• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penemuan Makna Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Hidup Lebih dari Prognosis Medis T2 752011002 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penemuan Makna Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Hidup Lebih dari Prognosis Medis T2 752011002 BAB IV"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

108 BAB IV

ANALISA KEHIDUPAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG HIDUP LEBIH LAMA DARI PROGNOSIS MEDIS DAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA.

Setelah mendeskripsikan kehidupan keenam subjek penderita gagal ginjal

kronik yang hidup lebih lama dari prognosis medis maka Bab IV ini, penulis

memfokuskan penulisan ini dengan menganalisa dan menginterpertasikan data

yang sudah dipaparkan dalam Bab III, sesuai dengan Research Questian pada Bab

I. Penulis akan menguraikan sebuah hal penting tentang penemuan makna hidup

pasien gagal ginjal kronik yang hidup lebih lama dari prognosis medis dengan

memakai pisau bedah logoterapi Frankl .

Bagian ini dibagi dalam dua bagian, pertamapenemuan makna hidup, dan

yang kedua faktor-faktor yang memengaruhi penemuan makna hidup.

4.1. Analisa Penemuan Makna Hidup Pasien Gagal ginjal Kronik Yang Hidup Lebih Lama Dari Prognosis Medis Menurut Logoterapi Frankl.

4.1.1 Kebebasan Untuk Berkehendak (The Freedom of Will)

Kebebasan sifatnya bukan tidak terbatas karena manusia adalah makhluk

serba terbatas. Manusia, sekali pun dianggap sebagai makhluk yang memiliki

(2)

109

aspek fisik (tenaga, daya tahan tubuh, stamina, usia), aspek kejiwaan

(kemampuan, keterampilan, kemauan, ketekunan, bakat, sifat, dan tanggungjawab

pribadi), aspek sosial (dukungan lingkungan, kesempatan, tanggungjawab sosial,

ketaatan pada norma), aspek spiritual (iman, ketaatan beribadah, cinta kasih).

Kebebasan manusia bukan ”kebebasan dari apa” tetapi “kebebasan untuk apa”.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa Subjek G, T, U, C, S,

dan H, memiliki kebebasan untuk berkehendak. Keenam subjek ini memahami

penyakit gagal ginjal kronik merupakan ujian, takdir, ultimatum, dan cambuk dari

Tuhan. Pemahaman yang berbeda akan menimbulkan sikap yang berbeda dalam

menghadapi atau menyikapi situasi dan kondisi yang dialami.

Tiga orang subjek (G, T, dan S) memahami bahwa penyakit gagal ginjal

yang mereka alami adalah merupakan ujian dari Tuhan. Satu orang subjek (C)

mengatakan bahwa gagal ginjal kronik adalah takdir dari Tuhan. Sedangkan dua

orang subjek (U dan H), merupakan ultimatum dan cambuk dari Tuhan.

Pemahaman yang berbeda akan menimbulkan sikap atau perilaku yang berbeda

pula. Tiga orang subjek (G, T, dan S) memahami penyakit gagal ginjal kronik

sebagai ujian dari Tuhan. Hal ini akan memotivasi ketiga subjek untuk bertahan

dan semangat untuk hidup dalam iman kepada Tuhan, sekaligus berkomitmen

untuk merubah sikap hidup ke arah yang lebih baik, sedangkan satu orang subjek

(C) yang memahami penyakit gagal ginjal kronik sebagai takdir dari Tuhan,

bersikap pasrah dan menerima keadaan dan berkomitmen untuk merubah sikap

hidup ke arah yang lebih baik dari yang sebelumnya. Kemudian dua orang subjek

(3)

110

dari Tuhan memotivasi mereka untuk berkomitmen menghentikan/meninggalkan

segala perilaku yang buruk yang diperbuat sebelumnya.

Analisa penulis bahwa pemahaman yang berbeda ini dipengaruhi oleh

perbedaan umur dan latar belakang hidup. Bagi subjek yang berusia di atas 44

tahun sampai 56 tahun penyakit gagal ginjal kronik dianggap sebagai ujian dari

Tuhan. Tetapi bagi subjek yang berusia 25 tahun sampai 27 tahun , penyakit gagal

ginjal kronik adalah sebagai cambuk dan ultimatum dari Tuhan, sedangkan subjek

yang berusia 32 tahun mengganggap penyakit gagal ginjal kronik sebagai takdir

dari Tuhan. Dengan demikian umur mempengaruhi kedewasaan untuk berpikir.

