• Tidak ada hasil yang ditemukan

139 PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS SEBAGAI BAHAN BAKU KERAJINAN TENUN SAMBAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "139 PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS SEBAGAI BAHAN BAKU KERAJINAN TENUN SAMBAS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak 2Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura, Pontianak 3Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak

*email:rizalinda2016@yahoo.com

ABSTRAK

Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu penghasil nanas (Ananas comosus L.) terbesar di Indonesia. Tanaman nanas tumbuh dengan subur pada lahan gambut di Provinsi Kalimantan Barat. Daun nanas yang melimpah belum dimanfaatkan secara maksimal. IbM Perajin Tenun Sambas merupakan salah satu kegiatan untuk memanfaatkan serat daun nanas sebagai bahan baku kerajinan tenusn Sambas. Kegiatan yang dilakukan meliputi (1) diversifikasi bahan baku menggunakan serat daun nanas (2) peningkatan kualitas produk melalui penggunaan bahan pewarna alami dan pengurangan cemaran limbah cair dengan bioadsorben (3) peningkatan target konsumen melalui manajemen pemasaran yang inovatif secara media online (4) peningkatan manajemen usaha melalui pengenalan permodalan perbankan bekerjasama dengan Bank BNI. Hasil kegiatan menunjukkan serat daun nanas dapat digunakan sebagai bahan baku kerajinan tenun Sambas, penggunaan zat warna alami dari kunyit, daun pandan, kayu sepang dan buah naga dapat mengurangi ketergantungan dari zat warna tekstil sintetis, karbon aktif dari kulit nanas dapat digunakan sebagai bioadsorben limbah pencucian pewarnaan sintetik. Berdasarkan hasil evaluasi program-program yang diberikan oleh Tim IbM Universitas Tanjungpura mendapatkan respon memuaskan 100%, peningkatan skill bertambah 100% terhadap berbagai jenis bahan baku pewarna alami. Keinginan program IbM ini dilakukan lagi di desa mereka dengan program inovasi lainnya memberikan keinginan 100%.

Kata kunci : serat daun nanas, kerajinan tangan, tenun sambas

ABSTRACT

Province of West Kalimantan is one of the largest pineapple (Ananas comosus L.) producer in Indonesia. Pineapple plants thrive on peat land in West Kalimantan Province. Abundant pineapple leaf not fully utilized. IbM Craftsmen of Weaving Sambas is one of the activities to take advantage of fiber of pineapple leaf as raw material for handycraft of weaving Sambas. Activities include (1) the diversification of raw materials using fiber of pineapple leaf (2) improvement of product quality through the use of natural dyes and reduction of contamination of waste water by bioadsorben (3) increasing target consumers through management of innovative marketing in online media (4) increasing business management through the introduction of banking capital in cooperation with Bank BNI. The results of the activities showed fiber of pineapple leaves can be used as raw material for weaving Sambas, the use of natural dyes from turmeric, pandan leaves, sepang wood and dragon fruit can reduce the dependence of dye synthetic textiles, activated carbon from pineapple skin can be used as bioadsorben waste leaching coloring synthetic. Based on the results of the evaluation of the programs provided by IbM Tanjongpura University Team get a satisfactory response 100%, the skill increases to various types of feedstock natural dyes of 100%. Desire IbM program was conducted again in their village with other innovation programs of 100%.

Keywords : fiber of pineapple leaf, handycraft, weaving Sambas TENUN SAMBAS

(2)

PENDAHULUAN

Berdasarkan Kalimantan Barat dalam Angka 2013 (BPS Kalimantan Barat, 2014).

Kabupaten Sambas merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat yang wilayah

geografisnya berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia. Kondisi ini dapat menjadi

suatu peluang untuk meningkatkan potensi lokal menjadi produk yang dapat diekspor sehingga

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sambas.

