LUDRUK KARYA BUDAYA DI TENGAH HIRUK PIKUK PERUBAHAN BUDAYA (PERSPEKTIF ISLAM)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata (S1)
Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh
SETYARTA PAMUNGKAS NIM : A.72.21.21.28.
FAKUTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAKSI
Setyarta Pamungkas, 2015: Ludruk di Tengah Hiruk Pikuk Perubahan Budaya ( Perspektif
Islam ) Dalam Ludruk Karya Budaya.
Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana sejarah perkembangan Ludruk di Mojokerto. (2) Bagaimana pesan lokal dan pesan Islam dalam cerita atau lakon dimainkan Joko Sambang dan Keris Nogo Sosro versi ludruk Karya budaya. (3) Bagaimana makna yang tekandung dalam nilai ludruk Karya Budaya.
Dalam menjawab permasalahan ini, penulis mengunakan metode penelitian etnografi
dengan teori Continuity and chage. Sesuai dengan masalah – masalah tersebut sumber – sumber
yang digunakan hasil pengamatan kesenian ludruk Karya budaya lewat compeks disks ( CD ), YouTube, melihat secara langsung ludruk Karya Budaya pentas disuatu tempat dan hasil wawancara kepada beberapa narasumber yang dianggap mengerti dan paham terkait kesenian
ludruk. Kerangka dalam penulisan ini adalah: 1) Asal – usul tersebut dapat dilihat berdasarkan
ABSTRACT
Setyarta Pamungkas, 2015: Amidst the bustle Ludruk Cultural Change (Islamic Perspective) In Ludruk Cultural Works.
Issues examined in this paper are (1) How is the historical development of Ludruk in Mojokerto. (2) How the local message and the message of Islam in a story or play played Joko Sambang and Keris Nogo Sosro version ludruk work culture. (3) How is the meaning tekandung in value ludruk Cultural Works.
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN ... i
LEMBAR PERYATAAN KEASLIAN ... ii
LEMBAR PERSERTUJUAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
PEDOMAN TRANSLITRASI ... v
LEMBAR MOTO ... vi
LEMBAR PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... ix
KATA PENGATAR ... xi
DAFTAR ISI ... xv
BAB I: PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 4
C.Tujuan Penelitian ... 5
D.Kegunaan Penelitian ... 5
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 6
F. Penelitian Terdahulu ... 8
G.Metode Penelitian ... 10
H.Sistematika Pembahasan ... 14
BAB II: LUDRUK DI MOJOKERTO A.Sejarah Kabupaten Mojokerto ... 15
B.Kesenian Ludruk Yang Ada Di Mojokerto ... 18
BAB III: LUDRUK KARYA BUDAYA
A.Riwayat Hidup Ludruk Karya Budaya ... 32
B.Sistem Pewaris Kesenian ... 33
C.Lakon-lakon yang Pernah Dimainkan dalam Pertunjukan
Ludruk Karya Budaya ... 35 D.Pengertian Kesenian Ludruk ... 35 E. Unsur-Unsur Kesenian Ludruk ... 36
BAB IV: KLASIFIKASI LUDRUK
A.Peran Banci Dalam Kesenian Ludruk ... 43
B.Kata Assalamualaikum Dalam Kesenian Ludruk ... 48
C.Seni Realitas Panggung ... 53
BAB V: PENUTUP
A.Kesimpulan ... 60 B.Saran ... 63
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara kesatuan yang terdiri dari dua belas ribu
pulau, lebih dari lima belas suku yang memiliki ragam budaya, yang terdiri
dari enam agama resmi dan beragam kepercayaan. Keragaman ini menjadikan
Indonesia sebagai Negara yang besar dan keragaman kebudayaan sebagai jati
diri bangasa. Merupakan perkerjaan besar menuliskan seluruh kebudayaan
bangsa Indonesia Jawa dalam satu tulisan. Oleh karena itu skripsi ini dibatasi
pada satu kelompok satu suku besar di Indonesia, yaitu suku jawa1 dan lebih
sepesifikasinya skripsi ini akan di fokuskan pada kesenian ludruk yang berada
dalam provinsi Jawa Timur, yang memiliki tinjauan dalam segi bahasa,
kultural dan simbolik.
Sementara itu, Masyarakat Jawa, ataupun tempat suku Jawa, secara
antropologi budaya adalah orang yang dalam hidup keseharian mengunakan
bahasa Jawa dengan berbagai macam dialek turun - temurun.2 Masyarakat
Jawa timur adalah mereka yang bertempat tinggal didaerah jawa timur. Secara
geografis Provinsi Jawa Timur yang mendiami Kawasan di Jawa Timur yang
meliputi: Kawasan Mataram (Bojonegoro, Kediri, Tulungangung, Nganjuk,
Madiun, Malang, Batu, Magetan, Tergalek, Pacitan), Kawasan Arek
1
Ridwan Bagus Saputra “Kray Miftahul Lutfi Muhammad dan Penus MTI di Tambak Bening Surabaya”, (Skripsi, IAIN Sunan Ampel Fakultas Adab, Surabaya, 2014), 1.
2
Ibid., 1.
2
(Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Lamongan Tuban, Jombang),
Kawasan Tapal Kuda (Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Madura,
Situbondo, Banyuwangi).
Selain itu perlu dimengerti oleh masyarakat Jawa Timur memiliki
budaya yang diikat oleh norma – norma hidup sejarah, tradisi ataupun agama.
Hal ini dapat dilihat dari ciri – ciri masyarakat Jawa Timur secara kekerabatan.
Selain itu, mengingat bahwa berkenaan cara hidup manusia hidup, Manusia
belajar dan berfikir merasa mempercayai dan mengusahakan apa yang patut
menurut budayanya.3
Sedikit menguraikan dari pembahasan mengenai kesenian tradisional
Jawa Timur Skripsi ini menyodorkan suatu laporan yang bersifat analisis dan
etnografis. Tentang grup ludruk Karya Budaya sedang fokus utama akan
membahas bagaimana grup ludruk Karya Budaya menghadapi ramai dan ribut
perubahan. budaya.
Dalam Skripsi ini kami ingin menguraikan ludruk Karya Budaya
dalam Kerangka seni dan budaya Jawa yang mencari akar Analisis Kesenian
ludruk Karya Budaya ditengah perubahan budaya (Perspektif Islam) dengan
pendekatan etnografi dalam mengkaji suatu kesenian tradisional ludruk yang
dikenal sebagai kesenian rakyat yang sebagai tontonan sekaligus tuntunan
hiburan yang merakyat.
Sebagai studi intensif Tentang seni teater sebagai karya seni yang
melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. skripsi
3
Ibid., 2.
3
ini metodenya etnografi tetapi menyoroti kebudayaan dari ludruk Karya
Budaya terutama mengenai, ludruk yang ada di Kabupaten Mojokerto
khususnya ludruk karya budaya, Klasifikasi ludruk. Sementara itu, selain
metode etnografi juga perlu melengkapi kajian pustaka sebagai kontruksi
dalam penguatan skripsi ini.
Sementara dicermati dari penelitian skripsi salah satu mahasiswa
Program Studi Sejarah Dan kebudayaan Islam UIN Sunan Ampel Surabaya
tahun 2014, menunjukan fakta kesenian berfungsi sebagai sarana memberi
pesan lokal dan pesan Islam yang disampaikan positif dan berarah pada ajaran
agama.
Oleh karena itu, ekspresi terhadap kesenian tradisional ludruk untuk
mengembangkan diera demokrasi perlu upaya pembuahan demokrasi secara
serius mengingat kebanyakan kesenian ludruk masih ber- aura mistis dan
ghaib. Penafsiran – penafsiran teks – teks kesenian teater tradisional
cenderung literal dan kurang dikaitkan dengan realitas seni dan budaya secara
empirik.
Sementara itu, ada tuduhan kesenian ludruk dianggap sebagai
penghambat kemajuan. Mereka jugai menolak perubahan, padahal tidak ada
kemajuan tanpa ada perubahan. Dengan demikian dapat dicermati
bahwahsanya muncul tudingan tidak lain dari beberapa kelompok yang
menentang adanya perubahan.4 Namun terbukti bahwa kesenian ludruk
sebagai kesenian tradisional yang mampu membawa perubahan. Dengan
4
Ibid., 4.
4
konsistentensi yang tinggi, para seniman ludruk dan grup kesenian ludruk
telah mampu dan eksis dalam perubahan budaya.
Sedangkan menurut akademisi kesenian ludruk sebagai makelar
budaya dimana ludruk membawakan cerita dari bangsa lain dan kebudayaan
lain yang dianggap mempunyai nilai dan norma yang berguna sebagai
menghegemoni masyarakat. Sedangkan kesenian ludruk menurut Pemerintah
adalah kesenian ludruk sedagai media pembanguman yang berarti ludruk
sebagai media komunikasi. Dengan menyampaikan Pesan – pesan
pembangunan negara dengan kata – kata dan syair yang berguna bagi
masyarakat lewat penampilan para seniman ludruk.
Seni adalah pengunaan imajinasi manusia secara kreatif untuk
menerangkan, memahami, menikmati kehidupan. Sementara dalam konteks
budaya Indonesia hubungan seni dan budaya bukan hal yang baru.5
B. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat
menentukan batasan dan ruang lingkup penelitian ini, adapun rumusan
masalah dalam skripsi ini meliputi:
1. Bagaimana sejarah perkembangan Ludruk di Mojokerto.
2. Bagaimana pesan lokal dan pesan Islam dalam cerita atau lakon dimainkan
Joko Sambang dan Keris Nogo Sosro versi ludruk Karya budaya.
3. Bagaimana makna yang tekandung dalam nilai ludruk Karya Budaya.
5
Ibid., 5.
