• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMPUH | Sistem Informasi Perundang-Undangan dan Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIMPUH | Sistem Informasi Perundang-Undangan dan Hukum"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/P.02/2017

TENT ANG

TATA CARA REVIS! ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 20 17

Menimbang

Mengingat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 15 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 20 10 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga, Pasal 38 dan Pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 20 13 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan Pasal 8 ayat (2) dan Pasal 9 ayat (2) Peraturan Presiden Nom01� 97 Tahun 20 1 6 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 20 17, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 20 17;

1 . Undang-Undang Nomor 18 Tahun 20 16 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 20 17 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 1 6 Nomor 240, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5948);

(2)

Menetapkan

Tahun 20 10 Nomor 152 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5 178) ;

3 . Peraturan Pemerintah Nomor 4 5 Tahun 20 13 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2 0 13 Nomor 103 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423) ;

4 . Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 20 16 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 20 17 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 16 Nomor 253) ;

MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA REVIS! ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 20 17.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rayat.

2 . Revisi Anggaran adalah perubahan rincian anggaran yang telah ditetapkan berdasarkan APBN Tahun Anggaran 2 0 1 7 dan disahkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 20 17.

3 . Kementerian Kenen terian

Negara ad al ah

yang selanjutnya disebut perangkat Pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.

4 . Lembaga adalah organisasi non Kementerian dan instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang

(3)

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1 945 atau peraturan perundang-undangan lainnya.

5 . Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebut BA BUN adalah bagian anggaran yang tidak dikelompokkan dalam Bagian Anggaran Kementerian/ Lembaga (BA K/ L) .

6 . Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kenen terian / Lem baga.

7. Pembantu Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebut PPA BUN adalah unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran yang berasal dari BA BUN.

8 . Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian/ Lembaga yang bersangku tan.

9 . Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara U mum Negara yang selanjutnya disebut KPA BUN adalah pejabat pada satuan kerja dari masing-masing PPA BUN, baik di kantor pusat maupun kantor daerah, atau satuan kerja di Kementerian/ Lembaga yang memperoleh penugasan dari Menteri Keuangan untuk melaksanakan kewenangan clan tanggung jawab pengelolaan anggaran yang berasal dari BA BUN.

1 0 . Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh PA/ KPA.

1 1 . DIPA Petikan adalah DIPA per satuan kerja yang dicetak secara otomatis melalui sistem, yang berisi mengenai inormasi kinerja, rincian pengeluaran, rencana penarikan dana lan perkiraan penerimaan, clan catatan, yang berfungsi sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan satuan kerj a.

(4)

1 2 . Pagu Anggaran adalah alokasi anggaran yang ditetapkan untuk mendanai belanja pemerintah pusat dan/ atau pembiayaan anggaran dalam APBN Tahun Anggaran 20 1 7 . 1 3 . Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ Lembaga yang selanjutnya disingkat RKA-K/ L adalah dokumen rencana keuangan tahunan Kementerian/ Lembaga yang disusun menurut BA K/ L.

1 4 . Rencana Kerja dan Anggaran Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebut RKA BUN adalah dokumen perencanaan anggaran BA BUN yang memuat rmcian kebutuhan dana baik yang berbentuk anggaran belanja maupun pembiayaan dalam rangka pemenuhan kewajiban pemerintah pusat dan transfer ke daerah dan dana desa tahunan yang disusun oleh KPA BUN.

1 5 . Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satket adalah bagian dari suatu unit organisasi pada Kementerian/ Lenbaga yang melaksanakan 1 (satu) atau beberapa program/ kegiatan dan membebani dana APB N .

1 6 . Daftar Hasil Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ Lembaga yang selanjutnya disingkat DHP RKA-K/ L adalah alokasi anggaran yang ditetapkan menurut unit organisasi dan program yang dirinci ke dalam Satker-Satker berdasarkan hasil penelaahan RKA-K/ L.

1 7 . Daftar Hasil Penelaahan Rencana Dana Pengeluaran Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebut DHP RDP BUN adalah dokumen hasil penelaahan RDP BUN yang memuat alokasi anggaran menurut program dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Anggaran.

1 8 . Program adalah penjabaran dari kebij akan sesuai dengan visi dan misi Kementerian/ Lembaga yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi unit eselon I atau unit Kementerian/ Lembaga yang berisi kegiatan untuk

(5)

mencapai hasil ( outcome) dengan indikator kinerj a

yang terukur.

1 9 . Hasil ( Outcome) adalah prestasi kerja yang berupa segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran

( output) dari kegiatan dalam satu Program.

20. Kegiatan adalah penjabaran dari Program yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi Satker atau penugasan tertentu Kementerian/ Lembaga yang berisi komponen kegiatan untuk mencapai keluaran ( output) dengan indikator kinerja yang terukur.

2 1 . Keluaran ( Output) adalah prestasi kerja berupa barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu Kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran clan tujuan Program serta kebijakan.

2 2 . Rumusan Kinerja adalah rumu_san yang ditetapkan sebagai acuan dalam pelaksanaan Program lan Kegiatan termasuk sasaran kinerja yang akan dicapai serta indikator sebagai alat ukur pencapaian kinerja meliputi rumusan Program, Hasil ( Outcome), Kegiatan, Keluaran ( Output) , indikator kinerja utama, lan indikator kinerja Kegiatan.

2 3 . Kegiatan Prioritas Nasional adalah Kegiatan yang ditetapkan di dalam Buku I Rencana Kerja Pemerintah yang menjadi tanggung jawab Kementerian/ Lembaga yang bersangkutan.

24. Kebijakan Prioritas Pemerintah Yang Telah Ditetapkan adalah Program/ Keg�atan/ Keluaran ( Output) yang ditetapkan oleh Pemerintah setelah Rencana Kerja Pemerintah ditetapkan clan/ atau ditetapkan pada Tahun Anggaran 20 1 7 .

2 5 . Kegiatan Prioritas Kenen terian / Lem bag a ad al ah Kegiatan-Kegiatan selain Kegiatan Prioritas Nasional dan/ atau Kebijakan Prioritas Pemerintah Yang Telah Ditetapkan.

26 . Biaya Operasional adalah anggaran yang dibutuhkan

untuk penyelenggaraan sebuah Satker dalam

(6)

melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai petunjuk penyusunan dan penelaahan RKA-K/ L.

27. Komponen Input yang selanjutnya disebut Komponen adalah bagian atau tahapan Kegiatan yang dilaksanakan untuk menghasilkan sebuah Keluaran ( Output).

28. Sisa Anggaran Kontraktual adalah hasil lebih atau s1sa dana yang diperoleh setelah penandatanganan kontrak dan/ atau pelaksanaan dari suatu pekerjaan yang target sasarannya telah dicapai.

2 9 . Sisa Anggaran Swakelola adalah hasil lebih atau sisa dana yang berasal dari pekerjaan swakelola yang tidak inengurangi volume Keluaran ( Output) yang direncanakan. 30. Pemberian Pinjaman adalah pinjaman Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, Lembaga, dan/ atau badan lainnya yang harus dibayar kembali dengan ketentuan dan persyaratan tertentu.

3 1 . Perubahan Anggaran Belanja Yang Bersumber Dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang selanjutnya disebut Perubahan Anggaran Belanja Yang Bersumber Dari PNBP adalah perubahan pagu PNBP dari target yang direncanakan dalam APBN.

32. Lanjutan Pinjaman Proyek/ Hibah Luar Negeri (PHLN) atau Pinjaman / Hibah Dalam Negeri (PHDN) adalah penggunaan kembali sisa alokasi anggaran yang bersumber dari PHLN/ PHDN yang tidak terserap, termasuk lanjutan dalam rangka pelaksanaan Kegiatan pemberian hibah dan Pemberian Pinjaman;

33. Percepatan Penarikan PHLN/ PHDN adalah tambahan alokasi anggaran yang berasal dari sisa pagu PHLN/ PHDN untuk memenuhi kebutuhan pendanaan Kegiatan dalam rangka percepatan penyelesaian pekerjaan dan / atau memenuhi kebutuhan anggaran yang belum tersedia pada Tahun Anggaran 20 1 7, termasuk percepatan dalam rangka pelaksanaan Kegiatan pemberian hibah dan Pemberian Pinjaman.

(7)

34 . Ineligible Expenditure adalah pengeluaran-pengeluaran yang tidak diperkenankan dibiayai dari dana pinjaman/ hibah luar negeri karena tidak sesuai dengan naskah perjanjian pinjaman lan/ atau hibah luar negeri.

