• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode ceramah Kyai Muhammad Basuni pengasuh Pondok Pesantren Sabilillah Lidah Wetan Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metode ceramah Kyai Muhammad Basuni pengasuh Pondok Pesantren Sabilillah Lidah Wetan Surabaya."

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

METODE CERAMAH KYAI MUHAMMAD BASUNI PENGASUH PONDOK PESANTREN SABILILLAH

LIDAH WETAN SURABAYA SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Melia Ovtaviani Hasanah (B71213053)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Melia Ovtaviani Hasanah

NIM : B71213053

Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Judul : Metode Ceramah Kyai Muhammad Basuni Pengasuh

Pondok Pesantren Sabilillah Lidah Wetan Surabaya

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui pada sidang skripsi program studi

Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas

Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Melia Ovtaviani Hasanah, NIM. B71213053, Metode Ceramah Kyai Muhammad Basuni Pengasuh Pondok Pesantren Sabilillah Lidah Wetan Surabaya. Skripsi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Metode Ceramah

Fokus masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana teknik persiapan ceramah, bagaimana teknik penyampaian ceramah, dan bagaimana teknik penutupan ceramah.

Metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang berguna untuk memberikan fakta dan data mengenai teknik persiapan ceramah, teknik penyampaian ceramah, dan teknik penutupan ceramah Kyai Muhammad Basuni, kemudian data itu dianalisis dengan data analisis deskriptif sehingga diperoleh makna yang mendalam mengenai teknik persiapan ceramah, teknik penyampaian ceramah, dan teknik penutupan ceramah Kyai Muhammad Basuni.

Dari hasil penelitian, dapat diketahui yang pertama teknik persiapan ceramah Kyai Muhammad Basuni yaitu teknik persiapan mentalnya yang dilakukan ialah dengan merekam suaranya sendiri melalui ponsel sebelum ceramah dan mendengarkan kembali sebagai bahan evaluasi, melakukan meditasi dengan cara berdo’a memasrahkan semua kepada Allah dan meningkatkan keimanan serta membaca Al-qur’an setiap hari serta membaca bacaan basmallah sebanyak 21 kali sebelum melakukan ceramah. Persiapan Fisiknya yaitu dengan Menjaga kondisi kesehatan tubuh dengan mengendalikan kegiatan, mengatur waktu untuk istirahat, mengatur pola makan dan menghindari makanan dan minuman yang dapat mengganggu tenggorokan (suara). Persiapan materinya dengan membaca sub bahasan dalam kitab Tafsir Jalalain dan kitab Riyadush Sholikhin secara berulang-ulang untuk mengembangkan bahasan serta menyampaikan secara spontan menggunakan metode secara langsung dan tanpa menggunakan teks. Yang kedua teknik penyampaian ceramah Kyai Muhammad Basuni yaitu tentang pengaturan suaranya yang dilakukan ialah Mengatur suara dan menyesuaikan nada tinggi dan rendah serta menyampaikan dengan artikulasi yang jelas, gerak tubuhnya yaitu menyampaikan ceramah dengan menggunakan tangan kanan dan menyampaikan ceramah sambil duduk. sedangkan teknik penutupan ceramah Kyai Muhammad Basuni yaitu dengan cara mengajak dan memberikan dorongan untuk bertindak.

Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya dapat memperdalam hasil penelitian ini.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….…i

PERSETUJUAN PEMBIMBING………..ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI………...iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN……….……iv

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI…...….v

ABSTRAK………...vi

KATA PENGANTAR………...vii

DAFTAR ISI………..….ix

DAFTAR TABEL………...xi

DAFTAR GAMBAR………...xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...……….1

B. Rumusan Masalah………11

C. Tujuan Penelitian……….11

D. Manfaat Penelitian………...11

E. Definisi Konsep………..….12

F. Sistematika Pembahasan………..15

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Metode Ceramah 1. Pengertian Metode Ceramah……….……….17

2. Teknik Persiapan Ceramah a. Teknik Persiapan Fisik………25

b. Teknik Persiapan Mental……….27

c. Teknik Persiapan Materi………..29

3. Teknik Penyampaian Ceramah………..33

4. Teknik Penutupan Ceramah……….………..40

(8)

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian………..46

B. Jenis Data dan Sumber Data………49

C. Teknik Pengumpulan Data………..51

D. Teknik Analisis Data……….………..55

E. Teknik Pengecekan Keabsahan Data………...56

F. Tahap-tahap Penelitian………57

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Setting Penelitian 1. Biografi Kyai Muhammad Basuni……...………..60

2. Perjalanan Dakwah Kyai Muhammad Basuni………...61

B. Penyajian Data 1. Teknik Persiapan Ceramah Kyai Muhammad Basuni………...64

2. Teknik Penyampaian Ceramah Kyai Muhammad Basuni……….73

3. Teknik Penutupan Ceramah Kyai Muhammad Basuni……….80

C. Analisis Data………82

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan………..………99

B. Saran………..100

(9)

DAFTAR TABEL

[image:9.612.154.481.217.530.2]
(10)

[image:10.612.155.479.214.526.2]

DAFTAR GAMBAR

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya dakwah merupakan proses komunikasi dalam rangka

mengembangkan ajaran Islam, dalam arti mengajak orang lain untuk menganut

agama Islam. Dalam istilah “mengajak” tersebut, sudah tentu selalu terkandung

makna memengaruhi orang lain agar orang lain itu mau dan mampu mengubah

sikap, sifat, pendapat, dan perilaku sosial dengan apa yang dikehendaki orang

yang mengajaknya. Dalam konteks dakwah, para da’i akan selalu berusaha

memengaruhi mad’unya. Upaya memengaruhi dimaksud dapat disimak pada

Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 52 yang bunyinya :

























“Dan (Al –Qur’an) ini adalah penjelasan (yang sempurna)bagi manusia, agar

mereka diberi peringatan dengannya, agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa, dan agar orang yang berakal mengambil pelajaran. (QS. Ibrahim [14] : 52)1

Komunikasi adalah suatu dasar hidup dan salah satu yang sangat dibutuhkan

dalam bersosialisasi, karena manusia adalah makhluk sosial yang saling

membutuhkan satu sama lainnya, maka setiap komunikasi sangat penting untuk

1

(12)

2

memenuhi kebutuhan hidupnya. Artinya manusia tanpa komunikasi akan sangat

sulit untuk berinteraksi.

Di dalam perspektif agama, komunikasi sangat penting peranannya dalam

kehidupan manusia, manusia itu dituntut keras agas pandai berkomunikasi, dan

dapat di deskripsikan di dalam Al-Qur’an surat Ar-Rahman ayat 1-4 yang berbunyi :





















“Allah yang Maha Pengasih, yang telah mengajarkan Al-Qur-an, dia

menciptakan manusia mengajarnya pandai berbicara”. (QS. Ar-Rahman [55] 1-4).2

Islam adalah agama dakwah artinya agama yang selalu mendorong

pemeluknya untuk senatiasa aktif melakukan kegiatan dakwah.3 Maju mundurnya

umat islam sangat tergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang

dilakukannya, karena itu Al-Quran dalam menyebut kegiatan dakwah dengan

Absanul Qaul.4 Dengan kata lain bisa disimpulkan bahwa dakwah menempati

posisi yang paling tinggi dan mulia dalam kemajuan agama Islam, tidak dapat

dibayangkan apabila kegiatan dakwah mengalami kelumpuhan yang disebabkan

oleh berbagai faktor terlebih pada era globalisasi sekarang ini, dimana berbagai

informasi masuk begitu cepat dan instan yang tidak dapat dibendung lagi. Kita

2

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Surabaya: Agung Media, 2002), h. 997

3

M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Jakarta ; Al-Amin Press, 1997), h. 8

4

(13)

3

sebagai umat Islam harus dapat memilah dan menyaring informasi tersebut

sehingga tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Dakwah Islam adalah tugas suci yang dibebankan kepada setiap muslim

dimana saja ia berada, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah SAW, kewajiban dakwah menyerukan, dan menyampaikan agama

Islam kepada masyarakat. Dalam Islam, dakwah yang bertujuan untuk

memancing dan mengharapkan potensi manusia agar eksistensi mereka

mempunyai makna dihadapan Tuhan dan sejarah. Maka dari itu perlu ditegaskan

disini bahwa tugas dakwah adalah tugas umat secara keseluruhan bukan hanya

sekedar tugas kelompok tertentu umat Islam.