Kabupaten Sambas terdiri atas 19 kecamatan dan 183 kelurahan. Luas daerah sekitar

6.395,70 km2 dengan jumlah penduduk 667.921 jiwa (51% adalah laki-laki dan 49% adalah

perempuan). Berdasarkan umur penduduk Kabupaten Sambas terdiri atas penduduk usia 0-14

tahun sebanyak 26%, usia 15-64 tahun sebanyak 66% dan usia >65 tahun sebanyak 8%,

sehingga penduduk Sambas merupakan usia produktif.

Penduduk Kabupaten Sambas terdiri atas suku Melayu, Dayak, Tionghoa, Banjar, Jawa,

Batak dan Minangkabau. Penduduk sebagian besar beragama Islam sehingga nuansa budaya

dan seninya terlihat islami.

Perekonomian didukung oleh 3 bidang utama yaitu pertanian (39,77%), perdagangan

(30,37%) dan industri (11,27%). Kabupaten Sambas merupakan salah satu lumbung padi

Kalimantan Barat.

Kecamatan Sambas merupakan salah satu kecamatan yang terdapat banyak Perajin Tenun

Sambas. Desa Sumber Harapan dan Desa Manggis yang terdapat di Kecamatan Sambas

merupakan lokasi 2 mitra IbM ini. Kerajinan tenun Sambas berdasarkan sejarah telah berusia

sekitar 300 tahun. Produk tenun Sambas biasanya digunakan untuk kepentingan adat. Bahan

yang menjadi ciri khas tenun sambas adalah benang emas yang digunakan motif khas Sambas

yaitu adanya ornamen pucuk rebung. Benang emas ini biasanya diperoleh dari India dan Jepang

(karena benang emas sulit diperoleh maka produksinya para perajin menjadi terbatas). Untuk

bahan baku utama benang biasanya menggunakan benang sutera dan katun. Pembuatan dan

penjualan tenun Sambas biasanya karena pesanan, hal ini terkait dengan bahan baku. Untuk

menghasilkan produk yang bervariasi perlu didukung dengan pewarnaan, biasanya untuk

warna-warna standar bisa langsung menggunakan benang-benang berwarna yang sudah ada di

pasaran. Namun untuk warna-warna pesanan kadang perajin melakukan pewarnaan benang

dengan pewarna tekstil yang dicampur.

Mitra I adalah Perajin Tenun Sambas Desa Manggis dan Mitra II adalah Perajin Tenun

Sambas Desa Sumber Harapan Kecamatan Sambas Kabupaten Sambas. Keahlian tenun Sambas

merupakan turun-temurun. Selama ini mitra menggunakan bahan baku benang emas, sutra dan

(3)

hingga 1 juta.

Saat survei pendahuluan telah dilakukan kesepakatan untuk memprioritaskan

diversifikasi produk melalui penggunaan bahan baku serat daun nanas sebagai peringkat

pertama program. Setelah itu pewarnaan alami menjadi prioritas berikutnya diikuti penanganan

limbahnya karena sebagian perajin masih menggunakan pewarna tekstil. Program lainnya

adalah pelatihan pemasaran dan permodalan merupakan aspek-aspek yang disepakati untuk

membantu aspek produksi dan manajemen.

Berbagai kiat-kiat diversifikasi produk dan motif produk akan dilakukan dalam program

IbM ini sehingga meningkatkan pendapatan perajin tenun Sambas (Ningtyas, 2009; Tambunan

dan Agustiar, 2009). Selain itu cara pemasaran dan manajemen permodalan juga akan diberikan

dalam program IbM ini sehingga bisa mendukung produksi dan penjualannya (Sundari, 2011;

Satriansyah, 2012, Rahmawati, 2010). Pemberdayaan Perajin Tenun Sambas ini merupakan

salah satu usaha mempertahankan kearifan lokal yang menjadi identitas bangsa (Noor dan

Setyawati, 2010).