5
C. Tujuan Penelitian
Selain apa yang telah dipaparkan didalam latar belakang diatas, penulis
juga mempunyai tujuan antara lain:
1. Untuk mengetahui dan mengerti sejarah perkembangan ludruk di
Mojokerto
2. Untuk mengetahui Bagaimana makna yang terkandung dalam nilai ludruk.
3. Untuk mengetahui pesan lokal dan pesan Islam yang terkandung dalam
cerita ludruk versi ludruk Karya Budaya.
D. Kegunaan Penelitian
Pada penelitian ini paling memiliki beberapa kegunaan baik itu dalam
ranah praktis dan ilmiyah. Mengingat ruang lingkupnya, dalam penelitian ini
akan memiliki kontribusi atau kegunaan sebagai berikut ini:
1. Secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih
terhadap pengembangan ilmu dibidang Sejarah dan Kebudayaan Islam.
b. Diharapkan dapat memperkaya kajian budaya khususnya dibidang
kesenian ludruk pada masyarakat Mojokerto.
2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan salah satu informasi dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya kebudayaan yang ada
6
b. Untuk membantu masyarakat demi menghindari kesalah pahaman dari
sebuah pesan yang disampaikan seseorang yang berbeda budaya atau
sama.
E. Pendekatan dan kerangka teorik
Untuk memahami budaya, seorang pengkaji tidaklah berangkat dari
pikiran sendiri, tetapi harus berdasarkan atas apa yang diketahui, dirasakan,
dialami oleh pelaku budaya yang dikaji atau disebut sebagai From The Native
Point’s Of View, yang merupakan hakikat dari pemahaman antropologis.6 Tujuan mempelajari antropologi simbolik adalah melihat kenyataan
dari sudut pandang pelaku. Yang sering dikonsepsikan oleh ahli antropologi
sebagai “Verstehen” Atau analisis emik, yang bertumpu pada pemahaman
terhadap kebudayaan suatu entitas dalam sudut pandang mereka atau pelaku
budaya.7
Dengan pendekatan ini penulis dalam konteks ini, kenyataan harus
memaparkan apa yang dipahami oleh pelaku budaya Dari kerangka teoritik
tersebut, nantinya akan dimunculkan sebuah teori.
Teori ialah aturan menjelaskan proposisi atau seperangkat proposisi
yang berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas presentasi
simbolik dari (1) hubungan – hubungan yang dapat diamati diantara kejadian –
kejadian (yang dapat diukur), (2) mekanisme atau struktur yang diduga
mendasari hubungan – hubungan demikian dan (3) hubungan – hubungan
6
Nur Syam. Mazhad – Mazhad Antropologi (Yogyakarta: Lkis, 2007). 93.
7
Ibid., 93 – 94.
7
yang disimpulkan serta manifestasi hubungan empiris apa pun secara
lansung.8
Karena penelitian kulitatif berakar dari data maka pengertian teorinya
tidak lain dari aturan menjelaskan posisi atau seperangkat proposisi yang
berkaitan dengan berapa fenomena alamiah. Fungsi teori adalah untuk
menjelaskan dan meramalkan prilaku menemukan teori lainya, digunakan
untuk aplikasi praktis, memberikan prespektif bagi usaha penjaringan data,
membimbing dan menyajikan gaya penelitian.9
Teori itu adalah teori fungsi seni, teori ini dalam ilmu antropologi
melihat dari buku antropologi jilid 2 karya Haviland. Pekataan fungsi
digunakan dalam bebagai bidang kehidupan manusia, menunjukan kepada
aktivitas dan dinamuka manusiadalam mencapai tujuan hidup. Dilihat dari
tujan hidup, kegiatan manusia merupakan funsi dan mempunyai fungsi. Secara
kulitatif dilihat dari segi keguanaan dan manfaat seseorang, kelompok,
organisasi atau asosiasi teertentu.
Fungsi menunjukan pada proses yang sedang atau yang akan
berlangsung, yaitu menujukan pada benda tertentu atau bagian dari proses
tersebut, sehingga terdapat perkataan masih atau berfungsi atau tidak
berfungsi. Teori fungsi seni yaitu teori yang mewakil bentuk ungkapan
perasaan yang merupakan imajinasi kreatif.10 Yang dibagi menjadi dua dilhat
dari sudut pandang pelaku seni dan penonton.
8
Lexy J. Moelong. Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja RosdaKarya., 2006), 57.
9
Ibid., 89.
10
William A. Haviland . Antropologi Edisi Keempat Jilid 2. (Jakarta: Erlangga, 1985), 224.
8
F. Penelitian Terdahulu
Penulisan tentang Ludruk di Tengah Hiruk dan Pikuk Perubahan
Budaya (Prespektif Islam) Dalam ludruk Karya Budaya belum banyak
dilakukan. Sedangkan penelitian yang sudah dilakukan penulis sejauh ini
adalah:
1. Peran ludruk “Budi Wijaya” Dalam Mendukung Program Pembangunan di
Jombang (1987 – 1998) ditulis oleh Dewi Novianah, Fakultas Ilmu Sosial,
Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Surabaya Tahun 2015.
Dalam tulisan ini membahas tentang pembangunan merupakan salah satu
kebijakan pemerintah Indonesia yang intensif dilaksanakan sejak era Orde
Baru. Untuk melaksanakan program tersebut, pemerintah Indonesia
melalui GBHN 1988 mewajibkan seluruh jenis kesenian daerah untuk ikut
serta dalam membangkitkan semangat membangun masyarakat, salah satu
daerah yang mendukung program tersebut adalah Kabupaten Jombang.
Jombang sebagai kota asal kesenian ludruk, mewajibkan semua kelompok
ludruk Jombang untuk mengembangkan misi pembangunan tersebut, salah
satunya adalah ludruk “Budhi Wijaya”.
2. Komunikasi Budaya Dalam Kesenian Ludruk Budhi Wijaya Di Desa
Ketapang Kuningan Kec Ngusikan Kab Jombang ditulis oleh Rohilinda
Hilwa, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Ilmu komunikasi, UIN
Sunan Ampel Surabya Tahun 2014. Dalam tulisan ini membahas tentang
grup kesenian ludruk Budhi Wijaya yang pada saat ini masih ramai
9
3. Seni Pertunjukan Besutan Komunitas Pondok Jula – Juli di Mojoketo
Karya Erlis Yulia Susanti, Progam Studi Pendidikan Sendratasik,
Universitas Negeri Surabaya Tanpa tahun. Penelitian tersebut
menfokuskan Bagaimana Pondok Jula – Juli untuk mementaskan besutan
mempunyai visi dan misi melestarikan kesenian besutan.
4. Lakon Joko Sambang Pendekar Gunung Gangsir: Ludruk Karya Budaya
ditulis oleh Hermin Titisnowati, mahasiswa Strata Dua Universitas negeri
Surabaya Tahun 2004. Penelitian tersebut menfokuskan bagaimana
menghasilkan komik tentang cerita rakyat Joko Sambang yang merupakan
cerita rakyat dari Pasuruan, Jawa Timur Versi cerita yang dipentaskan oleh
ludruk Karya Budaya Mojokerto.
5. Skripsi Seni pertunjukan Wayang Kulit Tentang Fungsi seni dalam
penyebaran Islam di Jawa Timur ditulis oleh bd. Zaim, Fakultas Adab,
Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, IAIN Sunan Ampel Surabaya
Tahun 2011. Penelitian tersebut menfokuskan membahastentang seni
pertunjukan yang berupa wayang kulit sebagai media penyebaran agama
Islam khusnyadi Jawa Timur.
Dari tinjauan penelitian terdahulu diatas membuktikan bahwa
penelitian mengenai kesenian ludruk dalam grup ludruk Karya Budaya studi
etnografi fungsi ludruk Karya budaya dalam menghadapi ditengah hiruk
pikuk perubahan budaya (prespektif Islam).
10
G. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode etnografi
yaitu suatu metode deskriptif dan analisis tentang suatu kesenian yang
didasarkan pada penelitian lapangan. Dalam menyajikan yang bersifat hakiki
untuk semua penelitian antropologi budaya.
1. Survei
Survei adalah pengamatan mengenai seni budaya tradisional
(Kesenian “Ludruk di Tengah Hiruk Pikuk Perubahan Budaya (Prerspetif
Islam) Dalam Ludruk Karya Budaya”) yang disertai analisis mendalam.
Survei dapa dilakukan dengan cara mencari informasi dari Pelaku seni dan
penonton seni. Tujuan kesenian ludruk ditengah hiruk pikuk perubahan
budaya (prespektif Islam) dalam ludruk Karya Budaya belum ada yang
membahas. Dan belum diteliti atau dikaji lewat Kegiatan survei. Dalam
pengamatan tersebut penulis mengunakan sumber sebagai berikut:
a. Pengamatan
Pengamatan diperoleh dari compeks disks (CD), YouTube,
melihat secara langsung ludruk Karya Budaya pentas disuatu tempat
yang mempunyai peran menonjol guna membantu melengkapi muatan
skripsi ini. Dengan mengunakan sumber fakta kesenian tradisional
dilapangan secara langsung dengan pengamatan secara langsung, dan
daftar pustaka.
b. Wawancara
Pengamatan diambil dari, wawancara dengan orang – orang
11
pengambilan data yang melalui kegiatan komunuikasi dalam bentuk
terstruktur. Interview yang tersetruktur merupakan bentuk interview
yang sudah diarahkan oleh sejumlah pertanyaan pendaftar yang ketat.
