• Tidak ada hasil yang ditemukan

NL Eksplorasi Feldspar Trenggalek Jatim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NL Eksplorasi Feldspar Trenggalek Jatim"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI RINCI ENDAPAN FELSPAR

DI DAERAH KECAMATAN KARANGAN, KAB. TRENGGALEK

PROVINSI JAWA TIMUR

Kusdarto, Corry K, Ganjar Labaik, Irwan Muksin, Endang Rivai Kelompok Penelitian Mineral

S A R I

Secara administratif daerah penyelidikan sebagian besar termasuk dalam wilayah Desa Jati, Kecamatan Karangan dan Desa Mlinjon, Kecamatan Suruh (pemekaran Kecamatan Karangan), sisanya termasuk Desa Kedungsigit, Kecamatan Karangan serta Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, secara geografis daerah ini terletak di antara garis koordinat 111° 38' 6.28" – 111° 39' 53.10 “ Bujur Timur dan 8° 5' 59,02" –- 8° 6' 56,77" Lintang Selatan dengan luas sekitar 500 hektar Termasuk dalam lembar peta nomor 1507-534 Skala 1 : 25.000 (Bakosurtanal). Lokasi ini terletak lebih kurang 14 km arah barat daya Kota Trenggalek, dapat dicapai dengan kendaraan roda empat melalui jalan kabupaten.

Berdasarkan sudut lereng dan bentuk topografi dan hasil pengamatan di lapangan daerah sekitar penyelidikan membentuk : satuan morfologi perbukitan terjal, satuan morfologi perbukitan sedang dan satuan dataran alluvial.

Singkapan tertua yang terdapat di daerah penyelidikan adalah Satuan Batuan Tufa Terubah Formasi Mandalika secara tidak selaras ditutupi oleh Satuan Tufa Formasi Arjosari, di atasnya ditutupi Satuan Batugamping, Formasi Campur Darat, Endapan termuda adalah endapan alluvial yang menutupi daerah aliran Sungai Dawuan dan Kali Pager, berupa lempung, lanau, pasir, kerikil dan kerakal .

Dari genesanya felspar di daerah ini merupakan endapan felspar diagenetik, terbentuk karena erupsi batuan asam (tufa riolitik), akibat tektonik yang terjadi batuan ini terlipat dan tersesarkan. Dan terdapat dalam satuan batuan tuf terubah, Formasi Mandalika. Endapan felspar berwarna putih sampai kecoklatan, terlipat kuat dan tersesarkan, sehingga bentuk endapannya berupa kerucut. Di daerah ini bahan galian felspar dijumpai pada 4 daerah, jaitu Gunung Jabung, Gunung Sapu, Gunung Slimer dan Gunung Banjiran.

sumber daya terukur felspar pada Gunung Jabung adalah 5.331.700 m3, sumber daya terukur felspar pada Gunung Sapu 2.169.100 m3, sumber daya terukur felspar pada Gunung Slimer adalah 1.049.500 m3 dan sumber daya terukur felspar pada Gunung Banjiran adalah 2.568.500 m3 dengan faktor koreksi berkisar 20 – 60 %. Dari hasil tes bakar keramik dapat digunakan sebagai bahan pelebur dalam industri keramik. Sampai saat ini felspar di daerah ini dikirim ke Surabaya sebagai bahan baku industri keramik.

PENDAHULUAN

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2007 Pusat Sumber Daya Geologi mengadakan eksplorasi rinci endapan felspar di daerah Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur.

Barang-barang keramik merupakan kebutuhan sekunder, akhir-akhir ini sangat diminati konsumen rumah tangga seperti peralatan rumah tangga juga untuk kebutuhan perumahan dan gedung perkantoran di antaranya lantai dan

dinding keramik. Sampai dengan tahun 1996 sebelum terjadinya krisis ekonomi di Indonesia telah tercatat sebanyak 24 perusahaan berlokasi di Jawa Timur, 8 perusahaan di DKI Jakarta, masing-masing 3 perusahaan di Jawa Tengah dan Kalimantan serta 97 perusahaan industri keramik yang memproduksi berbagai macam keramik. Dari jumlah tersebut, 55 perusahaan berlokasi di Jawa Barat, masing-masing 1 perusahaan di Bali, Riau, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan.