35. Perubahan Prioritas Penggunaan Anggaran adalah perubahan atas rincian anggaran lan/ atau volume Keluaran ( Output) yang telah ditetapkan dalam DIPA karena adanya perubahan prioritas yang ditetapkan oleh menteri/ pimpinan lembaga selaku PA.

36 . Perubahan Kebjakan Pemerintah adalah perubahan atas kebijakan yang sudah ada lan mengakibatkan perubahan rincian anggaran clan/ atau volume Keluaran ( Output) yang telah ditetapkan dalam DIPA.

37. Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak para pihak lan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi.

38. Subsidi Energi adalah subsidi dalam bentuk subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis tertentu lan bahan bakar gas cair (Liquefied Petroleum Gas/ LPG tabung 3 (tiga) kilogram lan Liquefied Gas for Vehicle/ LGV) , lan subsidi listrik.

39 . Transfer ke Daerah adalah bagian dari Belanj a Negara dalam rangka mendanai pelaksanaan de sen tralisasi iskal berupa Dana Perimbangan, Dana Otonomi Khusus, lan Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

40. Dana Desa adalah dana yang dialokasikan dalam APBN yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan lan Belanja Daerah kabupaten/ kota lan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, clan pemberdayaan masyarakat.

4 1 . Penyertaan Modal Negara yang selanjutnya disingkat PMN adalah dana APBN yang dialokasikan menjadi kekayaan negara yang dipisahkan atau penetapan cadangan

(8)

perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan sebagai modal Badan Usaha Milik Negara dan/ atau perseroan terbatas lainnya lan dikelola secara korporasi.

42 . Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Utama/ Sekretaris/ Pej abat Eselon I Kementerian/ Lembaga adalah Pejabat Eselon I selaku penanggung jawab Program yang memiliki alokasi anggaran (portoolio) pada BA K/ L.

43. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Kementerian Negara/ Lembaga yang selanjutnya disebut APIP K/ L adalah Inspektorat Jenderal/ Inspektorat Utama/ Inspektorat atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern yang bertanggung jawab langsung kepada menteri/ pimpinan lembaga.

44. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disingkat SBSN atau dapat disebut sukuk negara adalah Surat Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asmg.

BAB II

RUANG LINGKUP DAN BATASAN REVIS! ANGGARAN

Pasal 2 ( 1 ) Revisi Anggaran meliputi:

a. Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran berubah;

b. Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran tetap; c. revisi administrasi yang disebabkan oleh kesalahan

administrasi, perubahan rumusan yang tidak terkait dengan anggaran, dan/ atau revisi lainnya yang ditetapkan sebagai revisi administratif.

(2) Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran berubah sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf a, berupa perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan Pagu Anggaran, termasuk pergeseran rincian anggarannya, meliputi:

(9)

a. perubahan Anggaran Belanja Yang Bersumber Dari PNBP;

b . perubahan anggaran belanja yang bersumber dari pinjaman/ hibah luar negeri dan dalam negen, termasuk Pemberian Pinjaman/ hibah;

c. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari SBSN, termasuk penggunaan sisa dana penerbitan SBSN yang tidak terserap pada tahun 20 1 6;

d. perubahan anggaran berupa pagu untuk

belanja pemerintah pengesahan belanja

pusat yang bersumber dari pinjaman/ hibah luar negeri yang telah closing date;

e . perubahan anggaran belanja dan/ atau pembiayaan anggaran sebagai akibat dari perubahan kurs, perubahan parameter, tambahan kewajiban, dan/ atau pemenuhan kewajiban; dan/ atau

· f. perubahan Transfer ke Daerah dan Dana Desa.

(3) Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran tetap sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf b, berupa pergeseran nnc1an anggaran dalam hal Pagu Anggaran tetap, meliputi:

a. pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999 .08 (BA BUN Pengelola Belanja Lainnya) ke BA K/ L atau antar subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN) ;

b . pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran yang bersumber dari rupiah murni untuk memenuhi kebutuhan Biaya Operasional;

c. pergeseran rincian anggaran untuk Satker Badan Layanan Umum yang sumber dananya berasal dari PNBP;

d. pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP yang berasal dari instansi penghasil;

e . pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian sisa kewajiban pembayaran Kegiatan/ proyek yang

(10)

dibiayai melalui SBSN yang melewati tahun anggaran sesuai dengan hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;

f. pergeseran anggaran dalam 1 ( satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran untuk memenuhi kebutuhan Ineligible Expenditure atas Kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan/ atau hibah luar negeri;

g. pergeseran anggaran antara Program lama dan Program baru dalam rangka penyelesaian administrasi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran sepanJang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat;

h. pergeseran anggaran dalam 1 ( satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka penyediaan dana untuk penyelesaian restrukturisasi Kementerian/ Lembaga; i. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang

sama dalam rangka memenuhi kebutuhan selisih kurs;

J . pergeseran anggaran dalam 1 ( satu) Program yang sama dalam rangka penyelesaian tunggakan tahun­ tahun sebelumnya;

k. pergeseran anggaran pembayaran kewajiban utang sebagai dampak dari perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang;

1. pergeseran anggaran dalam 1 ( satu) lokasi yang sama atau antar lokasi clan/ atau antar kewenangan dalam rangka tugas pembantuan, urusan bersama, dan/ atau dekonsentrasi;

m. pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor baru;

n. pergeseran anggaran dalam rangka penanggulangan bencana;

(11)

o. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan h ukum tetap ( inkracht) ;

p. pergeseran anggaran dalam rangka rekomposisi pendanaan antar tahun terkait dengan kegiatan kontrak tahun jamak;

q. pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan Sisa Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola yang dilakukan dalam 1 (satu) Program yang sama; r. pergeseran anggaran dalam rangka pemenuhan

kewajiban negara sebagai akibat dari keikutsertaan sebagai anggota organisasi internasional;

s. penggunaan anggaran dalam BA BUN yang belum dialokasikan dalam DIPA BUN;

t. pergeseran anggaran belanja sebagai akibat dari perubahan prioritas penggunaan anggaran;

u. penghapusan/ perubahan/ pencantuman catatan halaman IV DIPA berkaitan dengan pemenuhan persyaratan pencairan anggaran, penggunaan Keluaran (Output) cadangan, dan/ atau tunggakan; v. penggunaan dana Keluaran ( Output) cadangan; dan /

a tau

w. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka memenuhi penyelesaian Kegiatan yang ditunda sebagai akibat kebijakan penghematan anggaran tahun 20 1 6 .

(4) Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran tetap sebagaimana dimaksud · pada ayat (3) dapat dilakukan

dalam 1 (satu) Keluaran ( Output) yang sama atau antar Keluaran ( Output), dalam 1 ( satu) Kegiatan yang sama a tau antar Kegiatan, dalam 1 (satu) Satker yang sama atau antar Satker, dan/ atau dalam 1 (satu) Program yang sama atau aitar Program, sesuai dengan ketentuan masing­ masmg.

(12)

(5) Revisi administrasi yang disebabkan oleh kesalahan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf c meliputi:

a. ralat kode kewenangan;

b . ralat kode bagian anggaran dan/ atau Satker;

c. ralat volume, jenis, dan satuan Keluaran ( Output)

yang berbeda antara RKA-K/ L dan Rencana Kerj a Pemerintah atau hasil kesepakatan Dewan Perwakilan Rayat dengan Pemerintah;

d. ralat kode akun dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi sepanjang dalam peruntukkan dan sasaran yang sama, termasuk yang mengakibatkan perubahan jenis belanja;

e . ralat kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara; f. ralat kode lokasi Satker dan/ atau lokasi Kantor

Pelayanan Perbendaharaan Negara;

g. perubahan rencana penarikan dana/ atau rencana penerimaan dalam halaman III DIPA;

h. ralat cara penarikan PHLN / PHDN, termasuk Pemberian Pinjaman;

i. ralat cara penarikan SBSN;

J . ralat nomor register pembiayaan proyek melalui SBSN; dan/ atau

k. ralat karena kesalahan aplikasi berupa tidak berfungsinya sebagian atau seluruh fungsi matematis aplikasi RKA-K/ L DIPA.

