan Corporate Social Responsibility

Disclosure tidak berpengaruh terhadap firm value karena adanya indikasi bahwa para

investor tidak perlu melihat pengungkapan Corporate Social Responsibility, yang mana terdapat jaminan yang tertera pada Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa perusahaan pasti melaksanakan CSR serta mengungkapkannya (Wardoyo & Veronica, 2013).

Pengaruh Corporate Governance (Kepemilikan Institusional) terhadap Firm Value

Berdasarkan uji regresi linier berganda yang telah dilakukan, hasil uji parsial t Tabel 9 variabel kepemilikan institusional menunjukkan nilai sig. 0,000 < 0,05 dan menghasilkan nilai koefisien sebesar –2,412 berarah negatif. Hal ini berarti Corporate

Govarnance yang diproksi dengan kepemilikan institusional berpengaruh negatif

terhadap firm value sebagai variabel dependen. Hal ini tidak sejalan dengan H2 yang

mengungkapkan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif signifikan terhadap firm value; dengan demikian H2 ditolak.

(16)

Pengaruh negatif yang ditimbulkan kepemilikan institusional terhadap firm value disebabkan oleh adanya kehadiran investor institusional yang mana memiliki kepemilikan saham mayoritas yang lebih cenderung berpihak serta bekerja sama dengan pihak manajemen untuk mendahulukan kepentingan pribadinya dibanding kepentingan pemegang saham minoritas (Rahma, 2014). Hal tersebut merupakan sinyal negatif untuk pihak luar karena strategi aliansi investor institusional dengan pihak manajemen yang cenderung mengambil kebijakan perusahaan yang tidak optimal. Dampaknya tindakan ini dapat merugikan operasional perusahaan serta investor tidak tertarik lagi untuk menanamkan modalnya, harga saham perusahaan turun, volume perdagangan saham menurun serta menurunnya firm value. Tindakan monitoring aktif berubah menjadi pasif serta opportunistic ketika kepemilikan saham investor institusional semakin besar (Soebiantoro, 2007).

Hasil ini konsisten dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahma (2014), Hary Wisnu Purbopangestu & Subowo (2014), Hartoyo & Suwarno (2016), Fadillah (2017), Tambalean et al. (2018), dan Siregar (2019) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap firm value. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Corporate Govarnance yang diproksi dengan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap firm value karena adanya kehadiran investor institusional yang mana memiliki kepemilikan saham mayoritas yang lebih cenderung berpihak serta bekerja sama dengan pihak manajemen untuk mendahulukan kepentingan pribadinya dibanding kepentingan pemegang saham minoritas (Rahma, 2014).

Pengaruh Corporate Governance (Kepemilikan Manajerial) terhadap Firm Value

Berdasarkan uji regresi linier berganda yang telah dilakukan, H3 menyatakan bahwa

kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif terhadap firm value. Tabel 9 variabel kepemilikan manajerial menunjukkan nilai sig. 0,000 < 0,05 dan nilai koefisien sebesar 3,410 berarah positif. Artinya variabel Corporate Govarnance yang diproksi dengan kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap firm value. Sehingga hal ini sejalan dengan hipotesis ketiga yang mengungkapkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap firm value; dengan demikian H3 diterima.

Menurut M. C. Jensen & Meckling (1976) dalam agency theory dijelaskan bahwa pengelolaan perusahaan dan pemisahan antara kepemilikan dapat menimbulkan agency

problems. Konflik keagenan ini terjadi disebabkan adanya kepentingan yang berbeda

antara principal dan agen untuk memaksimalkan kepentingannya masing-masing. Salah satu cara untuk menyeimbangkan kepentingan manajamen serta shareholders ialah dengan kepemilikan saham oleh manajerial. Apabila perusahaan berhasil, maka manajemen akan mendapatkan manfaat langsung dan sebaliknya. Apabila perusahaan mengalami kerugian, maka manajemen juga akan menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Oleh karena itu, pihak manajemen cenderung lebih giat untuk kepentingan shareholders yang notabennya dirinya sendiri.