Sedangkan dari sudut pandang latar belakang kehidupan, bahwa orang yang pola

hidupnya tidak sehat dan perilaku kurang benar mengatakan bahwa gagal ginjal

kronik sebagai ujian dari Tuhan (Subjek G, T, S). Tetapi subjek yang latar

belakang hidup atau masa lalu yang suram memahami bahwa gagal ginjal kronik

sebagai cambuk dan ultimatum dari Tuhan (Subjek U dan H).

Ungkapan-ungkapan tersebut menjelaskan adanya kesadaran dan

introspeksi diri akan masa lalu yang tidak benar di hadapan Tuhan. Namun satu

hal yang perlu diketahui bahwa ada perbedaan latar belakang hidup/masa lalu

subjek antara subjek penderita gagal ginjal kronik dengan Frankl sebagai pencetus

logoterapi dan penghuni kamp konsentrasi Auschwitzs. Subjek gagal ginjal kronik

yang hidup lebih lama dari prognosis medis G, T, U, C, S, dan H, mengalami

penderitaan karena pola hidup dan perilaku yang tidak benar. Berbeda dengan

Frankl dengan penghuni kamp konsentrasi, mereka mengalami penderitaan bukan

karena perilaku yang tidak benar tetapi akibat kekejaman tentara Nazi yang

(4)

111

Subjek G, T, dan S, mengalami gagal ginjal kronik dan menjalani

hemodialisa (cuci darah) karena pola makan dan minum yang tidak sehat. Subjek

G terlalu banyak minum jamu dan makan daging babi. Subjek T, terlalu banyak

minum kopi dan merokok. Subjek S terlalu banyak makan mie instan dan minum

teh botol. Kemudian Subjek U disebabkan perilaku hidup yang tidak benar, sering

keluar malam, kurang tidur dan banyak minum alkohol. Subjek C, terlalu banyak

keluar malam yang mengakibatkan kurang tidur dan istirahat. Walaupun latar

belakang subjek berbeda antara pasien gagal ginjal kronik dengan Frankl, tetapi

setiap orang mempunyai kebebasan untuk berkehendak. Frankl mengatakan

bahwa dalam kamp konsentrasi Auschwiz, setiap orang memiliki kebebasan untuk

berkehendak. Dalam kamp konsentrasi ada yang memilih seperti swine (babi) dan

ada yang memilih menjadi saint (orang kudus). Hal ini menjelaskan bahwa dalam

situasi yang sama belum tentu mengambil sikap yang sama pula. Dengan

demikian teori Frankl dapat diterima, sesuai dan berlaku secara universal baik di

dunia Barat maupun di dunia Timur walaupun latar belakang budayanya berbeda.

4.1.2. Kehendak Untuk Bermakna (The Will to Meaning).

Setiap orang berkehendak untuk bermakna. Bermakna bagi diri sendiri,

keluarga, suami, isteri, anak, saudara, lingkungan, dan juga di tempat bekerja.

Keenam subjek (G, T, U, C, S, dan H) mempunyai kehendak untuk bermakna,

walaupun mereka menderita gagal ginjal kronik. Subjek G ingin bermakna kepada

Gereja. Subjek T, berkehendak bermakna kepada suami, anak, dan orang lain.

(5)

112

berkehendak bermakna kepada isteri. Subjek S ingin bermakna bagi Tuhan.

Subjek H ingin bermakna bagi orang tua, saudara, dan keluarga.

Analisa penulis bahwa perbedaan objek dalam kehendak untuk bermakna

keenam subjek (G, T, U, C, S, dan H), dipengaruhi oleh siapa yang menopang,

menghargai, memperhatikan, membebaskan, dan mendoakan subjek. Subjek G

berkehendak untuk bermakna kepada gereja. Subjek T berkehendak untuk

bermakna kepada suami, anak, dan orang lain. Subjek C berkehendak untuk

bermakna kepada isteri dan orang tua dan keluarga. Subjek (U dan H)

berkehendak untuk bermakna kepada orang tua dan saudara kandung. Subjek S

berkehendak untuk bermakna kepada Tuhan. Frankl mengatakan bahwa kehendak

untuk bermakna dapat diwujudkan dalam sebuah keinginan untuk menjadi orang

yang berguna untuk orang lain, apakah itu anak, isteri, suami, dan keluarga dekat.1

Dengan demikian teori Frankl dapat diterapkan namun perlu ditambahkan

dan kembangkan bahwa keinginan untuk bermakna pada objek tertentu juga

dipengaruhi oleh siapa yang menopang, menghargai, memperhatikan,

membebaskan, dan mendoakan subjek, sesuai dengan keadaan pasien gagal ginjal

kronik yang hidup lebih lama dari prognosis medis.

