99 BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis memberikan simpulan sebagai berikut:
1. Alasan Melakukan Kawin Lari
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka penulis melihat bahwa sebagian besar Kawin Lari terjadi karena tidak ada persetujuan dari orang tua terutama dari pihak perempuan, ingin cepat berumah tangga, takut kehilangan si gadis, dan si gadis telah hamil. Dengan demikian terjadilah kawin lari.
2. Akibat yang di hadapi ketika Kawin Lari terjadi
100
keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan UU nomor 1 tahun 1974 tentang tujuan perkawinan.
3. Langkah-langkah Penyelesaiannya.
Adat perkawinan Kawin lari, berdasarkan hasil wawancara penulis dengan para responden yaitu 8 pasangan, tua-tua adat serta tokoh-tokoh masyarakat. maka dengan pembayaran atau pemberian harta kawin atau denda adat merupakan cara penyelesaian kawin lari, dengan rincian sebagai berikut :
1) Perkawinan yang terjadi antara bujang dan bujang (marai) dapat diselesaikan dengan pihak laki-laki memberikan mas aryaf, mas duan
tu bre, tiga tail mas sebagai denda bagi pihak laki-laki. Setelah itu
kembali lagi ke orangtua wanita, karena orang tua wanita wajib menerima bagiannya baik itu berupa mas atau pun uang yang disebut juga dengan istilah Air susu Ibu.
2) Perkawinan yang terjadi antara bujang dan istri orang :
Kasus perkawinan yang mana seorang bujang pria bersama istri orang sepakat untuk melakukan kawin lari, dan dari responden tua-tua adat serta masyarakat setempat mengungkapkan bahwa tata cara adat itu akan diperlakukan ketika terjadi suatu kasus.
101
mengembalikan harta yang diberikan oleh suami pertama dan diberikan kepada keluarga atau klaim “marga” dari suami pertama.
Bagi masyarakat Kei pada umumnya apabila perkawinan sudah dilaksanakan secara adat masing-masing, mereka berkeyakinan bahwa perkawinan itu sudah sah dan terlepas dari dosa-dosa. Maka mengacu pada hal tersebut upaya hukum yang dikenakan bagi setiap masyarakat yang melanggar ketentuan hukum adat, yaitu dikenakan denda adat dan dikucilkan dari pertemuan-pertemuan adat.
5.2 Saran
Melalui penulisan skripsi ini, penulis memberikan beberapa saran terhadap perkawinan yang ada di masyarakat Kei sesuai hukum adat Larwul Ngabal :
1. Bagi Pemuda-Pemudi di Desa Wab Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara.
Bagi pemuda pemudi Desa Wab Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara sebaiknya menjadikan Hukum Adat Larwul Nagabal sebagai Hukum yang suci dan sakral, dalam memutuskan segala hal terlebih khusus pada perkawinan atau pernikahan. Agar selalu melangkah pada jalan yang baik sehingga perkawinan juga berlangsung dengan baik dan tidak menyusahkan orang lain serta masyarakat.
102
Bagi Tua –tua Adat di Desa Wab Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku tenggara tetap memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang Hukum Larwul Ngabal bagi pemuda-pemudi, meningkatkan musyawarah adat dan turut bekerja sama dengan orang tua pemuda-pemudi agar mereka selalu berjalan sesuai dengan hukum yang ada. Karena dampak negatif akan terjadi ketika mereka keluar dari hukum adat, dan melanggar aturan yang telah ada. Ketika kita melangkah hukum adat selalu menjadi bagian yang tidak terlepas dari kehidupan kita sebagai masyarakat yang memiliki budaya, tetapi harus juga di imbangi dengan hukum Negara kita sebagai masyarakat Indonesia serta menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, Undang-undang Dasar sebagai Dasar Negara kita.
3. Bagi para peneliti