(2)

80% dari jumlah kebutuhan yang ada. Oleh karena itu, untuk mengurangi impor felspar dan meningkatkan pemanfaatan bahan galian felspar secara maksimal diperlukan upaya peningkatan kualitas felspar yang ada serta mengeksplorasi daerah potensi baru, untuk memenuhi kebutuhan felspar dalam industri keramik.

Memperhatikan pentingnya pemanfaatan felspar dalam industri keramik serta upaya mengangkat perekonomian masyarakat dimasa krisis ekonomi yang belum juga pulih ini, diperlukan adanya dorongan untuk mendayagunakan potensi felspar secara lebih optimal.

Menurut penyelidik terdahulu di daerah Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur dijumpai felspar dengan sumberdaya tereka sebesar 75.000.000 m3.

Secara administratif daerah penyelidikan sebagian besar termasuk dalam wilayah Desa Jati, Kecamatan Karangan dan Desa Mlinjon, Kecamatan Suruh (pemekaran Kecamatan Karangan), sisanya termasuk Desa Kedungsigit, Kecamatan Karangan serta Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, secara geografis daerah ini terletak di antara garis koordinat 111° 38' 6.28" – 111° 39' 53.10 “ Bujur Timur dan 8° 5' 59,02" –- 8° 6' 56,77" Lintang Selatan dengan luas sekitar 500 hektar (Gambar 1). Lokasi ini terletak lebih kurang 14 km arah barat daya Kota Trenggalek, dapat dicapai dengan kendaraan roda empat melalui jalan kabupaten.

Penyelidikan atau kegiatan eksplorasi bahan galian dirancang dan dilaksanakan berdasarkan suatu metoda yang disesuaikan dengan tujuan dan tahapan dari kegiatan tersebut agar diperoleh hasil yang optimal. Oleh karena itu eksplorasi endapan felspar di daerah ini dilaksanakan dengan urutan dan cakupan kegiatan mulai dari persiapan/studi literatur, kegiatan lapangan dan kajian hasil analisis laboratorium, pengkajian data sekunder, ruang lingkup penyelidikan dan peralatan serta perlengkapan yang digunakan.

Beberapa hal yang merupakan ruang lingkup kegiatan eksplorasi rinci endapan felspar di daerah Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek antara lain adalah :

•Melakukan kajian geologi endapan felspar.

• Melakukan pemetaan topografi dan geologi sebaran endapan felspar

•Melakukan pemboran eksplorasi sebanyak 6 titik dengan kedalaman rata-rata 30 m

•Melakukan kajian potensi, sumber daya dan sebaran, mutu dan kegunaan, prospek pemanfaatan dan pengembangan felspar.

•Melakukan analisis laboratorium untuk mengetahui mutu, komposisi kimia felspar (major elements, petrografi,

analisa bakar serta XRD)

•Inventarisasi dan kajian data sekunder berkaitan dengan prospek pemanfaatan dan pengembangannya.

•Melakukan kajian korelasi antara data dan informasi hasil penyelidikan lapangan dan laboratorium. •Pengolahan data dan digitasi. •Penyusunan/penulisan laporan eksplorasi.

GEOLOGI UMUM

Berdasarkan tataan fisiografi van Bemmelen (1949), wilayah Kabupaten Trenggalek (dalam Peta Geologi lembar Tulungagung) termasuk dalarn Lajur Pegunungan Selatan Jawa Timur, yang bagian utaranya berbatasan dengan Lajur Depresi yang ditempati oleh G. Wilis (Nahrowi drr., 1978). Morfologi daerah Lembar dapat dibagi menjadi 3 satuan, yaitu pebukitan, pedataran dan kars.