Yaitu prosess Tanya jawab dengan orang – orang yang paham dan
mengerti tentang kesenian ludruk. Yang berhubungan dengan skripsi
ini.
c. Dokumen
Pengamatan diambil dari dokumen (Sumber Data) dari buku,
skripsi, tesis, internet mengenai ludruk seperti sumber data tertulis
buku, skripsi, tesis, internet, Compeks disk (CD) YouTube. Yang
berhubungan dengan skripsi ini.
2. Deskripsi
Menyajikan tulisan sesuai kenyataan yang ada penelitian lapangan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena,
variabel keadaan terjadi saat penelitian yang berjalan dan menyuguhkan
apa adanya. Penelitian deskriptif kulitatif mengunakan metode
fenomenologi yaitu yang tampak dan tidak tampak. Dan deskripsi tulisan
skripsi ini di fokuskan pada: (1) yang tampak pada kesenian ludruk yaitu
unsur- unsur ludruk dimana sisi estetis yang di tampilkan mengarah pada
nilai-nilai agama sehingga dalam setiap pagelaran seni pertunjukan yang
dipertontonkan mengandung pesan-pesan agama. (2) tidak tampak pada
12
3. Analisis
Analisis berarti uraian, kupasan. Tujuan utama menggandakan
analisis data ialah melakukan pemeriksaan secara konsepsional atas makna
yang terkandung oleh istilah – istilah yang digunakan dan pertanyaan yang
dibuat, sehingga mampu menghasilkan hasil yang mapu dipertanggung
jawabkan.11 Seperti pemaparan dalam cerita atau lakon Joko Sambang,
Keris Nogo Sosro, Sawunggaling, Sarip Tambak Oso yang mengadung
pesan lokal dan pesan – pesan agama didalamnya, sehingga jelas apa yang
terdapat dalam setiap pertunjukan ludruk bukan hanya sebatas hiburan.
4. Interpretasi
Pada tahap ini penulis mencari hubungan data – data yang
dikemukan, pengamatan dan peran serta dalam penelitian kemudian
ditafsirkan. Selain data yang diperoleh dirangkai dan dihubungkan menjadi
satu kesatuan harmonis dan masuk akal.
Dengan melakukan interpretasi di sutu pihak akan menghidup
suatu objek penelitian dan dilain pihak akan mengiring data – data pada
tema topik yang lain. Selain itu, sejarawan dan budayawan tetap ada di
bawah bimbingan metodelogi sejarah dan kebudayaan sehingga
subyektivitas dapat dieleminasi metodologi mengharuskan sejarawan
mencantumkan sumber datanya. Hal ini yang dimaksutkan agar pembaca
mengecek kebenaran dan konsisten dengan interpretasinya.12
11
bd Zaim “Seni pertunjukan Wayang Kulit Tentang Fungsi seni dalam penyebaran Islam di Jawa Timur”, (Skripsi UIN Sunan Ampel Fakultas Adab, Surabaya, 2011), 12.
12
Ridwan Bagus Saputra “Kray Miftahul Lutfi Muhammad dan Penus MTI di Tambak Bening Surabaya”, (Skripsi, IAIN Sunan Ampel Fakultas Adab, Surabaya, 2014), 15- 16.
13
5. Historiografi
Historigrafi merupakan harapan akhir dari penelitian. Historiografi
adalah menyajikan hasil penafsiran atau interpestasi fakta sejarah dalam
bentuk lisan dam bentuk tulisan menjadi kisah. Adapun pola penyajian
adalah sebagai berikut ini:
a. Informatif deskriptif yaitu penyajian tulisan yang sesuai dengan
aslinya sebagaimana daari sumber – sumber yang diteliti, seperti
kutipan langsung dari buku, skripsi, tesis, internet, compeks disk (CD),
YouTube, melihat secara langsung ludruk Karya Budaya pentas
disuatu tempat dan ucapan langsung dari wawancara.
b. Informatif interprestatif yaitu penyajian dengan menggunakan analisis
untuk memperoleh kesimpulan yang sebenarnya.13
Dalam penelitian skripsi ini penulis mengunakan metode
fenomenologi yang bersifat kualitartif, yaitupenelitian yang difokuskan
pada gelaja – gejala yang tampak dan yang tidak tampak yang ada pada
kesenian ludruk. Pada tahap ini melakukan penafsiran analisis data yang
diperoleh dari pengamatan dan wawancara dengan orang terkait tentang
bahasa dalam budaya yang dibagi menjadi dua yaitu budaya lokal dan
budaya Islam.
13
Ibid., 16.
14
H. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah mudah pengambaran pemahaman dan
kesimpulan dalam skripsi ini maka penulis telah mengklasifikasikan ini
dengan dengan beberapa ba sub bab yaitu:
BAB I Pendahuluan berisikan: Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Pendekatan dan Kerangka Teoritik,
Penelitian Terdahulu, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan dan Daftar
pustaka Biografi.
BAB II Berusaha menjelaskan menerangkan tentang Ludruk di
Mojokerto meliputi tiga sub penjelasan: A. Sejarah Mojokerto: B. Kesenian
Ludruk Yang Ada di Mojokerto: C. pesan lokal daan pesan Islam Dalam lakon
Joko Sambang Dan Lakon Keris Nogo Sosro yang Yang Di Pentaskan Ludruk
Karya Budaya.
BAB III Berusaha menjelaskan tentang ludruk Karya Budaya Meliputi:
A. Riwayat hidup luduk Karya Budaya: B. Sistem Pewaris Kesenian: C.
Lakon – lakon yang parnah di main dalam partunjukan ludruk Karya Budaya:
D. Pengetian kesenian ludruk : E. Unsur – unsur kesenian ludruk.
BAB IV Berisikan tentang Klasifikasi Ludruk dalam tiga bagian: A.
Peran Banci Dalam Ludruk: B. Makna assalamualaikum Dalam Kesenian
Ludruk: C. Seni Realitas Panggung.
BAB V Merupakan bab terakhir yaitu penutup yang berisikan tentang
kesimpulan dari seluruh pembahasan di skripsi ini dan kemudian diberikan
BAB II
LUDRUK DI KABUPATEN MOJOKERTO
A. Sejarah Kabupaten Mojokerto
Kabupaten Mojokerto, adalah merupakan salah satu kabupaten yang
ada di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini termasuk dalam daerah strategis di
Jawa Timur yaitu wilayah “Gerbangkertasusila” terletak pada posisi 7’71
sampai dengan 7’45 lintang selatan dan 111’19 sampai dengan 11’29 bujur
timur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Lamongan dan Kabupaten
Gresik di sebelah utara, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan,
Kabupaten Malang dan Kota Batu disebelah selatan, serta Kabupaten Jombang
disebelah barat Kabupaten Jombang disebelah barat. Kabupaten ini memiliki
luas wilayah 835,93 km dan populasi 969. 000 jiwa.14
Gambar 2.1 Peta Kabupaten Mojokerto
14
Khoiril Anwar. “Potensi Budaya Situs Sejarah Peniggalan Mojopahit Trowulan Mojokerto”, (Laporan tugas akhir, UNES Fakultas Sastra dan Seni Rupa, 2009) , 20.
16
Secara topografis terletak pada dataran rendah lembah Sungai Brantas
hingga dataran tinggi Pegunungan Penanggungan dan Welirang. Secara
historis dan arkeologis diyakini sebagai bekas pusat pemerintahan Kerajaan
Majapahit dan Kerajaan Kahuripan (Airlangga). Maka tak pelak, diseantero
wilayah Kabupaten Mojokerto bertebaran situs-situs peninggalan kedua
kerajaan tersebut.15
Kabupaten mojokerto terdiri atas 18 kecamatan, dibagi lagi atas
sejumlah desa dan kelurahan. Dulu pusat pemerintahan berada di kota
Mojokerto, namun kini banyak gedung kantor pemerintahan yang dipindahkan
ke kecamatan Mojosari sebelah timur kota Mojokerto sebelah kota Mojokerto
berdiri pada tanggal 20 Juni 1918. Kabupaten Jombang dahulu juga
merupakan bagian dari wilayah kabupaten Mojokerto sebelum diberi
kemandirian menjadi sebuah kabupaten sendiri pada tahun 1910 kabupaten
Mojokerto merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam kawasan
metropolitan Surabaya, yaitu Gerbangkertasusila,
Pusat pemerintahan kabupaten Mojokerto dulu berda ditengah kota
Mojokerto sebelum Kota Mojokerto berdiri. Sekarang pusat pemerintahan
kabupaten Mojokerto pindah ke Kecamatan Mojosari yang terletak belasan
kilometer di timur Kota Mojokerto. Kabupaten Jombang yang saat ini berdiri
dahulu, merupakan bagian dari kabupaten Mojokerto sebelum Jombang
berpisah pada tahun 1910. Kecamatan – kecamatan yang ada dikabupaten
Mojokerto adalah:
15
Nuzululku. “Wisata Seni, Budaya Dan Sejarah Kabupaten Mojokerto”, https://nuzululku.wordpress.com/.../wisata-seni-budaya-dan- sejarah Kabupaten Mojokerto. (16 Januari 2016)
17
Kecamatan Dawarblandong
Kecamatan Kemlagi
Kecamatan Jetis
Kecamatan Gedeng
Kecamatan Mojoanyar
Kecamatan Sooko
Kecamatan Bangsal
Kecamatan Puri
Kecamatan Trowulan
Kecamatan Jatirejo
Kecamatan Dlanggu
Kecamatan Mojosari
Kecamatan Pungging
Kecamatan Kutorejo
Kecamatan Ngoro
Kecamatan Gondang
Kecamatan Trawas
Kecamatan Pacet
Kabupaten Mojokerto merupakan salah tujuan wisata di Jawa Timur
yang kaya akan berbagai obyek dan daya tarik wisata. Kabupaten Mojokerto
memiliki objek wisata yang sangat banyak diantaranya obyek wisata alam,
budaya, kepurbakalaan wisata buatan dan pendukung wisata buatan dan wisata
kerajinan /cinderamata serta makanan khas dan juga produk unggulan.16
16
Ibid., 20.
