• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN II). Di Sumatera Utara, PT. Perkebunan Negara II merupakan satu-satunya Badan Usaha Milik Negara di bidang perkebunan yang sampai saat ini masih memproduksi gula pasir sebagai salah satu komoditinya.

Pabrik Gula Kwala Madu awalnya merupakan salah satu dari unit produksi PT. Perkebunan IX (PTP IX). Selain Pabrik Gula Kwala Madu, PT. Perkebunan IX juga memiliki pabrik gula lain yang juga memproduksi gula pasir yaitu Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) yang terletak di Kabupaten Deli Serdang. Pabrik Gula Sei Semayang dalam pendiriannya lebih cepat setahun dari Pabrik Gula Kwala Madu.

Oleh sebab itu ketika Pabrik Gula Kwala Madu selesai dibangun pabrik ini dinamakan Pabrik Gula Sei Semayang II (PGSS II). Namun karena letaknya bukan di wilayah Kabupaten Deli Serdang melainkan di Kabupaten Langkat dan atas permintaan dari masyarakat sekitar maka Pabrik Gula Sei Semayang II (PGSS II) kemudian diubah namanya menjadi Pabrik Gula Kwala Madu.

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX merupakan proyek pemerintah

dalam upaya mencapai swasembada gula pasca diberlakukannya sistem Tebu Rakyat

(2)

Intensifikasi (TRI) tahun 1975. 1

1. Mengalihkan pengusahaan tebu yang semula berada di tangan pabrik gula dengan sistem sewa, ke tangan petani yang harus mengusahakan sendiri tanaman tebu di atas lahannya.

Tujuan utama dari sistem Tebu Rakyat Intensifikasi tersebut adalah:

2. Memperbaiki penghasilan petani tebu dengan meningkatkan produktifitas melalui pengelolaan usaha tani yang lebih intensif.

3. Menjamin peningkatan dan kemantapan produksi gula.

Di Sumatera Utara, program Tebu Rakyat Intensifikasi mulai diterapkan sekitar tahun 1986, yaitu di Kabupaten Langkat dan meluas di Kabupaten Deli Serdang sekitar tahun 1988. Dalam program ini, pemerintah mengalihkan sistem penyewaan lahan petani menjadi pengusahaan sendiri oleh petani di bawah bimbingan pabrik gula (PG) dan Bank Rakyat Indonesia sebagai institusi bantuan permodalan (dalam bentuk kredit). 2 Kedua kabupaten ini letaknya bersebelahan dan terkenal sebagai daerah perkebunan. Di samping sebagai daerah perkebunan tebu, daerah ini juga merupakan daerah perkebunan karet dan kelapa sawit. 3

1

TRI atau Tebu Rakyat Intensifikasi diatur dalam Inpres No. 9 tahun 1975 yang dikeluarkan tanggal 22 April 1975. Lihat dalam Mubyarto dan Daryanti, Gula: Kajian Sosial-Ekonomi, Yogyakarta: Aditya Media, 1991, hal. 14-19

Di antara

2

Roosgandha Elizabeth, Restrukturisasi Ketenagakerjaan dalam Proses Modernisasi

Berdampak Perubahan Sosial pada Masyarakat Petani, Bandung: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor, 2002, hal. 2

3

Hal ini tidak terlepas dari peran Jacobus Nienhuys yang membuka perkebunan tembakau

untuk pertama kali pada tahun 1863 di wilayah Kesultanan Deli. Lihat dalam Karl J. Pelzer, Toean

(3)

kedua kabupaten inilah terdapat Pabrik Gula Kwala Madu yang letaknya di Kebun Kwala Begumit Desa Kwala Madu Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Pabrik Gula Kwala Madu dikelola oleh PT. Perkebunan IX dengan tender internasional. Di mana 40% adalah dana pemerintah sedangkan sisanya dimiliki oleh Hitachi Ship Building and Engineering Co. Ltd. yang kemudian berganti nama menjadi Hitachi Zosen. Namun pada tahun 1996 melalui Peraturan Pemerintah No. 6 s.d. 19 tahun 1996 tentang peleburan 26 Badan Usaha Milik Negara Perkebunan menjadi 14 Badan Usaha Milik Negara Perkebunan maka PT. Perkebunan IX dan PT.