METODE PELAKSANAAN

Kegiatan IbM dilakukan dengan metode pendampingan diskusi dan pelatihan (pembuatan

serat daun nanas, pewarnaan alami dan manajemen pemasaran). Kegiatan tersebut secara rinci

melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Ketersediaan bahan baku

Tim IbM Universitas Tanjungpura mengajarkan pembuatan serat daun nanas. Solusi

ini didasarkan pada ketersediaan daun nanas yang melimpah dan tidak dimanfaatkan di

Kabupaten Sambas. Diversifikasi bahan baku benang dengan serat daun nanas dapat

memberikan inovasi produk tenun Sambas yang memanfaatkan kearifan lokal.

2. Pemberian pelatihan tentang pewarnaan alami menggunakan tanaman yang tumbuh di daerah lokasi mitra

Pemberian pelatihan diberikan secara intensif kepada 2 mitra. Pelatihan dilakukan

dengan teknik demonstrasi oleh Tim IbM yang dilanjutkan dengan uji coba oleh mitra

kemudian diakhiri dengan diskusi. Pada pembuatan formulasi zat warna alami untuk awal

kegiatan akan ditawarkan penggunaan ekstrak kayu sepang (Caesalpinia sappan Linn), daun pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.), buah naga dan rimpang kunyit. Eksplorasi zat warna juga dilakukan melalui teknik pencampuran dengan memperhatikan zat warna

(4)

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelatihan, Tim IbM membuat bahan evaluasi

dengan membandingkan kondisi awal sebelum kegiatan dan akhir sesudah kegiatan. Data

diperoleh dengan pengisian kuisioner.

3. Peningkatan target konsumen melalui diversifikasi pemasaran menggunakan media

online

Kegiatan ini seoptimal mungkin memberikan pelatihan diversifikasi pemasaran secara

media online. Penggunanan media online dimulai dengan pelatihan menggunakan sistem IT. Beberapa alasan penggunaan media online adalah :

a. Jangkaun media online lebih luas dan mendekatkan antara produsen dengan konsumen melalui gambar-gambar sampel yang bisa ditampilkan.

b. Pembukaan gerai-gerai sampel produk sehingga konsumen bisa memilih motif-motif

yang diinginkan dan sampel-sampel produk yang telah dihasilkan. Gerai-gerai didirikan

dengan bekerjasama dengan Dekranasda :

1. Kerjasama dengan Dekranasda Kabupaten Sambas

Gerai atau counter dapat dibuka dengan perijinan pada lokasi showroom Dekranasda Kabupaten Sambas.

2. Kerjasama dengan Dekranasda Provinsi Kalimantan Barat

Gerai atau counter dapat dibuka dengan perijinan pada lokasi showroom Dekranasda Provinsi Kalimantan Barat

4. Memberikan pelatihan tentang permodalan dan mengenalkan dengan stakeholder

yang tertarik dengan potensi tenun Sambas

Tim IbM bekerjasama dengan Bank BNI untuk memberikan pelatihan permodalan dan

mengajak Bank BNI untuk berpartsispasi aktif meningkatkan permodalan para perajin

Tenun Sambas. Pelatihan dan forum diskusi intensif dilakukan sebulan sekali terhadap mitra

IbM.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persiapan Pelaksanaan Program IbM

Program-program IbM yang telah disepakati bersama dengan Mitra I dan II yaitu Perajin

Tenun Sambas Desa Manggis dan Sumber Harapan Kabupaten Sambas dilaksanakan dengan

melakukan persiapan-persiapan yang matang. Persiapan secara administrasi dan persiapan

bahan baku kegiatan dikoordinasikan antara Tim IbM Universitas Tanjungpura dengan Mitra

(5)

Gambar 1. Persiapan Tim IbM Perajin Tenun Sambas Universitas Tanjungpura

Beberapa persiapan untuk bahan baku serat daun nanas dilakukan dengan memilih daun

nanas yang berkualitas dengan panjang >75 cm dari tanaman nanas yang ditanam dibawah

pohon lindung. Pewarna alami yang digunakan dipersiapkan dari ekstrak beberapa tanaman

yaitu daun pandan, rimpang kunyit, buah naga dan kayu sepang serta campuran antara

ekstrak-ekstrak tersebut.