4.1.3. Makna Hidup (Penderitaan, Cinta dan Kerja).

Makna hidup dapat ditemukan oleh siapa pun, kapan pun, dimana pun, dan

dalam situasi apa pun. Makna hidup bukan diciptakan dan dipilih tetapi

ditemukan. Dari hasil penelitian di lapangan ke enam subjek (G, T, U, C, S, dan

H) menemukan makna hidup walaupun menderita gagal ginjal kronik. Penyakit

1

(6)

113

gagal ginjal tidak menghalangi keenam subjek (G, T, U, C, S, dan H) untuk

menemukan makna hidup. Penemuan makna hidup pasien gagal ginjal kronik

ditemukan pada saat mereka menerima hidup lebih lama dari batas waktu yang

telah ditentukan oleh medis. Tuhan masih memberikan kesempatan hidup lebih

lama dari prognosis medis. Contoh subjek H, mengatakan saya bersyukur karena

hanya makanan dan minuman yang dibatasi bagaimana jika umur saya yang

dibatasi.2 Kesempatan yang diberikan Tuhan kepada pasien gagal ginjal kronik

memotivasi mereka untuk hidup lebih baik pada masa sekarang dan yang akan

datang dibanding masa sebelumnya. Mereka termotivasi untuk semangat hidup,

meningkatkan spritualitas, pelayanan, dan perbuatan baik.

Hidup lebih lama dari prognosis medis membuat pasien gagal ginjal

kronik, mempunyai tujuan hidup yang jelas. Tujuan hidup merek adalah

memperbaiki segala yang negatif pada masa lalu menjadi positif pada masa

sekarang dan yang akan datang. Hal ini yang dijelaskan oleh Frankl bahwa

makna hidup adalah tujuan hidup yang berorientasi pada masa yang akan datang

(future oriented) bukan kepada masa lalu.3 Contoh subjek S, mengatakan masa

lalu tidak perlu kita sesali tetapi yang penting adalah masa sekarang dan yang

akan datang.4

Makna hidup adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga, dan

didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan

tujuan hidup. Setiap manusia selalu mendambakan hidupnya bermakna dan selalu

2

Wawancara hari kamis,tanggal 17 April 2012, pukul 15.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

3

Viktor. E, Frankl, Ma ’s Search for ea i g, (New York: A Touchstone Book; Published by Simon and Schuster, 1962), 98

4

(7)

114

berusaha mencari dan menemukannya. Makna hidup apabila berhasil ditemukan

dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini berarti dan mereka yang berhasil