Adanya kepemilikan manajerial maka akan meminimalkan tingkat kecurangan pada perusahaan. Dengan demikian, kepemilikan manajerial akan menyatukan

(17)

kepentingan manajer dengan shareholders, hal ini akan berdampak positif dalam peningkatan firm value. Jika nilai perusahaan meningkat maka nilai kekayaan yang dimiliki manajerial juga akan ikut meningkat (Purnamawati et al., 2017). Apabila kondisi suatu perusahaan pada masa mendatang dikategorikan menjanjikan atau menguntungkan, maka akan ada banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham dari perusahaan tersebut. Dengan demikian, harga saham naik dan nilai perusahaan akan ikut meningkat.

Hasil ini konsisten dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhartanti & Asyik (2015), Purnamawati et al. (2017), Satria. et al. (2017), Wulansari (2017), Suprasto (2016), Wulandari (2018) dan Darmawan Putra (2018) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap firm value. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Corporate Govarnance yang diproksi dengan kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap firm value. Hal ini disebabkan karena banyaknya investor yang menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan, sehingga harga saham naik. Harga saham yang tinggi dapat mencerminkan nilai suatu perusahaan tinggi.

Pengaruh Corporate Governance (Komite Remunerasi) terhadap Firm Value

Berdasarkan uji regresi linier berganda yang telah dilakukan, H4 menyatakan

bahwa komite remunerasi memiliki pengaruh positif terhadap firm value. Tabel 9 variabel komite remunerasi menunjukkan nilai sig. 0,798 > 0,05 dan nilai koefisien sebesar 0,058 berarah positif. Artinya variabel Good Corporate Govarnance yang diproksi dengan komite remunerasi tidak berpengaruh terhadap firm value, sehingga hal ini tidak sejalan dengan hipotesis keempat yang mana mengungkapkan bahwa komite remunerasi berpengaruh positif terhadap firm value; dengan demikian H4 ditolak.

Adanya komite remunerasi dapat memicu adanya biaya yang lebih besar yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dan dapat menurunkan laba perusahaan (Murwaningsari et

al., 2009). Biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menentukan besaran imbalan

anggota komite remunerasi cukup besar yang mana anggota komite remunerasi harus memiliki keahlian dalam bidang sumber daya manusia yang diharapkan mampu menilai direksi dan dewan komisaris agar tetap memenuhi sesuai dengan prinsip dasar GCG yaitu

accountability, transparency, independency, responsibilitas dan fairness, sehingga dapat

berlaku profesional dan objektif. Oleh karena itu, biaya yang lebih besar tersebut akan cenderung dapat menurunkan firm value.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Murwaningsari et al. (2009) yang menyatakan bahwa komite remunerasi tidak berpengaruh terhadap firm

value. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Good Corporate Govarnance

yang diproksi dengan komite remunerasi tidak berpengaruh terhadap firm value. Hal ini disebabkan karena dapat memicu biaya yang lebih besar yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

(18)

Pengaruh Corporate Social Responsibility yang di Moderasi oleh Financial Performance (ROA) Terhadap Firm Value

Hasil uji Moderated Regression Analysis (MRA) perkalian dengan variabel moderating menunjukkan nilai sig. 0,511 > 0,05 dan nilai koefisien sebesar 23,680 berarah positif. Artinya CSR tidak berpengaruh terhadap firm value yang dimoderasi oleh

Financial Performance (ROA). Hal ini tidak sejalan dengan H5 yang mengungkapkan

bahwa Financial Performance dapat memperkuat hubungan CSR terhadap firm value, dengan demikian H5 ditolak.

Pengungkapan Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh perusahaan dapat menurunkan firm value ketika kinerja keuangan suatu perusahaan rendah. Ketika kinerja keuangan suatu perusahaan rendah yang menunjukkan prospek perusahaan yang kurang baik, sehingga investor akan merespon negatif dan firm value akan menurun karena perusahaan dinilai semakin buruk di mata investor (Almilia, 2007).

Jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba menurun, maka diikuti dengan harga saham yang akan menurun pula. Dengan demikian semakin rendah rasio ini maka akan memperburuk posisi perusahaan yang berarti, semakin kecil kemampuan perusahaan untuk menutupi investasi yang digunakan. Hal ini dapat memungkinkan perusahaan untuk tidak dapat membiayai investasi dari dana yang berasal dari sumber internal yang tersedia dalam laba ditahan, sehingga informasi yang tercantum dalam

Return on Assets akan menjadi nilai negatif bagi investor serta bisa menurunkan firm value (Fauzi & Suransi, 2016).

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Rosiana et al. (2013), Fauzi & Suransi (2016), dan Wahyuni (2018) yang menyatakan bahwa Financial

Performance (ROA) tidak dapat memperkuat pengaruh CSR terhadap firm value. Dapat

disimpulkan bahwa jika perusahaan memiliki kinerja keuangannya rendah, maka pengungkapan CSR nya cenderung rendah karena akan mempengaruhi ROA yang mana dapat menurunkan nilai perusahaan dimana investor akan merespon negatif diikuti dengan penurunan harga saham. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pengungkapan CSR mampu menurunkan firm value pada saat kinerja keuangannya rendah.

5. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate social responsibility dan corporate governance terhadap firm value dengan financial performance sebagai variabel moderating. Berdasarkan data yang diperoleh mapun hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Corporate Social

Responsibility tidak berpengaruh terhadap firm value, (2) Corporate Governance yang

diproksi kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap firm value, (3)

Corporate Governance yang diproksi dengan kepemilikan manajerial berpengaruh

(19)

remunerasi tidak berpengaruh terhadap firm value, (5) Financial Performance tidak dapat memperkuat pengaruh positif Corporate Social Responsibility terhadap Firm Value

Implikasi

Hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa semakin tinggi nilai perusahaan maka pengungkapan Corporate Social Responsibility dan tata kelola oleh perusahaan akan semakin tinggi. Hal ini akan menimbulkan beberapa dampak ada yang berdampak positif ataupun negatif. Untuk itu, dalam pelaksanaan setiap kegiatan CSR ataupun dalam tata kelola perusahaan harus melibatkan berbagai pihak, baik pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan agar dapat menciptakan kesejahteraan bagi semua pihak.

Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka saran bagi penelitian selanjutnya: (1) Untuk penelitian selanjutnya diharapkan memperpanjang masa periode penelitian agar memperoleh hasil penelitian yang lebih baik dan menyeluruh; (2) Untuk penelitian selanjutnya hendaknya tidak dibatasi pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi saja, tetapi seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI; (3)Untuk penelitian selanjutnya diharapkan bisa menambah proksi variabel Corporate

Governance. Adapun saran bagi perusahaan manufaktur yaitu: (1) Sebaiknya semua

perusahaan membuat laporan keberlanjutan perusahaan (sustainability reporting) untuk memudahkan pengungkapan tanggung jawab sosial; (2) Masih terdapat beberapa perusahaan yang pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) kurang dari 50%, sehingga harus ditingkatkan dengan cara melaporkan item-item Corporate Social

Responsibility yang bejumlah 91 item, sehingga dengan Corporate Social Responsibility Disclosure Index yang lebih tinggi diharapkan firm value menjadi lebih tinggi lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, L. S. & D. W. (2007). Pengaruh Environmental Performance Dan Environmental Disclosure Terhadap Economic Performance. Jurnal Informasi,

Perpajakan, Akuntansi, Dan Keuangan Publik.

https://doi.org/10.25105/jipak.v9i2.4530

Ardiyansyah, M. (2014). Pengaruh Corporate Governance, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2013. Jurnal Umrah.

Aristo, Y., Leon, B., Akuntansi, P., Ekonomi, F., & Bhayangkara, U. (2013). Analisis Perhitungan Variabel-Variabel Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan Yang Menggunakan Metode Rasio Tobin ’ S Q. Jurnal Akuntansi UBHARA, 72–88.

Ayu, P., & Adi, W. (2013). Karakteristik Good Corporate Governance Dan Kinerja Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi, 2(3), 594–613.