18
B. Kesenian Ludruk Yang Ada Di Kabupaten Mojokerto
Ludruk yang lahir pada tahun 1907 di Kabupaten Jombang didirikan
oleh Bapak santik di tengah – tengah masyarakat dan di masyarakat itu ada
kaum santri, priyayi dan abangan. Dan Jombang merupakan salah satu
kabupaten di Jawa Timur. Jombang merupakan teletak bagian tengah Provinsi
Jawa Timur yang memiliki letak strategis karena berda pada persimpangan
jalur selatan pulau Jawa (Surabaya – Madiun – Yogyakarta), jalur Surabaya
Tulungagung, serta Malang Tuban. Jombang di kenal sebagai kota santri
karena banyak sekolah Islam di wilayahnya.
Ludruk berawal dari Lerok Bandan seni pertunjukan yang di pentaskan
di halaman, didukung dengan alat musik yang sangat sederhana yaitu kendang
jidor Penyajian lerok bandan didukung oleh pelaku panggung yang
menyajikan adegan mistis kesaktian atau kekebalan. Pertunjukan ini sering
digunakan pengobatan anak yang sedang sakit. Secara bentuk seni ludruk
dipekiran muncul pada abab ke 13 dan ke 14 bahkan sampai abab 16 lalu
dikenal istilah sandiran lerok yang dilekapi gamelan musik sederhana. Tapi di
dalam terdapat kidungan. Bentuk ini menyajikan unsur mistis dan serangkaian
religi yang lain.17
Asal - usul tersebut dapat dihalihat bedasarkan pemetaan wilah
kebudayaan Arek meliputi: Surabaya, Mojokerto, Jombang Gresik, Sidarjo,
Lamongan Tuban. Wilayah Arek merupakan yang cukup dikenal dan dapat
dikatakan sebagai ciri khas Jawa timur. Dengan bukti berkembang
17
Ayu Sutarto. “Reog Dan Ludruk Dua Pusaka Dari Jawa Timur yang Masih Bertahan,”, http/www.javanologi.info/main/themes/images/LUDRUK_REOG-Sutarto. (21 September 2015.)
19
berkembang yaitu ada grup ludruk yang bermunculan diberapa wilayah
Mojokerto. Seperti Karya Baru (Puri) Among Budaya (Trowulan) Wahyu
Budaya (Dawarblandong) Indah Wijaya (Kemelagi) Teratai Jaya (Gedaeg)
Gelora Budaya (Pungging) Brawijaya ( Pacet) Eka Budaya ( Mojoanyar)
Karya Budaya (Jetis) dan masih banyak lagi.18
C. Pesan Lokal dan Pesan Islam dalam Lakon Joko Sambang dan Lakon Keris Nogo Sosro yang Dipentaskan Ludruk Karya Budaya
Dalam cerita atau lakon juga dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan Lokal Dan pesan Islami. Hal ini ditegaskan dalam pementasan lakon
atau cerita. Diantaranya adalah: pesan lokal dan pesan Islam dalam cerita
“Joko Sambang” secara garis besar terbagi atas empat. Pertama, perjuangan.
Kedua, kebesaran hati. Ketiga, kejujuran. Keempat, ajaran moral agama.
Dalam cerita “Joko Sambang”, mengisahkan suatu kejadian dijaman
penjajajahan Belanda dimana pada saat itu pemerintah penjajah melakukan
penindasan kekejaman pada rakyat Indonesia. 19
Adengan dimulai dengan pertemuan dimarkas ini ditegasktentara di
daerah Belanda di daerah Surabaya, kapten Robert sebagai pemimpin tentara
Belanda wilayah tersebut mengundang semua lurah yanag ada di wilayah
Sidoarjo untuk medengarkan perintah dari Gubenur jenderal Daendels untuk
membangun jalan dan jembatan di daerah Sidoarjo sampai Porong.20
18
Dinas Pemuda, Olaraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupabupaten Mojokerto. “Ludruk.” http://www. disporabudpar.mojokertokab.go.id/ Web/Disporapubdar . (14 November 2015).
19
Herry Lesbijanto. Ludruk, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), 44.
20
Ibid., 45.
20
Sebagai pemimpin tentara Belanda di Surabaya memerintakan kepada
para lurah agar mendengarkan rakyatnya untuk kerja rodi membangun jalan
dan jembatan. Para lurah diperintahkan setiap hari harus mengerahkan warga
ke lokasi tersebut. Selama kerja rodi, rakyat yang ikut tidak mendapatkan upah
sama sekali bahkan makanpun para pekerja harus menyediakan sendiri.21
Banyak sekali perkerja yang sakit, kelaparan sampai meninggal dalam
pengerjaan pembuatan jalan dan jembatan tersebut. Namun para lurah sangat
patuh pada Belanda terus saja mengerahkan rakyatnya untuk ikut kerja rodi
tersebut. Para lurah takut akan kedudukannya yang bisa dicopot bila tidak
mengerahkan rakyatnya. Oleh karena itu para lurah melakukan tindakan
mengorbankan rakyatnya demi kedudukan dirinya. 22
Dari sekian banyak lurah yang ada di wilayah itu, ada satu lurah yaitu
Lurah Sembung yang tidak setuju dengan kerja rodi tersebut. Dia tidak
mengerahkan ranyatnya untuk kerja rodi. Lurah Sembung beranggapan
bahwan mengerahkan rakyatnya untuk kerja rodi sama dengan
menyengsarakan rakyat dan tidak menghargai rakyat sebagai manusia yang
perlu bekerja untuk menghidupi keluarga.23
Pada adegan berikutnya di dalam rumah Pak lurah Sembung. Disini pak
Lurah, Bu Lurah, Pak Carik dan Kami Tuwo mereka membicarakan tentang
intruksi dari kapten Robert yang meminta lurah Sembung untuk mengerahkan
rakyatnya ikut bekerja rodi. Pak lurah Sembung mengutarakan pendapatnya
kepada Bu Lurah, Pak Carik dan Pak kami tuwo bahwah dia menolak
21
Ibid., 45.
22
Ibid., 45.
23
Ibid ., 45.
21
keinginan Belanda yang akan menyengsarakan rakyatnya. Dia berpesan
kepada istrinya agar tetap tenang dan sabar dengan keputusannya ini.
Demikian juga Pak Carik dan Kami Tuwo dan pak Lurah memerintah
bawahanya agar melarang rakyatnya ikut kerja rodi.24
Pendrian Pak Lurah didukung oleh isterinya dan pak Carik dan pak
Kami Tuwo. Mereka akan mendukung semua keputusan Pak Lurah dan pak
Carik akan tetap menjalankan roda pemerintahan seperti biasa. Istri pak Lurah
berjanji akan tetap mendukung dan mendoakan agar pak Lurah selalu
mendapatkan lindungan Tuhan YME. 25
Ditengah pertemuan tersebut datanglah seseorang memberitahukan
bahwa ada seorang tamu yang ingin menemui. Pak Lurah. Setelah tamu
tersebut dipersilakan masuk, tamunya dan tamunya memberitahukan kepada
pak Lurah bahwa kapten Robert memanggil pak lurah kemarkasnya. Kapten
Robert alkan menayakan tentang keputusan pak Lurah yang tetap tidak mau
mengirimkan rakyatnya ikut kerja rodi.26
Sebelum pak Lurah berangkat kemarkas tentara Belanda, Pak Lurah
sekali lagi berpesan kepada agar tetap tabah dan berdoa agar tidak terjadi apa
– apa di markas tentara nanti. Tidak lupa pak lurah menitipkan sebuah keris
pusaka kepada istrinya agar diserahkan kepada anaknya Joko Sambang yang
sedang bekelana menimba ilmu. Juga kepada Pak Carik agar tetap
menjalankan roda pemerintahan seperti biasanya. Dengan rasa haru istinya
24
Ibid., 46.
25
Ibid ., 46.
26
Ibid., 46.
22
melepas kepergian sang suami karena beranggapan bahwa kalau dipanggil ke
markas tentara mesti tidak bisa kembali lagi karena di tahan atau dibunuh.27
Setelah Pak Lurah pergi, datanglah tamu yang sudah dikenal oleh Bu
Lurah Sembung. Dia adalah lurah Brangkal yang dulunya merupakan pacar
atau kekasih Bu Lurah Sembung dalam kesempatan tersebut. Pak Lurah
Brangkal mengatakan kalau Pak Lurah Sembung sudah ditahan Belanda
karena tidak mau kerjasama dengan Belanda. Keadaan seperti ini yang
dikehendaki oleh Lurah Brangkal agar bisa mendekat lagi dengan bekas
kekasihnya yang sekarang menjadi istri Lurah Sembung.28
Bu Lurah Sembung sangat marah mengetahui kalau yang melaporkan
ke kapten Robert adalah Pak Lurah Brangkal, semakin marah setelah
mengetahui bahwa tindakan itu dilakukan agar Pak Lurah Brangkal dapat
dinikahi dirinya bilamana Pak Lurah Sembung ditahan atau dibunuh
Belanda.29
Bu Lurah Sembung kemudian berlari keluar sambil membawa keris
pusaka yang akan di berikan oleh anaknya tersebut. Bu Lurah terus berlari
kerumah kakaknya yang ada disebelah desa. Setelah sampai dirumah
kakaknya, Bu Lurah meminta tolong agar keris yang dibawa diberikan kepada
Joko Sambang.30
Kemudian pada adegan di markas tentara Belanda. Kapten Robert
membentak – bentak Lurah Sembung karena tetap tidak mau mengerahkan
27
Ibid., 46.