menemukan dan mengembangkannya akan merasakan kebahagiaan sebagai

ganjarannya sekaligus terhindar dari keputusasaan. Pasien gagal ginjal kronik

telah berhasil menemukan makna hidupnya maka mereka telah menerima

keadaannya dan bersedia kapan pun dipanggil oleh Tuhan. Contoh subjek C

mengatakan “Saya sudah bersedia kapan pun dipanggil oleh Tuhan”.5

Selanjutnya keenam Subjek (G, T, U, C, S, dan H) juga memaknai

penderitaan setelah hidup lebih lama dari prognosis medis. Subjek G memaknai

penderitaan untuk mengintrospeksi diri dan berkomitment untuk memperbaiki

sehingga hidupnya berguna untuk dirinya sendiri juga untuk orang lain. Hal ini

memotivasi subjek G memperbaiki dan meningkatkan pelayanan di Gereja dan

juga menjaga kesehatan. Penderitaan memotivasi subjek T untuk merubah sikap

dan menjaga pola hidup sehat, penderitaan memotivasi subjek U semakin dekat

dan sayang kepada orang tua dan saudara kandungnya, rajin sholat, dan

menghentikan segala perbuatan yang negatif. Penderitaan mendorong subjek C

mempunyai tujuan hidup semakin jelas, termotivasi untuk berbuat baik, rajin

sholat, dan bersyukur kepada Tuhan. Penderitaan memotivasi subjek S untuk

bersikap lebih sabar dan tabah, dan subjek H, memotivasi untuk berkomitmen

mengubah hidup dari yang jaht kepada yang baik (bertobat). Keenam subjek (G,

T, U, C, S, dan H) dengan latar belakang yang berbeda dari segi umur, sex, jenis

kelamin, agama, status, lama hemodialisa, dan pekerjaan, dan sejarah hidup masa

lalu, “sama dalam memaknai penderitaan. Jadi kesimpulannya adalah

5

(8)

115

Penderitaan menjadikan keenam subjek (G, T, U, C, S, dan H) mengintrospeksi

diri dan bertobat serta berkomitmen memperbaiki hidup dari yang negatif ke

positif sehingga berguna untuk diri sendiri juga untuk orang lain.

Dari keterangan di atas menjelaskan bahwa teori Frankl dapat diterima,

dan teruji kebenarannya. Mengapa? Teori Frankl bukanlah teori hasil dari yang

“dipelajari secara teori” tetapi hasil dari “pengalaman hidup” atau “laboratorium

hidup”, karena itu pantas didengar dan diterapkan. Teori ini mengatakan bahwa

makna hidup dapat ditemukan oleh siapa pun dalam setiap situasi bahkan dalam

penderitaan dan kepedihan sekali pun. Maka teori ini sesuai dengan keadaan

pasien gagal ginjal kronik yang sedang mengalami penderitaan. Pertanyaan adalah

apakah ketika manusia menderita baru menemukan makna hidup. Jawabannya

“TIDAK”. Mengapa? Karena makna hidup menurut teori Frankl dapat ditemukan

dalam situasi bahagia juga dalam penderitaan. Namun secara umum dapat

dijelaskan bahwa makna hidup baru ditemukan ketika penderitaan terjadi atas

kehidupan kita.

Kemudian keenam subjek (G, T, U, C, S, dan H) juga memaknai cinta

setelah hidup lebih lama dari prognosis medis. Keenam subjek (G, T, U, C, S, dan

H) memaknai cinta sebagai motivasi, pemberi semangat untuk hidup, dan

menemukan makna hidup. Subjek G memaknai cinta sebagai pendorong dan

semangat untuk hidup. Cinta isteri, anak, warga jemaat, dan perkumpulan marga

menjadikan hidupnya berarti. Subjek T, cinta suami dan anak menjadikan

hidupnya semangat dan jembatan menemukan makna hidup. Subjek U, cinta

orang tua dan saudara yang tulus dan ikhlas membuat subjek U berguna dan

(9)

116

Subjek C, cinta isteri menjadi pendorong, penopang, dan pemberi semangat dan

menemukan makna hidup. Subjek S, cinta keluarga dan dokter tempatnya bekerja

menjadikan hidupnya berarti, dihargai, dan semangat. Subjek H, cinta yang tulus

dan ikhlas dari orang tua, saudara, dan keluarga menjadikan hidupnya berarti dan

berguna, memberi semangat, dan menemukan makna hidup.