Perkebunan II dilebur dan digabungkan menjadi satu (merger) dengan nama PT.

Perkebunan Nusantara II. Hal ini menjadi salah satu daya tarik bagi penulis untuk mengetahui mengapa PT. Perkebunan IX di-merger dengan PT. Perkebunan II yang tentu saja dilihat dari sisi Pabrik Gula Kwala Madu sebagai salah satu unit produksinya. Alasan lainnya yaitu apakah Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX mengalami perkembangan sejak didirikan tahun 1984 sampai tahun 1996 atau justru mengalami kemunduran, dan faktor-faktor lain yang menarik untuk melakukan penelitian dari sudut pandang kesejarahan terhadap Pabrik Gula Kwala Madu PT.

Perkebunan IX.

Oleh sebab itu, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disebutkan di atas maka judul skripsi yang penulis susun adalah Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) PT. Perkebunan IX (1984–1996). Tahun 1984 dipilih karena pada tahun Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di Sumatra Timur 1863 – 1947, Jakarta:

Sinar Harapan, 1985, hal. 51-55

(4)

inilah pabrik mulai melakukan produksi untuk pertama kalinya. Sementara tahun 1996 dipilih karena pada tahun ini PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II melakukan merger.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam sebuah penelitian tentu diperlukan rumusan masalah agar peneliti dapat mengetahui batasan-batasan dalam penelitian yang dilakukannya. Oleh sebab itu, permasalahan-permasalahan yang akan dibahas di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Pabrik Gula Kwala Madu PT.

Perkebunan IX?

2. Bagaimana Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX selama tahun 1984- 1996?

3. Bagaimana dampak peleburan PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II

terhadap manajemen Pabrik Gula Kwala Madu?

(5)

1.3 Tujuan dan Manfaat

Setiap penelitian tentu harus memiliki tujuan dan manfaat sebagai titik akhir dari penelitian itu sendiri. Berikut merupakan tujuan yang ingin dicapai di dalam penelitian ini:

1. Mengetahui latar belakang berdirinya Pabrik Gula Kwala Madu PT.

Perkebunan IX.

2. Mengetahui keadaan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX selama tahun 1984-1996.

3. Mengetahui dampak peleburan PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II terhadap manajemen Pabrik Gula Kwala Madu.

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain:

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX.

2. Sebagai referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian yang

berhubungan dengan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX dan tidak

menutup kemungkinan dilakukannya penelitian lanjutan bila ditemukan fakta

baru.

(6)

1.4 Tinjauan Pustaka

Kepustakaan sangat diperlukan sebagai sumber pendukung penelitian sehingga hasil penelitian tersebut sesuai dengan yang diharapkan dan tidak keluar dari rumusan masalah yang telah dibuat. Oleh sebab itu, relevansi literatur yang digunakan menjadi tuntutan dalam sebuah penelitian.

Di Bawah Asap Pabrik Gula: Masyarakat Desa di Pesisir Jawa Sepanjang Abad Ke-20 merupakan referensi penting dalam penelitian ini karena isinya berkonsentrasi pada peranan pabrik gula di daerah Jawa Tengah sepanjang abad 20.

Buku yang diredaksi oleh Hiroyosi Kano, dkk berisi tentang sejarah Pabrik Gula Comal yang dibangun sejak masa kolonial Belanda. Tentu ini sangat membantu penulis dalam memahami seluk beluk pabrik gula. Studi gabungan yang terdapat di dalam buku ini sangat membantu penulis dalam menggunakan pendekatan penelitian yang dilakukan.