(6) Revisi administrasi yang disebabkan oleh perubahan rumusan yang tidak terkait dengan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf c, meliputi: a. perubahan/ penambahan nomor register pinjaman

dan/ atau hibah luar negeri;

b. perubahan/ penambahan nomor register SBSN;

c. perubahan/ penambahan cara penarikan PHLN / PHDN , termasuk Pemberian Pinjaman;

d. perubahan/ penambahan cara penarikan SBSN;

(13)

e. perubahan rumusan sasaran kinerja dalam database

RKA-K/ L DIPA;

f. perubahan pejabat penandatangan DIPA;

g. perubahan nomenklatur bagian anggaran, Program/ Kegiatan, dan/ atau Satker; dan/ atau

h. perubahan pejabat perbendaharaan.

Pasal 3

Revisi anggaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 JUga berlaku dalam hal terdapat:

a. perubahan atas Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 2 0 1 7;

b. perubahan atas Kebijakan Prioritas Pemerintah yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 20 1 7 dan/ atau Undang-Undang mengenai Perubahan atas Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 20 1 7, termasuk dalam hal ini kebijakan pemotongan dan/ atau penghematan anggaran.

( 1 ) Revisi Anggaran

Pasal 4

dilakukan sepanJang tidak mengakibatkan pengurangan alokasi anggaran terhadap: a. alokasi gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji

kecuali untuk pemenuhan belanja pegawai pada komponen 00 1 pada Satker yang sama dan/ atau untuk pemenuhan alokasi gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji pada Satker lain sepanjang pergeseran tersebut tidak mengakibatkan pagu minus;

b. pembayaran berbagai tunggakan;

c. Rupiah Murni Pendamping sepanjang paket pekerjaan masih berlanjut ( on-going) ; dan/ atau

d. paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan / atau direalisasikan dananya sehingga dananya menjadi minus.

(14)

(2) Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengu bah target kinerj a dengan keten tuan se bagai berikut:

a. tidak mengubah sasaran Program;

b . tidak mengubah Keluaran ( Output) kegiatan yang sudah terdapat realisasi anggaran;

c . tidak mengurangi volume Keluaran ( Output) ; atau d. tidak menyebabkan volume Keluaran ( Output) yang

telah ditetapkan menjadi tidak tercapai.

(3) Ketentuan Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, dikecualikan bagi usul Revisi Anggaran yang disebabkan oleh adanya kebijakan pemotongan dan/ atau penghematan anggaran, pengurangan pinj aman proyek/hibah, perubahan prioritas penggunaan anggaran, atau Keadaan Kahar.

Pasal 5

( 1 ) Dalam hal terdapat kebijakan pemotongan dan/ atau penghematan anggaran, pengurangan pmJaman proyek/hibah, atau Keadaan Kahar, Kementerian/ Lembaga dapat mengajukan usul Revisi Anggaran terkait dengan pengurangan volume Keluaran

( Output) dengan ketentuan sebagai berikut:

a. melampirkan surat pernyataan dari PA bahwa:

1 . volume Keluaran ( Output) yang diusulkan berkurang terse but merupakan volume Keluaran

( Output) dari Kegiatan Prioritas Nasional a tau

bukan; dan

2 . PA menyetujui pengurangan volume Keluaran

( Output) .

b. dalam hal volume Keluaran ( Output) yang berkurang

merupakan volume Keluaran ( Output) dari Kegiatan

Prioritas Nasional, usul pengurangan volume Keluaran ( Output) ditelaah · dalam pertemuan tiga

pihak antara Kementerian Keuangan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / B adan

(15)

Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Kenen terian / Lem baga yang bersangku tan.

(2) Dalam hal Revisi Anggaran mengakibatkan pengurangan volume Keluaran (Output) dari Kegiatan Prioritas Nasional, Sekretaris J enderal/ Sekretaris U tama/ Sekretaris / Pejabat Eselon I Kementerian/ Lembaga mengajukan usul Revisi Anggaran kepada Direktur J enderal Anggaran clan Deputi terkait di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (3) Dalam hal Revisi Anggaran mengakibatkan pengurangan

volume Keluaran (Output) selain dari Kegiatan Prioritas

Nasional, Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Utama/ Sekretaris/ Pejabat Eselon I Kementerian/ Lembaga mengajukan usul· Revisi Anggaran kepada Direktur Jenderal Anggaran.

Pasal 6

( 1 ) Dalam hal terdapat perubahan prioritas penggunaan anggaran, Kementerian/ Lembag- dapat mengjukan usul Revisi Anggaran terkait dengan pengurangan volume Keluaran (Output) dengan ketentuan sebagai berikut: a. usul pengurangan volume Keluaran (Output)

berkenaan merupakan dampak dari perubahan prioritas penggunaan anggaran berupa pengurangan anggaran pada Keluaran (Output) berkenaan, yang diusulkan untuk menambah volume Keluaran (Output) lain;

b. perubahan prioritas penggunaan anggaran sebagaimana dimaksud pada huruf a berkaitan dengan perubahan kebijakan Pemerintah dan/ atau peru bah an priori tas Kenen terian / Lem bag a;

c. usul revisi anggaran sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat dilakukan dalam bentuk pergeseran anggaran antar Keluaran (Output) dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama atau antar Kegiatan;

(16)

l. usul pengurangan volume Keluaran ( Output) lisertai lengan surat persetujuan Eselon I; lan

e. melampirkan surat pernyataan KPA bahwa volume Keluaran ( Output) yang cliusulkan berkurang tersebut merupakan volume Keluaran ( Output) lari Kegiatan

Prioritas Nasional atau bukan.

(2) Ketentuan revisi terkait lengan perubahan prioritas penggunaan anggaran yang berlampak pacla pengurangan volume Keluaran ( Output) sebagaimana

limaksul pacla ayat ( 1 ) , juga berlaku juga untuk usul revisi terkait clengan perubahan prioritas penggunaan anggaran tanpa berclampak pala pengurangan volume Keluaran ( Output) .

Pasal 7

( 1 ) Revisi Anggaran clilakukan lengan memperhatikan ketentuan mengenai petunjuk penyusunan lan penelaahan RKA-K/ L lan pengesahan DIPA sebagaimana liatur lalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai petunjuk penyusunan lan penelaahan RKA-K/ L clan pengesahan DIPA clan/ atau tata cara perencanaan, penelahaan lan penetapan alokasi anggaran BA BUN clan pengesahan DIPA BUN sebagaimana cliatur clalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara perencanaan, penelahaan, clan penetapan alokasi anggaran BA BUN, clan pengesahan DIPA BUN.

(2) Revisi Anggaran lapat clilakukan setelah DIPA Petikan clan/ atau DIPA BUN Tahun Anggaran 20 1 7 clitetapkan.

Pasal 8

( 1 ) Perubahan Anggaran Belanja Yang Bersumber Dari PNB P sebagaimana climaksucl clalam Pasal 2 ayat ( 2 ) huruf a merupakan penambahan atau pengurangan alokasi anggaran yang clapat ligunakan oleh Kementerian / Lembaga, termasuk Satker Baclan Layanan Umum.

(17)

(2) Perubahan Anggaran Belanja Yang Bersumber Dari PNBP yang bersifat menambah alokasi anggaran yang dapat digunakan oleh Kementerian/ Lembaga termasuk Satker Badan Layanan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dapat dilakukan sebagai akibat dari:

a. kelebihan realisasi atas target PNBP fungsional (PNBP yang dapat digunakan kembali) yang direncanakan dalam APBN atau APBN Perubahan;

b . adanya PNBP yang berasal dari kontrak/ kerjasama/ nota kesepahaman;

c. adanya Peraturan Pemerintah mengenai jenis dan tarif atas jenis PNBP baru;

d . adanya Satker PNBP baru;

e. adanya persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP baru atau peningkatan persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan mengenai persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP;

f. adanya penetapan status pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum pada suatu Satker;

g. penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP di atas pagu APBN untuk Satker Badan Layanan Umum lan/ atau penggunaan saldo Badan Layanan Umum dari tahun sebelumnya; lan/ atau h. adanya perkiraan PNBP dari kegiatan pendidikan dan

pelatihan berdasarkan surat pernyataan KPA untuk menambah volume Keluaran (Output).

(3) Perubahan Anggaran Belanja Yang Bersumber Dari PNBP yang bersifat mengurangi alokasi anggaran yang dapat digunakan oleh Kementerian/ Lembaga termasuk Satker Badan Layanan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dapat dilakukan sebagai akibat dari:

a. penurunan atas target PNBP fungsional (PNBP yang dapat . digunakan kembali) yang tercantum dalam APBN atau APBN Perubahan . sebagai akibat dari

(18)

adanya perubahan kebijakan Pemerintah atau Keadaan Kahar;

b. penurunan besaran persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tentang persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP; dan/ atau

c. pencabutan status pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum pada suatu Satker.