Satuan pebukitan berjulang antara 300 dan 980 m di atas muka laut. Satuan ini disusun oleh batuan gunung-api dan endapan turbidit Oligo-Miosen. Beberapa tonjolan bukit pada satuan ini dibentuk oleh batuan terobosan bersusunan asam hingga menengah. Sungainya yang berpola meranting membentuk lembah yang curam dan dalam. Beberapa kelurusan sungai dan punggungannya dikendalikan oleh struktur tebing curam berbentuk melingkar terdapat di sekitar Teluk Sumbreng di pantai selatan dan di barat Kampak diduga merupakan bekas kawah. Kawah-kawah tersebut berbentuk tapal kuda terbuka ke arah tenggara dan utara. Beberapa teluk berbentuk setengah lingkaran pada satuan ini juga diduga bekas kawah, misalnya Teluk Prigi.

(3)

endapan aluvial dan rata-rata berjulang 100 m di atas muka laut. Sungai utama pada satuan ini adalah S. Ngasinan, S. Ngeongan dan S. Jati. Satuan kars tersebar di bagian selatan di sepanjang pantai selatan. Dan sedikit di utara kota Trenggalek. Satuan ini rata-rata berjulang lebih dari 250 m di atas muka laut, disusun oleh batuan karbonat. Sungai-sungai pada satuan ini umumnya berlembah sempit dan curam. Kelurusan sungai dan pegunungan dikendalikan oleh struktur.

Satuan tertua yang tersingkap di Kabupaten Trenggalek berupa himpunan batuan Oligo-Miosen Kelompok Grendulu, yang terdiri dari Formasi Arjosari dan Formasi Mandalika. Formasi Arjosari (Toma) berupa runtunan endapan turbidit, yang ke arah mendatar berangsur berubah menjadi batuan gunungapi Formasi Mandalika (Tomm). Kelompok Orcubulu ditindih selaras oleh Formasi Campurdarat (Tmcl) yang disusun oleh batuan karbonat berumur Miosen Awal. Ketiga formasi di atas dipengaruhi oleh terobosan batuan beku bersusunan asam hingga menengah (Tomi; di, da, an), dan tertindih tak-selaras oleh formasi-formasi Jaten, Wuni dan Nampol. Formasi Jaten (Tmj) berumur akhir Miosen Awal dan merupakan kumpulan batuan klastika hasil rombakan batuan yang lebih tua. Satuan ini ditindih selaras oleh runtunan batuan gunungapi dan klastika gunungapi, Formasi Wuni (Tmw) yang berumur awal Miosen Tengah. Formasi Nampol (Tmn) yang juga berumur awal Miosen Tengah disusun oleh batuan klastika menindih selaras Formasi Wuni. Satuan ini ditindih selaras oleh himpunan batuan karbonat Formasi Wonosari (Tmwl) yang berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir. Batuan Gunungapi Wilis (Opwv) yang berumur Plistosen menindih tak-selaras satuan yang lebih tua. Satuan termuda di kabupaten ini adalah Aluvium (Qa) yang merupakan endapan sungai dan pantai

Secara struktur wilayah ini ditempati oleh sesar-sesar miring yang berarah baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya. Gerakan mendatar dari sesar-sesar tersebut lebih banyak dibandingkan dengan gerakan turunnya, sehingga ditafsirkan sebagai sesar geser jurus. Sesar yang berarah timurlaut-baratdaya adalah sesar geser jurus mengiri (sinistral), seperti misalnya Sesar Puger dan Sesar Kambengan. Sedangkan yang arahnya baratlaut-tenggara mempunyai gerakan mendatar menganan (dekstral). Beberapa sesar yang

diduga cerminan dari kelurusan yang arahnya barat-timur atau hampir utara-selatan adalah sesar turun. Lipatan yang terdapat di daerah ini adalah Sinklin Puntukjatuh, yang menyebabkan periukan pada lapisan batugamping Miosen Awal Formasi Campurdarat. Sinklin ini mempunyai sumbu yang arahnya timurlaut-baratdaya. Berdasarkan pola struktur tersebut, diduga arah gaya utamanya adalah nisbi utara-selatan.Pemineralan pirit akibat penerobosan batuan beku pada batuan gunungapi dijumpai di utara Munjungan dan barat Prigi. Dalam usahanya menjajagi kemungkinan adanya mineralisasi lainnya, pada 1972, PT Kennecott Indonesia mengadakan penelitian rinci di daerah tersebut. Mangan dijumpai setempat-setempat pada batugamping Miosen Awal di daerah Sukoharjo, selatan Durenan. Berhubung kurang potensial dan ekonomis dari endapan mangan ini sampai kini belum diusahakan.