Islam dan dakwah adalah dua hal yang tak terpisahkan. Islam tidak akan maju

dan berkembang bersyi’ar dan bersinar tanpa adanya upaya dakwah. Semakin gencar upaya dakwah yang dilaksanakan semakin bersyi’arlah ajaran Islam,

semakin kendor upaya dakwah semakin redup pulahlah cahaya Islam dalam

masyarakat.5

Dilihat dari segi bahasa, dakwah (baca: da’wah) dari kata da’a, yad’u,

da’watun yang berarti seruan, panggilan, ajakan, yang melakukannya disebut

da’i.6 Secara integral dakwah merupakan suatu proses untuk mendorong orang

lain agar memahami dan mengamalkan suatu keyakinan tertentu. Ajaran Islam

5

Ahmad Sunarto, Retorika Modern, (Surabaya: Jaudar Press, 2014), h. 88

6

(14)

4

yang disiarkan melalui dakwah dapat menyelamatkan manusia dan masyarakat

pada umumnya dan hal-hal yang dapat membawa pada kehancuran.7

Oleh karena itu, dakwah bukanlah suatu pekerjaan yang asal dilaksanakan

sambil lalu saja, melainkan suatu pekerjaan yang sudah menjadi kewajiban bagi

setiap pengikutnya.

Secara hakikat dakwah Islamiyah merupakan aktualisasi dimanifestasikan

dalam suatu kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang

dilandaskan secara tertentu, demi terwujudnya ajaran Islam dalam segala segi

kehidupan, kegiatan tersebut sering disampaikan secara individu ataupun

kelompok melaui berbagai metode dan sarana yang bertujuan memberi perubahan

dalam segi kehidupan.8

Metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang

menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Ceramah adalah pesan yang bertujuan

memberikan nasehat dan petunjuk-petunjuk sementara ada audiensi yang

bertindak sebagai pendengar.

Metode ceramah atau muhadlarah atau pidato ini telah dipakai oleh semua

Rasul Allah dalam menyampaikan ajaran Allah. Sampai sekarang pun masih

merupakan metode yang paling sering digunakan oleh para pendakwah sekalipun

alat komunikasi modern telah tersedia. Umumnya, ceramah diarahkan kepada

sebuah publik, lebih dari seorang. Oleh sebab itu, metode ini disebut Public

Speaking (berbicara di depan publik). Sifat komunikasinya lebih banyak searah

7

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2004), h. 37

8

Jumantoro Too, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang Qur’ani, Wonosobo,

(15)

5

(monolog) dari pendakwah ke audiensi, sekalipun sering juga diselingi atau

diakhiri dengan komunikasi dua arah (dialog) dalam bentuk tanya jawab.

Umumnya, pesan-pesan dakwah yang disampaikan dengan ceramah bersifat

ringan, informatif, dan tidak mengundang perdebatan. Dialog yang dilakukan juga

terbatas pada pertanyaan, bukan sanggahan. Penceramah diperlukan sebagai

pemegang otoritas informasi keagamaan kepada audiensi.9

Agama diturunkan Allah adalah untuk menjadi pedoman, bimbingan dan

petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupannya, agar hidup tentram,

bahagia dan saling menyayangi antara satu sama lain.10 Agama Islam disiarkan

melalui dakwah, karena itu pekerjaan dakwah sudah ada sejak masa Rasul.

Namun demikian, dakwah sebagai suatu ilmu belum lahir ke dalam wujud.

Walaupun begitu, pengetahuan tentang dakwah, alternatif, dan sarana-sarana

terlaksananya dakwah, serta dampaknya telah diterangkan dalam kitab-kitab

Tafsir, Hadist, dan Sejarah Islam.11

Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, tak seorang pun bisa mandiri dan

lepas dari bantuan orang lain. Tidak ada orang yang sanggup menunaikan semua

tugas dan kewajibannya tanpa uluran tangan pihak lain.12

Maka bimbingan agama diperlukan agar dalam dapat dilaksanakan dengan

baik dan sesuai dengan tuntunan yang di ajarkan agama. Dalam hal ini,

pembimbing agama memiliki peranan yang sangat penting sekali dalam

9

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 359

10

Zakiah Daradjat, Psikitrapi Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2002), h. 19

11

Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 27

12

(16)

6

mengarahkan, memberi jalan atau menuntun orang lain ke arah yang telah di

ajarkan oleh agama. Di dalam dakwah demikian juga. Seorang muballigh sebagai

komunikator mengharapkan adanya partisipasi dari pihak komunikator dan

kemudian berharap agar komunikasinya dapat bersikap dan berbuat sesuai dengan

isi pesan yang disampaikannya. Ciri khas yang membedakannya adalah terletak

pada pendekatannya yang dilakukan secara persuasive, dan juga tujuannya yaitu

mengharapkan terjadinya perubahan atau pembentukan sikap dan tingkah laku

sesuai dengan ajaran Islam.

Pada saat ini tabligh dan dakwah sering disampaikan dengan cara ceramah.

Pendakwah adalah orang yang melakukan dakwah. Ia disebut juga da’i. Dalam

ilmu komunikasi pendakwah adalah komunikator yaitu orang yang

menyampaikan pesan komunikasi (massage) kepada orang lain. Karena dakwah

bisa melalui tulisan, lisan, perbuatan, maka penulis keislaman, penceramah Islam,

mubaligh, guru, mengaji, pengelola panti asuhan Islam dan sejenisnya termasuk

pendakwah. Pendakwah bisa bersifat individu ketika dakwah yang dilakukan

secara perorangan dan bisa juga kelompok atau kelembagaan ketika dakwah

digerakkan oleh sebuah kelompok atau organisasi.13

Secara ideal, pendakwah adalah orang mukmin yang menjadi Islam sebagai

agamanya, Al-Qur’an sebagai pedomannya, Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Sebagai pemimpin dan teladan baginya, ia benar-benar mengamalkannya dalam

tingkah laku dan perjalanan hidupnya, kemudian ia menyampaikan Islam yang

meliputi akidah, syariah, dan akhlak kepada seluruh manusia.

13

(17)

7

Tuntutan ideal untuk pendakwah banyak diutarakan oleh para ulama. Abu

bakar Atjeh membuat beberapa syarat bagi pendakwah, yaitu beriman dan

percaya sungguh-sungguh akan kebenaran Islam yang akan disampaikan,

menyampaikannya dengan lisannya sendiri dan dengan amal perbuatan, dakwah

yang disampaikan bukan atas dasar rasa fanatik (ta’asub) kaum dan golongan.

Pesan yang disampaikan berdasarkan kebenaran yang lengkap dengan dasar yang

tidak ragu-ragu dan rela mengorbankan jiwanya di atas Allah SWT.

Metode ceramah sebagai salah satu metode atau teknik dakwah tidak jarang digunakan oleh para da’i atau muballigh juga utusan Allah dalam usaha menyampaikan risalah-Nya. Hal ini terbukti dalam ayat al-qur’an, bahwa Musa

As hendak menyampaikan misi dakwahnya beliau berdo’a:























“Berkata Musa Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuanku dari lidahku, agar mereka

mengerti perkataanku”. (QS. At-Thaaha: [20] 25-28)14

Definisi ini menuntut pendakwah untuk mengamalkan ajaran Islam sebelum

menyampaikannya kepada orang lain. Untuk bisa mengamalkan secara sempurna,

pendakwah tentu telah memiliki penghayatan yang mendalam tentang ajaran

Islam. Penghayatan ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan wawasannya

tentang ajaran Islam. Seorang muslim yang awam dan banyak dosa tidak layak

menurut definisi ini sebagai pendakwah. Pendakwah adalah ulama yang telah

mengamalkan secara benar pengetahuannya tentang ajaran Islam.

14

(18)

8

Dalam kegiatan dakwah, pada hakikatnya bukanlah da’i yang membimbing

atau memberi petunjuk kepada mad’unya, melainkan Allah SWT. Bilamana da’i

dan mad’u telah merasakan memiliki pesan yang sama, maka keadaan demikian

itu memerlukan taufiq Allah SWT sehingga sampai kepada tingkat beriman,

terutama mad’unya. Masalah iman adalah masalah nur (cahaya) yang dengannya

Allah membimbing siapa saja yang dia kehendaki.