(4) Perubahan Anggaran Belanja Yang Bersumber Dari PNBP dapat diikuti dengan perubahan rincian .

( 5) U sul revisi ter kai t dengan peru bahan anggaran belan j a K/ L yang bersumber dari PNBP ditelaah bersama-sama antara Kementerian/ Lembaga dengan Direktorat teknis

mitra dan Direktorat Penerimaan

Negara Bukan Pajak, Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan;

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Revisi Anggaran untuk penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP di atas pagu APBN untuk Satker Badan Layanan Umum sebagaitnana dimaksud pada ayat (2) huruf g diatur dengan

Perbendaharaan.

Peraturan

Pasal 9

Direktur Jenderal

( 1 ) Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri dan dalam negeri, termasuk Pemberian Pinjaman/hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b bersiat menambah atau mengurang1 Pagu Anggaran belanja Tahun Anggaran berkenaan.

(2) Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri dan dalam negeri, termasuk Pemberian Pinjaman/hibah yang bersifat menambah Pagu Anggaran belanja sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) berupa:

(19)

a. lanjutan pelaksanaan Kegiatan tahun 20 1 6 yang dananya bersumber dari PHLN dan/ atau PHDN, termasuk Pemberian Pinjaman/ hibah;

b . percepatan penarikan PHLN dan/ atau PHDN, termasuk Pemberian Pinjaman/ hibah;

c. penambahan hibah luar negeri atau hibah dalam negeri terencana yang diterima oleh Pemerintah c.q. Kementerian Keuangan setelah Undang-Undang mengenai APBN / APBN Perubahan Tahun Anggaran 20 1 7 ditetapkan dan kegiatannya dilaksanakan oleh Kementerian/ Lembaga, termasuk hibah luar negen terencana yang diterushibahkan; dan/ atau

d. penambahan hibah luar negeri atau hibah dalam negeri langsung yang diterima setelah U ndang­ U ndang mengenai APBN/APBN Perubahan Tahun Anggaran 20 1 7 ditetapkan dan kegiatannya dilaksanakan secara langsung oleh Kenen terian / Lem bag a.

(3) Periambahan penerimaan hibah luar negeri atau hibah dalam negeri terencana setelah U ndang-U ndang mengenai APBN / APBN Perubahan Tahun Anggaran 20 1 7 ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diajukan oleh Kementerian/ Lembaga dan rincian peruntukannya dituangkan dalam dokumen RKA-K/ L.

(4) Tata cara pencatatan dan pelaporan untuk penambahan penerimaan hibah luar negeri dan hibah dalam negeri langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai pengelolaan hibah.

( 5) Peru bah an anggaran belan j a yang bersum ber dari pinjaman/ hibah luar negeri dan dalam negeri yang bersifat mengurangi Pagu Anggaran belanja sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) berupa pengurangan alokasi pinjaman kegiatan, dan/ atau pengurangan alokasi hibah luar negeri dan dalam negeri, dilakukan dalam hal:

(20)

a. paket Kegiatan/ proyek yang didanai dari pmJ aman kegiatan atau dari Pemberian Pinjaman atau hibah luar negeri atau hibah dalam negeri telah selesai dilaksanakan, target kinerjanya telah tercapai, dan sisa alokasi anggarannya tidak diperlukan lagi;

b . adanya keterlambatan pelaksanaan Kegiatan yang menyebabkan terjadinya penyesuaian rencana pencairan (disbursement plan) proyek;

c. terjadi perubahan penjadwalan pembiayaan (cost table) yang disetjui oleh pemberi pinjaman; d . adanya pembatalan alokasi pinjaman luar negeri; e. adanya pembatalan/ pengurangan pemberian hibah

luar negeri atau hibah dalam negeri; atau

f. sudah dibebankan pada DIPA tahun sebelumnya.

(6) Pengurangan alokasi pinjaman Kegiatan dan/ atau pengurangan alokasi hibah luar negeri dan dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) termasuk pengurangan alokasi Pemberian Pinjaman, hibah luar negeri atau hibah dalam negeri yang diterushibahkan, dan/ atau pinjaman yang diteruspinjamkan.

(7) Dalam hal alokasi pinjaman Kegiatan betkurang sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dana Rupiah Murni Pendamping yang telah dialokasikan untuk paket Kegiatan/ proyek berkenaan dapat digunakan/ direalokasi untuk mendanai Rupiah Murni Pendamping pada paket Kegiatan/ proyek yang lain atau diubah menj adi Rupiah Murni untuk mendanai Kegiatan Prioritas Nasional dan/ atau Kegiatan Prioritas Kementerian/ Lembaga dan/ atau menambah volume Keluaran (Output) .

(8) Usulan penggunaan Rupiah Murni Pendamping

sebagaimana dimaksud pada ayat (7) hanya berlaku untuk pinjaman Kegiatan yang sudah memiliki perJ anJ1an pinjaman dan sudah memiliki nomor register.

(9) Usul penggunaan Rupiah Murni Pendamping untuk Kegiatan/ proyek lain sebagaimana dimaksud pada ayat (7)

(21)

diajukan kepada Direktorat Jenderal Anggaran dengan disertai alasan yang dapat dipertanggunjawabkan.

( 1 0) Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari PHLN dan/ atau PHDN dapat diikuti dengan perubahan rincian. ( 1 1 ) Dalam hal Revisi Anggaran terkait dengan lanjutan

pelaksanaan Kegiatan tahun lalu yang dananya bersumber dari PHLN, usul Revisi Anggaran dapat disertai dengan Revisi Anggaran terkait dengan lanjutan Rupiah Murni Pendamping yang tidak terserap di tahun sebelumnya;

( 1 2) Dalam hal lanjutan pelaksanaan Kegiatan tahun lalu, perubahan rincian anggaran belanja yang bersumber dari PHLN dan/ atau PHDN, termasuk Pemberian Pinjaman/ hibah dapat dilakukan sepanjang PHLN dan/ atau PHDN belum closing date.

( 1 3) Percepatan penarikan PHLN dan/ atau PHDN, termasuk Pemberian Pinjaman/ hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b tidak termasuk pinjaman proyek baru yang belum disetujui dalam Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 20 1 7 / Undang-Undang mengenai APBN Perubahan Tahun Anggaran 20 1 7, Pemberian Pinjaman atau pinjaman yang diterushibahkan yang belum dialokasikan dalam Undang-Undang mengenai APBN dan/ atau Undang-Undang mengenai APBN Perubahan Tahun Anggaran 20 1 7.

( 1 4) Dalam hal Revisi Anggaran terkait dengan belanja yang dibiayai dari pinjaman, termasuk pinjaman luar negeri/ pinjaman dalam negen yang diteruspinjamkan/ diterushibahkan, Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan menyampaikan penetapan revisinya ke Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan sebagai bahan untuk melakukan pemutakhiran database

penarikan pinjaman luar negeri/ pinjaman dalam negeri, paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah penetapan revisi.

(22)

( 1 5) Dalam hal Revisi Anggaran terkait dengan belanja yang dibiayai dari penerimaan hibah, termasuk penerimaan hibah yang diterushibahkan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan menyampaikan pengesahaan revisinya ke Direktorat J enderal Pengelolaan Pembiayaan clan Risiko, Kementerian Keuangan sebagai bahan untuk melakukan revisi DIPA BA BUN 999 . 02 (BA BUN Pengelolaan Hibah) lan pemutakhiran database

penerimaan hibah, paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah pengesahaan revisi.

Pasal 1 0

( 1 ) Pengajuan usulan lanjutan Kegiatan dalam rangka Pemberian Pinjaman dalam bentuk Revisi Anggaran disampaikan kepada Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal Anggaran paling lambat pada tanggal 30 Januari 20 17 .