GEOLOGI DAN POTENSI ENDAPAN FELSPAR

Berdasarkan sudut lereng dan bentuk topografi dan hasil pengamatan di lapangan daerah sekitar penyelidikan membentuk : satuan morfologi perbukitan terjal, satuan morfologi perbukitan sedang dan satuan dataran alluvial.

Satuan morfologi perbukitan terjal menempati bagian tengah daerah penyelidikan, terlipat agak kuat dengan puncak-puncak bukit berketinggian berkisar antara 282,5 sampai dengan 215 m di atas permukaan laut (dpl), membentuk endapan felspar Gunung Jabung, Gunung Sapu, Gunung Slimer dan Gunung Banjiran, morfologinya dikontrol oleh tufa terubah, satuan batuan pada Formasi Mandalika (Tvt), serta di beberapa tempat juga dikontrol oleh gawir sesar. Dicirikan dengan relief kasar, lembah yang sempit berbentuk V, lereng-lereng yang terjal dengan sudut kemiringan lebih dari 60o, aliran sungai umumnya dendritik di beberapa tempat paralel.

(4)

berjalan, sehingga erosinya telah memasuki stadium dewasa.

Satuan morfologi dataran alluvial ditandai dengan lembah-lembah lebar dan kaki-kaki bukit berketinggian berkisar antara 130 sampai dengan 135 m (dpl). Daerah ini terbentuk dari pelapukan batuan di bawahnya (tuf) maupun endapan aluvial sungai, yang terdiri dari lempung, lanau, pasir; kerikil dan kerakal, yang merupakan endapan Sungai Dawuan dan Kali Pager.

Singkapan tertua yang terdapat di daerah penyelidikan adalah Satuan Batuan Tufa Terubah Formasi Mandalika secara tidak selaras ditutupi oleh Satuan Tufa Formasi Arjosari, di atasnya ditutupi Satuan Batugamping, Formasi Campur Darat, Endapan termuda adalah endapan alluvial yang menutupi daerah aliran Sungai Dawuan dan Kali Pager, berupa lempung, lanau, pasir, kerikil dan kerakal .

Urut-urutan stratigrafi daerah penyelidikan mulai dari tua sampai muda adalah sebagai berikut (Gambar 2.).:

- Satuan Batuan Tufa Terubah, Formasi Mandalika

- Satuan Batuan Tufa, Formasi Arjosari - Satuan Batuan Batugamping, Formasi Campur Darat

- Satuan Aluvial

Satuan Batuan Tufa Terubah, Formasi Mandalika membentuk morfologi perbukitan terjal, seperti pada Gunung Jabung, Gunung Sapu, Gunung Slimer dan Gunung Banjiran, kesemua gunung tersebut mengalami perlipatan, terkekarkan dan tersesarkan sebagian besar berupa tufa terubah, dengan sisipan tufa lapili, breksi vulkanik dan tufa tersilisifikasi (silicified tuff) Tufa terubah berbutir halus sampai sedang, berwarna putih kecoklatan sampai kemerahan, umumnya keras, masif, tufa terubah di daerah Gunung Jabung, umumnya berlaminasi, mengandung kuarsa, mineral mafik, dari hasil pemboran (BH-02) memperlihatkan pengarahan jurus kemiringan sekitar 50o - 60o, pada kedalaman tertentu dijumpai rekahan, dan membuat batuan teroksidasi. Tufa terubah Gunung Sapu berwarna putih kecoklatan, umumnya terkekarkan dengan berbagai arah dan saling memotong (arah utara-selatan dan barat-timur), dari hasil pemboran (BH-05), dijumpai sisipan tufa lapili dan tuf breksi pada kedalaman 4 m -7 m, 20 m, 15,50 m -15,80 m dan 22,60 m - 23,10 m, tuf lapili, berupa pasir vulkanik, lepas,