28
Ibid., 46- 47.
29
Ibid., 47.
30
Ibid., 47.
23
rakyatnya ke lokasi kerja rodi. Pak Lurah dengan sabar tetap tidak mau
menuruti kenginananya Belanda, dia siap menerima keadaan yang buruk demi
membela rakyatnya. Karena sudah kehilangan kesabaran Kapten Robert
memukul dan menendang Pak Lurah Sembung bekali – kali pak Lurah luka
dan semponyongan. Karena kelakuanya. Kemudian Kapten Robert
memerintahkan untuk menahan Pak Lurah Sembung di dalam sel tahanan.
Didalam tahanan pun pak lurah masih disiksa oleh para tentara belanda.31
Dengan pertolongan seorang tukang kebun dimarkas tentara Belanda,
maka pak lurah Sembung bisa melarikan diri keluar dari tahan. Pak Lurah
sembung belari mencari Pak Lurah Brangkal yang telah menjebloskan Pak
Lurah Sembung ke tahanan Belanda. 32
Di adegan lain, kakak Bu Lurah Sembung yang di mintai tolong untuk
menemui Joko Sambang sudah berjalan menuju tempat Joko Sambang
menimba ilmu. Di tempat itu Joko Sambang bertemu dengan pak De dan
menerima keris titipan ayahnya. Pada kesempatan tersebut pak Denya
bercerita bahwa ayahnya pada saat ini sedang ditahan oeh tentara Belanda
karena menolak kerjasama dengan Belanda dan ibunya dikejar – kejar oleh
lurah Brangkal yang melaporkan ayahnya ke pada penjajah Belanda.33
31
Ibid., 47.
32
Ibid ., 47.
33
Ibid., 48.
[image:32.595.128.512.106.581.2]
24
Gambar 2.2 Lakon Joko Sambang
Tanpa buang waktu, segera Joko Sambang pamit kepada pak De berlari
menuju tempat yang diduga sebagai lokasi ayahnya ditahan Belanda. Tidak
lupa Joko Sambang membawa keris pemberian ayahnya sebagai senjata untuk
melawan musuh ayahnya. Dalam hati Joko Sambang melawan Belanda selain
kaena membela ayahnya juga karena jiwa kesatrianya yang ingin
membebaskan rakyat dari kekejaman Belanda. Rakyat sudah mengeluh kepada
Joko Sambang selama dia menimba ilmu. Dengan gagah berani dia mencari
lurah Brangkal dan Kapten Robert.34
Ditengah perjalanan, Pak Lurah Sembung bertemu Pak Lurah
Brangkal, Pak Lurah Sembung meminta Pengakuan kalau yang menjebloskan
Pak Lurah Sembung di penjara adalah Pak Lurah Brangkal. Terjadi
perkelahian yang seru dan akhirnya pak lurah Sembung kalah dan meninggal
di tangan pak Lurah Brangkal.35
34
Ibid., 48.
35
Ibid., 48- 49.
25
Pada saat itu datanglah Joko Sambang ke lokasi menyaksikan ayaahnya
terbunuh oleh pak Lurah Brangkal, maka darah mudanya mendidih ingin
melampisaskan dendamnya. Dengan gerakan yang gesit Joko Sambang
berkelahi dengan lurah Brangkal. Karena ilmu yang dimiliki oleh Joko
Sambang lebih tinggi, maka dengan mudah pak Lurah Brangkal bisa di
taklukan dan mati ditanganya.36
Belum puas dengan kematian Pak Lurah Brangkal, Joko Sambang terus
mengejar Kapten Robert di markasnya. Ditengah perjalan dia bertemu rakyat
sedang bekerja rodi membuat jalan, maka berhentilah Joko Sambang ditempat
itu. Dia memerintahkan mandor yang mengawasi kerja rodi tersebut untuk
membubarkan para pekerjaitu, namun para mandor untuk menolak dan
menyerang Joko Sambang beramai – ramai walaupun perkelahian itu tidak
seimbang karena satu dikeroyok dengan dengan beberapa mandor, namun
keahlian Joko Sambang menguasai ilmu bela diri yang tinggi maka berapa
mandor tersebut dapat di lumpuhkan dengan mudah. Tapi ada satu orang
mandor yang menyerah kepada Joko Sambang.37
Oleh Joko Sambang mandor tersebut diminta untuk ganti bekerja
membuat jalan dengan saksikan oleh rakyat yang tadi sudah dibebaskan
tersebut. Diringi sorak, sorai dan lemparan batu, sang mandor yang telah
bekerja dengan peluh menetes menata dan mengangkat batu sendirian.38
Ditengah suasana itu datanglah sekelompok pasukan Belanda yang
melakukan patroli. Mereka kemudian berhenti menyakan kepada rakyat yang
36
Ibid., 49.
37
Ibid ., 49.
38
Ibid ., 49.
26
sedang berkerja rodi, mengapa hal ini terjadi. Para pekerja rodi diam saja tidak
menjawab dan kemudian muncullah Joko Sambang menemui para tentara
tersebut. Tentara Belanda tersebut sangat marah melihat Joko Sambang
mengacaukan kerja rodi tersebut, maka terjadilah perkelahian antara Joko
Sambang dengan tentara Belanda. Dengan susah payah Joko Sambang
neladeni tentara – tentara tersebut tetapi akhirnya para tentara tersebut tunduk
dan bertekuk lutut kepada Joko Sambang.39
Ada satu orang tentara Belanda yang melarikan diri melaporkan kepada
Kapten Robert dimarkasnya. kemudian Kapten Robert datang dengan
beberapa pengawalnya untuk menangkap Joko Sambang karena telah
mengacaukan kerja rodi dan melawan tentara Belanda. Inilah saat ditunggu –
tunggu Joko Sambang, dia ingin menemui Kapten Robert telah
menyengsarakan rakyat dan akan membuat kapten Robert bertindak semena –
mena kepada rakyat Indonesia. Dengan keris pusaka pemberian ayahnya, Joko
Sambang berusaha menghadapi Kapten Robert dengan gagah berani.40
Setelah Kapten Robert datang dilokasi, langsung sang Kapten Robert
mengertak Joko Sambang untuk menyerah dan ditahan dimarkas, tetapi Joko
Sambang tidak amau menyerah. Kapten Robert memerintahkan pengawalnya
untuk menangkap, namun tidak bisa para pengawalnya dengan mudah dapat
dilumpuhkan oleh Joko Sambang.41
39
Ibid., 49- 50.
40
Ibid., 50.
41
Ibid ., 51
[image:35.595.176.452.113.226.2]
27
Gambar 2.3 Lakon Joko Sambang
Sekarang tinggallah Kapten Robert dengan Joko Sambang yang ada
dilokasi tersebut, maka dengan mengertak Joko Sambang meminta Kapten
Robert untuk menyerah dan tunduk kepadanya. Awal kapten Robert tidak mau
tetapi setelah dilawan dengan ilmu beladirinya posisi Kapten Robert terpojok,
kemudian dia menurut semua perintah Joko Sambang. Joko Sambang meminta
agar Kapten Robert melucuti pakaian militernya dan menyerahkanya senjata
apinya. Kemudian rakyat yang tadi melakukan kerja rodi untuk menyeret
Kapten Robert ke parit kemudian diminta untuk mengangkat batu dan
mencangkul. Sang Kapten Robert begitu malu akan kejadian ini, dia berusaha
melarikan diri kembali kemarkas, namun dapat dikejar oleh Joko Sambang
dan ditusuklah dada sang Kapten Robert dengan keris pusaka miliknya.
Kapten Robert jatuh tersungkur berlumuran darah dan tak lama kemudian mati
di tempat tersebut.42
Joko Sambang dieluluh - eluhkan oleh orang – orang yang tadi
melakukan kerja rodi, Joko Sambang di pandang telah membebaskan mereka
dari kekejaman Belanda. Mereka memiliki seorang pahlawan yang mampu
melawan penjajah. Oleh karena itu masyarakat mengangkat Joko Sambang
42
Ibid ., 51- 52.
28
sebagai Pak Lurah Sembung untuk mengantikan ayahhnya yang telah
meninggal.43 Dari cerita Joko Sambang yang dikisahkan diatas dapat
menumbuhkan jiwa nasionalisme sedini mungkin kepada anak muda.
Cerita yang kedua yaitu tentang cerita “Keris Nogo Sosro”. Secara garis
pesan lokal dan pesan Islam dalam cerita ini terbagi empat hal. Pertama,
kecerdikan. Kedua, kepintaran. Ketiga, keberanian. Keempat, patang
menyerah.
Dalam cerita “Keris Nogo Sosro” terdapat banyak sekali yang bisa
dipetik seperti saat Memed menghampiri Besut. Lalu keduanya ngobrol santai.
Hingga kemudian Rusmini tiba. Kedatangan Rusmini bermaksud menjeput
Besut. 44
Memberitahukan bahwa bibinya, Mbok Jamino mengingat dari rumah
dan pulang kerumah dan pulang kerumah Besut. Karena telah bertengkar
cekcok dengan Man Jamino. 45
Man Jamino ngudarsa kedaan dirinya pada waktu itu. Jengkel karena
warungnya sepi tidak ada pembeli atau pelanggan. Semakin jengkel melihat
istrinya yang juga pergi dari rumah. Ditambah lagi warung kedatangan
pengamen aneh yang hanya membuat man Jamino rugi karena sudah memberi
uang, Makan, dan minum secara gratis. Onting dan Liwon datang membuat
gaduh diwarung dengan menyamar sebagai pembeli sesuai perintah Sumo
43
Ibid ., 52.
44
Erlis Yulia Susanti. “Seni Pertujukan Besutan Komunitas Pondok Jula - Juli di Mojoketo,” (Skripsi, UNESA Progam studi Pendidikan Sendratasik, 2015), 16.