(2) Pengjuan usulan Revisi Anggaran berupa lanjutan pelaksanaan Kegiatan dalam rangka Pemberian Pinjaman se bagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) , dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Kuasa Pengguna Anggaran Pemberian Pinjaman melakukan addendum kontrak sebelum masa kontrak berakhir pada tahun 20 1 6 ;

b . Kuasa Pengguna Anggaran Pemberian Pinjaman membuat daftar rincian Kegiatan clan realisasi anggaran berdasarkan data realisasi per tanggal 9 Januari 20 1 7 lan menyampaikan kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara paling lambat pada tanggal 16 Januari 20 1 7 untuk dicocokkan dengan data realisasi pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara;

c. berdasarkan hasil pencocokan, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara menandatangani daftar rmcian Kegiatan clan realisasi anggaran clan disampaikan kepada PPA BUN Pemberian Pinjaman

(23)

dan Direktorat Jenderal Anggaran paling lambat pada tanggal 23 Januari 20 1 7; dan

d. berdasarkan daftar rincian Kegiatan dan realisasi anggaran yang telah ditandatangani oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, PPA BUN mengajukan usul Revisi Anggaran kepada Direktur Jenderal Anggaran paling lambat pada tanggal 30 Januari 20 1 7.

Pasal 1 1

( 1 ) Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari SBSN termasuk penggunaan sisa dana penerbitan SBSN yang tidak terserap pada tahun-tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c dapat berupa lanjutan pelaksanaan Kegiatan/ proyek yang dananya bersumber dari SBSN, dan bersiat menambah pagu belanja yang bersumber dari SBSN Tahun Anggaran 20 1 7.

(2) Perubahail anggaran belanja terkait dengan lanjutan pelaksanaan Kegiatan/ proyek yang dananya bersumber dari SBSN sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dapat diikuti dengan perubahan rincian pendanaan SBSN.

(3) Perubahan anggaran belanja terkait dengan lanjutan pelaksanaan Kegiatan/ proyek yang dananya bersumber dari SBSN sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dicantumkan dalam addendum kontrak yang dibuat sebelum masa kontrak berakhir pada tahun 20 1 6 .

(4) Pengajuan usulan Revisi Anggaran untuk lanjutan pelaksanaan Kegiatan/ proyek yang dananya bersumber dari penggunaan sisa dana SBSN yang tidak terserap pada tahun 20 1 6 diajukan kepada Direktur Jenderal Anggaran paling lambat pada tanggal 30 Januari 20 1 7 .

Pasal 1 2

( 1 ) Perubahan anggaran belanja pemerintah pusat berupa pagu untuk pengesahan belanja yang bersumber dari

(24)

pinjaman/ hibah luar negeri yang telah closing date

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d diselesaikan dengan penerbitan DIPA pengesahan yang akan dij adikan dasar se bagai alokasi anggaran secara administratif dan menjadi rujukan untuk penerbitan Surat Perintah Pembukuan/ Pengesahan oleh Kantor Pelayananan Perbendaharaan Negara Khusus Pinjaman dan Hibah.

(2) Mekanisme revisi DIPA dalam rangka pengesahan untuk belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri yang telah closing date sebagaimana dimaksud dalam ayat

( 1 ) dilakukan dengan keten tuan se bagai beriku t:

a. unit Eselon I mengajukan usulan Revisi Anggaran kepada Direktur J enderal Anggaran;

b . pengeluaran yang akan disahkan dituangkan dalam RKA-K/ L dalam Keluaran (Output) tersendiri dan diberi catatan akun "dalam rangka pengesahan"; dan c. Direktur Jenderal Anggaran meneliti usulan Revisi

Anggaran dan kelengkapan dokumen.

Pasal 1 3

( 1 ) Perubahan anggaran belanja dan/ atau pembiayaan anggaran sebagai akibat dari perubahan kurs, perubahan parameter, tambahan kewajiban, dan/ atau pemenuhan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf e meliputi:

a. perubahan anggaran Kegiatan Kementerian/ Lembaga yang sumber dananya berasal dari pinjaman dan/ atau hibah luar negeri;

b . tambahan alokasi anggaran belanja pegawai berupa penyesuaian besaran nilai rupiah belanja pegawai yang ditempatkan di luar negeri yang dihitung berdasarkan nilai valuta asing yang sama dikalikan dengan realisasi kurs yang digunakan pada saat transaksi;

(25)

c. tambahan alokasi anggaran pembayaran kewajiban utang karena adanya tambahan kewajiban, perubahan kurs, dan/ atau dalam rangka pemenuhan kewajiban yang timbul dari transaksi lindung nilai; d. tambahan alokasi anggaran Subsidi Energi karena

perubahan kurs dan/ atau perubahan parameter; e. tambahan alokasi anggaran pembayaran cicilan

pokok utang karena adanya tambahan kewajiban, perubahan kurs, dan/ atau dalam rangka pemenuhan kewajiban yang timbul dari transaksi lindung nilai;

f. tambahan alokasi anggaran dalam rangka PMN sebagai akibat perubahan kurs; atau

g. perubahan Pagu Anggaran kewajiban penJ amman Pemerintah berupa tambahan alokasi anggaran yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pembayaran kepada pihak ketiga/ kreditur.

(2) Perubahan anggaran Kegiatan Kementerian/ Lembaga yang sumber dananya berasal dari pinjaman/ hibah luar negeri se bagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf a merupakan penyesuaian besaran nilai rupiah dalam DIPA yang dihitung berdasarkan nilai valuta asing yang sama dan kurs mengikuti realisasi kurs yang digunakan saat transaksi dan dituangkan dalam aplikasi penarikan pmJ aman dan/ atau hibah luar negeri (withdrawal

application).

(3) Tambahan alokasi anggaran Subsidi Energi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf d dapat dilakukan setelah mendapat persetjuan Dewan Perwakilan Rakyat, dan diatur dengan ketentuan sebagai berikut:

a. merupakan selisih antara alokasi yang telah ditetapkan dalam APBN / APBN Perubahan dengan hasil perhitungan sebagai akibat dari penyesuaian kurs dan/ atau perubahan parameter;

b. diberikan setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan; dan

(26)

c. tata cara pembayaran Subsidi Energi dilaksanakan sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara pembayaran subsidi di bidang energi.

(4) Perubahan Pagu Anggaran PMN sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) huruf f dan perubahan Pagu Anggaran kewajiban penjaminan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf g dapat dilakukan setelah mendapat persetjuan Dewan Perwakilan Rakyat dan disesuaikan dengan kemampuan Keuangan Negara.

Pasal 1 4

( 1 ) Perubahan anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf f merupakan penambahan/ pengurangan Pagu A11ggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa antara lain penambahan/ pengurangan dana bagi hasil yang didistribusikan kepada masing-masing daerah

provinsi/ kabupaten/ kota sesuai dengan realisasi penerimaan negara yang dibagihasilkan pada Tahun Anggaran 20 1 7, dan/ atau pembayaran kurang salur Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagai dampak dari kebijakan penghematan dan/ atau pemotongan anggaran.

(2) Tata cara Revisi Anggaran untuk perubahan Pagu Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilaksanakan sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa.

Pasal 1 5

( 1 ) Pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999 . 08 (BA BUN Pengelola Belanja Lainnya) ke BA K/ L, atau antar subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)

huruf a termasuk pergeseran anggaran terkait dengan pemberian penghargaan dan pengenaan sanksi atas

(27)

pelaksanaan anggaran belanja Kementerian/ Lembaga, pembayaran kurang salur Transfer ke Daerah clan Dana Desa sebagai dampak dari kebijakan penghematan clan/ atau pemotongan anggaran, dan/ atau pembayaran kurang bayar subsicli sepanjang anggarannya terselia.

(2) Pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999 .08 (BA BUN Pengelola Belanja Lainnya) ke BA K/ L, sebagaimana climaksucl pada ayat ( 1 ) bersifat insilentil clan menambah Pagu Anggaran belanja Kementerian/ Lembaga Tahun Anggaran berkenaan, tetapi tilak menjali clasar perhitungan untuk penetapan alokasi anggaran tahun berikutnya.

(3) Tata cara Revisi Anggaran untuk pergeseran anggaran belanja clari Bagian Anggaran 999 . 08 (BA BUN Pengelola Belanja Lainnya) ke BA K/ L sebagaimana limaksucl pacla ayat ( 1 ) lilaksanakan sesuai ketentuan clalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara pergeseran anggaran belanja lari BA BUN Pengelola Belanja Lainnya (BA 999 . 08) ke Bagian Anggaran Kementerian/ Lembaga; (4) Tata cara Revisi Anggaran antar subbagian anggaran

lalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN) sebagaimana dimaksul pala ayat ( 1 ) clilaksanakan sesuai ketentuan clalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara pergeseran anggaran antar subbagian anggaran clalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN) .