warna coklat kehitaman, sedangkan tuf breksi, berwarna hitam, fragmen bersudut, berukuran kerikil, dengan masadasar tuf, dari kedua sisipan batuan tersebut terlihat kemiringan lapisan batuan membentuk antara 50o - 60o. Tufa terubah di Gunung Slimer berwarna putih sedikit kotor, umumnya tersesarkan, banyak urat tipis dan pengisian celah (cavity filling) dari kwarsa, dari hasil pemboran pada lubang bor BH-06, pada kedalaman 25 m masih terjadi rekahan yang menyebabkan oksidasi, juga urat kuarsa tipis. Tufa terubah di Gunung Banjiran berwarna putih kecoklatan, setempat memperlihatkan sheeting joint (kekar lembar), di bagian atas (sisa penambangan), dijumpai tufa mengalami silisifikasi, berwarna putih kecoklatan, keras, terkekarkan, sedangkan di bagian bawah, mengalami pelapukan, berwarna putih coklat kemerahan, mudah diremas dan digunakan sebagai bahan campuran pembuatan bata dan genteng. Tufa terubah ini sejak tahun 1983 telah ditambang sebagai komoditi felspar, yang digunakan sebagai bahan keramik, malah felspar di Gunung Banjiran tinggal di bagian bawah lereng gunung, Gunung Slimer dan Gunung Sapu sedang ditambang dan dikirim ke Surabaya, sedangkan endapan felspar Gunung Jabung, sampai saat ini belum ditambang.

Satuan Batuan Tufa, Formasi Arjosari menempati bagian besar daerah penyelidikan, terdiri dari tufa, breksi vulkanik, tufa lapili, lava andesit. Tufa berwarna coklat abu-abu sampai kehijauan, memperlihatkan pelapukan mengulit bawang, dan setempat mengandung lensa-lensa kecil batulempung. Tebal lapisannya berkisar antara 1 dan 2 m. Breksi vulkanik, dengan fragmen andesit berukuran dari pasir sampai bongkah. Tufa lapili berwarna abu-abu kecoklatan berbutir sedang hingga kasar, berupa pasir vulkanik. Mempunyai jurus perlapisan hampir arah barat-timur dengan kemiringan 20º-40º.

(5)

duri echinoid dan foraminifera, sebagian terpualamkan dan terpiritkan. Tebalnya berkisar antara 10 dan 50 m. Batulempung berkarbon berwarna kelabu. atau, kelabu kehitaman, sedikit gampingan dan berlapis baik sebagai sisipan, lapisan ini mempunyai tebal antara 15 dan 50 cm dan umumnya berkembang di bagian atas satuan. Di daerah Selorejo pada batulempung dijumpai sisipan batubara dengan tebal 0,50 cm, telah ditambang oleh rakyat.

Satuan Aluvial menempati dataran dan limpahan banjir Kali Dawuan, Kali Pager dan Kali Jati, terdiri dari : kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur. Endapan aluvial ini juga mempunyai nilai ekonomis bagi penduduk setempat, partikel ukuran pasir hingga kerakal diusahakan sebagai sirtu, seperti yang dijumpai di sepanjang aliran Kali Dawuan, sedangkan lempungnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan bata genteng di Kampung Dawuan. Struktur yang dijumpai berupa lipatan (antiklin) dan sesar. Antiklin berarah hampir timur – barat, Sedangkan gejala sesar yang dijumpai berupa kekar dan gawir sesar, terutama di sekitar Gunung Sapu, Banjiran dan Gunung Slimer. Dari genesanya felspar di daerah ini merupakan endapan felspar diagenetik, terbentuk karena erupsi batuan asam (tufa riolitik), akibat tektonik yang terjadi batuan ini terlipat dan tersesarkan. Setelah dilakukan pengamatan, baik hasil lapangan serta hasil kajian dari berbagai sumber pustaka, bahan galian felspar di daerah Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur terdapat dalam satuan batuan tuf terubah, Formasi Mandalika. Endapan felspar berwarna putih sampai kecoklatan, terlipat kuat dan tersesarkan, sehingga bentuk endapannya berupa kerucut.