Ceramah sendiri merupakan metode yang dilakukan dengan maksud untuk

menyampaikan keterangan petunjuk, pengertian, penjelasan tentang sesuatu

masalah dihadapan orang banyak.15 Jadi yang dimaksud dengan ceramah agama

yaitu suatu metode yang digunakan oleh seorang da’i atau muballigh dalam

menyampaikan suatu pesan kepada audien serta mengajak audien kepada jalan

yang benar, sesuai dengan ajaran agama guna meningkatkan ketaqwaan kepada

Allah Swt demi kebahagiaan dunia dan akhirat.

Kyai Muhammad Basuni yang tinggal di pondok pesantren Sabilillah Lidah

Wetan Surabaya merupakan pengasuh Pondok Sabilillah Lidah Wetan Surabaya

adalah seorang mubaligh yang melakukan dakwah kepada semua lapisan

masyarakat mad’u yang berbeda-beda latar belakangnya. Dalam kegiatan

dakwahnya Kyai Muhammad Basuni melakukan kegiatan dakwah di Pondok

Pesantren Sabilillah serta melakukan kegiatan ceramah di luar Pondok Pesantren

Sabilillah.

Dalam menjalankan dakwahnya Kyai Muhammad Basuni ini merupakan Kyai

yang sangat terbuka kepada jama’ahnya, beliau juga dikenal sebagai Kyai yang

15

(19)

9

pembawaannya santai, humoris, tidak tertutup, dan memiliki rasa ingin tahu yang

tinggi kepada jama’ahnya. Artinya mau menggali info kepada jama’ahnya. selain itu Kyai Muhammad Basuni memiliki ciri khas apabila sedang melakukan

ceramah beliau mengaitkan dengan lagu-lagu sholawatan dan lagu-lagu jaman

dulu yang memiki makna yang berhubungan dengan ceramahnya. Kemudian

diiringi dengan alat musik banjari yang dibawakan oleh santrinya yang berada di

Pondok Pesantren Sabilillah. Lagu-lagu yang biasanya dipakai oleh Kyai

Muhammad Basuni ini adalah lagu-lagu jaman dulu yang dinyanyikan oleh

penanyi Ida Laila, A. Rafiq serta penyanyi lainnya. Alasan beliau memilih lagu

jaman dulu dikarenakan lebih menyukai penyanyi jaman dulu. Karena menurut

beliau lagu jaman dulu banyak mengandung pesan moral.

Dengan pembawaannya yang santai dan humoris beliau dikenal sebagai Kyai

yang memiliki interaksi yang bagus kepada para jama’ahnya. karena beliau ketika ceramah sering menyapa jama’ahnya, mengajak bernyanyi, bertanya kepada jama’ahnya, dan ketika ceramah juga selalu memperhatikan jama’ahnya menatap jama’ahnya dengan penuh senyum. Kyai Muhammad Basuni seorang da’i yang memahami betul tentang permasalahan agama dan mengetahui betul situasi apa

yang dibutuhkan ditengah-tengah masyarakat. Beliau mampu memberikan suatu

ajaran yang baik terhadap masyarakat dengan cara ataupun metode yang beliau

miliki.

Menurut Kyai Muhammad Basuni kita sebagai manusia yang diberikan

pengetahuan lebih terutama dalam agama tentunya harus dapat

(20)

10

ilmu agama. Beliau mempunyai tujuan dalam berdakwah yakni membawa kepada

ajaran agama Allah SWT, menurut beliau beriman dan bertakwa kepada Allah

SWT merupakan prinsip dalam ajaran Islam. Konsep tentang orang yang beriman

dan bertakwa kepada Allah SWT dalam Al-qur’an dan Hadits sangat luas dan akurat untuk dimanifestasikan dalam kehidupan yang nyata secara individu,

keluarga, masyarakat, dan bangsa.

Dalam dakwah dibutuhkan orang yang mampu berbuat dan bertanggung

jawab karena dakwah merupakan proses menuju perubahan yang lebih baik dan

dibutuhkan kesabaran dan perjuangan. Secara umum dapat dikatakan bahwa

setiap muslim yang mukallaf (dewasa) secara otomatis dapat berpesan sebagai

mubaligh (komunikator) yang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan

ajaran-ajaran islam kepada seluruh umat manusia. Tentu saja dalam pengertian

yang sangat luas, proses dakwah itu tidaklah semata-mata merupakan suatu

komunikasi yang bersifat oral maupun tertulis saja. Tetapi semua kegiatan serta

sarana yang secara hukum adalah syah, dapat saja dikatakan alat untuk berdakwah

sesuai dengan kemampuan dari komunikator masing-masing. Sehingga dengan

demikian, kita mengenal istilah total dakwah, yaitu suatu proses dimana setiap

muslim dapat mendayagunakan (memanfaatkan) kemampuannya masing-masing

dalam rangka mempengaruhi orang lain agar bersikap dan berperilaku sesuai

dengan ajaran-ajaran Islam.

Dalam upaya meninjau bagaimana metode ceramah terhadap seorang da’i

dalam menyampaikan ceramah kepada mad’u-Nya. Maka penulis tertarik untuk

(21)

11

Basuni yang membahas tentang teknik persiapan ceramah, teknik penyampaian

ceramah, dan teknik penutupan ceramah.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang dapat dijawab oleh peneliti adalah bagaimana metode ceramah

Kyai Muhammad Basuni yang meliputi :

1. Bagaimana teknik persiapan ceramah Kyai Muhammad Basuni?

2. Bagaimana teknik penyampaian ceramah Kyai Muhammad Basuni?

3. Bagaimana teknik penutupan ceramah Kyai Muhammad Basuni?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok pembahasan yang dikemukakan diatas, maka tujuan

penelitian yang ingin dicapai adalah :

1. Mengetahui teknik persiapan ceramah Kyai Muhammad Basuni

2. Megetahui teknik penyampaian ceramah Kyai Muhammad Basuni

3. Megetahui teknik penutupan ceramah Kyai Muhammad Basuni

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan berdaya guna sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan dalam upaya

(22)

12

sesuai dengan tujuan sehingga hasil penelitian ini diharapkan bisa

memperkaya khasanah ilmu dakwah dan komunikasi dalam memajukan

dakwah.

2. Manfaat Praktis

Untuk menambah wawasan aktivitas akademi dan praktis dakwah agar

dapat mengembangkan metode ceramahnya di lapangan serta dakwah yang di

sampaikannya mudah di mengerti dan diterima sehingga penelitian ini

diharapkan akan menjadi sebuah panduan tambahan bagi para juru dakwah

untuk dapat menyampaikan dakwahnya kepada masyarakat dengan cara yang

efektif dan efisien. Dengan adanya penelitian ini juga penulis mengharapkan

dapat memberikan pengetahuan terhadap calon da’i agar bisa memperluas

pengetahuaannya.

E. Definisi Konsep

1. Metode

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode adalah

cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang

lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica,

artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata

(23)

13

cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu

maksud.16

2. Ceramah

Ceramah adalah pidato yang bertujuan memberikan nasehat dan

petunjuk-petunjuk sementara ada audiensi yang bertindak sebagai pendengar. Audiensi

yang dimaksud disini adalah keseluruhan untuk siapa saja, khalayak ramai,

masyarakat luas, atau lazim. Jadi ceramah adalah pidato yang bertujuan untuk

memberikan nasehat kepada khalayak umum atau masyarakat luas.

Sedangkan menurut A. G. Lugandi, ceramah adalah suatu penyampaian

informasi yang bersifat searah, yakni daripenceramah kepada hadirin.17

Jadi yang dimaksud dengan ceramah yaitu suatu metode yang digunakan

oleh seorang da’i atau muballigh dalam menyampaikan suatu pesan kepada

audien serta mengajak audien kepada jalan yang benar, sesuai dengan ajaran

agama guna meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Swt demi kebahagiaan dunia

dan akhirat.

Karena kajian ini membahas metode ceramah yang dilakukan oleh

seorang da’i maka pembahasan “metode ceramah” menjadi keniscayaan yang tak terpisahkan dari pembahasan ini, artinya pemahaman terhadap metode

ceramah baik secara teoritik maupun praktik menjadi prioritas kajian ini.