45
Ibid 16.
29
Gambar. Warung itu jadi berantakan sehingga memicu naik amarah dan
kejengkelan Man Jamino.46
Sumo Gambar hendak menagih hutang, warung Jamino di sita karena
sudah jatuh tempo tidak bisa melunasi. Man Jamino meminta tenggang waktu
untuk segera melunasi. Sumo Gambar memberikan tambahan tempo Sumo
Gambar pun memberi tambahan tempo lima hari.47
Mbok Jamino merasa lega bisa dilepas menjauh dari man Jamino. Tapi
hal itu tidak berlangsung lama. Man Jamino datang menemui Besut untuk ikut
bersama tinggal dirumahnya.48
Mereka berkumpul bersama dirumah Besut, terjadi pertengkaran anta
Man Jamino dan Mbok Jamino. Rusmini dan Besut datang melerai
pertengkaran. Setelah pertengkaran dilerai Man Jamino ngudarasa kedaan
[image:37.595.131.510.277.549.2]warung dan ekonominya. Warung telah berantakan di obrak abrik oleh Sumo
Gambar. Kemudian Besut sigap berpamitan untuk menemui Sumo Gambar
untuk menyelesaikan permasalahan.49
Dua preman penganguran Liwon dan Oting datang kepada Sumo
Gambar untuk melaporkan hasil kerjanya. Sumo Gambar senang melihat hasil
kerja preman yang berhasil membuat berantakan warung Man Jamino. Sumo
Gambar memberikan upah dan bonus kepada preman tersebut dan langsung
berpamitan pergi menikmati hasil kerjanya.50
46
Ibid ., 16 – 17.
47
Ibid., 17.
48
Ibid ., 17.
49
Ibid ., 17.
50
Ibid., 17 – 18.
30
Tak selang lama Besut menemui Sumo Gambar Besut menawarkan
menjual Keris Nogo Sosro kepada Sumo Gambar. Tawaran besut ditolak dan
dihina oleh Sumo Gambar. Karena ditolak dan dihina Besut Pamit untuk
pergi.51
Setelah kepergian Besut, Memed datang menyamar sebagai tenaga
kerja di Indonesia di luar negeri mencarikan benda pusaka bagi juraganya.
Jika dapat memukan dan memiliki pusaka itu akan dibeli dengan harga yang
mahal. Sumo gambar ingat bahwa Besut sebelum menawarkan pusaka, maka
ia dijanjikan mendapatkan pusaka. 52
Sumo Gambar merasa senang karena akan mendapatkan uang banyak.
Segera pereman Liwon dan Oting dipanggil untuk mendapatkan kerja
kembali, mencari Besut membeli Keris Nogo Sosro dengan elok pitu berukir
naga timbul tidak berwarangka, dan berbungkus kain putih.53
Sumo Gambar bertemu Besut menanyakan keberdaan pusaka seta
menawar untuk membeli. Besut akan memberi dan menjual keris dengan cara
barterdengan barang milik Sumo Gambar termasuk warung Man Jamino yang
disita Sumo Gambar. Akhirnya Besut menyepakati hal tersebut. Besut
memberikan keris pusaka kepada Sumo Gambar., sebaliknya besut
mendapatkan warung Man Jamino bebas dari sitaan.54
Liwon dan Oting datang sesat kemudian kemudian Memed juga datang
mengambarkan nahwa dari pesawat yang ditumpangi juraganya mengalami
51
Ibid., 18.
52
Ibid., 18.
53
Ibid ., 18.
54
Ibid ., 18 – 19.
31
kecelakaan dan juraganya meninggal sehingga pembelian benda pusaka yang
sebelumnya ditawar memed batal. Sumo Gambar shock dan stres mendengar
kabar tersebut karena mengalami banyak rugi.55 Dan dari lakon Keris Nogo
Sosro yang dikisahkan ini Sarat akan nilai kemanusian.
Dari penjabaran diatas, dapat memberi gambaran bahwa dilihat dari
perkembangan seni ludruk sampai di Mojokerto memerlukan perjalanan
panjang. Perjalan panjang ludruk tidak lepas sejarah asal – usul tersebut dapat
dilihat berdasarkan pemetaan wilayah kebudayaan Arek yang meliputi:
Surabaya, Sidoarjo, Gresik Lamongan, Tuban, Mojokerto, Tuban. Wilayah
Arek adalah wilayah kebudayaan yang cukup dikenal dan dapat dikatan
sebagai ciri khas Jawa Timur.
55
Ibid ., 19.
BAB III
LUDRUK KARYA BUDAYA
A. Riwayat Hidup Ludruk Karya Budaya
Ludruk Karya Budaya didirikan pada 29 Mei 1969 oleh Cak Bantoe
Karya seorang anggota Polsek Jetis. Niat pendirian ludruk tersebut atas saran
para tokoh masyarakat di Desa Canggu, Kecamatan Jetis, Kabupaten
Mojokerto. Desa Canggu memang situs desa seni ludruk, di desa ini sejak
turun-temurun selalu ada paguyuban ludruk. Grup ludruk yang terakhir berdiri
adalah Ludruk Kartika Sakti yang dibubarkan oleh pemerintah Orde Baru
pada tahun 1965 karena dianggap Lekra. 56
Dengan maraknya ludruk yang diprakarsai oleh TNI dan Polri, tahun
1967 membuat para tokoh masyarakat di Desa Canggu Kecamatan Jetis
Mojokerto tergerak hatinya untuk mendirikan organisasi ludruk. Di desa
Canggu secara turun temurun sejak jaman penjajahan Belanda selalu berdiri
grup ludruk. Maka diamanatkan pada Cak Bantu yang kebetulan anggota
Polsek Jetis untuk mendirikan grup ludruk. Tepatnya tanggal 29 Mei 1969
berdirilah ludruk yang diberi nama Karya Budaya dipimpin oleh cak Bantu
binaan polsek jetis.
Menjelang pemilu 1971, ludruk Karya Budaya ditanggap Partai Golkar
sebagai hiburan kampanye Golkar selama satu bulan berpindah dari desa ke
desa. Hal tersebut sangat dimanfaatkan Cak Bantu mempromosikan ludruk
56
Agung Priyo Wibowo. “Museum Ludruk Karya Budaya, Mimpi Cak Edy Karya”, http/ dawetnesia.blogspot.com/museum-ludruk-karya-budaya-mimpi-cak.Edi. html. (12 Desember 2015).
33
Karya Budaya. Dengan keberhasilan pada setiap pementasan membuat ludruk
Karya Budaya dikenal masyarakat.
Tahun 1993 Cak Bantu Karya wafat, dan secara aklamasi seluruh
anggota memilih putra sulung Cak Bantu Karya memimpin ludruk Karya
Budaya yakni Drs Eko Edy Susanto, Msi (lebih akrab dipanggil Cak Edi
Karya, ludruk Karya Budaya mengalami perkembangan yang bertambah
pesat. Merayakan ulang tahun ke-30 pada tanggal 29 Mei 1999, ludruk Karya
Budaya resmi menjadi Yayasan Kesenian dengan SK Notaris No.06 melalui
akte Notaris Grace Yeanette Pohan, SH.57
Cak Bantoe Karya adalah ayah dari Eko Edi Susanto (Cak Edy
Karya). Sejak tahun 1993, Cak Edy Karya menggantikan ayahnya sebagai
pemimpin Ludruk Karya Budaya. Sejak kecil ia selalu mengikuti dan melihat
setiap kegiatan ludruk Karya Budaya. “Nafas saya adalah nafas ludruk, darah
saya mengalir darah ludruk,” Ini tampak sedikit berbeda sekarang. Ludruk
“Karya Budaya” dari Mojokerto yang berdiri 1969, di pimpin oleh H. Drs.
Edy eko Susanto, M.Si, atau lebih dikenal dengan Edy Karya. Beliau juga
menjabat sebagai ketua Dewan Kesenian Mojokerto.
B. Sistem Pewaris Kesenian
Ada dua macam sistem pewaris kesenian tradisi, pewaris aktif dan
pewaris pasif. Pewaris aktif adalah suatu tradisi adalah seorang yang
mengetahui dan dapat berbicara banyak mengenai tradisi yang dimiliki.
57
Pusat Informasi Seni Budaya Jatim. “HUT Ludruk Karya Budaya”, dalam https:/mirrorbrangwetan.wordpress.com/Mojokerto/hut-ludruk-karya-budaya-Mojokerto.(12
Desember 2015).
34
Disamping itu dengan aktif menyebarkan tradisi yang bersangkutan. Sementra
pewaris pasif adalah orang – orang yang sekedar tau tentang suatu tradisi
tetapi ia dapat menerima dan menikmati tradisi yang bersangkutan. Mereka
tidak menyebarkan tradisi yang mereka miliki secara aktif.58
Bahwa ada tiga hal yang perlu dipehatian supaya seni pertunujukan
bertahan hidup: Pertama pewaris aktif yang miliki komitmen kuat untuk
melestarikan seni pertunjukan yang digeluti. Reog dan ludruk mempunyai
pewaris aktif yang cukup setia dan itulah keduanya dapat bertahan.Kedua,
memiliki pewaris pasif yang cukup setia untuk datang dan membeli
pementasan karena pewaris pasif adalah pasar yang dapat mendukung sebuah
keberdaan sebuah seni pertunjukan. Sejatinya seni reog yang bercitra agraris
dan seni ludruk yang bercitra non agraris yang masih memiliki pennikmat
yang fanatik. Ketiga, ada campur tangan negara. Di Provinnsi Jawa Timur seni
reog dan ludruk menjadi kebanggan para pewarisnya karena keduanya
menjadi penyangga identitas lokal pemiliknya.59
Jadi, ada parsitisipasi aktif dari pelaku (pewaris aktif) publik (pewaris
pasif) dan pemerintah. Selain partisipasi juga perlu sinergi diantara ketiga
pihak untuk saling mengenal konteks kebutuhan dan keinginan masing –
masing, agar komunikasi dan kalaborasijuga terjalin baik dan berkelanjutan,
tidak hanya berjangka pendek, demi pelestarian dan perkembangan kesenian
ini.60
58
Kathleeh Azali “ Ludruk, Masihkan Sebagai ritus modernisasi” (Skripsi, UNAIR Progam Studi Antopologi, Surabaya, 2011), 12.