Di daerah ini bahan galian felspar dijumpai pada 4 daerah, jaitu Gunung Jabung, Gunung Sapu, Gunung Slimer dan Gunung Banjiran. Melihat bentuk geometrisnya berdasarkan keadaan sebarannya dan topografisnya telah terlihat, maka dihitung volumenya berdasarkan “Methode Cross Section“.

Untuk itu tiap Gunung yang mempunyai sumber daya dibuat penampangnya dengan jarak antar penampang 100 m dan dihitung luasnya, penampang dibuat dengan anggapan batas tambang adalah 150 m dpl, dengan rumus di atas maka dapat dihitung sumber daya terukur dari masing-masing lokasi endapan felspar.

Hasil perhitungan setiap blok dan jumlah total seluruh blok setelah dikurangi volume overburden, faktor koreksi masing-masing blok diketahui sumber daya terukur felspar pada Gunung Jabung adalah 5.331.716,67 m3 in situ, dibulatkan lebih kurang 5.331.700 m3, sumber daya terukur felspar pada Gunung Sapu adalah 2.169.166,67 m3 in situ, dibulatkan lebih kurang 2.169.100 m3, sumber daya terukur felspar pada Gunung Slimer adalah 1.049.566,67 m3 in situ, dibulatkan lebih kurang 1.049.500 m3 dan sumber daya terukur felspar pada Gunung Banjiran adalah 2.568.566,67 m3 in situ, dibulatkan lebih kurang 2.568.500 m3 dengan faktor koreksi berkisar 20 – 60 %.

PROSPEK PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN ENDAPAN FELSPAR

Untuk mengetahui prospek pemanfaatan bahan galian maka pengkajian atau penilaiannya didasarkan pada beberapa aspek antara lain : kualitas, kuantitas, lokasi dan pemasaran, disamping aspek lainnya. Kajian mengenai prospek pengembangan bahan galian tidak terlalu berbeda dengan dasar penilaian terhadap prospek pemanfaatannya. Namun untuk prospek pengembangan lebih diarahkan pada kemungkinan pengusahaan dalam skala yang relatif lebih besar di masa yang akan datang, dikaitkan dengan pusat-pusat pertumbuhan dan peluang ekspor sejalan dengan permintaan pasar dalam dan luar negeri.

Felspar merupakan salah satu komoditi mineral non logam yang cukup penting dan dicari guna memenuhi kebutuhan di bidang industri keramik. Spesifikasi dan kegunaan felspar secara umum dapat dijelaskan seperti berikut ini. Mutu felspar ditentukan oleh kandungan oksida kimia Na2O dan K2O yang relatif tinggi (> 6%),

oksida Fe2O3 dan TiO2. Pada umumnya

pengolahan felspar adalah dengan menghilangkan atau menurunkan kadar material atau unsur pengotor seperti besi, biotit, turmalin, mika dan kuarsa. Seperti diketahui bila unsur Fe2O3 terlalu tinggi akan mengakibatkan

perubahan warna pada proses pembuatan badan keramik (Fe2O3 maksimum 0,50%).

(6)

tinggi jarang dipakai, dan memenuhi persyaratan. Pengujian sifat fisik perlu dilakukan dengan metoda uji bakar keramik pada suhu 1400º C, setelah pembakaran kemudian diamati kepadatan, warna dan homogenitas. Sedangkan pengujian komposisi kimia dilakukan menggunakan analisis kuantitatif dengan metoda basah.