Metode ceramah merupakan metode yang dilakukan dengan maksud

untuk menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian, dan penjelasan

16

M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 6

17

(24)

14

tentang sesuatu kepada pendengar dengan menggunakan lisan.18 Metode

ceramah merupakan suatu teknik dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri-ciri

karakteristik bicara oleh seorang da’i pada suatu aktivitas dakwah. Metode ini

harus diimbangi dengan kepandaian khusus tentang retorika, diskusi, dan

faktor-faktor lain yang membuat pendengar merasa simpatik dengan

ceramahnya.

Glenn R. Cap membagi empat macam ceramah atau pidato. Pertama,

Pidato Impromtu yaitu pidato yang dilakukan secara spontan tanpa persiapan

sebelumnya. Kedua, Pidato Manuskrip yaitu pidato dengan membaca naskah

yang sudah disiapkan sebelumnya. Ketiga, Pidato Memoriter yaitu pidato

dengan hafalan kata demi kata dari isi pidato yang telah dipersiapkan.

Keempat, Pidato ekstempore, yaitu pidato dengan persiapan berupa outline

(garis besar) dan supporting points (pembahasan penunjang). Jenis yang

terakhir ini adalah pidato yang paling banyak dipakai para ahli pidato.

Pada penelitian ini menggunakan metode ceramah impromtu yaitu pidato

yang dilakukan secara spontan tanpa adanya persiapan sebelumnya. Persiapan

pidato mutlak diperlukan. Akan tetapi seringkali keadaan memaksa orang

harus berpidato tanpa adanya waktu untuk mempersiapkannya dengan cukup.

Pidato spontan inilah yang disebut dalam retorika dengan istilah Pidato

Impromtu.19

18

Dzikron Abdullah, Metodologi Dakwah, Diklat Kuliah, (Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 1998), h. 45

19

(25)

15

Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa, metode ceramah adalah cara

atau jalan yang dipergunakan da’i untuk menyampaikan pengetahuan maupun

informasi dihadapan orang banyak untuk memberikan penjelasan kepada

orang lain agar orang yang mendengarkan ceramah mengerti atau paham serta

mendatkan pengetahuan baru yang bisa mereka gunakan sebagai bekal untuk

hidup bersama.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk menggambarkan lebih jelas pada pembahasan penelitian ini, maka

peneliti akan menguraikan sitematika pembahasannya. Adapun sistematika

pembasahan pada penelitian ini sebagai berikut :

Pada bab satu peneliti akan memaparkan tentang langkah awal dalam

penelitian skripsi, di antaranya menjelaskan, a) Latar belakang masalah, b)

Rumusan masalah, c) Tujuan penelitian, d) Manfaat penelitian, e) Definisi

konseptual, dan f) Sistematika pembahasan.

Pada bab dua adalah Kajian Kepustakaan, pada bab ini berisi tentang kajian

pustaka yang membahas tentang teori kepustakaan yang terkait dengan judul

penelitian, kajian teoritik yakni pembahasan kajian teori dan penelitian terdahulu

yang relevan sebagai rujukan dan perbandingan terhadap penelitian yang

dilakukan saat ini.

Pada bab tiga, membahas tentang metode penelitian yang berisi tentang

(26)

16

yang akan dipakai oleh peneliti. Dan juga membahas tentang teknik pengumpulan

data dan teknik analisis data yang akan dipakai dalam penelitian.

Bab empat adalah penyajian data, pada bab ini penyajian dan analisis data

menjelaskan tentang setting penelitian yaitu teknik persiapan ceramah, teknik

penyampaian ceramah, dan teknik penutupan ceramah Kyai Muhammad Basuni.

Pada bab ini yang nantinya akan menjawab rumusan masalah dalam penelitian

ini.

Pada bab lima adalah penutup, bab ini merupakan bab terakhir yang

menjawab langsung dari permasalahan. Selain itu berisikan tentang kesimpulan

(27)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Metode Ceramah

1. Pengertian Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan cara atau jalan yang dipergunakan da’i untuk

menyampaikan pengetahuan maupun informasi dihadapan banyak orang

untuk memberikan penjelasan kepada orang lain. Agar orang yang

mendengarkan ceramah dapat mengerti atau paham serta mendapatkan

pengetahuan baru yang bisa mereka gunakan sebagai bekal untuk hidup

bersama.

Metode ceramah atau muhadlarah atau pidato ini telah dipakai oleh semua

Rasul Allah dalam menyampaikan ajaran Allah. Sampai sekarang pun masih

merupakan metode yang paling sering digunakan oleh para pendakwah

sekalipun alat komunikasi modern telah tersedia. Ibadah shalat jum’at juga

tidak sah jika tidak disertai ceramah agama yaitu Khotbah jum’at. Ceramah

jum’at ini tidak seperti ceramah-ceramah yang lain. Ia telah ditentukan waktu,

tempat dan unsur-unsur yang harus dipenuhi sesuai dengan aturan yang ada

(28)

18

(Peringatan Hari Besar Islam), pengajian rutin di sejumlah masjid, upacara

pemberangkatan haji dan sebagainya tidak terikat oleh aturan yang ketat.

Ceramah dalam kamus Bahasa Indonesia adalah pidato yang bertujuan

memberikan nasehat dan petunjuk-petunjuk sementara ada audiensi yang

dimaksud disini adalah keseluruhan untuk siapa saja, khalayak ramai,

masyarakat luas, atau lazim. Jadi ceramah adalah pidato yang bertujuan untuk

memberikan nasehat kepada khalayak umum atau masyarakat luas. Nasehat

merupakan pilar ajarana Islam. Di antara bentuk nasehat yang wajib dilakukan

oleh setiap muslim adalah memberikan nasehat kepada sesame saudaranya

sesame muslim. Namun, nasehat ini tidak sempit sebagimana yang diduga

oleh sebagian orang. Karena hakekat dari nasehat adalah menghendaki

kebaikan bagi saudaranya. Maka sudah semestinya setiap muslim

bersemangat untuk menunaikan nasehat kepada sesama saudaranya demi

terjaganya iman di dalam dirinya dan demi kebaikan.

ْ ع ه ضر ِ راَدلا سْ ا ْب مْ ت ةَ قر ْ با ْ ع

ْ لع ه َلص َ بَ لا َ ا

ةَ ئ ِ لْ سرل بات ل ل اق ؟ ْ ل ا ْلق .ةحْ صَ لا ْ ِدلا : اق مَلس

(ملسم ا ر) .ْم تَماع ْ لْس ْلا

Dari Abu Ruqoyyah Tamim bin Aus Addari r.a, dia berkata: bahwasannya Nabi SAW bersabda: “agama adalah nasihat”. Kami bertanya: “bagi

(29)

19

imam-imam kaum muslimin dan awam-awamnya (segenap umat Islam).1 “diriwayatkan oleh Muslim”

Sedangkan menurut A.G Lugandi, ceramah agama adalah suatu

penyampaian informasi yang bersifat searah, yakni dari penceramah kepada

hadirin.

Beda lagi dengan pendapat Abdul Kadir Munsyi, beliau berpendapat

bahwa ceramah adalah metode yang dilakukan dengan maksud untuk

menyampaikan keterangan petunjuk, pengertian, penjelasan tentang sesuatu

masalah dihadapan orang banyak.2

Jadi yang dimaksud dengan ceramah agama yaitu suatu metode yang

digunakan oleh seorang da’i atau muballigh dalam menyampaikan suatu pesan

kepada audien serta mengajak audien kepada jalan yang benar, sesuai dengan

ajaran agama guna meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Swt demi

kebahagiaan dunia dan akhirat.

Umumnya, ceramah diarahkan kepada sebuah publik, lebih dari seorang.

Oleh sebab itu, metode ini disebut public speaking (berbicara di depan

publik). Sifat komunikasinya lebih banyak searah (monolog) dari pendakwah

ke audiens, sekalipun sering juga diselingi atau diakhiri dengan komunikasi

dua arah (dialog) dalam bentuk Tanya jawab. Umumnya, pesan-pesan dakwah

yang disampaikan dengan ceramah bersifat ringan, informative, dan tidak

mengundang perdebatan. Dialog yang dilakukan juga terbatas pada

1

Tohir Rahman, Terjemah Hadis „Arbain An-Nawawiyah, (Surabaya: Al-Hidayah, tt), h. 25.