59
Ibid., 12.
60
Ibid., 12.
35
C. Lakon yang Pernah Ditampilkan dalam Pertujukan Ludruk Karya Budaya
Cerita yang pernah ditampilkan dalam ludruk Karya Budaya yaitu cerita
pakem yang ditampilkan bersumber dongeng kehidupan sehari – hari, cerita
hiburan, cerita yang beradaptasi dari novel dan cerita mengenai cerita
kepahlawanan jaman Belanda.61 Cerita yang bersumber dari dongeng seperti
Ciung Wanara, Damar Wulan, Ande - Ande Lumut, Putih, ,Sawunggaling,
Suminten Edan, Maling Celuring.
Cerita yang bersumber dari kehidupan juragan Dhemit, Dukun Tiban,
Segara Madu, dan Sopir kembar, Bawang Merah Bawang Cerita hiburan
Keris Nogo Sosro, Penigset, cerita yang beradaptasi dari sejarah seperti Putri
Tumapel, Putri Cempo, Joko samudro. Raden Said Cerita yang dari
kepahlawanan Belanda seperti Sarip Tambak Oso, Jaka Sambang, Sakerah,
Selain itu dapat juga menampilkan cerita fantasi seperti drama rumah tangga
dan cerita horor.62
D. Pengertian Kesenian Ludruk
Seni adalah pengunaan imajinasi manusia secara kreatif untuk
menerangkan, memahami, menikmati Kehidupan. Ini berdasarkan kemampuan
yang khusus terdapat pada manusia untuk mengunakan lambang guna
memberi bentuk dan arti kepada alam fisik yang tidak hanya sekedar untuk
61
Rohilinda Hilwa. “Komunikasi Budaya Dalam Kesenian Ludruk Budi Wijaya Di Desa Ketapang Kuningan Kec Ngusikan Kabupaten Jombang,” (Skripsi, UIN Sunan Ampel Fakultas Dakwah Dan Konunikasi, Surabaya, 2014), 65.
62
Ibid., 65
36
keperluan yang bermanfaat. Dan kesenian juga sebagai pencerminan nilai
kebudayaan yang penting bagi rakyat.63
Seni menceminkan nilai – nilai kebudayaan dan perhatian rakyat.64
Salah satunya terdapat pada kesenian ludruk merupakan jenis kesenian khas
Jawa Timur, ludruk juga bisa dikatakan sebagai teater rakyat. Hal ini
dikarenakan ludruk merupakan kesenian yang tumbuh dan berasal dari
masyarakat. Kesenian ludruk merupakan ekspresi kehidupan masyarakat yang
berkembang di masyarakat Jawa Timur.65
Kata ludruk berasal dari kata gedruk (menghentakkan kaki). Memang
kesenian mempunyai ciri disetiap tarinnya selalu melakukan gerakan gedruk
(menghetakkan kaki), maka kemudian disebut ludruk. Bahasa yang digunakan
dalam kesenian ludruk adalah bahasa Jawa Timur kuhusnya logat Suroboyoan
(bahasa Surabaya). Dengan menggunakan bahasa tersebut, Seni ludruk dapat
begitu melekat dihati masyarakat Surabaya. Kesenian ini sebagai sarana
hiburan yang merakyat.66
E. Unsur – Unsur kesenian Ludruk 1. Tari Remo
Kota Jombang adalah asal dari tari remo, tarian ini pada awalnya
adalah merupakan tarian yang digunakan sebagai pengantar pertunjukan
63
William A. Haviland . Antropologi Edisi Keempat Jilid 2. (Jakarta: Erlangga, 1988), 222.
64
Ibid., 223.
65
Rohilinda Hilwa. “Komunikasi Budaya Dalam Kesenian Ludruk Budi Wijaya Di Desa Ketapang Kuningan Kec Ngusikan Kabupaten Jombang,” (Skripsi, UIN Sunan Ampel Fakultas Dakwah Dan Konunikasi, Surabaya, 2014), 40.
66
Ibid., 41.
37
ludruk. Namun demikian tarian ini ditarikan secara terpisah sebagai tari
penyambut agung. Tarian ini menceritakan tentang perjuangan seorang
pangeran dalam medan laga yang gagah berani berperang melawan musuh.
Namun perkembangan tarian ini sering diartikan oleh seorang perempuan,
sehingga memunculkan gaya tarian yang lain: remo putri atau remo laki –
laki dan remo putri berbusana laki – laki.67
Sebagian tarian mengisahkan keberanian seorang pangeran yang
sedang berperang, karena berkaitan lakon yang dibawakan dalam tarian.
Tari remo umumnya menampilkan kisah pangeran yang berjuang dalam
medan pertempuran. Sehingga isi kemaskulinya penari sangat dibutuhkan
dalam penampilan tarian ini juga kegagahan seorang pangeran.68
Ciri utama dari tari remo adalah gerakan kaki yang lincah dengan
menghentak – hentakan secara dinamis, dengan suara kerincing atau
lonceng yang kecil yang berbunyi saat penari melangkah atau
menghentakan kaki. Selain itu gerak tari remo sangat bevariasi, seperti
mengibas selendang atau sampur, gerakan anggukan dan gelengan kepala
sang penari yang lincah, ekspresi wajah penari yang riang gembira dan
posisi kaki penari membentuk kuda membuat tarian semakin lincah dan
gagah.69
Pakaian yang digunakan untuk tari remo ialah gaya sawungalingan.
(Sawungaling), gaya surabayan (Surabaya), Malangan (Malangan), dan
Jombangan ( Jombang) busana gaya Sawungaling yaitu bagian atas hitam
67
Ibid.42.
68
Ibid., 42- 43.
69
Herry Lesbijanto . Ludruk ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013 ), 37- 38.
38
dengan model pakaian model abad 18, celana dari kain beludru berwarna
hitam dengan hisan emas dan kain batik di pinggang dengan hiasan sabuk
dan keris. Pada bagian kanan terdapat selendang yang mengantung sampai
mata kaki penari. Gaya busana Surabaya penari mengenakan ikat kepala
merah, baju tanpa kancing berwarna hitam dan gaya kerajaan abad 18,
celana sebatas pertengahan betis yang dengan jarum emas, sarung batik
pesisiran menjuntai hingga kelutut, setagen yang diikat dipinggang, serta
keris menyalip kebelakang. Penari memakai dua selendang, yang mana
satu dipakai dipinggang dsn lain disematkan dibahu, dengan masing –
masing tangan penari memegang ujung selendang. Selain itu, terdapat
gelang kaki berupa kumpulan lonceng yang dilingkarkan dipergelangan
kaki.70
Busana Gaya Malangan (Malang) sama dengan busana gaya
Surabaya (Surabaya) hanya celana panjang hingga menyentuh kaki serta
tidak disematkan jarum. Untuk busana Jombang mirip dengan
sawunggaling namun penari tidak menggunakan kaos, tapi mengunakan
rompi. Tapi untuk busana tari remo gaya putri mirip dengan busana tari
Beskalan. Penari memakai simpul atau sanggul di rambutnya dan
terkadang dihiasi melati, tidak memakai mekak hitam untuk menutupi
dada, memakai rapak unyuk menutupi bagian pinggang sampai lutut, serta
hanya mengunakan satu selendang yang disematkan dibahu.71
70
Rohilinda Hilwa. “Komunikasi Budaya Dalam Kesenian Ludruk Budi Wijaya Di Desa Ketapang Kuningan Kec Ngusikan Kabupaten Jombang,” (Skripsi, UIN Sunan Ampel Fakultas Dakwah Dan Konunikasi, Surabaya, 2014), 43- 44.
71
Ibid., 44.
39
2. Kidungan
Kidungan berasal dari kata kidung dimana dalam bahasa Jawa berarti
tembang dengan dialog Jawa Timur. Kata tembang berarti nyanyian jiwa
ataupun ungkapan hati dan perasaan yang diekspresikan dalam nyanyian
sebagai sewnandung jiwa, Karena person tersebut timbul spontan dan
spontanitas tersebut maka keluarlah bahasa spontan dengan yang menjadi
alur suara dengan cengkok yang indah, hal ini merupakan ekpresi yang
orisinil yang muncul dilubuk hati yang paling dalam. Senandung jiwa
mengungkapkan persaan yang sedang bahagia, sedih, gundah, cemas, atau
rindu terhadap kekasih. Seorang yang melantunkan kidung tersebut
sendang ngidung (bersyair) dimana ngidung mengunakan bahasa khas
Jawa Timur yang mengelitik unuik, jenaka, guyonan (candaan) kadang
kala berisi sindiran kepada pihsk lain baik halus maupun kasar dan terang
– terangan. Mendengar kidungan yang dikritik akhirnya tidak bisa marah
tetapi bahkan tertawa karena cara menyampaikan kritikan tersebut
dilakukan dengan jenaka. Oleh karena itu kidungan dianggap cara yang
paling mujarab dalam melakukan kritik dan dapat memberika motivasi
baru bagi yang dikritik.72
Kidung selanjutnya merupakan ciri khas dalam sebuah ludruk,
kidungan dipentaskan dalam ludruk biasanya disampaikan oleh penari
remo. Dalam pementasan ludruk kidungan juga dilakukan oleh pelawak
ditengah – tengah cerita utama. Pada adegan ini pelawak ludruk akan
72
Ibid., 45.