Perkembangan produksi felspar Indonesia beberapa tahun terakhir ini sebenarnya mengalami peningkatan dan umumnya masih berbentuk “raw material” saja. Namun yang menonjol justru aktifitas impor yang semakin tinggi. Negara eksportir yang selama ini berhubungan dengan Indonesia adalah, China, India, Malaysia dan Turki. Ditinjau dari sisi pemasokan dan permintaan, bahan galian ini tampaknya tetap belum mencapai keseimbangan dalam hal ini kebutuhan domestik belum bisa terpenuhi. Melihat kecenderungan akan kebutuhan bahan mentah felspar saat ini semakin meningkat, menjadikan komoditi felspar semakin prospek.

Sampai saat ini felspar di daerah ini dikirim ke Surabaya sebagai bahan baku industri keramik. Dan dari hasil tes keramik yang dilakukan di Balai Keramik Bandung, umumnya felspar di daerah tersebut dapat digunakan sebagai bahan pelebur dalam industri keramik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan data lapangan diketahui bahwa endapan felspar dijumpai di daerah sekitar Gunung Jabung dan Sapu, Desa Jati, Kecamatan Karangan, Gunung Slimer dan Banjiran, Desa Mlinjon, Kecamatan Suruh, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.

Dari genesanya felspar di daerah ini merupakan endapan felspar diagenetik, terbentuk karena erupsi batuan asam (tufa riolitik), akibat tektonik yang terjadi batuan ini terlipat dan tersesarkan. Setelah dilakukan pengamatan , baik hasil lapangan serta hasil kajian dari berbagai sumber pustaka, bahan galian felspar di daerah Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur terdapat dalam satuan batuan tuf terubah, Formasi Mandalika. Endapan felspar berwarna putih sampai kecoklatan, terlipat kuat dan tersesarkan, sehingga bentuk endapannya berupa kerucut.

Hasil perhitungan setiap blok dan jumlah total seluruh blok setelah dikurangi volume overburden, faktor koreksi masing-masing blok diketahui sumber daya terukur felspar pada Gunung Jabung adalah 5.331.716,67 m3 in situ, dibulatkan lebih kurang 5.331.700 m3, sumber daya terukur felspar pada Gunung Sapu adalah 2.169.166,67 m3 in situ, dibulatkan lebih kurang 2.169.100 m3, sumber daya terukur felspar pada Gunung Slimer adalah 1.049.566,67 m3 in situ, dibulatkan lebih kurang 1.049.500 m3 dan sumber daya terukur felspar pada Gunung Banjiran adalah 2.568.566,67 m3 in situ, dibulatkan lebih kurang 2.568.500 m3 dengan faktor koreksi berkisar 20 – 60 %.

Sampai saat ini felspar di daerah ini dikirim ke Surabaya sebagai bahan baku industri keramik, dapat digunakan sebagai bahan pelebur dalam industri keramik

Dari hasil kajian sampai saat ini, endapan felspar di Desa Jati dan Desa Mlinjon, Kecamatan Karangan dan Suruh, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, dapat digunakan pada industri keramik. Apalagi data di lapangan memperlihatkan bahwa keberadaan sebaran felspar terdapat dalam kawasan lahan yang produktip.

Untuk prospek pengembangan lebih diarahkan pada kemungkinan pengusahaan dalam skala yang relatif lebih besar di masa yang akan datang, dikaitkan dengan pusat-pusat pertumbuhan dan peluang ekspor sejalan dengan permintaan pasar dalam dan luar negeri

DAFTAR PUSTAKA

• Bemmelen, R. W. van, 1949, The Geologi of Indonesia, vol 1A, General Geologi,Second Edition, Martinus, Nijhoff, The Hague, Netherland.

• H. Samodra, Suharsono, S. Gafoer dan T. Suwarti, 1992, Peta Geologi Lembar Tulungagung, Jawa, P3G.

• Yayat. P.S., dkk., 1985, Pemetaan Geologi daerah Pule dan karangan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, SDM, Bandung

(7)
(8)

Gambar 1. Lokasi daerah Eksplorasi Rinci Endapan Felspar

Gambar

Gambar 1. Lokasi daerah Eksplorasi Rinci Endapan Felspar

Referensi

Dokumen terkait