2

(30)

20

pertanyaan, bukan sanggahan. Penceramah diperlakukan sebagai pemegang

otoritas informasi keagamaan kepada audiens.

a. Macam-macam Ceramah

Dari segi persiapannya Glenn R. Capp dalam Rakhmat (1982:32-34)

membagi empat macam ceramah atau pidato.

1) Pidato Impromtu

Yaitu pidato yang dilakukan secara spontan, tanpa adanya

persiapan sebelumnya. Persiapan pidato mutlak diperlukan. Akan

tetapi seringkali keadaan memaksa orang harus berpidato tanpa adanya

waktu untuk mempersiapkannya dengan cukup. Pidato spontan inilah

yang disebut dalam retorika dengan istilah Pidato Impromtu.3

Pidato impromtu ini memiliki keuntungan-keuntungan antara lain

dapat mengungkapkan perasaan asli pembicara serta Nampak lebih

segar dan hidup yang bersikap netral, ada kesempatan memandang

pendengar, berfikir dengan aktif, dan dapat mengajak pendengar

berfikir.4

Akan tetapi kelemahan-kelemahannya lebih banyak terutama bagi

pembicara yang masih hijau yaitu :

(a) Menimbulkan kesimpulan yang mentah sebab dasar pengetahuan

yang kurang memadai

3

Fitriana Utami Dewi, Public Speaking Kunci Sukses Bicara di depan Publik, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2013) h 150

4

(31)

21

(b) Penyampaian pidato yang tersendat-sendat dan tidak lancar

(c) Gagasan yang disampaikan bisa acak-acakan

(d) Ada kemungkinan membuat demam panggung.5

2) Pidato Manuskrip

Pidato dengan membaca naskah merupakan tipe atau model

penyampaian yang paling formal. Tipe ini juga merupakan pilihan

yang paling tepat untuk menjaga agar jangan sampai apa yang

dibicarakan keluar atau menyimpang jauh dari tema. Teknik membaca

naskah ini sangat dianjurkan ketika seseorang berpidato mengenai

topik-topik yang sensitive sehingga mencegah terjadinya pembicaraan

yang lepas kontrol, pelanturan materi, kesalahan ucap, dan

ketergelinciran lain yang berpotensi menimbulkan salah paham dan

salah tafsir dari audiens. Boleh juga sekali-kali pidato yang

menggunakan teknik membaca naskah diselingi dengan spontanitas

dan percakapan dialogis dengan audiens sehingga komunikasi antara

orang yang berpidato dengan audiens dapat terjalin. Spotanitas dan

percakapan dialogis yang diselipkan dalam teknik reading from a

manuskrip ini bisa menambah hidupnya suasana dan mendorong orang

untuk lebih memahami dan mengerti isi pidato yang sedang

disampaikan.

5

(32)

22

Keuntungan pidato manuskrip ini adalah :

(a) Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat

menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang gemilang

(b) Pernyataan dapat dihemat karena manuskrip dapat disusun

kembali

(c) Kefasihan bicara dapat dicapai karena kata-kata

(d) Hal-hal yang ngawur atau menyimpang dapat dihindari

(e) Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.

Kelemahan dari teknik ini adalah kurangnya interaksi/kontak mata

antara pemateri dengan audiens. Jika tidak diselingi dengan spotanitas

yang menarik, pidato dengan membaca naskah ini juga akan menjadi

pidato yang paling membosankan bagi audiens. Karena terkesan

membosankan, tentunya apa yang akan disampaikan oleh pembicara

kepada audiens juga tidak akan dipahami sebagaimana mestinya, oleh

karena itu, bagi seseorang yang ingin berpidato dengan teknik

membaca naskah disarankan agar sering memberikan

selingan-selingan spontan dari naskah yang dibacanya dan usahakan agar

kontak mata dengan audiens tetap terjaga.

3) Pidato Memoriter

Yaitu pidato dengan hafalan kata demi kata dari isi pidato yang telah dipersiapkan. Dengan persiapan naskah yang telah tertulis, maka

(33)

23

pemilihan bahasa yang baik, susunan pembicaraan yang tersusun

secara sistematis dan terarah. Akan tetapi karena pesan sudah tetap,

maka tidak terjalin saling hubungan antara pesan dan pendengar,

kurang langsung, memerlukan banyak waktu dalam persiapan, kurang

spontan, perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha

mengingat-ingat. Bahaya terbesar timbul, ketika satu kata atau lebih hilang dari

ingatan.6

4) Pidato Ekstempore

Yaitu pidato dengan persiapan berupa outline (garis besar) dan

supporting points (pembahasan penunjang). Jenis yang terakhir ini

adalah pidato yang paling baik dan paling banyak dipakai oleh para

ahli pidato. Pidato ekstempore ini adalah pidato yang paling popular

dan banyak dipakai oleh ahli-ahli pidato. Pembicaraan tidak

mempersiapkan dan menyusun pidato kata demi kata serta tidak perlu

menghafal keseluruhan isi pidato, akan tetapi ia hanya menyusun

outline (garis besar) da nisi pidato yang akan disampaikan yang

dianggap dapat mengorganisir dan mensistematir keseluruhan pesan

pidato.7

6

Ibid, h. 15

7

(34)

24

2. Teknik Persiapan Ceramah

Menyiapkan pidato adalah merupakan pengumpulan gagasan-gagasan

serta pikiran-pikiran anda sendiri. Ini adalah suatu ajakan-ajakan serta

keyakinan-keyakinan dari diri sendiri. Dan ini terjadi di semua saat, asal

sedang dalam keadaan tidak tidur ataupun sedang terbang dalam impian.

Seluruh jiwa raga dipenuhi serta terisi dan diliputi akan perasaan-perasaan

yang demikian. Kesemuanya itu masuk di dalam bawah sadar anda, terkumpul

ataupun berserakan disitu.8

Seperti aktivitas-aktivitas lainnya, berbicara di depan umum pun juga

membutuhkan beberapa persiapan, penampilan kita di depan umum akan

kurang sempurna, seperti salah teks, gugup, dan masih banyak lagi.9

Orang yang mau mempersiapkan pidato, harus selalu membuka mata dan

telinga, terhadap informasi-informasi yang baru dan istimewa. Sebab untuk

mengolah suatu tema untuk dibawakan di depan publik, bukan hanya perlu

sumbangan pikiran pribadi yang berasal dari pengalaman, bidang studi

pengetahuan dan kesan-kesannya. Tetapi ia juga harus mengumpulkan

bahan-bahan pengalaman dari dunia sekitarnya. Dari manusia lain dan dari situasi

asing lainnya. Dengan kata lain, dia harus menemukan sumber-sumber dari

mana ia dapat menemukan dan memperdalam tema yang akan dibahas.10

8

Dale Carnegie, Teknik dan Seni Berpidato, (terjemah) (t.t: Nur Cahaya, t.th) h. 37

9

Kholifatul Adha, Panduan Mudah Public Speaking, (Yogyakarta: Notebook, 2014) h 92

10

Dori Wuwur Hendrikus, Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi,

(35)

25

Menurut pendapat para ahli komunikasi (retorika). Langkah-langkah

persiapan itu meliputi 3 hal, yaitu persiapan fisik, persiapan mental dan

persiapan materi,. Ketiga bentuk persiapan ini, harus saling terkait satu sama

lain secara sistematis.11

a. Teknik Persiapan Fisik

Yang dimaksud persiapan fisik ialah usaha-usaha yang dilakukan

untuk menjaga kesehatan tubuh agar selalu berada dalam kondisi prima

(sehat). Persiapan ini memberikan pengaruh dan dampak yang sangat

besar pada penampilan pribadi sewaktu berbicara di hadapan forum.