Diversifikasi Bahan Baku Tenun Sambas

Kegiatan prioritas program IbM ini berupa pemanfaatan serat daun nanas sebagai

pengganti benang dalam kerajinan tenun Sambas. Mitra IbM diberikan informasi dan pelatihan

pembuatan serat daun nanas dan mitra menerapkannya sebagai bahan baku tenunnya.

(6)

Gambar 3. Tim IbM bersama Mitra IbM

Gambar 4. Bahan baku serat daun nanas

Serat daun nanas yang digunakan dipilih yang panjang dan berwarna putih. Tim IbM juga

memberikan pelatihan pemutihan (bleaching) pada serat daun nanas yang muncul kecoklatan karena teroksidasi. Serat daun nanas memerlukan perlakuan khusus agar diperoleh serat daun

nanas yang baik. Perlakuan itu meliputi pelenturan dan pemutihan serat.

Pelatihan Pewarnaan Alami

Program prioritas selanjutnya adalah pelatihan pewarnaan alami terhadap serat daun

nanas menggunakan ekstrak tanaman yaitu daun pandan, kayu sepang, rimpang kunyit dan buah

naga. Ekstrak tanaman tersebut diperoleh melalui ekstraksi menggunakan air dengan

(7)

Gambar 5. Proses pewarnaan menggunakan pewarna alami

Gambar 6. Penjemuran serat nanas yang telah diberi pewarnaan alami

Serat daun nanas yang telah dilakukan pewarnaan alami selajutnya dilakukan

pengeringan dengan penjemuran tetapi tidak terkena matahari dalam waktu yang lama dan

terlalu panas. Serat daun nanas harus dipastikan kering agar tidak tumbuh jamur sehingga aman

untuk produk kerajinan tenun Sambas. Jamur akan muncul karena serat daun nanas dan

pewarnanya alami masih mengandung air. Air merupakan media mikroba.

Setelah serat daun nanas kering maka siap digunakan untuk berbagai produk kerajinan

tangan. Kerajinan yang dibuat meliputi selendang, ikat kepala, sapu tangan dan tas.

Produk-produk tersebut dipadu dengan beberapa benang tambahan dan ornamen-ornamen khas Sambas

sehingga lebih menarik. Beberapa perajin tenun Sambas mempunyai ornamen-ornamen standar

(8)

Gambar 7. Aneka produk mitra IbM

Perbaikan Permodalan dan Manajemen Pemasaran

Kegiatan IbM ini juga memperkenalkan program permodalan untuk UMKM (Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah) bekerjasama dengan Bank BNI. Permodalan ini untuk membantu

para perajin tenun Sambas meningkatkan produksinya. Pemasarannya juga diperbaiki dengan

media online. Media ini sebagai alternatif memperluas jangkauan pemasaran.

Evaluasi Program IbM

Desa Sumber Harapan dan Desa Manggis Kabupaten Sambas sebagai mitra IbM

mendapatkan program yang sama terhadap Perajin Tenun Sambasnya. Program-program yang

meningkatkan skill perajin dalam diversifikasi bahan baku dan warna alami dalam tenun sambas. Berdasarkan hasil evaluasi program-program yang diberikan oleh Tim IbM Universitas

Tanjungpura mendapatkan respon memuaskan 100%. Sementara peningkatan skill bertambah 100% terhadap berbagai jenis bahan baku pewarna alami. Keinginan program IbM ini

dilakukan lagi di desa mereka dengan program inovasi lainnya memberikan keinginan 100%.

KESIMPULAN

Berdasarkan pelaksanaan di lapangan menunjukkan adanya serat daun nanas dapat

sebagai bahan baku pembuatan kerajinan tenun Sambas. Kualitas tenun Sambas dengan

menggunakan bahan baku serat daun nanas dipengaruhi oleh kualitas seratnya. Kualitas serat

(9)

menarik. Mitra IbM memberikan respon positif terhadap kegiatan IbM ini.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada DRPM Kementerian Riset, Teknologi dan

Pendidikan Tinggi RI atas pendanaan kegiatan IbM ini untuk tahun anggaran 2016 dan

Reviewer Dikti atas masukan dan sarannya dalam kegiatan IbM ini.

DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat Statistik Kabupaten Sambas. 2010. Sensus Penduduk Tahun 2010 Kabupaten

Sambas

Biro Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat. 2014. Kalimantan Barat dalam Angka 2013

Hidayat, P. 2008. Teknologi Pemanfaatan Serat Daun Nanas Sebagai Alternatif Bahan Baku

Tekstil. Jurnal Teknoin. 13 (2). 31-35

Holia, O. dan Astuti, J.T. 2005. Pengaruh Sodium Hidroksida dan Hidrogen Peroksida

Terhadap Rendemen dan Warna Pulp dari Serat Daun Nanas. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. 3 (1). 37-43

Jayanudin, Hartono, R. dan Jamil, N.H. 2010, Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Pemutihan

Serat Daun Nanas Menggunakan Hidrogen Peroksida. Prosiding Seminar Rekayasa

Kimia dan Proses. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro.

Semarang

Ningtyas, K. 2009. Pemberdayaan Industri Kecil di Pedesaan (Studi Upaya Pemberdayaan

Pengrajin Kain Tenun Sambas). Jurnal Wacana. 12 (3). 609-625

Noor, I.R. dan Setyawati, L. 2010. Pemberdayaan UKM : Catatan Refleksi Hasil Meta Riset,

Jurnal Sosiologi Masyarakat. 15 (1). 39-58

Rahmawati, N.P.N. 2010. Sarung Tenun Samarinda : Coba Bertahan dan Berinovasi. Jurnal Sejarah dan Budaya Jantra. 5 (9). 772-782

Satriansyah, F. 2012. Profil Pengrajin Kain Tenun Adat Sambas dan Upaya Peningkatan Peran

Koperasi dalam Pemberdayaan Pengrajin (Studi Kasus di Desa Tumak Manggis

Kabupaten Sambas). Tesis. Universitas Indonesia, Jakarta

Sundari, M.S. 2011. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Multimedia pada Kerajinan

(10)

Tambunan, T. dan Agustiar. 2009. Usaha Kecil dan Rumah Tangga di Industri Manufaktur di

Gambar

Gambar 1. Persiapan Tim IbM Perajin Tenun Sambas Universitas Tanjungpura
Gambar 3. Tim IbM bersama Mitra IbM
Gambar 6. Penjemuran serat nanas yang telah diberi pewarnaan alami
Gambar 7. Aneka produk mitra IbM

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses konseling ini konselor menanyakan kepada klien. Di saat pertemuan kedua klien sempat di panggil domba oleh temanya. karena konselor penasaran akhirnya

Sebagai umat muslim yang taat terhadap ajaran- ajaran Islam, tentunya dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi lebih diutamakan tentang status hukumnya halal

Berdasarkan hasil temuan penelitian pada perguruan tinggi swasta yang ada di Banten, khususnya di Cilegon, Serang dan Pandeglang, melahirkan sebuah model. Model ini

Karya Tulis Ilmiah ini disusun guna memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Studi Diploma III Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Hasil dari observasi yang dilakukan pada tanggal 3 Mei menunjukkan bahwa kemampuan bahasa anak khususnya pada kategori reseptif yaitu menerima bahasa, pada tingkat

Kepemimpinan dalam suatu organisasi berkaitan langsung dengan kedisiplinan aparatur pemerintah, dan dengan observasi awal yang telah dilakukan penulis pada kantor Kecamatan

Metode yang digunakan yaitu DKL 3.2 yang merupakan pendekatan secara sektoral yang terbagi dari sektor rumah tangga, sektor bisnis, sektor industri dan sektor publik..

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel umur ibu, pendidikan ibu dan suami, dukungan suami, serta jenis