40
melakukan kidungan sesuaai dengan tema cerita yang dipentaskan.
Kidungan juga diilakukan oleh pelawak yang tampil setelah tari remo,
pelawak melakukan kidungan yang jenaka,penuh pantun jenaka, kritik
sampai pada pesan – pesan moral Islam yang disampaikan pada
kidungan.73
Pelawak yang ngidung ( bersyair) ini tidak saja harus penuh rasa
humor tapi pandai membuat syair atau pantun spontan sebagai bahan
kidunganya, sehinnga suasana menjadi cair dan tidak kaku. Pelawak ini
harus lucu membawakan kidung pada adengan ini ssebenarnya inti dari
hiburan pada kesenian ludruk.74
3. Lawakan
Lawakan atau dagelan dilakukan oleh kedua, tiga atau lima pelawak
dalam peran laki – laki semua atau peran perempuan. Adegan lawak
diawali dengan seorang pelawak yang menampilkan kidungan, dan disusul
berapa pelawak yang lain. Setelah itu mereka berdialog dengan materi
humor lucu. Lawakan diwujudkan dalam bentuk paduan kata – kata dan
gerakan pelawak humoris. Lawakan bisanya memerankan tokoh dari kelas
bawah seperti pembantu buruh. Hal ditunjang dengan busana yang
dipakai.75
73
Ibid., 46.
74
Lesbijanto . Ludruk ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013 ), 43- 44.
75
Rohilinda Hilwa. “Komunikasi Budaya Dalam Kesenian Ludruk Budi Wijaya Di Desa Ketapang Kuningan Kec Ngusikan Kabupaten Jombang,” (Skripsi, UIN Sunan Ampel Fakultas Dakwah Dan Konunikasi, Surabaya, 2014), 46- 47.
41
4. Lakon atau cerita
Dalam ludruk tidak ada pembatasan untuk cerita yang dimainkan
yang dimainkan, tidak seperti cerita wayang yang bersumber pada kisah –
kisah dari negara India. Pada kesenian ludruk cerita dapat dipisahkan
cerita dilihat pandangan agama khususnya agama di Indonesia sebagai
pedoman hidup mengandung nilai dan morna. Dan ada beberapa jenis
cerita antra lain sebagai berikut:76
a. Cerita rumah tangga
Cerita ludruk biasanya mengambil tema kehidupan sarat akan
moral budaya, pendidikan, agama, dan lain – lain yang terjadi
dikehidupan masyarakat secara umum. Banyak kisah yang dibuat dalam
pementasan ludruk, mulai dari kisah kehidupan, rumah tangga,
percintaan seperti contoh cerita Putri Campa dan Putri Tumapel dan lain
– lain.77
b. Cerita tentang legenda kepahlawanan
Cerita ludruk yang bercerita tentang kepahlawanan dari tokoh
seseorang yang diketahui oleh masyarakat kebanyakan dan kemudian
karena budi pekerti, kesaktiannya semangat dan yang akan sarat nilai –
nilai moral budaya, pendidikan, agama khusus agama yang baik
menjadikan dia panutan dalam masyarakat. Dalam cerita legenda
kepahlawanan ini ada dua jenis kisah kepahlawanan, yaitu pahlawan
legenda Jawa dan Madura, seperti legenda kepahlawanan Jawa yang
76
Ibid., 47.
77
Ibid ., 47.
42
bernama Untung Surapati dan Sawunggaling. Dimana kedua tokoh
tersebut adalah tokoh yang berjasa dalam mengusir penjajah.sedang
kisah dari tokoh Madura adalah Sakerah dan Sogol keduanya
bersumber dari kisah hidup tokoh Madura yang ada dalam kehidupan
masyarakat pada saat itu.78
c. Cerita Revolusi
Cerita tentang revolusi yang mengisahkan perjalanan
perjuangan rakyat Indonesia tersebut merebut kemerdekaan. Cerita
perang sepuluh November dan Jenderal Sudirman yang berperan
merebut kemerdekaan, tokoh biasanya yang ditampilkan bisanya sudah
dikenal oleh masyarakat. Namun cerita revolusi ini jarang dipentaskan
karena banyak pertimbangan tidak banyak yang menyukai cerita ini.79
Dalam Unsur - unsur seni ludruk yang telah dibahas sebelumnya
maka ludruk merupakan seni pertunjukan yang berarti ada didalamnya
terdapat perpaduan antara seni suara, musik, dan gerak dalam setiap
pementasanya, sehingga jelas sekali jika ludruk lebih dapat
menyampaikan pesan – pesan.
78
Ibid., 47- 48.
79
Ibid., 48.
BAB IV
KLASIFIKASI LUDRUK
A. Peran Banci Dalam Kesenian Ludruk
Kamus besar Indonesia mengartikan kata”Banci”, istilah lain yang
sering dijadikan kata penganti atau atribut pada waria, sebagai “sifat laki – laki
dan perempuan (tidak laki – laki tidak perempuan)”. Kata “waria” sendiri
merupakan singkata “wanita Pria”, yang sebenarnya memperlihatkan betapa
probelematika masyararakat Indonesia masa kini dalam mememosikan posisi
waria.
Istilah waria juga adalah pada dari wadam (wanita Adam dalam bahasa
Arab), banci, bencong maupun wadu. Wadun adalah bahasa daerah Jawa yang
berarti wanita dudu atau bukan wanita Waria adalah suatu gender. Maksudnya
mereka menentang kontuksi gender yang diberikan oleh masyarakat saat ini.
Belum diterima waria dalam kehidupan yang mengakibatkan kehidupan waria
terbatas. Biasanya mereka dalam kehidupan hiburan ngamen, ludruk, reog,
atau mereka yang berkutat dalam bidang kecaktikan dan kosmetik.80
Laki – laki biasanya disebut sebagai kaum adam sedangkan perempuan
sering disebut sebagai kaum hawa apapun itu istilahnya entah itu wadam
ataupun disebut waria akar kata kedua istilah tersebut merupakan
pengabungan dua jenis kelamin yang dianggap diskrit dan beroposisi dalam
satu keriteria. Pengabungan ini menghasilkan paradox bagi waria, disatu sisi
80
Surya Noviami “Interaksi Sosial Waria Di lingkungan keluarga” (Skripsi, UNMUH, Fakultas psikologi, Surakarta, 2012), 5.
44
seolah – seolah diposisikan sebagai sintesis baru, jenis kelamin tradisional,
namun disisi lain tetap dianggap berada ditengah – tengah diantara diruang
antara dua kriteria tersebut. Waria adalah kedua – keduanya, namun bukan
kedua – keduanya: sesuatu yang sekaligus tiada. Dengan kata lain, public
Indonesia cenderung memposisikan waria sebagai banyang – banyang anagan
– angan, wujud imajiner yang kotradiktif dengan realitas. Meskipun demikian
ia tetap ada: meskipun keberadaanya memang selalu untuk terus menerus.
Akar pemosiasian waria sebagai mahluk identitas jenis kelamin dituda
atau kehadiran dapat ditelisik pada kata wadun dalam bahasa Jawa yang
pengunaan banyak muncul dalam teks – teks Jawa kuno maupun dalam
pengunaan sehari – hari. Kata ini berasal dari kombinasi kata wadon (wanita)
dan dudu (bukan) yang secara harfiah maknaya bisa berarti wanita bukan
wanita. Kata ini memperlihatkan posisi waria dalam masyarakat Jawa yang
sering kali dianggap sebagai wanita jadian – jadian istilah ini lazim dipakai
masyarakat Jawa untuk menyebut mahluk halus yang menipu penglihatan
manusia dengan mengubah wujub, selain beberapa waria yang dikenal juga
sering bercanda diantara sesamanya dengan istilah.
Wacana HAM seperti menawarkan lingkup besar dalam penerimaan
pluralism gender. Tapi, tidak selalu jelas hak yang dibela. Bagaimana jika
orang tua berkerja keras nenutut hak mempunyai anak normal.? Ahli agama
juga bergabung dalam paduan suara HAM ini. Wacana HAM adalah isu
pertarungan yang sangat sengit di Indonesia, sebagaimana ditunjukan di atas
45
mereka sendiri mengenai hak – hak tersebut. Barulah militant FPI
mengukuhkan pada diri mereka sendiri hak untuk menyatakan apa yang
“normal.” Dalam berapa bulan tahun 2010 berbgai insiden terjadi, dimana
angota FPI dengan teerpaksa mengeluarkan gay dan lesbian satu konferensi
dan mengintruksi pelatihan HAM utuk transgender. Wacana mereka
didasarkan pada al Qur’an dan hadits, warisan dari nabi Muhammad. Sebagai
pembelaan dari aksi mereka dalam menbubarkan pelatihan HAM untuk
membela orang transgender, mereka menyatakan bahwa “Islam mempunyai
tempat untuk orang – orang dengan oran seksualitas ganda, tapi tidak dengan
orang yang dengan sengaja menganti gender yang diberikan kepada mereka.
Jadi dasar interpretasi ini, didiagnosis Klinefelter pada diri Alter akan
memberi dia penerimaan dalam komunitas muslim garis keras.81
Para Ulama juga mengunakan argument biologis untuk memperkuat
kasus dualitas seksual adalah kondisi yang lebih disukai. Sekertariat Majelis
Ulama (MUI) Mengatakan bahwa, “alat yang digunakan utuk kencing”
menentukan katagori seksual seseorang. Namun ilmuan muslim progresif
Indonesia mengunakan argumentasi berb