(20)

Barnea, A., & Rubin, A. (2010). Center for Responsible Business Conflict Between Owners Corporate Social Responsibility as a Con fl ict between Owners. Journal

of Business Ethics, April, 1–36.

Bonazzi, L., & Islam, S. M. N. (2007). Agency theory and corporate governance. Journal

of Modelling in Management.

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2006). Dasar-dasar manajemen keuangan. Jakarta:

Salemba Empat.

Casario, T. K., Nurhayati, N., & Sukarmanto, E. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Bergerak Di Bidang Makanan Dan Minuman Periode 2011-2013). E-Jurnal Akuntansi, 1(2004), 6561. Darmawan Putra, D. R. A. (2018). Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional dan

Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja dan Nilai Perusahaan. Studi Akuntansi

Dan Keuangan Indonesia, 1(1), 1–24. https://doi.org/10.21632/saki.1.1.1-24

Dian, F., & Lidyah, R. (2014). Pengaruh corporate social responsibility, kepemilikan

manajerial dan kepemilikan institusi terhadap nilai perusahaan tambang batu bara yang terdaftar di BEI.

Fadillah, A. R. (2017). Analisis Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Perusahaan Yang

Terdaftar Di Lq45. Jurnal Akuntansi, 12(1), 37–52.

http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/jak

Fauzi, A. S., & Suransi, N. K. (2016). Pengaruh GCG dan CSR terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Pemoderasi. InFestasi (Jurnal Bisnis Dan

Akuntansi), 12(1), 1–19.

Gunawan, B., & Utami, S. S. (2016). Peran Corporate Social Responsibility dalam Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 7(2), 174–185. https://doi.org/10.23917/reaksi.v7i2.2616

Harjadi, D., Fajarwati, N., & Fatmasari, D. (2018). Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Leverage terhadap Nilai Perusahaan. Al-Amwal : Jurnal Ekonomi Dan

Perbankan Syari’ah, 10(2), 245. https://doi.org/10.24235/amwal.v10i2.3603

Hartoyo, H., & Suwarno, A. E. (2016). Analisis Pengaruh Profitabilitas, Pengungkapan

Corporate Social Responsibility Dan Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris: Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013). Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Haruman, T. (2008). Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan Keuangan

Dan Nilai Perusahaan Survey pada Perusahaan Manufaktur di PT. Bursa Efek Indonesia.

Hary Wisnu Purbopangestu dan Subowo. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Intervening. Accounting Analysis Journal, 3(3), 321–333. https://doi.org/10.15294/aaj.v3i3.4202

Hermawan, S. (2014). Afiyah Nurul Maf ulah.(2014). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan pengungkapan Corporate Social Responsibity Sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Dinamika Akuntansi, 6(2), 103–118.

Hill, C. W. L., & Jones, T. M. (1992). Stakeholder‐agency theory. Journal of

Management Studies, 29(2), 131–154.

Jensen, M. C., & Meckling, W. (1976). Theory of the firm: managerial behavior, agency

(21)

Jensen, M., & Meckling, W. H. (1986). Agency costs of FCF, corporate finance, and takeovers. The American Economic Review, 76, 323–329.

Kiranayanti, I. A. E., & Erawati, N. M. A. (2016). Pengaruh Sumber Daya Manusia, Sistem Pengendalian Intern, Pemahaman Basis Akrual Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 16(2), 1290–1318. Ledewara, A. F. L. N., & Utami, I. (2019). The Effect of Escalation of Commitment and

Project Risk in Resources Allocation Decision. Jurnal Akuntansi & Auditing

Indonesia, 23(1), 52–63. https://doi.org/10.20885/jaai.vol23.iss1.art6

Maqbool, S., & Zameer, M. N. (2018). Corporate social responsibility and financial performance: An empirical analysis of Indian banks. Future Business Journal, 4(1), 84–93.

Miralles-Marcelo, J. L., Miralles-Quirós, J. L., & del Mar Miralles-Quirós, M. (2013). Multivariate GARCH models and risk minimizing portfolios: The importance of medium and small firms. The Spanish Review of Financial Economics, 11(1), 29– 38.