Karena persiapan fisik merupakan usaha yang dilakukan untuk menjaga

kesehatan tubuh agar selalu berada dalam kondisi prima (sehat). Persiapan

ini memberi pengaruh dan dampak yang sangat besar pada penampilan

pribadi sewaktu berbicara dihadapan forum.12

Di dalam praktek cukup banyak pembicara yang menganggap sepele

masalah ini. Akibatnya sering terjadi gagalnya sebuah pembicaraan pidato

(ceramah), hanya disebabkan karena adanya gangguan-gangguan yang

bersifat fisik. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga sedemikian rupa

sebelum naik mimbar. Kapan perlu beristirahat beberapa saat untuk

memulihkan kesehatan sampai dalam kondisi puncak. Demikian juga

11

Gestasri Anwar, Retorika Praktis, Teknik dan Seni Berpidato, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995) h. 36

12

(36)

26

halnya dalam kondisi lapar dan haus, orang yang terlalu lapar akan

menganggu konsentrasi pikiran.13

Perlunya persiapan fisik adalah berdasar kepada pribahasa Yunani

yang mengatakan: “men sanna in corpore sanno” (dalam tubuh yang

sehat terdapat jiwa yang sehat). Pada hakikatnya, berbicara ialah

menyatakan pikiran di hadapan orang lain/kelompok. Isi pikiran, akan

keluar dengan sistematis dan teratur apabila kondisi pikiran itu sendiri

berada dalam keadaan normal. Sehatnya pikiran, pasti ditentukan oleh

sehatnya kondisi jasmani kita.

Di samping kesehatan pikiran, persiapan fisik perlu juga untuk

mendukung penggunaan teknik retorika lainnya, seperti : daya tahan tubuh

dalam berbicara, penggunaan pandangan mata, ekspresi wajah, suara dan

gerangan tangan. Bagaimana kita mengeluarkan suara dengan bagus,

kalau kita batuk. Bagaimana sorotan mata bila kita dalam keadaan loyo

(letih). Belum lagi gerakan tangan dalam keadaan terkilir pasti susah.14

Karena itu, lakukanlah persiapan fisik dengan sebaik-baiknya, dengan

menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1) Lakukan olahraga secara teratur

Tujuan melaksanakan olahraga tentu sudah kita ketahui. Tapi

perlu dipahami bahwa olahraga yang teratur sangat besar pengaruhnya

bagi seorang pembicara/juru pidato.

13

Basrah Lubis, Metodologi dan Retorika Dakwah, (Jakarta : Tursina, 1991), h. 21

14

(37)

27

2) Hindari makanan-makanan dan minuman-minuman yang dapat

merusak atau mengganggu tenggorokan (suara). Untuk itu bila anda

seorang perokok berat mulailah berusaha menguranginya. Hindari pula

makanan-makanan yang berminyak dan minuman-minuman yang

mengandung alkohol.

3) Istirahatlah pada waktu yang sudah ditentukan, baik siang maupun

malam hari. Jangan biasakan keluar larut malam, karena dapat

merusak atau mengganggu kondisi tubuh pada saat tampil di hadapan

forum.

4) Untuk sementara, usahakan menghindari berbagai masalah yang tidak

ada kaitannya dengan topik pembicaraan. Rahasianya adalah gangguan

masalah lain dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan bisa

menimbulkan ketegangan. Sedangakan ketegangan itu sendiri adalah

sumber penyakit bagi manusia. Akibatnya kita akan tampil di depan

forum dengan penuh masalah dan ketegangan

5) Jangan terlalu tegang (serius) sewaktu melakukan persiapan mental

dan persiapan materi.15

b. Teknik Persiapan Mental

Yang dimaksud dengan persiapan mental (kejiwaan) adalah usaha

usaha yang dilakukan untuk menimbukan keberanian dan kepercayaan

diri, sehingga melahirkan persiapan fisik ialah usaha-usaha yang

15

(38)

28

dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh agar selalu berada dalam

kondisi prima (sehat).

Persiapan ini memberikan pengaruh dan dampak yang sangat besar

pada penampilan pribadi sewaktu berbicara di hadapan forum. Persiapan

mental mesti dilakukan, terutama terutama bagi seorang komunikator

yang baru memulai pekerjaan sebagai penceramah/pembicara atau bagi

seseorang yang ragu-ragu menyampaikan suatu topik pembicaraan sesuai

dengan permintaan panitia acara.

Seseorang tidak melaksanakan persiapan mental untuk berbicara di

hadapan orang lain, biasanya akan mengalami berbagai akibat, seperti:

demam panggung, cemas, pucat, ragu-ragu, kehilangan materi bahkan bisa

kehilangan suara dan semangat.

Langkah-langkah persiapan mental dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

1) Meningkatkan Keimanan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Meningkatkan keimanan, berarti meningkatkan kepercayaan dan

keyakinan terhadap kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Bagi seorang yang telah kuat imannya, pasti dia tidak akan merasa

ragu dan takut pada siapapun juga, kecuali kepada Tuhan.

2) Meningkatkan Akhlak/Moral

Disamping berupaya meningkatkan iman, kita juga perlu

meningkatkan akhlak/moral, terutama dalam bergaul dengan manusia

(39)

29

menjadi panutan bagi orang banyak. Dirinya akan mengeluarkan

cahaya yang mampu mempengaruhi orang lain. Bicaranya pasti

didengar orang. Sikap dan perilakunya akan dicontoh, dan pendapat

yang disampaikannya akan menjadi pegangan bagi masyarakat.

3) Melakukan Dialog dengan Diri sendiri

Disamping langkah-langkah di atas, kita harus pula melakukan

langkah ini dalam rangka persiapan mental. Caranya dengan

mengadakan tanya jawab (dialog) terhadap diri sendiri.

Sebaiknya langkah-langkah persiapan mental, khususnya dalam

melakukan dialog dengan diri sendiri, dilaksanakan pada malam hari dan

pada tempat yang bebas dari gangguan-gangguan yang dapat merusak

konsentrasi. Rahasianya, suasana pada malam hari cukup tenang untuk

berpikir dan melakukan konsentrasi. Tidak ada salahnya, sebelum

melakukan dialog, kita lakukan terlebih dahulu penyerahan diri terhadap

Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk semadi atau mediasi.

Mudah-mudahan Tuhan akan memberikan petunjuk dan kekuatan melalui intuisi

atau ilham, sehingga dialog berjalan lancar, penuh keyakinan serta

menghasilkan jawaban-jawaban yang positif.

c. Teknik Persiapan Materi

Yang dimaksud dengan persiapan materi adalah usaha-usaha yang

dilakukan untuk menguasai materi yang akan disampaikan di hadapan

(40)

30

Biasanya, setiap orang yang akan berbicara pada suatu forum

pertemuan selalu melakukan persiapan materi yang dianggapnya cukup

matang. Namun bila diamati secara cermat, ternyata kebanyakan mereka

hanya melakukan persiapan apa adanya, tanpa berusaha menguasai materi

yang ada (walaupun sangat minim) tidak pula terkuasai sepenuhnya.16

Karena itu, seorang pembicara mesti melakukan persiapan materi secara

sungguh-sungguh dan penuh perhatian. Sebelum berbicara didepan publik

hendaknya harus terlebih dahulu mempersiapkan materi. Materi disini

adalah bahan yang disampaikan oleh seorang presentator. Bahan materi itu

dapat berupa ide sendiri, gagasan orang lain yang dikutip, berita,

informasi dan lain-lain.17

Menurut Gentasri Anwar persiapan materi dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut :

1) Jika topik yang akan dibicarakan belum ada atau diserahkan panitia

kepada kita, maka sebagai langkah pertama kita harus

menetapkan/merumuskan topik lebih dahulu.

2) Sebagai langkah kedua, tetapkan judul pembicaraan. Judul ialah

nama yang diberikan untuk topik atau pokok bahasan. Syarat-syarat

yang baik yaitu :

- Relavan dengan topik

- Menimbulkan hasrat ingin tahu

16

Gentari Anwar, Retorika Praktis Teknik dan Seni Berpidato, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), h. 46

17

(41)

31

- Mudah diingat oleh pendengar

3) Sesudah topik dan judul ditetapkan atau telah disediakan panitia, lalu

periksalah pengetahuan yang ada dalam pikiran kita sendiri. Artinya,

sejauh mana pengetahuan kita tentang keadaan yang berkaitan dengan

topik atau judul. Apakah pengetahuan yang kita miliki sudah luas dan

mendalam atau belum.

4) Jika belum merasa menguasai materi secara luas dan mendalam,

kumpulan berbagai buku dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan

topik yang akan kita bicarakan dan kalau perlu bertanya kepada orang

yang dianggap ahli untuk itu.