Di dalam buku Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan Perspektif yang diredaksi oleh Taufik Abdullah dan Abdurrachman Surjomihardjo di mana salah satu tulisan yang ditulis oleh Ralp W. Hidy menjelaskan bahwa sejarah perusahaan menekankan terutama pada elemen-elemen mikro ekonomi di masa lampau dan memusatkan perhatian terutama pada proses perubahan dan sumber asal perusahaan. 4

4

Lebih jelas lihat Sejarah Perusahaan oleh Ralph W. Hidy dalam Taufik Abdullah dan Abdurrachman Surjomihardjo, Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan Perspektif, Jakarta: PT.

Gramedia, 1985, hal. 186

Hal ini memberi pijakan kepada penulis bahwa masalah fungsional dari

(7)

perkembangan perusahaan, seperti lahan, nilai produksi, modal, pemasaran, pasar, keuntungan, kebijakan pemerintah serta tenaga kerja dapat menjadi kajian yang ingin dituliskan dalam sejarah perusahaan. Selain itu, pendekatan yang dipilih menjadi ukuran dalam memandang pengusaha dan perusahaan di masa lampau. Walaupun demikian, pendekatan apapun yang dipilih oleh penulis harus tetap berhubungan dengan masalah yang akan dibahas di dalam penelitian ini.

Selanjutnya buku yang ditulis oleh Haryono Semangun berjudul Penyakit- Penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia di mana salah satu isinya membahas tentang penyakit-penyakit yang menyerang tanaman tebu menjadi referensi bagi penulis untuk memahami lebih jauh mengenai seluk-beluk tanaman tebu. Tebu yang notabenenya merupakan salah satu tanaman perkebunan sejak dulu telah diteliti agar dapat menghasilkan varietas unggul dan tentu berujung pada peningkatan hasil produksi. Sedikit banyaknya pemahaman ini membantu penulis dalam masalah yang terdapat di dalam kualitas dan kuantitas produksi gula pasir karena tebu merupakan bahan utama untuk menghasilkan gula pasir seperti yang diproduksi oleh Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX.

Kemudian Mubyarto dalam bukunya Masalah Industri Gula Di Indonesia menjadi acuan penting dalam penelitian ini. Walaupun buku tersebut lebih banyak membahas tentang perjalanan industri gula di Pulau Jawa namun jika dilihat dari sejarah industri gula itu sendiri maka hal ini wajar terjadi. Kita tahu bahwa eksploitasi perkebunan tebu untuk industri gula sejak dulu lebih dikembangkan di Pulau Jawa.

Menurut penulis hal ini dapat digunakan sebagai bahan pembanding dalam penelitian

(8)

ini mengingat Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX berada di luar Pulau Jawa.

Buku yang ditulis oleh Beddu Amang yang berjudul Kebijaksanaan Pemasaran Gula Di Indonesia dapat dijadikan panduan bagi penulis dalam menelaah pengaruh kebijakan gula nasional terhadap industri gula di Indonesia khususnya pada masa Orde Baru. Metodologi Sejarah yang ditulis oleh Kuntowijoyo menjadi referensi tambahan bagi penulis dalam mendapatkan pengetahuan dasar mengenai kajian sejarah ekonomi sehingga penulis lebih terarah dalam penelitian ini nantinya.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian sejarah lazim juga disebut metode sejarah. Metode itu sendiri berarti cara, jalan, atau petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis. Metode di sini dapat dibedakan dari metodologi, sebab metodologi adalah science of methods, yakni ilmu yang membicarakan jalan. 5

5

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, hal. 43

Metode sejarah bertujuan untuk memastikan

dan menganalisis serta mengungkapkan kembali fakta-fakta masa lampau. Sejumlah

sistematika penulisan yang terangkum di dalam metode sejarah sangat membantu

setiap peneliti di dalam merekonstruksi kejadian pada masa yang telah lalu. Istilah

metode dalam arti metode sejarah hendaknya diartikan secara lebih luas, tidak hanya

pelajaran mengenai analisa kritis saja, melainkan juga meliputi usaha sintesa dari data

(9)

yang ada sehingga menjadi penyajian dan kisah sejarah yang dapat dipercaya. 6

Heuristik merupakan suatu ketrampilan dalam menemukan, menangani, dan memerinci bibliografi, atau mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan.