Analisa penulis terhadap keenam subjek (G, T, U, C, S, dan H) adalah

bahwa cinta dari kelompok sosial (keluarga, ibu, ayah, saudara, kumpulan marga,

waga jemaat) sangat menentukan penemuan makna hidup penderita gagal ginjal

kronik. Benar apa yang dikatakan Frankl yang menjelaskan bahwa dalam cinta

terjadi sebuah penerimaan akan keberadaan yang dicintai.6 Cinta merupakan

masuknya dalam hubungan langsung dengan kepribadian yang dicintai dengan

keunikan dan kesatuan orang yang dicintai. Dicintai dan diterima adalah jalan

menuju perasaan yang sehat dan berharga, sebaliknya tanpa cinta menimbulkan

kesia-siaan, kekosongan, dan kemarahan. Erich Fromm seorang pakar

psikoanalisa modern menyebutkan empat unsur dari cinta kasih yang murni, yakni

perhatian (care), tanggung jawab (responsibility), rasa hormat (respect), dan

pengertian (understanding).7 Selanjutnya Carl Rogers mengatakan bahwa cinta

adalah “keadaan dimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati”.8

Hal ini juga ditemukan keenam subjek penderita gagal ginjal kronik yang

hidup lebih lama dari prognosis medis. Jadi kesimpulannya adalah Cinta dari

keluarga, saudara, isteri, suami, gereja, kumpulan marga menjadikan hidup

mereka berarti dan dihargai. Cinta membuat mereka mempunyai semangat untuk

hidup. Cinta membuat mereka menemukan makna hidup. Cinta membuat mereka

6

Alwisol, Ibid, 245

7

Fromm, Erich, Man For Himself, (New York: Holt Rinehart And Winston, 1964), 103.

8

(10)

117

bertambah sehat. Dari penjelasan di atas maka teori Frankl, benar dan dapat

diterima serta dipergunakan pada pasien gagal ginjal kronik yang hidup lebih lama

dari prognosis medis.

Selanjutnya empat subjek (G, T, S, dan U), memaknai makna kerja sebagai

tanggungjawab dan makna hidup. Kerja merupakan sebagai bukti bahwa gagal

ginjal kronik juga dapat bekerja seperti orang sehat walaupun tidak sesempurna

sebelumnya. Kerja membuat hidup mereka berguna, dan bahagia, sedangkan

subjek C, memaknai kerja hanya biasa saja, hal ini dimungkinkan karena hanya

membantu isteri berjualan di rumah. Sedangkan subjek H, belum bekerja tetapi

masih kuliah. Namun Subjek H memaknai kuliah sebagai tanggungjawab dan

makna hidup. Hal itu membuat subjek H berkomitmen untuk menyelesaikan

kuliahnya yang tertunda sebelumnya.

4.2. Analisa Faktor-faktor Yang Memengaruhi Penemuan Makna Hidup Pasien Yang Hidup Lebih Lama Dari Prognosis Medis.

Ada 3 (tiga) faktor yang memengaruhi penemuan makna hidup pasien

gagal ginjal kronik yang hidup lebih lama dari prognosis medis sesuai dengan

hasil penelitian di lapangan yang telah dipaparkan di Bab III. Ketiga faktor

tersebut pertama, faktor sosial (keluarga, suami, isteri, saudara, anggota gereja,

perkumpulan marga) kedua faktor religiusitas dan ketiga motivasi diri (semangat

untuk hidup).

Dari ketiga faktor hasil temuan di lapangan yang paling dominan

(11)

118

gereja, perkumpulan marga), kemudian faktor religiusitas dan motivasi diri

(semangat hidup). Pertanyaan adalah Mengapa?

Analisa penulis karena keluarga adalah hubungan yang paling dekat,

mengerti, menerima, memahami, dan yang selalu siap membantu baik fisik

maupun psikis dalam menghadapi pergumulan hidup pasien. Keluarga adalah

tempat curahan hati bagi pasien gagal ginjal kronik baik dalam suka maupun

duka. Cinta keluarga memberi semangat dan dorongan bagi pasien gagal ginjal

kronik untuk mampu menghadapi tantangan kehidupan baik dari dalam maupun

dari luar diri pasien gagal ginjal kronik. Akhirnya perhatian keluarga

menimbulkan religiusitas dan motivasi diri (semangat untuk hidup).

Hal ini menjelaskan bahwa sifat orang/masyarakat di Timur adalah

Communal Life (hidup bersama). Kepastian hidup ada dalam kebersamaan.

Kebersamaan merupakan salah satu kenyamanan hidup untuk masyarakat Timur.9

Selain itu masyarakat di Timur adalah interdependence personality (saling

ketergantung antara satu dengan yang lain), bukan independence personality.10

Kepribadian orang/masyarakat Timur dipengaruhi juga oleh orang lain yang dekat

dengan dirinya. Hal ini juga berkaitan dengan apa yang dijelaskan oleh Durkheim

bahwa individu dipengaruhi oleh kelompok sosial/masyarakat dan saling

memengaruhi.

Dengan demikian teori Frankl perlu ditambahkan bahwa dalam penemuan

makna hidup bukan hanya karena kemampuan dan motivasi diri setiap orang

tetapi faktor sosial (keluarga) memegang peranan yang sangat penting dalam

9

Mengutip buah pemikiran.Prof. Pdt. John, A. Titaley,Th.D, hari Sabtu 5 Agustus 2012 di Asrama UKSW, pukul 17.00.