5) Baca dan pelajari semua buku dan tulisan-tulisan tadi dengan sistematis.

Jangan lupa memperhatikan teknik membaca yang akurat (baca

berulang-ulang).

6) Usahakan pola pikir yang kita gunakan dalam mempelajari bahan-bahan

tadi adalah pola pikir filsafat. Sebab, pola pikir filsafat akan membantu

kita menguasai sesuatu pengetahuan secara sistematis, luas dan

mendalam/radikal.

7) Setelah bahan dirasa cukup, barulah kita mulai membuat kerangka

pembicaraan (pidato).

8) Selanjutnya, tulis materi ceramah selengkap-lengkapnya dengan

anggapan tulisan inilah yang akan disajikan secara utuh di hadapan

(42)

32

9) Baca tulisan tadi berulang-ulang, sampai kita betul-betul mengerti,

memahami, menghayati dan menguasai dengan baik.18

Sedangkan menurut Jalaluddin Rakhmat, tahap persiapan pidato terdiri

dari dengan melihat beberapa persiapan dibawah ini yaitu ;

1. Jenis-jenis pidato.

a. Impromtu (tanpa persiapan)

b. Manuskrip (naskah)

c. Memoriter (hafalan)

d. Ekstempore (membuat outline)

2. Memilih Topik dan Tujuan

Dalam memilih topik perlu memperhatikan beberapa hal dibawah

ini yaitu ;

a. Topik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan anda,

b. Topik harus menarik minat anda

c. Topik harus menarik minat pendengar

d. Topik harus sesuai dengan pengetahuan pendengar

e. Topik harus terang ruang lingkup dan pembatasannya,

f. Topik harus sesuai dengan waktu dan situasi

g. Topik harus dapat ditunjang dengan bahan yang lainnya.

18

Gentasri Anwar, Retorika Praktis Teknik dan Seni Berpidato, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1995), h.

(43)

33

3. Teknik Penyampaian Ceramah

Dalam penyampaian ceramah diperlukan alat-alat bantu seperti audio

visual dan dapat pula dikembangkan dengan cara penyajian yaitu, cara

induktif adalah cara menjelaskan sesuatu (Pesan Dakwah) melalui berfikir

dari hal-hal yang bersifat khusus ke arah hal-hal yang bersifat umum.

Sedangkan cara penyajian deduktif adalah cara menjelaskan materi dakwah

yang dimulai dengan berfikir tentang hal-hal yang bersifat umum.19

Variasi adalah persyaratan berikutnya untuk cara berbicara yang baik.

Cara berbicara yang monoton sangat membosankan.Variasi membuatnya

menarik. Variasikan nada, kecepatan, tekanan, volume dan cara.

Menurut Abdul Kadir Munsyi (1981: 25) mengemukakan bahwa metode

ceramah akan berhasil dengan baik, antara lain prinsip-prinsip:Menguasai

bahasa yang akan disampaikan sebaik-baiknya dengan menghubungkan

dengan situasi kehidupan sehari-hari, menyesuaikan dengan kejiwaan,

lingkungan sosial dan budaya para pendengar, nada, kecepatan, tekanan,

volume, sikap, mengadakan variasi dengan dialog dan tanya jawab serta

sedikit humor.

Pronuntiatio (chironamia/delivery) adalah bagian kelima dari seni

retorika yang berisi cara penyampaian pidato yang baik. Dalam catatan

Gilbert Austin di buku Chironomia: A Treatise on Rhetorical Delivery

19

(44)

34

disebutkan bahwa mengemukakan pidato yang baik sedikitnya memerlukan

dua hal: pengaturan suara (voice), dan gerak tubuh (gesture) setepatnya.20

a. Pengaturan Suara (voice)

Suara adalah faktor terpenting dalam berpidato, karena pidato terutama

sekali merupakan komunikasi verbal dengan media lisan. Suara yang

berkualitas jelas, enak didengar, genap, selaras, variatif, dan fleksibel,

mudah untuk diterima pendengar ketimbang suara yang samar, kasar,

ganjil, monoton, dan kaku.

Demikian juga suara yang berkuantitas lantang, berjangkauan luas dan

mantap, lebih menyenangkan komunikan dari pada suara yang lembek,

berjangkauan sempit, dan lemah.21

Namun, kualitas dan kuantitas suara semacam itu tak dimiliki semua

orang. Sebagian orang memiliki suara alami di bawah kadar suara ideal

tersebut. Meski begitu ada beberapa cara untuk merekayasa suara alami.

Menurut Austin, suara alami dapat direkayasa dengan tiga cara: pertama,

dengan pemeliharaan (preservation), kedua, dengan peningkatan

(improvement), ketiga, dengan pengaturan (management).22

Pemeliharaan suara dapat dilakukan dengan enam cara.23 Pertama,

seimbang dalam segala sesuatu. Makanan dan minuman dikonsumsi tanpa

berlebih-lebihan. Bahkan ada baiknya mengikuti gaya hidup Nabi

20

Gilbert Austin, Chironomia: A Treatise on Rhetorical Delivery, (London: W. Bulmer, 1806), h. 5

21

Ibid, h. 33

22

Ibid, h. 69

23

(45)

35

Muhammad Saw. Dalam hadits disebutkan beliau hanya makan ketika

lapar, dan berhenti makan sebelum kenyang. Secara imajiner beliau

membagi perut menjadi tiga bagian: sepertiga pertama untuk makanan,

sepertiga kedua untuk minuman, dan sepertiga terakhir untuk udara.

Dengan keseimbangan makanan, minuman dan tentu saja istirahat, tubuh

menjadi sehat, dan kualitas suara pun terjaga.

Kedua, tidak memaksa diri berusaha maksimal setelah makan besar.

Aturan ini terkait dengan aturan pertama. Hanya saja lebih spesifik. Saat

perut kenyang, jangan bersuara lantang. Pasalnya, sebagian suara keluar

fari arah perut. Memaksa suara di saat perut penuh mengurangi kualitas

suara itu sendiri.

Ketiga, jangan paksa suara melampaui kekuatannya. Jangan pula

meninggikan suara terus-menerus sampai istirahat. Jika kedua hal itu

dilakukan, pita suara akan lelah. Dan cepat atau lambat, suara bisa parau

dan hilang.

Keempat, ketika terjadi perubahan suara pada anak remaja menuju

dewasa, suara jangan dipaksa juga. Saat itu suara sedang belum stabil.

Suara yang lama sedang beradaptasi dengan kondisi baru. Sehingga

pemaksaan yang frontal justru akan merusak adaptasi tersebut.

Kelima, menghindari makanan yang dapat merusak suara, seperti

minuman dingin, mentega, kacang-kacangan, jeruk, asam, cuka, dan lain

(46)

36

kualitas suara, seperti minuman hangat, teh, permen, telur mentah, mandi

dengan air hangat dan berjalan kaki.

Enam hal tersebut merupakan upaya untuk memelihara suara.

Adapaun upaya untuk meningkatkan (improvement) kualitas suara

sedikitnya ada empat.24 Pertama, berlatih terus-menerus untuk bersuara

dengan nada rendah hingga nada tinggi atau sebaliknya. Kedua,

berolahraga, khususnya berjalan kaki sekitar satu mil sebelum sarapan.

Ketiga, berlatih membaca dengan suara keras di suatu ruangan bersama

rekan, yang semakin hari semakin menjauh jaraknya supaya menguatkan

volume suara yang sedang berlatih. Keempat, melatih nada tinggi dengan

meninggikan suara pada pembicaraan tertentu yang dianggap penting.

Adapun pengaturan (management) suara terkait antara lain dengan

pengucapan (emphasis), selaan (pause), tinggi nada (picht) dan variasi

suara (variety).25

Menurut Austin, pengucapan yang baik diukur dari kesesuain

pengucapan suka kata dengan kebiasaan yangpaling disepakati dan paling

lazim.26 Hal itu terkait erat dan tidak hanya dengan unsur gramatika tapi

juga dengan logat. Seperti dimaklumi suatu bahasa dapat diutarakan

dengan beragam logat seuai dengan keragaman daerah pengucapan bahasa

tersebut. Logat bahasa Jawa Tegal misalnya berbeda dengan logat bahasa

24

Ibid, h. 72-74

25

Ibid, h. 36

26

(47)

37

Jawa Solo. Keragaman logat semacam itu perlu diindahkan oleh pembicara

publik supaya artikulasi yang muncul pas.