Metode sejarah bertumpu pada empat langkah yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.

7

Metode kedua yaitu kritik sumber yang dilakukan untuk menyeleksi sumber- sumber yang telah didapatkan sebelumnya sehingga dihasilkan sumber-sumber yang paling objektif. Banyaknya sumber yang ditemukan tentu tidak seluruhnya digunakan oleh peneliti. Oleh karena itu, kritik sumber memainkan peran yang penting dalam metode sejarah. Metode ini terdiri dari dua jenis yaitu kritik intern yang merupakan penyeleksian terhadap isi dan kritik ekstern yang merupakan penyeleksian terhadap bahan.

Metode ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan, observasi lapangan, ataupun studi wawancara di mana keseluruhannya bertujuan untuk menemukan sumber-sumber yang diperlukan baik sumber primer maupun sumber skunder. Tidak ada batasan terhadap pengumpulan sumber selama sumber tersebut masih relevan dengan masalah penelitian. Sumber-sumber yang dimaksud diantaranya berupa buku-buku, arsip, data-data resmi yang dikeluarkan oleh Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX, laporan tahunan, surat kabar, peta lahan bahan baku (tebu), dan sumber-sumber lain yang diambil dari berbagai dimensi persoalan penelitian.

6

Hugiono dan Poerwantana, Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, hal. 25

7

Dudung Abdurrahman, op cit., hal. 64

(10)

Tahapan selanjutnya yaitu interpretasi yang berarti penafsiran ataupun analisis terhadap sumber atau data yang ditemukan. Hal ini dilakukan untuk meredam subjektifitas penulis dan menghasilkan fakta sejarah yang objektif. Walaupun subjektifitas dalam sejarah tidak dapat dihilangkan namun setidaknya hal ini dapat dikurangi porsinya sehingga lebih banyak ditemukan objektifitas di dalam sejarah itu sendiri.

Metode keempat adalah historiografi di mana metode ini merupakan langkah terakhir di dalam metode sejarah. Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. 8 Ketika sejarawan memasuki tahap menulis maka ia mengerahkan seluruh daya pikirannya, bukan saja ketrampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan, tetapi yang terutama penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisis sejarawan itu sendiri sehingga menghasilkan suatu penulisan yang utuh.

8

Dudung Abdurrahman, Ibid., hal. 67

Referensi

Dokumen terkait

Alasan peneliti memilih sekolah tersebut untuk melakukan penelitian karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang IPA diperoleh informasi bahwa hasil

Manakala pada tahun 2007 pula, nilai pelaburan asing mencatatkan sebanyak RM13737.1j dalam sektor industri elektronik di Malaysia iaitu sebanyak 61.5% daripada jumlah

Pada dasarnya semua lagu jam janeng yang berada di Sidoharjo memiliki pola tabuhan yang sama, hanya saja pola tabuhan ini dimainkan dengan tempo yang

Simbol yang dimaksud dalam penelitian ini berupa istilah-istilah dalam upacara Buka Luwur Makam Sunan Kudus yang kemudian dikaitan dengan maksud dan tujuan

gan baik, dan (4) guru harus lebih memaksimalkan penggunaan media CD pembelajaran interaktif dalam proses pembelajaran agar hasil belajar siswa dapat lebih meningkat di

Penerapan hukum pidana materil terhadap tindak pidana pencemaran nama baik melalui tulisan sudah sesuai, perbuatan terdakwa telah terbukti secara sah memenuhi

Brown dan Walter (1993: 302) menyebutkan bahwa problem posing tipe pre solution posing adalah kegiatan perumusan soal atau masalah oleh peserta didik. Peserta didik hanya

Metode freeze thaw merupakan metode transformasi yang dilakukan dengan melakukan inkubasi bakteri target dan vektor plasmid yang akan ditransformasikan