Mukhtaruddin, M., Ubaidillah, U., Dewi, K., Hakiki, A., & Nopriyanto, N. (2019). Good Corporate Governance, Corporate Social Responsibility, Firm Value, and Financial Performance as Moderating Variable. Indonesian Journal of Sustainability

Accounting and Management, 3(1), 55. https://doi.org/10.28992/ijsam.v3i1.74

Murwaningsari, E., Ekonomi, F., & Trisakti, U. (2009). Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibilities dan Corporate Financial Performance Dalam Satu Continuum. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 11(1), 30– 41. https://doi.org/10.9744/jak.11.1.pp.30-41

Natanagara, D. M. & J. (2015). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Respon Nilai Perusahaan. Business Accounting Review, 3(2), 271–280. Nurhayati, M., & Medyawati, H. (2012). Analisis pengaruh kinerja keuangan, good

corporate governance dan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 pada tahun 2009-2011. Jurnal Akuntansi, Idx, 1–13. UU Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007, (2007).

Pramana, I., & Mustanda, I. K. (2016). Pengaruh Profitabilitas dan Size Terhadap Nilai Perusahaan Denagn CSR Sebagai Variabel Pemoderasi. E-Jurnal Manajemen

Unud, 5(1), 561–594.

Purnamawati, I. G. A., Yuniarta, G. A., & Astria, P. R. (2017). Good Corporate Governance Dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan Melalui Corporate Social Responsibility Disclosure. Jurnal Keuangan Dan Perbankan, 21(2), 276– 286. https://doi.org/10.26905/jkdp.v21i2.505

Puteri, F. A., Lindrianasari, L., Kesumaningrum, N. D., & Farichah, F. (2018). The Effect of Corporate Social Performance and Financial Performance On Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure As an Intervening Variable Toward Firm Value.

The Indonesian Journal of Accounting Research, 21(03), 395–422.

https://doi.org/10.33312/ijar.405

Putri, A. O. (2015). Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan csr sebagai variabel pemoderasi. Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen,

(22)

Rahma, A. (2014). PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN

INSTITUSIONAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP

KEPUTUSAN PENDANAAN DAN NILAI PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Priode

2009-2012). PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN

INSTITUSIONAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN PENDANAAN DAN NILAI PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Priode 2009-2012), 23(2),

45–69. https://doi.org/10.14710/jbs.23.2.45-69

Retno, R. D., & Priantinah, D. (2012). Pengaruh good corporate governance dan pengungkapan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2010). Nominal, Barometer Riset Akuntansi Dan Manajemen, 1(2), 99–103. Rosiana, G., Juliarsa, G., & Sari, M. M. R. (2013). Pengaruh pengungkapan CSR

terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel pemoderasi.

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 5(3), 723–738.

Rusydi, M. K., & Martani, D. (2014). Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Aggressive Tax Avoidance. Simposium Nasional Akuntansi XVII, 24–27.

Saifi, H. S. dan M. (2019). PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 76(1). https://doi.org/10.21831/nominal.v4i2.8002

Satria., M. A. J., Sunaryo., H., & ABS., M. K. (2017). PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Tahun 2015-2017). E-Jurnal Riset Manajemen Prodi Manajemen, 51–69.

Siregar, I. G. & J. E. P. (2019). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional Dan Return On Equity Terhadap Nilai Prusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Tekstil Dan Garemnt Yang Terdaftar Di Bei Periode 2010 –

2014. Jurnal UMT.

https://repositories.lib.utexas.edu/handle/2152/39127%0Ahttps://cris.brighton.ac. uk/ws/portalfiles/portal/4755978/Julius+Ojebode%27s+Thesis.pdf%0Ausir.salfor d.ac.uk/29369/1/Angela_Darvill_thesis_esubmission.pdf%0Ahttps://dspace.lboro. ac.uk/dspace-jspui/ha

Soebiantoro, U. (2007). Pengaruh struktur kepemilikan saham, leverage, faktor intern dan faktor ekstern terhadap nilai perusahaan. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan,

9(1), 41–48.

Soedaryono, D. R. dan B. (2011). Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai

Perusahaan melalui Corporate Social Responsibility.