10

(12)

119

penemuan makna hidup bagi pasien gagal ginjal kronik yang ada di dunia Timur.

Pasien gagal ginjal kronik menemukan makna hidup bukanlah diawali oleh

kemampuan dirinya tetapi karena mendapatkan topangan, dukungan, cinta yang

tulus dan diterima oleh keluarga.

Maka sumbangan kontekstual lokal dari hasil penelitian ini adalah bahwa

dukungan sosial (keluarga) adalah sangat memegang peranan penting dalam

mencapai penemuan makna hidup. Ketika penderita gagal ginjal kronik

merasakan hidup dalam kebersamaan, dihargai, diterima, dan dicintai dengan

tulus ikhlas maka mereka akan bersyukur kepada Tuhan dan mempunyai motivasi

untuk tetap semangat menjalani hidup.

Dengan demikian implikasi pastoral kepada pasien gagal ginjal kronik

yang hidup lebih lama dari prognosis medis adalah jangan mereka dibiarkan

sendirian/kesepian (lonely), sering dikunjungi, ditopang, diterima, dihargai,

dicintai dengan tulus dan akhirnya mereka dapat menerima kematiannya dengan

tulus dan tenang. Selanjutnya konselor juga dapat menantang pasien gagal ginjal

kronik bahwa hidup yang dimiliki sekarang merupakan anugerah dari Tuhan yang

seharusnya tidak diterima. Dengan demikian kesempatan emas yang diberikan

Tuhan dipergunakan sebaik mungkin dan bermakna untuk diri sendiri dan juga

untuk orang lain.

William A. Clebsch dan Charles R. Jeakle dalam ringkasan

sumber-sumber yang mereka buat dari sejarah gereja, mengemukakan empat fungsi

konseling pastoral sepanjang abad:

 Menyembuhkan (Healing) “suatu fungsi pastoral yang terarah untuk

(13)

120

menuju keutuhan dan membimbingnya ke arah kemajuan di luar

kondisinya terdahulu”.

 Mendukung (Sustaining) “Menolong orang yang sakit (terluka) agar dapat

bertahan dan mengatasi suatu kejadian yang terjadi pada waktu yang

lampau, dimana perbaikan atau penyembuhan atas penyakitnya tidak

mungkin lagi diusahakan atau kemungkinannya sangat tipis sehingga tidak

mungkin lagi diharapkan”.

 Membimbing (Guiding) “membantu orang yang berada dalam

kebingungan dalam mengambil pilihan yang pasti (meyakinkan diantara

berbagai pikiran dan tindakan alternative/pilihan), pilihan yang dipandang

mempengaruhi keadan jiwa mereka sekarang dan pada waktu yang akan

datang”.

 Memulihkan (Reconciling) ”usaha membangun hubungan-hubungan yang

rusak kembali diantara manusia dan sesama manusia dan diantara manusia

Referensi

Dokumen terkait

Dalam makalah ini akan dibahas tara proses hidridasi logam paduan U- Th-Zr sedemikian rupa sehingga logam paduan padat tidak hancur menjadi serbuk yang diakibatkan

Kebaikan penggunaan model analisis ini adalah ianya mampu menvisualisasikan lokasi penagih dadah. Kaedah ini seterusnya dapat membantu pengurusan dan pengawalan pergerakan

Setelah analisis struktur pada ketiga jenis graf diatas, selanjutnya analisis dilakukan pada graf jembatan yang terbentuk dari (1) graf lingkaran dan lingkaran, (2) graf bintang dan

Tujuan umum: memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).. Pembahasan:

[r]

Strategi yang direkomendasikan bagi kelompok IKM yang kurang siap dalam menerapkan SNI, yaitu meningkatkan kemam- puan dan kompetensi dalam mengelola keuangan dengan

Meskipun selulosa tidak dapat digunakan sebagai bahan makanan oleh tubuh, namun selulosa yang terdapat sebagai serat-serat tumbuhan, sayuran atau buah- buahan, berguna

Pengembangan modul biologi dengan berbasis karakter adalah salah satu upaya dalam mencegah bahayanya pergaulan bebas karena modul ini adalah salah satu bahan ajar yang