Pasal 1 6

( 1) Pergeseran anggaran dalam 1 ( satu) Program yang sama atau antar Program clalam 1 (satu) bagian anggaran yang bersumber lari Rupiah Murni untuk memenuhi kebutuhan Biaya Operasional sebagaimana climaksucl lalam Pasal 2 ayat (3) huruf b lapat clilakukan untuk memenuhi kebutuhan Biaya Operasional pacla Satker yang sama lan/ atau untuk Satker lain.

(2) Pergeseran anggaran dalam 1 ( satu) Program yang sama atau antar Program clalam 1 (satu) bagian anggaran yang

(28)

bersumber dari Rupiah Murni untuk memenuhi kebutuhan Biaya Operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ) dapat berupa:

a. pergeseran anggaran antar detil belanj a pegawai dalam komponen 00 1 dan/ atau detil belanja barang dalam komponen 002 dalam peruntukan akun yang sama antar Satker;

b. pergeseran anggaran antar detil belanja pegawai dalam komponen 00 1 selain gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji dan/ atau detil belanja barang dalam komponen 002 untuk memenuhi kebutuhan biaya operasional dalam Satker yang bersangku tan; c. pergeseran alokasi gaji dan tunjangan yang melekat

pada gaji untuk memenuhi kebutuhan biaya operasional komponen 00 1 pada satker yang bersangkutan, dengan ketentuan sebagai berikut:

1 . alokasi gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji pada Satker yang bersangkutan berlebih, yang dinyatakan dengan surat pernyataan dari KPA;

2 . usul revisi tidak menyebabkan pagu gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji menjadi

mm us;

3. usul revisi dilakukan setelah pembayaran gaJl dan tunjangan yang melekat pada gaji bulan Oktober tahun 20 1 7 ;

(3) Dalam hal Revisi Anggaran untuk memenuhi kebutuhan alokasi Gaji keempat belas:

a. dapat dipenuhi dari belanja non-operasional sepanJang alokasi biaya operasiona] pad a Kenen terian / Lem baga tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tersebut;

b . Dalam hal kebutuhan alokasi gaji keempat belas tidak seluruhnya dapat dipenuhi dari biaya operasional dan belanja non-operasional Kementerian/ Lembaga, menteri/ pimpinan lembaga

(29)

dapat mengajukan usul tambahan pemenuhan kekurangan alokasi gaji keempat belas dari anggaran BA BUN ke Menteri Keuangan.

Pasal 1 7

( 1 ) Pergeseran rincian anggaran untuk Satker Badan Layanan Umum yang sumber dananya berasal dari PNBP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf c

dapat dilakukan dalam rangka mempercepat pencapaian kinerja Satker Badan Layanan Umum.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Revisi Anggaran berupa pergeseran rincian anggaran untuk Satker Badan Layanan Umum yang sumber dananya berasal dari PNBP se bagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan .

Pasal 1 8

( 1 ) Pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP yang berasal dari instansi penghasil se bagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) huruf d hanya dapat dilakukan oleh Kementerian/ Lembaga yang menerapkan kebijakan penggunaan PNBP secara terpusat.

(2) Pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP yang berasal dari instansi penghasil se bagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ) dilakukan dalam 1 ( satu) Program yang sama dalam 1 (satu) Bagia. Anggaran.

Pasal 1 9

( 1 ) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian s1sa kewajiban pembayaran Kegiatan/ proyek yang dibiayai melalui SBSN yang melewati tahun anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf e dapat dilakukan setelah diaudit oleh Badan Pengawasan Keuangan lan Pembangunan.

(2) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian s1sa kewajiban pembayaran Kegiatan/ proyek yang dibiayai

(30)

melalui SBSN yang melewati tahun anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tanggung j awab Kenen terian / Lem bag a.

(3) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian s1sa

kewajiban pembayaran Kegiatan/ proyek yang dibiayai melalui SBSN yang melewati tahun anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dilakukan dengan mengurangi

alokasi SBSN Kementerian/ Lembaga pada tahun 201 7 dalam jumlah yang sama dengan sisa kewajiban pembayaran Kegiatan/ proyek yang dibiayai melalui SBSN tahun sebelumnya sesuai dengan hasil audit Badan Pengawasan Keuangan lan Pembangunan .

Pasal 20

( 1) Pergeseran anggaran dalam 1 ( satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran untuk memenuhi kebutuhan Ineligible Expenditure atas Kegiatan

yang dibiayai dari pinjaman lan/ atau hibah luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf f merupakan pergeseran anggaran dalam rangka pengembalian dana (reund) untuk memenuhi kebutuhan

Ineligible Expenditure atas Kegiatan yang dibiayai dari

pinjaman lan/ atau hibah luar negeri yang dibuktikan dengan dokumen pernyataan dari pihak-pihak yang berwenang.

(2) Pergeseran anggaran untuk memenuhi kebutuhan Ineligible Expenditure atas Kegiatan yang dibiayai dari

pmJaman lan/ atau hibah luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tanggung jawab

Kenen terian / Lem baga.

(3) Pergeseran anggaran untuk memenuhi kebutuhan

Ineligible Expenditure atas Kegiatan yang dibiayai dari

pinjaman dan/ atau hibah luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan antar jenis belanja lan/ atau antar Kegiatan dalam 1 (satu) Program lan/ atau antar Program dalam 1 bagian anggaran.

(31)

Pasal 2 1

( 1 ) Pergeseran anggaran an tara Program lama dan Program baru dalam rangka penyelesaian administrasi DIPA sepanjang telah disetjui Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf g dapat dilakukan sepanjang pagu Program lama dan pagu Program baru telah disetujui Dewan Perwakilan Rayat dan disertai dengan tabel rekonsiliasi antara Program lama dengan Program baru.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) termasuk pergeseran anggaran bagi Kementerian/ Lembaga yang mengalami perubahan nomenklatur atau struktur orgamsas1.

Pasal 22

( 1 ) Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam

rangka penyediaan dana untuk penyelesaian

restrukturisasi Kenen terian / Lem baga se bagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf h dapat dilakukan sepanjang likuidasi Satker tersebut telah disetujul Dewan Perwakilan Rakyat.

(2) Pergeseran anggaran dalam rangka penyediaan dana untuk penyelesaian likuidasi Satker sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dapat dilakukan antar jenis belanja dan/ atau antar Kegiatan dalam 1 (satu) Program dan/ atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran.

Pasal 23

( 1 ) Pergeseran anggaran dalam 1 ( satu) Program yang sama dalam rangka memenuhi kebutuhan selisih kurs sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf i merupakan pergeseran anggaran yang bersumber dari Rupiah Murni karena adanya kekurangan alokasi anggaran untuk pembayaran Biaya Operasional Satker perwakilan di luar negeri, pembayaran sebuah kontrak

(32)

dalam valuta asing, belanja hibah luar negeri, atau sebagai akibat adanya selisih kurs .

(2) Pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan selisih kurs se bagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. merupakan selisih antara kurs yang digunakan dalam APBN / APBN Perubahan Tahun Anggaran 20 1 7 dengan kurs pada saat transaksi dilakukan;

b. selisih terse but terj adi setelah kon trak ditandatangani;

c. pergeseran alokasi anggaran yang dilakukan paling tinggi adalah sebesar nilai kontrak dikalikan dengan selisih kurs sebagaimana dimaksud pada huruf a; lan

d. kebutuhan anggaran untuk memenuhi selisih kurs menggunakan alokasi anggaran Kementerian/ Lembaga yang bersangkutan.

(3) Untuk memenuhi kebutuhan anggaran akibat selisih kurs untuk Biaya Operasional Satker perwakilan di luar negeri lan belanja hibah ke luar negeri dapat dilakukan pergeseran anggaran antar subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN) .

Pasal 24

( 1 ) Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam rangka penyelesaian tunggakan tahun-tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)

huruf j dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi volume Keluaran (Output) dalam DIPA.

(2) Untuk tiap-tiap tunggakan tahun lalu harus dicantumkan dalam catatan-catatan terpisah per kode akun dalam halaman IV DIPA pada tiap-tiap alokasi yang ditetapkan untuk mendanai suatu Kegiatan per DIPA per Satker. (3) Dalam hal jumlah tunggakan tahun lalu sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) nilainya:

(33)

a. sampai dengan Rp200 . 000 . 000,00 (dua ratus juta rupiah) , harus dilampiri surat pernyataan dari KPA;

b . di atas Rp200.000. 000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp2 . 000. 000.000,00 (dua miliar rupiah) , harus dilampiri hasil veriikasi dari APIP K/ L; dan

c. di atas Rp2 . 000 . 000. 000,00 (dua miliar rupiah) , harus dilampiri hasil veriikasi dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan .

(4) Dalam hal tunggakan tahun lalu sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) terkait dengan:

a. belanja pegawai khusus · gaji dan tunj angan yang

melekat pada gaji;

b . tunjangan kinerja sesuai dengan peraturan yang berlaku;

c. uang makan;

d. belanja perjalanan dinas pindah; e. langganan daya dan jasa;

f. tunjangan profesi guru/ dosen; g. tunjangan kehormatan profesor;

h. tunjangan tambahan penghasilan guru Pegawai

Negeri Sipil;

1. tunjangan kemahalan hakim;

J . tunjangan hakim adhoc;

k. honor pegawai honorer/ pegawai pemerintah non PNS / guru tidak tetap;

1. imbalan jasa layanan Bank/ Pos Persepsi;

m. pembayaran jasa bank penatausaha Pemberian Pinjaman;

n . bahan makanan dan/ atau perawatan tahanan untuk tahanan/ narapidana; dan/ atau

o. pembayaran provisi benda meterai,

yang alokasi dananya tidak cukup tersedia atau belum dibayarkan pada tahun sebelumnya, dapat dibebankan pada DIPA Tahun Anggaran 20 1 7 .

(34)

(5) Untuk tunggakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dibebankan pada DIPA Tahun Anggaran 20 1 7, dengan ketentuan:

a. tanpa melalui mekanisme revisi DIPA sepanJang alokasi anggaran untuk peruntukan akun yang sama sudah tersedia; dan

b. tidak memerlukan surat pernyataan dari KPA, hasil veriikasi dari APIP K/ L, maupun hasil veriikasi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) .

(6) Untuk tunggakan selain tunggakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) , dapat dibebankan pada DIPA Tahun Anggaran 20 1 7, dengan ketentuan sebagai berikut: a. merupakan tagihan atas pekerjaan/ penugasan yang

alokasi anggarannya cukup tersedia pada DIPA tahun sebelumnya; dan

b . pekerjaan/ penugasannya telah diselesaikan tetapi belum dibayarkan sampai dengan berakhirnya tahun anggaran.

Pasal 25

( 1 ) Pergeseran anggaran pembayaran kewjiban utang sebagai dampak dari perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf k dapat dilakukan dalam rangka eisiensi pendanaan dan/ atau percepatan pencapaian kinerj a s e buah Kegiatan.

(2) Perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dapat dilakukan dalam hal:

a. sumber dana yang direncanakan sulit untuk dipenuhi;

b. terdapat sumber dana lain yang biayanya lebih murah;

c. Kegiatan harus segera dilaksanakan; dan/ atau d. adanya perubahan Kebijakan Pemerintah.

(35)

(3) Tata cara perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) diatur dengan keten tuan se bagai beriku t:

a. usulan perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang diajukan oleh Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Utama/ Sekretaris/Pejabat Eselon I Kementerian/ Lembaga kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur J enderal Pengelolaan Pem biayaan dan Risiko; dan b. persetujuan perubahan komposisi instrumen

pembiayaan utang dari Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko menjadi dasar pengajuan revisi RKA-K/ L dan revisi DIPA kepada Direktur Jenderal Anggaran.

Pasal 26

( 1 ) Pergeseran anggaran dalam 1 ( satu) lokasi yang sama a tau antarlokasi dan/ atau antarkewenangan dalam rangka tugas pembantuan, urusan bersama, dan/ atau dekonsentrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf 1 dapat dilakukan dalam hal terjadi perubahan prioritas atau kebijakan dari Kementerian/ Lembaga. (2) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )

dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari unit eselon I Kementerian/ Lembaga yang memberi penugasan atau pelimpahan.

Pasal 27

( 1 ) Pergeseran anggaran dalam 1 ( satu) Program yang sama dalam rangka pembukaan kantor baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf m dapat dilakukan dalam hal k�tentuan mengenai pembentukan kantor baru telah mendapat persetujuan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reormasi Birokrasi.

(2) Pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor baru sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilakukan melalui pergeseran anggaran dari DIPA Petikan Satker Induk ke DIPA Petikan Satker baru.

(36)

Pasal 28

( 1 ) Pergeseran anggaran dalam 1 ( satu) Program yang sama dalam rangka penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf n dapat digunakan untuk mendanai pelaksanaan mitigasi bencana, tanggap darurat, dan penanganan pasca bencana.

(2) Pergeseran anggaran dalam rangka penanggulangan

bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh PA/ KPA dengan dilengkapi alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 29

( 1 ) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

(inkracht) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)

huruf o merupakan kewajiban pengeluaran yang timbul sehubungan dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht) .

(2) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap ( inkracht) se bagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) merupakan tanggung jawab Kementerian/ Lembaga.

(3) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap ( inkracht) se bagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dapat dilakukan antar jenis belanja dan/ atau antar Kegiatan dalam 1 ( satu) Program.

Pasal 30

( 1 ) Pergeseran anggaran dalam rangka rekomposisi pendanaan antar tahun terkait dengan kegiatan kontrak tahun jamak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf p dapat berupa pergeseran anggaran karena penundaan pelaksanaan Kegiatan tahun berkenaan ke tahun berikutnya atau karena percepatan pelaksanaan

(37)

kegiatan tahun depan ke tahun berkenaan atau karena perubahan suku bunga dan kurs.

(2) Pergeseran anggaran dalam rangka rekomposisi

pendanaan antar tahun terkait dengan kegiatan kontrak tahun jamak sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) ditetapkan oleh menteri/ pimpinan lembaga pengusul. (3) Tata cara pergeseran anggaran dalam rangka rekomposisi

pendanaan antar tahun terkait dengan kegiatan kontrak tahun jamak sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) diatur dengan ketentuan sebagai berikut:

a. usulan pergeseran anggaran dalam rangka rekomposisi pendanaan antar tahun terkait dengan kegiatan kontrak tahun jamak diajukan oleh Sekretaris J enderal/ Sekretaris U tama/ Sekretaris / Pejabat Eselon I Kementerian/ Lembaga kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran, disertai dengan surat penetapan menteri/ pimpinan lembaga pengusul atas pergeseran anggaran dalam rangka rekomposisi pendanaan antar tahun terkait dengan kegiatan kontrak tahun jamak;

b . dalam hal pergeseran anggaran dalam rangka rekomposisi pendanaan antar tahun terkait dengan kegiatan kontrak tahun jamak sebagaimana dimaksud pada huruf a berupa percepatan pelaksanaan Kegiatan tahun depan ke tahun berkenaan, usul Revisi Anggaran bukan merupakan on top;

c. dalam hal pergeseran anggaran dalam rangka rekomposisi pendanaan antar tahun terkait dengan kegiatan kontrak tahun jamak sebagaimana dimaksud pada huruf a berupa penundaan pelaksanaan Kegiatan tahun berkenaan ke tahun berikutnya, anggaran terkait dengan kegiatan kontrak tahun jamak yang ditunda tidak dapat digunakan untuk membiayai Kegiatan/ proyek lain;

(38)

d. atas dasar surat penetapan menteri/ pimpinan lembaga pengusul atas pergeseran anggaran dalam rangka rekomposisi pendanaan antar tahun terkait dengan kegiatan kontrak tahun jamak, Direktur Jenderal Anggaran mengesahkan usul revisi DIPA.

Pasal 3 1

( 1) Pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan Sisa

Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola yang dilakukan dalam 1 (satu) Program yang sama sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf q merupakan Sisa Anggaran Kontraktual, termasuk addendum kontrak sampai dengan 1 0 (sepuluh) persen, atau Sisa Anggaran

Swakelola.

(2) Sisa Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola

sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dapat digunakan untuk:

a. meningkatkan volume Keluaran ( Output) pada Kegiatan yang sama;

b . meningkatkan volume Keluaran ( Output) pad a

Kegiatan lain dalam Program yang sama; dan/ atau c. mendanai prioritas nasional yang dananya belum

dialokasikan dalam DIPA tahun berkenaan namun sasaran kinerjanya telah tercantum dalam RKP tahun berkenaan dan/ atau Renja K/ L tahun berkenaan.