Pada momen-momen tertentu, pembicara perlu melakukan penekanan

suara (emphasis). Biasanya penekanan terjadi pada saat mengungkapkan

ide yang penting. Penekanan suara ini mirip dengan pemberian huruf tebal,

garis bawah atau garis miring pada saat menulis sesuatu yang urgen. Dalam

pembicaran, penekanan bisa dilakukan dengan mengulang-ulang kata yang

diposisikan penting.27

Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Apabila suatu

bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi getaran yang tinggi, tentu

akan disertai dengan frekuensi dengan nada yang tinggi. Sebaliknya,

apabila diucapkan dengan frekuensi getaran yang rendah, tentu akan

disertai juga dengan nada rendah.28

Dalam bahasa-bahasa bernada atau bahasa tonal, pitch biasanya

dikenal adanya lima macam nada, yaitu:

h. Nada naik atau tinggi yang biasanya diberi tanda garis ke atas /

/

i. Nada datar, biasanya diberi tanda garis lurus mendatar /

/

j. Nada turun atau merendah, biasanya diberi tanda garis menurun /

\

/ .

k. Nada turun naik, yakni nada yang merendah lalu meninggi, biasanya

diberi tanda sebagai / /

27

Ibid, h. 40

28

(48)

38

l. Nada naik turun, yaitu nada yang meninggi lalu merendah, biasanya

ditandai dengan / /

Nada yang menyertai bunyi segmental didalam kalimat disebut

intonasi. Dalam hal ini biasanya dibedakan adanya empat macam nada,

yaitu:

a. Nada yang paling tinggi yang diberi tanda dengan angka 4

b. Nada tinggi yang diberi tanda dengan angka 3

c. Nada sedang atau biasa yang biasa diberi tanda dengan angka 2

d. Nada rendah yang diberi tanda dengan angka 1

b.Gerak Tubuh

Gerak tubuh (gesture) merupakan unsur ketiga dari pronuntiatio. Ia

terutama sekali mencakup gerakan kepala, badan dan lengan. Dalam

retorika, gerak tubuh ditinjau dari maknanya, kualitasnya, dan gayanya.29

Gerak tubuh juga membantu menguatkan bunyi vocal, memberi kerangka,

atau menguatkan ucapan bagi seorang pembicara. Pembicara dapat

menggunakan anggukan kepala, gerak lengan, atau gerak jarinya untuk

menunjukkan bilamana komentar mulai dan berakhir.30

29

Gilbert Austin, Chironomia: A Treatise on Rhetorical Delivery, (London: W. Bulmer, 1806), h. 386

30

(49)

39

Kebermaknaan gerak tubuh terbagi menjadi dua juga: (1) gerak tubuh

yang bermakna dan (2) gerak tubuh yang tidak bermakna terbagi dua: (a)

gerak tubuh alami dan (b) gerak tubuh rekayasa.31

Yang alami tentu bukan rekayasa. Gerakan itu muncul tanpa

kesengajaan tapi dapat diidentifikasi maknanya. Sedangkan gerakan

rekayasa kebalikan dari gerakan alami. Gerakan rekayasa dibuat secara

sengaja oleh pelakunya dengan makna tertentu. Seperti meletakkan tangan

di dada untuk menunjukkan perasaan pembicara, dan meletakkan tangan di

depan bibir tertutup pembicara untuk menunjukkan perintah diam. Dua

contoh gerakan itu, biasanya hasil rekayasa, karena gerak alami itu murni

hasil dari kebiasaan yang meresap di diri.

Adapun gerak tubuh yang tidak bermakna terbagi menjadi lima: gerak

tubuh terbuka, gerak tubuh diskriminatif, gerak tubuh pelengkap, gerak

tubuh penundaan, dan gerak tubuh tegas.

Austin mendefinisikan gerak tubuh pembuka (commencing gestures)

dengan gerak tubuh yang memulai wacana pembicaraan hanya dengan

mengangkat tangan secara horizontal, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu

rendah. Kurang lebih seperti salam Nazi. Namun, karena salam tersebut

tidak disukai sebagaian orang, maka paling tidak gerak tubuh dapat

dibayangkan seperti orang yang melambaikan tangan.

Yang dimaksud dengan gerak tubuh diskriminatif (discriminative

gestures) adalah gerakan menunjukkan seseorang atau sesuatu tertentu.

31

(50)

40

Gerakan ini dipakai untuk menerangkan, menekankan atau menanyakan

sesuatu. Dalam keseharian sekalipun kita kadang menggunakan gerakan

ini. Misalnya, anda mengatakan “begini maksud saya”sambil memajukan

tangan seperti mendorong.

Gerakan pelengkap atau pengganti (auxialiary/alternate) adalah

gerakan yang melengkapi gerakan yang lain. Misalnya, anda berpidato

sambil menjulurkan tangan dan menunjukkan jari. Lalu secara otomatis

anda menggerakkan tangan anda untuk menunjuk berulang-ulang.

Gerak berikutnya adalah gerak tubuh penundaan/persiapan

(suspended/preparatory). Denamakan demikian karena gerakan ini menarik

perhatian dengan penundaan yang dilakukan dengan mengangkat lengan

pada suatu kata yang dianggap penting. Contoh sederhananya Anda

mengatakan suatu kata sambil menggerakkan jari telunjuk yang kanan dan

kiri membentuk tanda kutip.

Terakhir, gerak tubuh tegas (emphatical gestures) dilakukan ketika ada

kata yang dilawankan atau dibandingkan dengan kata lain. Gerakan ini

antara lain ditunjukkan dengan pemindahan posisi. Awalnya gerak/wajah

menghadap ke kanan, kemudian menghadap ke kiri, atau sebaliknya.32

4. Teknik Penutupan Ceramah

Permulaan dan akhir ceramah adalah bagian-bagian yang paling

menentukan. dalam sebuah ceramah. Kalau permulaan pidato harus dapat

32

(51)

41

mengantarkan pikiran dan menambatkan perhatian kepada pokok

pembicaraan, maka dalam menutup ceramah harus dapat memfokuskan

pikiran dan perasaan khalayak pada gagasan utama atau kesimpulan penting

dari seluruh isi pidato. Karena itu penutup pidato harus dapat menelaskan

seluruh tujuan komposisi, memperkuat daya persuasi, mendorong pemikiran

dan tindakan yang diharapkan, menciptakan klimaks dan menimbulkan kesan

terakhir yang positif.33 Adapun teknik penutupan ceramah adalah sebagai

berikut :

a. Mengemukakan ikhtisar ceramah

Manusia sanggup mengingat banyak hal, tetapi hanya sanggup

mengingat jelas beberapa hal saja. Karena itu pokok-pokok utama

disebutkan kembali.

b. Menyatukan kembali gagasan dengan kalimat singkat dan bahasa yang

berbeda.

Ini dapat dilakukan setelah menyebutkan ikhtisar ceramah atau tanpa

ikhtisar ceramah.

c. Menggugah perasaan34

d. Memberikan dorongan untuk bertindak

Pidato persuasif selalu ditujukan untuk memperoleh tindakan tertentu

dari khalayak. Tindakan itu dapat berupa respon fisik seperti mencoblos

partai tertentu, mengikuti program KB, menyumbangkan dana, dan

33

Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2012) h. 59

34

(52)

42

sebagainya. Tindakan itu dapat pula berupa hal-hal abstrak seperti

penerimaan usul atau gagasan.

e. Mengakhiri dengan klimaks

Akhir pidato merupakan puncak seluruh uraian. Menuju penutup

ceramah, uraian menjadi lebih penting dan lebih patut mendapat perhatian.

f. Menyatakan kutipan sajak, sajak, Al-Qur’an atau As-Sunnah,

peribahasa, ucapan-ucapan para ahli.

Kutipan dapat menambah keindahan komposisi, asalkan kutipan i

Gambar

Tabel 4.2……………………………………………………………………….…….93
Gambar 4.1…………………………………………………………………………..79
 Tabel 2.1
tabel sehingga dapat diambil kesimpulan.
+4

Referensi

Dokumen terkait