SRI RAHAYU, S. R., & ANDRI, A. (2010). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap

Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta). UNIVERSITAS DIPONEGORO.

(23)

Sugiyono, D. (2018). Metode penelitian kuatintatif, kualitatif dan R & D/Sugiyono.

Bandung: Alfabeta, 15(2010).

Suhartanti, T., & Asyik, N. F. (2015). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Ilmu

Dan Riset Akuntansi, 4(8), 1–15.

Suprasto, I. A. S. P. dan B. (2016). PENGARUH TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,

15, 667–694.

Tambalean, F. A. K., Manossoh, H., & Runtu, T. (2018). Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Di BEI. Jurnal Riset Akuntansi,

13(4), 465–473. https://doi.org/10.32400/gc.13.04.21255.2018

Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan Investasi: Teori dan aplikasi. Kanisius.

Wahyuni, S. F. (2018). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi.

Jurnal Ilmiah Magister Manajemen, 1(1), 109–117. https://doi.org/10.35129/ajar.v3i01.104

Wardoyo & Veronica, T. M. (2013). Pengaruh good corporate governance, corporate social responsibility & kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Jurnal

Dinamika Manajemen, 4(2), 132–149.

Wardoyo, & Veronica, T. M. (2013). Pengaruh Good Corporate Governance, CSR dan Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Dinamika Manajemen, 4(2), 132–149. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jdm

Warsini, S., & Sixpria, N. (2011). PENGARUH PENGUNGKAPAN TANGGUNG

JAWAB SOSIAL DAN PRAKTIK TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN. 10(2), 95–105.

Wijaya, A., & Linawati, N. (2015). Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.

Finesta, 3(1), 46–51.

Windah, G. C., & Andono, F. A. (2013). Pengaruh penerapan corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan hasil survei the Indonesian Institute Perception Governance (IICG) periode 2008-2011. Calyptra, 2(1), 1–20.

Wirakusuma, N. K. A. P. S. dan M. G. (2017). Pengaruh Adverse Selection dan Negative Framing Terhadap Kecenderungan Eskalasi Komitmen. Jurnal Ilmiah Akuntansi

Dan Bisnis, 12 No. 1.

Wulandari, T. D. (2018). PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL,

KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ilmiah

Mahasiswa FEB, 7(1), 22–36.

Wulansari, R. & S. (2017). Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 6(8), 498–527.

www.idx.co.id. (n.d.). No Title.

www.Kontan.co.id. (2019). Indeks Saham Sektor Barang Konsumsi Turun.

Yimenu, K. A., & Surur, S. A. (2019). Earning Management: From Agency and Signalling Theory Perspective in Ethiopia. Journal of Economics, Management

(24)

Referensi

Dokumen terkait

Corona Virus Disease (COVID-19) adalah jenis virus baru yang menyerang imunitas tubuh serta dapat..

Berdasarkan Peraturan Presiden tersebut dapat dikatakan bahwa Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan bantuan tunai bersyarat yang diberikan tidak secara cuma-cuma, namun

&#34;Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Financial Corporate Performance Dengan Corporate Social Responsibility Disclosure Sebagau Variabel Intervening (Studi Empiris

Pada Gambar 4.39 merupakan rancangan tampilan dari menu Data Penanganan, pada halaman ini terdapat data penanganan dari keluhan, admin dapat mengedit data penanganan

Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya tentang materi teknik masuk garis finish Lari Cepat yang disampaikan melalui grup WA dan di Forum Google Classroom d4.

Bahri, S., dan Cahyani, F.A., 2016, Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Corporate Financial Performance Dengan Corporate Social Responsibility Disclosure Sebagai Variabel

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa bahwa ada 3 dimensi yang memiliki nilai diatas 0,7 yaitu dimensi Motivasi, Keterampilan, dan Pendidikan memiliki nilai

Uji Parsial (Uji t).. PENGARUH CORPORATE RESPONSIBILITY SOCIAL TERHADAP FIRM VALUE DENGAN KEMAMPUAN PROFITABILITY DAN GROWTH OPPORTUNITY SEBAGAI MODERATING VARIABEL PADA