(3) Sisa Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola

yang digunakan un tuk mendanai priori tas nasional yang dananya belum dialokasikan dalam DIPA tahun berkenaan namun sasaran kinerjanya telah tercantum dalam RKP tahun berkenaan dan/ atau Renja K/ L tahun berkenaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c harus disertai dengan surat

menteri/pimpinan lembaga selku PA.

persetujuan

(39)

Pasal 32

(1) Penghapusan/ perubahan/ pencantuman catatan halaman

IV DIPA berkaitan dengan pemenuhan persyaratan pencairan anggaran, penggunaan Keluaran (Output)

cadangan, dan/ atau tunggakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf u merupakan penghapusan/ perubahan/ pencantuman sebagian atau seluruh catatan dalam halaman IV DIPA pada alokasi yang ditetapkan untuk mendanai suatu Kegiatan.

(2) Penghapusan/ perubahan/ pencantuman catatan dalam halaman IV DIPA sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) terdiri atas:

a. penghapusan/ perubahan/ pencantuman catatan

dalam halaman IV DIPA karena masih memerlukan persetjuan Dewan Perwakilan Rakyat;

b . penghapusan/ perubahan/ pencantuman ca ta tan

dalam halaman IV DIPA karena masih memerlukan reviu/ audit auditor pemerintah dan/ atau data/ dokumen yang harus mendapat persetujuan dari unit eksternal Kementerian/ Lembaga dan/ atau khusus untuk DIPA BUN berupa dasar hukum pengalokasiannya;

c. penghapusan/ perubahan/ pencantuman catatan dalam halaman IV DIPA karena masih harus dilengkapi perjanjian pinjaman luar negeri (loan agreement) atau nomor register;

d. penghapusan/ perubahan catatan dalam halaman IV DIPA yang direkomendasikan oleh APIP K/ L karena masih harus dilengkapi dokumen pendukung;

e. penghapusan/ perubahan/ pencantuman catatan dalam halaman IV DIPA karena masih harus didistribusikan ke masing-masing Satker;

f. penghapusan/ perubahan/ pencantuman catatan dalam halaman IV DIPA terkait dengan penyelesaian tunggakan tahun lalu;

(40)

g. penghapusan/ perubahan/ pencantunan ca ta tan dalan halanan IV DIPA terkait penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan; dan/ a tau

h. penghapusan/ perubahan/ pencantunan catatan dalan halanan IV DIPA karena masih memerlukan penelaahan dan/ atau harus dilengkapi dokumen terkait (khusus DIPA BUN) .

(3) Penghapusan/ perubahan/ pencantuman catatan dalam

halanan IV DIPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sanpai dengan huruf f dapat dilakukan setelah persyaratan dipenuhi dengan lengkap.

(4) Penghapusan/ perubahan/ pencantunan catatan dalan halaman IV DIPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g dan huruf h dilakukan setelah dilakukan penelaahan antara Kenen terian / Lem baga dan Kenenterian Keuangan.

(5) Dalam hal terdapat perbedaan dan/ atau perubahan nncian yang dituangkan dalam RKA-K/ L dan DIPA, pengha pus an/ peru bahan / pen can tum an ca ta tan dalan halaman IV DIPA sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dapat dilakukan setelah dilakukan penelaahan antara Kenenterian/ Lembaga dan Kementerian Keuangan .

(6) Dalam hal terdapat c.atatan dalam halaman IV DIPA BA BUN yang digeser anggaran belanjanya ke BA-K/ L, penghapusan catatan dalam halaman IV DIPA BA K/ L dilakukan oleh Direktorat teknis mitra Kenen terian / Lem baga.

(7) Tata cara penelaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan/ atau ayat (5) dilaksanakan sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai petunjuk penyusunan dan penelahaan rencana kerja dan anggaran Kementerian/ Lembaga dan pengesahan DIPA.

Pasal 33

( 1) Penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf v

(41)

merupakan pemanaatan kembali alokasi anggaran yang telah clialokasikan lalam RKA-K/ L lan belum jelas peruntukannya.

(2) Penggunaan lana Keluaran (Output) calangan

sebagaimana limaksul pacla ayat ( 1) clapat lilakukan lengan ketentuan sebagai berikut:

a. menlanai prioritas nasional yang lananyn belum lialokasikan lalam DIPA tahun berkenaan namun sasaran kinerjanya telah tercantum lalam RKP tahun 20 17 clan/ atau Renja K/ L tahun 20 17;

b. menambah volume Keluaran (Output) prioritas nasional lan/ atau prioritas Kementerian/ Lembaga; lan/ atau

c. menlanai Kegiatan yang bersiat menlesak, keclaruratan, atau yang ticlak lapat lituncla.

(3) Pergeseran anggaran clalam rangka penggunaan Keluaran

(Output) caclangan clapat clilakukan lalam Kegiatan yang

sama clan/ atau antar Kegiatan clalam 1 (satu) Program. (4) Dalam hal terlapat alokasi anggaran yang lituangkan

clalam Keluaran (Output) caclangan, usul penggunaan lana Keluaran (Output) Calangan liajukan oleh Sekretaris Jenleral/ Sekretaris Utama/ Sekretaris/ Pejabat Eselon I Kenen terian / Lem baga kepala Direktur J enl er al Anggaran paling lambat pala minggu pertama bulan April tahun 20 17 .

(5) Dalam hal Keluaran (Output) calangan merupakan akibat lari penetapan Unlang-Unlang mengenai Perubahan atas Unlang-Unlang APBN Perubahan Tahun Anggaran 20 17, batas akhir pengjuan usul penggunaan lana Keluaran

(Output) Calangan oleh Sekretaris Jenleral/

Sekretaris Utama/ Sekretaris/ Pejabat Eselon I Kementerian/ Lembaga kepala Direktur Jenleral Anggaran paling lambat pala tanggal 30 Oktober 20 17 .

(42)

Pasal 34

( 1) Pergeseran anggaran dalam 1 ( satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam

rangka memenuhi penyelesaian Kegiatan yang ditunda sebagai akibat kebijakan penghematan anggaran tahun

2016 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)

huruf w merupakan pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian paket-paket pekerjaan yang alokasi anggarannya sudah tercantum pada DIPA Tahun Anggaran 2016 · tetapi pelaksanaannya hingga akhir tahun

2016 ditunda seluruhnya atau sebagian.

(2) Pengajuan usulan Revisi Anggaran terkait penyelesaian

Kegiatan yang ditunda · sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) disampaikan kepada Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal Anggaran, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Paket-paket pekerjaan yang akan dilanjutkan pada tahun berkenaan, alokasi anggarannya telah tersedia pada DIPA tahun 2016 yang sebagian atau seluruh dananya diblokir;

b . Dalam hal paket-paket pekerjaan yang akan dilanjutkan merupakan paket-paket pekerjaan yang dilaksanakan secara kontraktual, telah dilakukan

addendum kontrak sebelum masa kontrak berakhir

pada tahun 2016 ;

c. Paket-paket pekerjaan yang dilanjutkan pada 201 7

berkenaan merupakan paket-paket pekerjaan yang belum dapat diselesaikan tahun 2016 sebagai dampak dari kebijakan pemotongan dan/ atau penghematan anggaran tahun 2016 , dan hal tersebut dinyatakan dalam surat pernyataan dari Sekretaris J enderal/ Sekretaris U tama/ Sekretaris / Pej a bat Eselon I Kementerian/ Lembaga yang dilampiri dengan daftar paket-paket pekerjaan per DIPA beserta alokasi anggaran yang dibutuhkan.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Ijin Usaha : IUJK Klasifikasi Bangunan Gedung Sub Klasifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi Bangunan Komersial (BG004)/ Jasa Pelaksana Konstruksi Bangunan Gedung Lainnya

• Mengukur pendapatan sebagai jumlah neto yang diperoleh untuk kepentingan sendiri yaitu perbedaan antara imbalan yang dialokasikan pada poin penghargaan dan jumlah terutang

• Pada tanggal 10 Juni 20X7, perusahaan mengumumkan bahwa pada tgl 30 Jan 20X8 akan membagikan dividen berupa 2 tanah kepada

Berdasarkan hasil evaluasi dokumen penawaran administrasi, teknis dan harga serta evaluasi dokumen kualifikasi yang dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP)

[r]

ƒ Dalam lindung nilai risiko mata uang asing yang timbul dari investasi neto dalam kegiatan usaha luar negeri, item yang dilindung nilai dapat berupa suatu jumlah asset neto